Anda di halaman 1dari 16

TUGAS PROMOSI KESEHATAN

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)


DOSEN PENGAMPU: Sri Nuraini, M.Kes

DISUSUN OLEH
Anjarini Harfina Cahyaningsih`

( 1813453054 )

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


POLTEKKES KEMENKES TANJUNG KARANG
TAHUN PENDIDIKAN 20 20/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat-nya kami telah
menyelesaikan tugas makalah ini. Makalah ini mengenai “DEMAM BERDARAH
DENGUE (DBD)” Ini diselesaikan oleh penulis dan dibantu oleh pihak lainnya yang
turut berkoordinasi sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari keterbatasan kami dalam pembuatan makalah ini, baik materi
pembahasan dan penguasaan materi sehingga dapat menimbulkan kesalahan ataupun
kekurangan dalam makalah ini. Oleh sebab itu, mohon kiranya pembaca dapat
memaklumi atau memberi saran dan pembenaran jika terdapat kesalahan atau kekurangan
di dalam materi kami ini.

Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi.

Bandar lampung, 18 februari 2020

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar ii

Daftar Isi iii

Daftar Gambar iv

Bab 1 Pendahuluan 1

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Penulisan 2

Bab II Pembahasan 3

2.1 Definisi 3
2.2 Etiologi 3
2.3 Manifestasi Klinis 3
2.4 Klasifikasi 4
2.5 Patifisiologis daan Patogenesis 5
2.6 Komplikasi 7
2.7 Penatalaksanaan 8
2.8 Pencegahan 9
Bab 3. Penutup 11
3.1 Kesimpulan 11
3.2 Saran 11

DAFTAR PUSTAKA 12

ii
Daftar Gambar

Gambar 2.1 Patogenesis terjadinya syok pada DBD 5

Gambar 2.2 Patogenesis Perdarahan pada DBD 7

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit virus yang sangat berbahaya
karena dapat menyebabkan penderita meninggal pada waktu yang sangat pendek
(Gandahusada; dkk, 2006). Penyakit ini tersebar luas di seluruh dunia terutama di
dacrah tropis. Penderita terutama adalah anak-anak berusia di bawah 15 tahun,
tetapi sekarang banyak juga orang dewasa terserang penyakit virus ini. Sumber
penularan utama adalah manusia dan primata (Soedarto, 2010), sedang
penularannya adalah nyamuk Aedes aegypTI dan Aedes albopictus (Widoyono,
2008).
Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam
jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968
hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara
Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara. Di
Indonesia DBD masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
utama. Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah
seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Di Indonesia
demam berdarah dengue pertama kali ditemukan di kota Surabaya pada tahun
1968, dimana sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya meninggal
dunia (Angka Kematian (AK): 41,3 %). Sejak saat itu, penyakit ini menyebar luas
ke seluruh Indonesia (Kemenkes RI, 2010).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari penyakit DBD ?
2. Apa penyebab dari penyakit DBD?
3. Apa saja tanda gejala dari penyakit DBD?
4. Apa saja klasifikasi dari penyakit DBD?
5. Bagaimana perjalanan penyakit DBD?
6. Apa saja kompikasi yang terjadi pada penyakit DBD?

1
7. Bagaimana penatalaksanaan dan pencegahan dari penyakit DBD?

1.3   Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari penyakit DBD.
2. Untuk mengetahui penyebab dari penyakit DBD.
3. Untuk mengetahui apa saja tanda gejala dari penyakit DBD.
4. Untuk mengetahui klasifikasi dari penyakit DBD.
5. Untuk mengetahui perjalanan penyakit penyakit DBD.
6. Untuk mengetahui apa saja kompikasi yang terjadi pada penyakit DBD.
7. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan dan pencegahan dari
penyakit DBD.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang
disebabkan oleh infeksi virus DEN-1, DEN-2, DEN-3 atau, DEN-4 (baca:
virus denggi tipe 1-4) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti
dan Aedes albopictus yang sebelumnya telah terinfeksi oleh virus dengue dari
penderita DBD lainnya.

2.2 Etiologi
Penyakit DBD disebabkan oleh virus Dengue dari kelompok arbovirus B,
yaitu arthropeod-bornenvirus atau vius yang disebarkan oleh artropoda. Vektor
utama penyakit DBD adalah nyamuk Aedes Aegypti (didaerah perkotaan) dan
Aedes albopictus (didaerah pedesaan) (Widoyono,2008).
Sifat nyamuk senang pada tinggal air yang jernih dan tergenang, telurnya
dapat bertahan berbulan-bulan pada suhu 20-42̊C. bila kelembaban terlalu rendah
telur ini akan menetas dalam waktu 4 hari, kemudian untuk menjadi nyamuk
dewasa ini memerlukan waktu 9 hari. nyamuk dewasa yang sudah menghisap
darah 3 hari dapat bertelur 100 butir (Murwani,2011).

2.3 Manifestasi Klinis


Gambaran klinis amat bervariasi, dari yang ringan, sedang seperti DD,
sampai ke DBD dengan maninfestasi demam akut, perdarahan, serta
kecenderungan terjadi renjatan yang dapat berakibat fatal. Masa inkubasi
dengue antara 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Pada DD terdapat peningkatan
suhu secara tiba-tiba , disertai sakit kepala ,nyeri yang hebat pada potot dan
tulang, mual, kadang muntah, dan batuk ringan. Sakit kepala dapat
menyeluruh atau berpusat pada supraorbital retroorbital. Nyeri di bagian otot
terutama dirasakan bila tendon dan otot perut ditekan pada mata dapat
ditemukan pembengkakan, injeksi konjungtiva lakmirasi, dan fotofobia. Otot-
otot disekitar mata terasa pegal, eksantem dapat muncul pada awal demam

3
yang terlihat jelas di muka dan dada, berlangsung beberapa jam lalu akan
muncul kembali pada hari 3-6 berupa bercak peteki di lengan dan kaki lalu
keseluruh tubuh. Pada saat suhu turun kenormal, ruam ppasien dapat
ditemukan kurva suhu yang bifasik. Dalam pemeriksaan fisik pasien DB
hampir tidak ditemukan kelainan. Nadi pasien mula-mula cepat kemudian
normal atau lebih lambat pada hari keempat dan kelima. Brardikardi dapat
menetap beberapa hari dalam masa penyembuhan. Dapat ditemukan lidah
kotor dan kesulitan buang air besar. Pada pasien DBD dapat terjadi gejala
pendarahan pada hari ketiga atau kelima berupa peteki, kurkura, ekimosis,
hematomesis, melena dan ekpistasis. Hati umumnya membesar dan terdapat
nyeri tekan yang tidak sesuai dengan beratnya penyakit. Pada pasien DSS
gejala renjatan ditandai dengan kulit yang terasa lembab dan dingin sianosis
perifer yang terutama tampak pada ujung hidung jari-jari tangan, serta
dijumpai penurunan darah. Renajatn biasanya terjadi pada waktu demam atau
saat demam turun antara hari ketiga dan hari ketujuh penyakit.

2.4 Klasifikasi
Pembagian derajat menurut (Soegijanto,2006) :
a. Derajat I :Demam dengan uji Torniquet positif
b. Derajat II :Demam dan perdarahan spontan, pada umumnya dikulit
atau perdarahan lain.
c. Derajat III :Demam,perdarahan spontan,disertai atau tidak disertai
hepatomegali dan ditemukan gejala gejala kegagalan sirkulasi meliputi
nadi yang cepat dan lemah, tekanan nadi menurun ( <20mmHg ) /
Hipotensi disertai ekstremitas dingin, dan anak gelisah.
d. Derajat IV :Demam,perdarahan spontan disertai atau tidak disertai
hepatomegali dan ditemukan gejala renjatan hebat (nadi tak teraba dan
tekanan darah tak terukur).

4
2.5 Patofisiologi dan Patogenesis
Fenomena patofisiologi utama menentukan berat penyakit dan
membedakan demam berdarah dengue dengan dengue klasik ialah tingginya
permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma,
terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diabetes hemoragik. Meningginya
nilai hematokrit pada penderita dengan renjatan menimbulkan dugaan bahwa
renjatan terjadi sebagai akibat kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler
melalui kapiler yang rusak dengan mengakibatkan menurunnya volume
plasma dan meningginya nilai hematokrit.
Mekanisme sebenarnya tentang patofisiologi dan patogenesis demam
berdarah dengue hingga kini belum diketahui secara pasti, tetapi sebagian
besar menganut "the secondary heterologous infection hypothesis" yang
mengatakan bahwa DBD dapat terjadi apabila seseorang setelah infeksi
dengue pertama mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang
berlainan dalam jangka waktu yang tertentu yang diperkirakan antara 6 bulan
sampai 5 tahun. Patogenesis terjadinya renjatan berdasarkan hipotese infeksi
sekunder dicoba dirumuskan oleh Suvatte dan dapat dilihat pada gambar.

Gambar 2.1 Patogenesis terjadinya syok pada DBD

5
Akibat infeksi kedua oleh tipe virus dengue yang berlainan pada seorang
penderita dengan kadar antibodi anti dengue yang rendah, respons antibodi
anamnestik yang akan terjardi dalam beberapa hari mengakibatkan proliferasi
dan transformasi limfosit imun dengan menghasilkan antibodi IgG anti
dengue titer tinggi. Replikasi virus dengue terjadi dengan akibat terdapatnya
virus dalam jumlah yang banyak. Hal-hal ini semuanya akan mengakibatkan
terbentuknya kompleks antigen antibodi yang selanjutnya akan mengaktivasi
sistem komplemen. Pelepasan C3a dan C5a akibat antivasi C3 dan C5
menyebabkan meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan
merembesnya plasma melalui endotel dindingpembuluh darah. Pada penderita
renjatan berat, volume plasma dapat berkurang sampai lebih dari pada 30%
dan berlangsung selama 24-48 jam. Renjatan yang tidak ditanggulangi secara
adekuat akan menimbulkan anoksia jaringan, asidosis metabolik dan
kematian. Sebab lain dari kematian pada DBD ialah perdarahan saluran
pencernaran hebat yang biasanya timbul setelah renjatan berlangsung lama
dan tidak dapat diatasi. Trombositopenia merupakan kelainan hematologis
yang ditemukan pada sebagian besar penderita DBD. Nilai trombosit mulai
menurun pada masa demam dan mencapai nilai terendah pada masa
renjatan. Jumlah tromosit secara cepat meningkat pada masa konvalesen
dan nilai normal biasanya tercapai sampai hari ke 10 sejak permulaan
penyakit. Kelainan sistem koagulasi mempunyai juga peranan sebagai sebab
perdarahan pada penderita DBD. Berapa faktor koagulasi menurun termasuk
faktor II, V, VII, IX, X dan fibrinogen. Faktor XII juga dilaporkan menurun.
Perubahan faktor koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hepar
yang fungsinya memang terbukti terganggu, juga oleh aktifasi sistem
koagulasi.

6
Gambar 2.2 Patogenesis Perdarahan pada DBD

Pembekuan intravaskuler menyeluruh (PIM/DIC) secara potensial dapat


terjadi juga pada penderita DBD tanpa atau dengan renjatan. Renjatan pada
PIM akan saling mempengaruhi sehingga penyakit akan memasuki renjatan
irrevesible disertai perdarahan hebat, terlihatnya organ-organ vital dan
berakhir dengan kematian

2.6 Komplikasi
a. Kelainan ginjal
Gagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase terminal, sebagai akibat
dari syok yang tidak teratasi dengan baik. Untuk mencegah gagal ginjal maka
setelah syok diobati dengan menggantikan volume intravaskular, penting
diperhatikan apakah benar syok telah teratasi dengan baik. Bila syok belum
teratasi dengan baik, sedangkan volume cairan telah dikurangi dapat terjadi
syok berulang. Pada keadaan syok berat sering kali dijumpai akute tubular

7
nekrosis, ditandai penurunan jumlah urine dan peningkatan kadar ureum dan
kreatinin.
b. Udema paru
Udema paru adalah komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat
pemberian cairan yang berlebih. Pemberian cairan pada hari sakit ketiga
sampai kelima sesuai panduan yang diberikan, biasanya tidak akan
menyebabkan udema paru oleh karena perembesan plasma masih terjadi.
Tetapi pada saat terjadi reabsorbsi plasma dari ruang ekstravakuler, apabila
cairan diberikan berlebih (kesalahan terjadi bila hanya melihat penurunan
hemogoblin dan hematokrit tanpa memerhatikan hari sakit), pasien akan
mengalami distress pernafasan, disertai sembab pada kelopak mata dan
ditunjang dengan gambaran udem paru pada foto rontgen dada.
Komplikasi demam berdarah biasanya berasosiasi dengan semkin beratnya
betuuk demam berdarah yang dialami, pendarahan, dan shock syindrome.
Komplikasi paling serius walaupun jarang terjadi adalah sebagai berikut :
a. Dehidrasi
b. Pendarahan
c. Jumlah platelet yang rendah
d. Hipotensi
e. Bradikardi
f. Kerusakan hati

2.7 Penatalaksanaan Penyakit DBD


Pengobatan penderita Demam Berdarah Dengue bersifat simptomatik dan
suportif yaitu adalah dengan cara:
- Penggantian cairan tubuh.
- Penderita diberi minum sebanyak 1,5 liter - 2 liter dalam 24 jam (air
teh dan gula sirup atau susu).
- Gastroenteritis oral solution/kristal diare yaitu garam elektrolit
(oralit), kalau perlu 1 sendok makan setiap 3-5 menit.
Apabila cairan oral tidak dapat diberikan oleh karena muntah atau nyeri

8
perut yang berlebihan maka cairan intravenaperlu diberikan. Medikamentosa
yang bersifat simptomatis :
- Untuk hiperpireksia dapat diberikan kompres es di kepala, ketiak,
inguinal.
- Antipiretik sebaiknya dari asetaminofen, eukinin atau dipiron.
- Antibiotik diberikan jika ada infeksi sekunder.
Sampai saat ini obat untuk membasmi virus dan vaksin untuk mencegah
penyakit Demam Berdarah belum tersedia.

2.8 Pencegahan
Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian
vektornya,
yaitu nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat
dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu :
A. Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain
dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat,
modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan
manusia, dan perbaikan desain rumah. Sebagai
contoh:
 Menguras bak mandi/penampungan air- sekurang-kurangnya
sekali seminggu.
 Mengganti/menguras vas bunga dan tempat- minum burung
seminggu sekali.
 Menutup dengan rapat tempat penampungan- air.
 Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar
rumah- dan lain sebagainya.
B. Biologis
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan
jentik (ikan adu/ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14).

9
C. Kimiawi
Cara pengendalian ini antara lain dengan:
 Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan
fenthion), berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai
batas waktu tertentu.
 Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat
penampungan air seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.

Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan
mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan ”3M Plus”, yaitu
menutup, menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus
seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan
kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida,
menggunakan repellent, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik berkala
dan disesuaikan dengan kondisi setempat.

10
BAB III
PENUTUP

3.1   Kesimpulan
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang
disebabkan oleh infeksi virus DEN-1, DEN-2, DEN-3 atau, DEN-4 (baca:
virus denggi tipe 1-4) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti
dan Aedes albopictus yang sebelumnya telah terinfeksi oleh virus dengue dari
penderita DBD lainnya.

3.2   Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggung jawabkan. Maka
dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan
makalah dalam ksimpulan diatas.

11
DAFTAR PUSTAKA

Sukohar, A. 2014. Demam Berdarah Dengue. Diunduh dari


https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/view/311. Diakse
16 Februari 2020.

Candra, A. 2010. Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi, Patogenesis dan


Faktor Risiko Penularan. Aspirator. 2(2):110-119. Diunduh dari
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/aspirator/article/download/2951/
2136. Diakses pada tanggal 16 februari 2020.

dr.Ginanjar, Genis. Apa yang Dokter Anda Tidak Katakan Tentang Demam
Berdarah. Yogyakarta : PT Mizan Publika.

https://www.scribd.com/document/366565256/DBD-doc

12

Anda mungkin juga menyukai