Anda di halaman 1dari 10

5 Makna Amanah

Amanah berasal dari kata amuna yang bermakna tidak meniru, terpercaya,


jujur, atau titipan. Segala sesuatu yang dipercayakan kepada mansuia,
baik yang menyangkut hak dirinya, hak orang lain, maupun hak Allah SWT.
Dalam konteks ayat-ayat Alquran, amanah punya beberapa varian makna. 

Pertama, terkait dengan larangan menyembunyikan kesaksian atau


keharusan memberikan kesaksian yang benar (QS 2:283). Kedua, terkait
dengan keadilan atau pelaksanaan hukum secara adil (QS 4:58). Ketiga,
terkait dengan sifat khianat.

''Hai orang-orang beriman janganlah kamu mengkhianati amanah-amanah


yang dipercayakan kepadamu, sedang kami mengetahui." (8:27).

Keempat, terkait dengan sifat manusia yang mampu memelihara stabilitas


rohaninya, tidak berkeluh kesah bila ditimpa kesusahan, tidak melampaui
batas ketika mendapat kesenangan (QS 70:32). Kelima, dipahami dalam
pengertian sangat luas sebagai tugas keagamaan maupun kemanusiaan. 

Amanah adalah sesuatu yang diberikan kepada seseorang yang dinilai


memiliki kemampuan untuk mengembannya. Namun, dengan
kemampuannya, dia juga bisa menyalahgunakan amanah tersebut.

Terdapat banyak hadis yang menjelaskan pentingnya amanah. Nabi SAW


bersabda, "Serahkan amanah kepada orang yang telah mengamanahi
kamu dan jangan kamu mengkhianati orang yang mengkhianati kamu."
(HR Abu Dawud dan Tirmidzi). 

Dalam hadis lain, Rasulullah bersabda bahwa pengabaian amanah


merupakan sebab terjadinya kerusakan (HR Bukhari). Dalam hubungan
antarsesama manusia, amanah menjadi jaminan terpeliharanya
keselamatan hubungan tersebut. Keselamatan suatu negara dan bangsa
terjamin karena pemerintah mengemban dengan baik amanah politik
pemerintahan. Rusaknya amanah akan merusak hubungan antarmanusia. 
Perintah Menunaikan Amanah (Bagian ke-1):
Definisi dan Dalil
Tim Kajian Manhaj Tarbiyah 14/11/11 | 08:30 Tazkiyatun Nufus Ada 1 komentar 103.323 Hits

Ilustrasi (blogspot.com/tiffinbiru)
1. Definisi
dakwatuna.com – Amanah menurut bahasa berasal dari kata-kata aman yaitu kebalikan dari takut.  Sedangkan
amanah adalah kebalikan dari khianat.
Amanah menurut istilah artinya perilaku yang tetap dalam jiwa, dengannya seseorang menjaga diri dari apa-apa
yang bukan haknya walaupun terdapat kesempatan untuk melakukannya, tanpa merugikan dirinya di hadapan
orang lain. Dan menunaikan kewajibannya kepada orang lain, walaupun terdapat kesempatan untuk tidak
menunaikannya tanpa merugikan dirinya di hadapan orang lain.

2. Dalil Al-Qur’an tentang Amanah


Allah SWT berfirman,

ِ َ‫اس أَن تَحْ ُك ُموا بِ ْال َع ْد ِل ۚ إِنَّ هَّللا َ نِ ِع َّما يَ ِعظُ ُكم بِ ِه ۗ إِنَّ هَّللا َ َكانَ َس ِميعًا ب‬
﴾٥٨﴿‫صيرً ا‬ ِ ‫إِنَّ هَّللا َ يَأْ ُم ُر ُك ْم أَن تُؤَ دُّوا اأْل َ َمانَا‬
ِ َّ‫ت إِلَ ٰى أَ ْهلِهَا َوإِ َذا َح َك ْمتُم بَيْنَ الن‬

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan
(menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. An-Nisa’: 58)
Allah SWT berfirman,

﴾٧٢﴿ ‫ َو َح َملَهَا اإْل ِ ن َسانُ ۖ إِنَّهُ َكانَ ظَلُو ًما َجهُواًل‬s‫ال فَأَبَيْنَ أَن يَحْ ِم ْلنَهَا َوأَ ْشفَ ْقنَ ِم ْنهَا‬
ِ َ‫ض َو ْال ِجب‬
ِ ْ‫ت َواأْل َر‬ َ ‫إِنَّا ع ََرضْ نَا اأْل َ َمانَةَ َعلَى ال َّس َم‬
ِ ‫اوا‬

“Sesungguhnya kami Telah mengemukakan amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya
enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanah itu oleh
manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zhalim dan amat bodoh,” (QS. Al-Ahzab: 72).
3. Dalil–Dalil dari Hadits tentang Amanah
Abu Hurairah RA meriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW bersabda,
ْ ‫ َوإِ َذا‬، َ‫ َوإِ َذا َو َع َد أَ ْخلَف‬،‫ب‬
َ‫اؤتُ ِمنَ خَ ان‬ َ ‫ إِ َذا َحد‬:‫ث‬
َ ‫َث َك ِذ‬ ِ ِ‫آيَةُ ْال ُمنَاف‬
ٌ َ‫ق ثَال‬

“Tanda-tanda orang munafik ada tiga; jika berbicara ia berbohong, jika berjanji ia ingkar, dan jika diberi
amanah ia berkhianat.” (Muttafaq Alaihi).
Di riwayat lain ditambahkan,

‫صلَّى َوزَ َع َم أَنَّهُ ُم ْسلِ ٌم‬ َ ‫َوإِ ْن‬


َ ‫صا َم َو‬

‘Walaupun ia berpuasa dan shalat serta mengklaim dirinya muslim.”


Hudzaifah Al-Yamani RA berkata, Rasulullah SAW menyampaikan dua hadits kepada kami, aku mengetahui
salah satunya dan masih menunggu yang lain. Rasulullah SAW bersabda: bahwa amanah itu turun di akar hati
manusia kemudian Al-Qur’an turun lalu mereka mengetahui Al-Qur’an dan mengetahui Sunnah lalu seseorang
itu tidur (melalaikannya?) maka amanah dicabut dari hatinya, kemudian ia tidur lagi dan amanah dicabut lagi
dari hatinya dan yang tinggal hanya bekasnya, seperti bara yang jatuh ke kaki seseorang lalu ia mengangkat
kakinya padahal tidak ada apa-apa di kakinya, kemudian orang itu mengambil kerikil dan orang-orang
mengikutinya. Saat itu tidak ada seorang pun yang menunaikan amanah sampai ada yang mengatakan:

– “Di Bani Fulan itu ada seorang yang amanah”

–  “Alangkah tabahnya dia! Alangkah pandainya dia! Alangkah cerdasnya dia! Padahal di dalam hatinya tidak
ada iman sebiji zarrah pun.

Telah datang suatu masa di mana aku tidak peduli siapa di antara kalian yang aku baiat. Jika dia seorang muslim
aku berharap agar dia kembali kepada agamanya dan jika dia seorang nasrani atau Yahudi aku berharap agar dia
kembali kepada amal usahanya. Sedangkan hari ini aku tidak berbaiat kecuali kepada Fulan dan Fulan.”
(Muttafaq Alaihi)

Hudzaifah RA dan Abu Hurairah RA berkata, bahwa Rasulullah bersabda,

“Allah mengumpulkan semua orang. Lalu orang-orang beriman berdiri hingga surga didekatkan. Mereka lalu
datang kepada Adam dan berkata, “Wahai bapak kami, bukalah surga itu untuk kami” Adam AS menjawab;
“Bukankah yang mengeluarkan kalian dari surga adalah kesalahan bapakmu ini, Aku tidak berhak untuk itu,
pergi saja kalian ke anakku Ibrahim kekasih Allah”. Lalu Ibrahim pun berkata: “Aku tidak berhak untuk
membukanya. Aku disebut sebagai kekasihnya, tidak seperti itu… tidak seperti itu, pergilah kalian ke
Musa AS yang pernah diajak bicara langsung oleh Allah. Mereka pun datang kepada Musa, dan
Musa AS berkata; “Aku tidak berhak untuk itu, pergilah kalian ke Isa AS Ia adalah kalimat dan ruh Allah”,
Isa pun berkata; “Aku tidak berhak untuk itu”. Kemudian mereka datang kepada Muhammad SAW dan beliau
kemudian berdiri dan diizinkan (oleh Allah SWT) untuk berdiri. ”Amanah” dan ”rahim”[1] diutus (untuk
berangkat)  lalu keduanya berdiri di samping kanan kiri sirath. Orang pertama di antara kalian lewat seperti
kilat. Demi Allah, apa yang berjalan seperti kilat? Beliau bersabda, “Tidakkah kalian lihat, bagaimana ia pergi
dan datang dalam sekejap saja.” Setelah itu ada yang lewat seperti angin, lalu ada yang seperti burung. Amal
perbuatan berjalan bersama orang-orang itu dan nabi mereka berdiri di sirath sambil berdoa, “Rabbi,
selamatkan, selamatkan, sampai amal hamba menjadi lemah. Hingga ada seseorang yang datang tidak bisa
berjalan kecuali dengan merangkak. Di samping kanan dan kiri shirath itu terdapat pengait-pengait yang
digantungkan dan diperintahkan untuk mengambil siapa yang perlu diambil. Ada yang tertangkap namun ia
selamat dan ada yang terkait lalu dilemparkan ke neraka. Demi Dzat yang jiwa Abu Hurairah di tangannya,
kedalaman neraka Jahannam itu sedalam tujuh puluh musim.” (HR. Muslim)
Abu Khubaib dan Abdullah bin Zubair berkata; “Ketika perang Jamal Zubair memanggilku dan aku berdiri di
sampingnya. Ia berkata, ‘Anakku, pada hari ini tidak ada yang berperang selain orang zhalim atau yang
dizhalimi. Dan aku melihat diriku pada hari ini akan terbunuh secara zhalim. Dan yang paling menggelisahkan
aku adalah utangku. Lalu ia berkata apakah kita masih menyisakan sedikit harta?” Ia berkata lagi; “Anakku,
juallah harta kita dan bayarlah utangku.” Ia juga berwasiat agar hartanya nanti dibagi menjadi tiga, sepertiga
untuk wasiat. Yang sepertiganya lagi untuk anak-anaknya, yakni anak-anak Abdullah bin Zubair”. Ia lanjutkan;
“sisa dari harta kita untuk anak-anakmu.” Hisyam berkata, “Sementara anak Abdullah menyamai sebagian anak
Zubair, Khubaib dan Ubad. Yang kala itu ia mempunyai sembilan orang anak laki-laki dan sembilan
perempuan. Abdullah bercerita; “Ia memberi wasiat kepadaku untuk melunasi utangnya seraya berkata;
“Anakku, jika kamu tidak mampu melakukan sesuatu, maka minta tolonglah kepada Pemimpinku.” Dia berkata;
“Demi Allah, aku tidak mengerti apa yang diinginkannya sampai aku bertanya kepadanya; “Ayahanda, siapakah
Pemimpinmu itu?” Dia menjawab; “Allah. Demi Allah, tidak pernah ia mempunyai utang kemudian ia berdoa,
‘Wahai Pemimpin Zubair, lunasilah utangnya”. Lalu Allah melunasi utangnya. Ia berkata; “Kemudian Zubair
terbunuh dan tidak meninggalkan satu dinar maupun satu dirham pun, selain beberapa bidang tanah yang di
antaranya berupa hutan. Juga 11 rumah di Madinah, 2 rumah di Bashrah, 1 rumah di Kufah, dan 1 rumah di
Mesir. Utang yang menjadi tanggungannya itu karena ada seseorang datang kepadanya menitipkan uang. Zubair
berkata, “Tidak, ia menjadi utangku, khawatir hilang.” Setelah itu ia tidak pernah menjadi gubernur, penarik
zakat, atau petugas pajak. Ia selalu berada dalam perang bersama Rasulullah, Abu Bakar, Umar, dan Utsman
RA. Abdullah menceritakan, “Aku menghitung utangnya, ternyata berjumlah 2.200.000.” Hakim bin Hizam
menjumpai Abdullah bin Zubair dan berkata, “Nak, saudaraku punya utang berapa?” Aku merahasiakannya dan
berkata, “Seratus ribu.” Hakim berkata, “Aku pikir, harta kalian tidak cukup untuk melunasinya.” Abdullah
berkata, “Bagaimana menurutmu, kalau utangnya itu 2.200.000?” ia berkata, “Menurutku kalian tidak mampu
melunasinya. Kalau benar kalian tidak mampu mintalah bantuan kepadaku.” Ia menceritakan, Zubair pernah
membeli hutan seharga 150.000 dan Abdullah menjualnya dengan harga 1.900.000. Ia berdiri sambil berkata,
“Barangsiapa mempunyai piutang terhadap Zubair, hendaknya mengambil haknya dari hutan ini.” Kemudian
Abdullah bin Ja’far datang dan mempunyai piutang terhadap Zubair 400.000. Abdullah bin Zubair berkata,
“Kalau mau aku serahkan hutan itu untukmu.” Abdullah bin Ja’far berkata, “Tidak. Bagi saja untukku satu
bidang.” Abdullah bin Zubair berkata; “Untukmu mulai dari sini sampai sini.”

Abdullah pun menjualnya untuk membayar utangnya dan tersisa empat setengah bagian. Ia datang ke Muawiyah
yang di sana ada Amr bin Utsman, Al-Mundzir bin Zubair, dan Ibnu Zam’ah. Muawiyah berkata kepadanya,
“Berapa kamu hargai hutan itu.” Abdullah menjawab, “Setiap bagian seharga seratus ribu.” Ia bertanya, “Berapa
lagi yang masih tersisa?” Ia menjawab, “Empat setengah bagian.” Al-Mundzir bin Zubair berkata, “Aku
mengambil satu bagian senilai seratus ribu.” Muawiyah bertanya, “Berapa yang masih tersisa?” Ia menjawab,
“Satu setengah.” Ia menjawab, “Aku mengambilnya seharga seratus lima puluh ribu.” Kemudian Abdullah
menjual bagiannya kepada Muawiyah seharga tujuh ratus ribu. Setelah Abdullah bin Zubair melunasi utangnya,
anak-anak Zubair berkata, “Berikan hak waris kami sampai kami mengumumkannya di musim (haji) selama
empat tahun, “Ketahuilah, siapa di antara kalian yang mempunyai piutang kepada Zubair hendaknya datang
kepada kami akan kami lunasi. Maka setiap tahun pun ia mengumumkannya hingga empat tahun. Setelah lewat
empat tahun ia membagi-bagi warisan itu dan menyisakan sepertiganya. Zubair mempunyai empat orang istri
maka masing-masing mereka mendapatkan 1.100.000. Semua hartanya berjumlah 50.100.000. (Bukhari)

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2011/11/14/16463/perintah-menunaikan-amanah-bagian-ke-
1/#ixzz6Mkcuozpx
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Perintah Menunaikan Amanah (Bagian ke-2):


Keutamaan Amanah
Tim Kajian Manhaj Tarbiyah 16/11/11 | 08:30 Tazkiyatun Nufus Ada 2 komentar 9.774 Hits

Ilustrasi (inet)
4. Keutamaan Amanah
a. Amanah jalan menuju kesuksesan.
dakwatuna.com – Allah SWT berfirman:
“Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. dan orang-orang yang
memelihara shalatnya. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi” (QS. Al-Mukminun: 8-10)
Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan  apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat.” (QS. An-Nisaa’: 58)
b. Merupakan sifat para Rasul, Para Nabi, Orang-orang Mukmin dan para malaikat.
Nabi Nuh berkata:

“Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu,…” (QS. Asy-Syu’araa’: 107)
Nabi Hud berkata:
“Ketika saudara mereka Hud berkata kepada mereka: “Mengapa kamu tidak bertaqwa? Sesungguhnya aku
adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu,” (QS. Asy-Syu’araa’: 124-125)
Lihat Nabi Shalih berkata:

“Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu,” (QS. Asy-Syu’araa’: 143).
Lihat Nabi Luth berkata:

“Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu,” (QS. Asy-Syu’araa’: 162).
Lihat Nabi Syuaib berkata:

“Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu.” (QS. Asy-Syu’araa: 178).
Rasulullah SAW bersabda:

“Tidak ada iman bagi orang yang tidak amanah dan tidak ada agama bagi orang yang tidak memegang
janji.” (HR. Ahmad)
c. Tanda Iman.
Rasulullah bersabda:

‫ أحمد‬/ُ‫ الَ إِ ْي َمانَ ِل َم ْن الَ أَ َمانَةَ لَهُ َوالَ ِديْنَ ِل َم ْن الَ َع ْه َد لَه‬:ُ‫ال ال َّرسُوْ ل‬
َ َ‫” ق‬

“Tidak ada iman bagi orang yang tidak Amanah dan tidak ada agama bagi orang yang tidak memegang
janji.” (HR. Ahmad)
Dalam hadits yang lain Rasulullah SAW bersabda:

ِ َ‫َت ِف ْي ِه ِخصْ لَةٌ ِمنَ النِّف‬


َ ‫ َوإِ َذا َحد‬، َ‫ إِ َذا ا ْئتُ ِمنَ خَ ان‬:‫اق َحتَّى يَ َد ُعهَا‬
‫َث‬ ْ ‫ َو َم ْن كَان‬،‫ ” أَرْ بَ ٌع َم ْن ُكنَّ ِف ْي ِه َكانَ ُمنَا ِفقًا خَ ا ِلصً ا‬: ‫وقال أيضا‬
sْ ‫َت ِف ْي ِه ِخصْ لَةٌ ِم ْنهُنَّ كَان‬
‫ بخاري مسلم‬/”‫اص َم فَ َج َر‬ َ َ‫ َوإِ َذا خ‬،‫ َوإِ َذا عَاهَ َد َغد ََر‬،‫ب‬ َ ‫َك َذ‬

“Empat hal, barang siapa dalam dirinya ada empat hal tersebut, dia munafik murni, dan barang siapa yang
ada sebagian dari sifat itu, dia memiliki sebagian sifat nifak hingga dia meninggalkannya. Yaitu: Jika
dipercaya khianat, jika berbicara bohong, jika berjanji ingkar dan jika bermusuhan (berseteru) dia jahat”.
(HR. Bukhari Muslim)
d. Amanah itu menandingi dunia dan isinya.
ِ ‫ َو‬،‫ح ْفظُ َأ َمانَ ٍة‬:‫ا‬
ُ ‫ص ْد‬
ٍ ‫ق َح ِد ْي‬
،‫ث‬ ِ َ‫” أَرْ بَ ٌع إِ َذا ُكنَّ فِيْكَ فَالَ َعلَيْكَ َما فَاتَكَ ِمنَ ال ُّد ْني‬

‫ أحمد‬/‫ َو ِعفَّةُ طُ ْع َم ٍة‬،‫ق‬


ٍ ُ‫ َو ُحسْنُ ُخل‬ 

“Empat hal jika dia ada dalam dirimu, engkau tidak merugi walaupun kehilangan dunia. Menjaga amanah,
berkata dengan jujur, berakhlaq yang mulia dan menjaga makanan (dari yang haram).” (HR. Ahmad)
e. Kompeten untuk menerima tanggungjawab.
Allah SWT berfirman:
“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Wahai ayahku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada
kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang engkau ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang
yang kuat lagi dapat dipercaya”.” (QS. Al-Qashahs: 26)
— bersambung
(hdn)

Redaktur: Ardne

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2011/11/16/16466/perintah-menunaikan-amanah-bagian-ke-
2/#ixzz6MkeZeVfV
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Perintah Menunaikan Amanah (Bagian ke-3):


Ruang Lingkup Amanah
Tim Kajian Manhaj Tarbiyah 18/11/11 | 08:30 Tazkiyatun Nufus Beri komentar 4.936 Hits

Ilustrasi (inet)
5. Ruang Lingkup Amanah
a. Amanah fitrah.
dakwatuna.com – Adalah amanah besar yang diberikan oleh Allah kepada manusia. Allah SWT berfirman:
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah
mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka
menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari
kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap
ini (keesaan Tuhan)”,” (QS. Al-A’raf: 172)
b. Amanah Dakwah.
Allah SWR berfirman:

“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Wahai bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada
kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang
yang kuat lagi dapat dipercaya”. (QS. Ali Imran: 110)
Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman:
“Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan `Isa putra Maryam. Yang demikian
itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang
tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat
itu.” (QS. Ali Imran: 78-79)
c. Amanah anggota badan manusia.
Anggota badan merupakan amanah Allah pada manusia, karenanya manusia harus menggunakannya untuk taat
pada-Nya, mencari Ridha-Nya dan berjihad di jalan-Nya. Contohnya adalah amanah “mata”, Allah SWT
berfirman:

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan-nya,
kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya,” (QS.
An-Nuur: 30-31)
Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman:

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan, Dan langit, bagaimana ia
ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?” (QS. Al-
Ghaashiyah: 17-20)
d. Amanah dalam menunaikan hak.
Hak itu ada dua macam:

i. Hak Allah.
Baik hak keyakinan, ucapan atau perbuatan. Dia adalah hak yang paling besar yang merupakan prioritas utama
untuk ditunaikan, hak yang paling utama adalah hak tauhid, kemudian rukun-rukun Islam yang lain dan seluruh
nikmat-nikmat Allah. Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya
enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh
manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zhalim dan amat bodoh,” (QS. Al-Ahzaab: 72)
Sahabat Ibnu Abbas, Imam Mujahid dan Ad-Dlohhak berkata:

 “Amanah Allah adalah seluruh kewajiban-kewajiban yang diwajibkan Allah.”


ii. Hak makhluk.
Di antaranya adalah hak harta, seperti utang, sewaan dan barang titipan. Hak makhluk yang lain adalah hak
selain harta, seperti menjaga kehormatan, memberi nasihat, dll.

e. Amanah majelis.
Rasulullah SAW bersabda:

‫ أبو داود وأحمد‬/”ٍّ‫ال بِ َغي ِْر َحق‬ ِ َ‫ أَوْ اِ ْقتِط‬،‫ج َح َر ٍام‬


ٍ ‫اع َم‬ ٍ ْ‫ أَوْ فَر‬،‫ك د ٍَم َح َر ٍام‬
ِ ‫ َمجْ لِسُ َس ْف‬:ٌ‫ ” اَ ْل َمجْ لِسُ بِاألَ َمانَ ِة إِالَّ ثَالَثَة‬:‫قال الرسول‬ :
“Semua majelis itu merupakan amanah kecuali 3 hal. Yaitu majelis penumpahan darah, majelis hubungan
badan yang diharamkan dan majelis pelanggaran terhadap harta orang lain.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad)
f. Amanah keluarga.
Di antaranya adalah menunaikan kewajiban keluarga. Rasulullah SAW bersabda:

‫اع َعلَى أَ ْه ِل بَ ْي ِت ِه َو ْال َمرْ أَةُ َر‬


ٍ ‫ َوال َّر ُج ُل َر‬،‫اع َو ُكلُّ ُك ْم َم ْسؤُو ٌل ع َْن َر ْعيَ ِت ِه‬
ٍ ‫” ُكلُّ ُك ْم َر‬

‫ البخاري‬/‫اع َو ُكلُّ ُك ْم َم ْسؤُو ٌل ع َْن َر ْعيَتِ ِه‬


ِ ‫ فَ ُكلُّ ُك ْم َر‬،‫ت زَ وْ ِجهَا َو َولَ ِد ِه‬
ِ ‫اعيَةٌ َعلَى بَ ْي‬
ِ َ

“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban terhadap
kepemimpinannya. Seorang lelaki menjadi pemimpin dalam keluarganya, seorang wanita menjadi pemimpin di
rumah suami dan anak-anaknya. Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan diminta
pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhari)
g. Amanah kerja professional.
Rasulullah SAW bersabda:

‫ البخاري‬/”ُ‫ أَالَ َوالَ غَا ِد َر أَ ْعظَ ُم ِم ْن أَ ِمي ٍْر عَا َمه‬،‫ يَرْ فَ ُع لَهُ بِقَ ْد ِر ُغ ْد َرتِ ِه‬،‫ “ ِل ُكلِّ غَا ِد ٍر لِ َواء ٌِع ْن َد إِ ْستِ ِه‬:‫قال الرسول‬ :
“Setiap pengkhianat akan mendapatkan bendera di belakang (bokong). Panjang dan pendek bendera tersebut
sesuai dengan kadar pengkhianatannya. Ketahuilah bahwa pengkhianatan yang paling besar adalah
pengkhianatan seorang pemimpin terhadap rakyatnya.” (HR. Bukhari)
h. Amanat kepemimpinan.
Kepemimpinan itu adalah amanat, Abu Dzar berkata:

‫ي َونَداَ َمةٌ ِإالَّ َم ْن أَخَ َذهَا‬


ٌ ‫ض ِعيْفٌ وإَنَّهَا أَ َمانَةٌ َوإِنَّهَا يَو َم ْالقِيَا َم ِة ِح ْز‬
َ َ‫ يَا أَباَ َذرٍّ إِنَّك‬: ‫ال‬
َ َ‫ب ِبيَ ِد ِه َعلَى َم ْن ِكبَ َّي ثُ َّم ق‬ َ َ‫ت يَا َرسُوْ َل هللاِ أَالَ تَ ْستَ ْع ِم ْلنِ ْي؟ ف‬
َ ‫ض َر‬ ُ ‫ال قُ ْل‬
َ َ‫ق‬
‫ مسلم‬/”‫ِب َحقِّهَا َوأَدَى الَّ ِذى َعلَ ْي ِه فِ ْيهَا‬

“Wahai Rasulullah jadikanlah saya sebagai pemimpin, maka Rasulullah menepuk pundaknya sambil berkata:
Wahai Abu Dzar, sesungguhnya engkau orang yang lemah dan kepemimpinan itu adalah amanah, dia di hari
kiamat nanti merupakan penyesalan dan kesedihan, kecuali yang mengambilnya dengan haknya dan
menunaikan semua kewajiban di dalamnya.” (HR. Muslim)
Memberikan kepemimpinan kepada ahlinya juga merupakan amanah. Seorang sahabat bertanya: “Kapan
kiamat?” Rasulullah SAW bersabda:
‫ضا َعتِهَا ؟ فَقا َ َل إِ َذا ُو ِّس َد اأْل َ ْم ُر إِلَى َغي ِْر‬
َ ِ‫ قاَ َل َكيْفَ إ‬،ُ‫ضيِّ َع األَ َمانَةُ فَا ْنت َِظ ِر السَّا َعة‬ َ َ‫ َمتَى السَّا َعةُ ؟ ق‬:‫ال األَ ْع َربِ ْي‬
ُ ‫ال إِ َذا‬ َ َ‫ ق‬: ٌ‫َوإِ ْعطَا ُء ْال ُح ْك ِم إِلَى أَ ْهلِ ِه أَ َمانَة‬
‫ البخاري‬/”ُ‫أَ ْهلِ ِه فَا ْنت َِظ ِر السَّا َعة‬

“Jika amanah telah disia-siakan, maka tunggulah hari kiamat. Sahabat bertanya: Disia-siakan yang
bagaimana? Rasulullah bersabda: Jika urusan telah diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah
hari kiamat.” (HR. Bukhari)
Dalam sebuah hadits yang lain Rasulullah SAW bersabda:

‫ الحاكم‬s/” َ‫ضى هللِ ِم ْنهُ فَقَ ْد خَ انَ هللاَ َو َرسُوْ لَهُ َو ْال ُم ْؤ ِمنُوْ ن‬
َ ْ‫صابَ ٍة َوفِ ْي ِه ْم َم ْن ه َُو أَر‬
َ ‫وقال” َم ْن اِ ْستَ ْع َم َل َر ُجالً َعلَى ِع‬
“Barangsiapa mengangkat pemimpin karena fanatisme golongan, padahal di sana ada orang yang lebih
diridhai oleh Allah, maka dia telah berkhianat kepada Allah, Rasul-Nya dan orang-orang mukmin.” (HR.
Hakim)
— Bersambung

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2011/11/18/16470/perintah-menunaikan-amanah-bagian-ke-3-ruang-
lingkup-amanah/#ixzz6MkezE4Wq
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Anda mungkin juga menyukai