Anda di halaman 1dari 20

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL

TUGAS MATA KULIAH ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR

DOSEN PENGAMPU: YUSTIN N, M.Sc

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 :

1. FAUZIAH INTAN ISNAINI 1813453073


2. ANJAR INI HARFINA C 1813453054
3. HUKKU DIANA 1813453069
4. DEVI RAHMA SAR I 1813453064

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

PROGRAM STUDI D-III REGULER 2

POLTEKKES KEMENKES TANJUNG KARANG

TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat-Nya kami telah
menyelesaikan makalah ini. Makalah mengenai “Manusia Sebagai Makhluk Sosial” ini
diselesaikan oleh anggota kelompok dan dibantu oleh pihak lainnya yang turut
berkoordinasi sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Kami ucapkan
terima kasih atas segala koordinasi dalam pembuatan makalah ini, baik pikiran,waktu,
materi, dan lain – lain.

Kami menyadari keterbatasan dalam pembuatan makalah ini, baik materi


pembahasan dan penguasaan materi sehingga dapat menimbulkan kesalahan ataupun
kekurangan dalam makalah ini. Oleh sebab itu, mohon kiranya pembaca dapat
memaklumi atau memberi saran dan pembenaran jika terdapat kesalahan atau kekurangan
di dalam materi. Meskipun dengan keterbatasan tersebut, diharapkan makalah ini mampu
memberikan pengetahuan atau meningkatkan pengetahuan pembaca mengenai
antikoagulan. Kami bersyukur makalah ini telah selesai dan dapat dibaca.

Bandar Lampung, 23 Januari 2019

Penulis

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar ii

Daftar Isi iii

Bab 1 Pendahuluan 1

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Penulisan 1

Bab II Pembahasan 2

2.1 Pengertian Makhluk Sosial 2


2.2 Interaksi Sosial 3
2.3 Macam – Macam Interaksi Sosial 4
2.4 Faktor – Faktor Yang Mendasari Terjadinya Interaksi Sosial 4
2.5 Bentuk – Bentuk Interaksi Sosial 5
2.6 Sosialisasi 9

Bab 3. Penutup 16

3.1 Kesimpulan 16
3.2 Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia adalah makhluk yang tidak dapat hidup dengan sendiri. Manusia
diciptakan oleh Tuhan YME sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan satu
sama lain. Di dalam kehidupannya manusia memiliki keinginan untuk bersosialisasi
dengan sesamanya. Hal ini merupakan salah satu kodrat manusia yang selalu ingin
berhubungan dengan manusia lain. Setiap manusia selama hidup pasti mengalami
perubahan-perubahan. Perubahan dapat berupa perubahan yang tidak menarik dalam
arti kurang mencolok. Ada pula perubahan-perubahan yang pengaruhnya terbatas
maupun yang luas, serta ada pula perubahan-perubahan yang lambat sekali, akan
tetapi ada juga berjalan dengan cepat. Perubahan-perubahan hanya dapat diketemukan
oleh seseorang yang sempat meneliti susunan dan kehidupan suatu masyarakat pada
suatu waktu dan membandingkannya dengan susunan dan kehidupan masyarakat
tersebut pada waktu yang lampau. Perubahan-perubahan masyarakat dapat mengenai
nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola prilaku organisasi, sususnan
kelembagaan masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan sebagainya.
Terjadinya perubahan-perubahan tersebut disebabkan karena adanya interaksi sosial.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan rumusan makalah
sebagai berikut:
1. Apa alasan manusia dikatakan sebagai makhluk sosial?
2. Faktor-faktor apa saja yang mendasari terjadinya interaksi sosial?
3. Media (agen) sosialisasi apa saja yang menjadi wahana di mana individu akan
mengalami sosialisasi untuk mempersiapkan dirinya masuk ke dalam masyarakat
sepenuhnya?

1.3 Tujuan Penulisan


Makalah ini ditulis agar penulis dan pembaca mampu mempelajari tentang manusia
sebagai makhluk sosial.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Makhluk Sosial

Secara kodrati, manusia merupakan makhluk monodualistis, artinya selain sebagai


makhluk individu, manusia juga berperan sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial,
manusia dituntut untuk mampu bekerjasama dengan orang lain sehingga tercipta sebuah
kehidupan yang damai. Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan
dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa makan menggunakan tangan, bisa
berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensinya kemanusiaannya.
Seseorang memiliki sikap sosial apabila ia memperhatikan atau berbuat baik terhadap orang
lain.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sikap sosial merupakan beberapa tindakan
menuju kebaikan terhadap sesamanya. Selain itu, Manusia dikatakan sebagai mahkluk sosial
karena pada diri manusia ada dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain. Manusia
memiliki kebutuhan mencari kawan. Kebutuhan untuk berteman dengan orang lain, sering
kali didasarkan kepentingan dan persamaan ciri.
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai mahkluk sosial dengan
beberapa alasan, yaitu:
1. Ada dorongan untuk berinteraksi.
2. Manusia tunduk pada aturan norma sosial.
3. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan satu sama lain.
4. Potensi manusia akan benar-benar berkembang apabila ia hidup ditengah-tengah
manusia.
Berikut ini adalah pengertian dan definisi makhluk sosial menurut para ahli:
1. Menurut KBBI :
Makhluk social adalah manusia yang berhubungan timbal balik dengan manusia lain
2. Menurut Elly M. Setiadi :
Makhluk social adalah makhluk yang didalam hidupnya tidak bias melepaskan diri dari
pengaruh orang lain.
3. Menurut Dr. Johannes Garang :
Makhluk social adalah makhluk berkelompok dan tidak mampu hidup menyendiri.

2
4. Menurut Aristoteles :
Makhluk sosial merupakan zoon politicon, yang berarti menusia dikodratkan untuk hidup
bermasyarakat dan berinteraksi satu sama lain
5. Menurut Liturgis :
Makhluk sosial merupakan makhluk yang saling berhubungan satu sama lain serta tidak
dapat melepaskan diri dari hidup bersama.

2.2 Interaksi Sosial


Kata interaksi berasal dari kata inter dan action. Interaksi sosial adalah hubungan
timbal balik saling mempengaruhi antara individu, kelompok sosial, dan masyarakat.
Interaksi adalah proses di mana orang-oarang berkomunikasi saling pengaruh
mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan. Seperti kita ketahui, bahwa manusia dalam
kehidupan sehari-hari tidaklah lepas dari hubungan satu dengan yang lain.
Ada beberapa pengertian interaksi sosial menurut para ahli:
1. Menurut H. Booner dalam bukunya Social Psychology memberikan rumusan interaksi
sosial bahwa: “Interaksi sosial adalah hubungan antar dua individu atau lebih, dimana
kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan
individu yang lain atau sebaliknya.
2. Menurut Gillin dan Gillin (1954) yang menyatakan bahwa interaksi sosial adalah
hubungan-hubungan antara orang-orang secara individual, antar kelompok orang, dan
orang perorangan dengan kelompok.
3. Maryati dan Suryawati (2003) menyatakan bahwa, “Interaksi sosial adalah kontak
atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar individu, antar
kelompok atau antar individu dan kelompok.”
4. Murdiyatmoko dan Handayani (2004), “Interaksi sosial adalah hubungan antar
manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi yang
menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan
struktur social.”
5. Siagian (2004) “Interaksi positif hanya mungkin terjadi apabila terdapat suasana
saling mempercayai, menghargai, dan saling mendukung.”
Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial adalah suatu
hubungan timbal balik antar sesama manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain baik
itu dalam hubungan antar individu, antar kelompok maupun atar individu dan kelompok
dalam kehidupan social.

3
2.3 Macam-Macam Interaksi Sosial
Menurut Maryati dan Suryawati (2003) interaksi sosial dibagi menjadi tiga macam,
yaitu:
1. Interaksi antara individu dan individu
Dalam hubungan ini bisa terjadi interaksi positif ataupun negatif. Interaksi positif,
jika hubungan yang terjadi saling menguntungkan. Interaksi negatif, jika
hubungan timbal balik merugikan satu pihak atau keduanya (bermusuhan).
2. Interaksi antara individu dan kelompok:
Interaksi ini pun dapat berlangsung secara positif maupun negatif. Bentuk
interaksi sosial individu dan kelompok bermacam-macam sesuai situasi dan
kondisinya.
3. Interaksi sosial antara kelompok dan kelompok:
Interaksi sosial kelompok dan kelompok terjadi sebagai satu kesatuan bukan
kehendak pribadi. Misalnya, kerja sama antara dua perusahaan untuk
membicarakan suatu proyek

2.4 Faktor-Faktor Yang Mendasari Terjadinya Interaksi Sosial


1. Imitasi adalah suatu proses peniruan atau meniru.
Banyak perilaku kita sebenarnya diawali dengan meniru. Salah satu contohnya
meniru potongan rambut, model pakaian, model celana, dan lain-lain. Proses
peniruan ini lebih mudah terjadi dan mudah berubah. Artinya proses peniruan
seringkali tidak bertahan lama, karena apabila ada model baru, maka model yang
lama akan ditinggalkan dan berubah meniru ke model yang baru. Biasanya yang
ditiru adalah hal-hal yang artificial yaitu hal-hal yang nampak saja dan bersifat
fisil.
2. Sugesti adalah suatu proses di mana seorang individu menerima suatu cara
penglihatan atau pedoman-pedoman tingkah laku orang lain tanpa dkritik terlebih
dahulu.
Yang dimaksud sugesti di sini adalah pengaruh pysic, baik yang datang dari
dirinya sendiri maupun dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa
adanya kritik. Arti sugesti dan imitasi dalam hubungannya, dengan interaksi sosial
adalah hampir sama. Bedanya ialah bahwa imitasi orang yang satu mengikuti

4
salah satu dirinya, sedangkan pada sugesti seeorang memberikan pandangan atau
sikap dari dirinya, lalu diterima oleh orang lain di luarnya.
3. Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identi (sama) dengan
orang lain, baik secara lahiriah maupun batiniah.
4. Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain.
Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan penilain
perasaan seperti juga pada proses identifikasi.

2.5 Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial


Setidaknya ada dua macam bentuk interaksi sosial sebagai wujud proses sosial dalam
kehidupan masyarakat. Dua bentuk proses interaksi sosial, yaitu proses asosiatif dan
proses disosiatif.
1. Proses asosiatif
Proses asosiatif adalah bentuk interaksi sosial yang dapat meningkatkan hubungan
solidaritas antarindividu. Kerjasama (cooperation)
Kerjasama merupakan bentuk interaksi sosial yang utama. Kerjasama
dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara perorangan atau kelompok
manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama.
Kerjasama ini semakin menguat apabila ada tantangan dari luar kelompoknya.
Kerjasama bisa timbul jika terjadi hal-hal berikut.
a. Orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan
yang sama.
b. Kedua belah pihak memiliki sumbangan atau kontribusi untuk memenuhi
kepentingan mereka melalui kerjasama.
Kerjasama merupakan bentuk proses sosial yang baik, tetapi bukan kerjasama dalam
hal yang negatif, seperti kerjasama ketika para siswa sedang melaku-kan ulangan atau
ujian. Apakah kamu melihat ada bentuk kerjasama yang lain di lingkunganmu? Ada
beberapa bentuk kerjasama untuk menyelesaikan pekerjaan antara lain sebagai
berikut.
a. Kerukunan
Kerukunan adalah hidup berdampingan secara damai dan melakukan
kerjasama secara bersama-sama. Kerukunan dapat ditunjukkan dari
kegiatan kerja bakti yang dilakukan warga atau secara bergiliran

5
melakukan ronda untuk menjaga keamanan kampung. Kerukunan pada
intinya mencakup gotong-royong dan tolong-menolong.
b. Tawar-menawar (bargaining)
Tawar-menawar adalah bentuk perjanjian mengenai pertukaran barang
dan jasa antara dua organisasi atau lebih.
c. Kooptasi
Kooptasi adalah kerjasama dalam bentuk mau menerima pendapat atau ide
orang atau kelompok lain. Hal itu diperlukan agar kerjasama dapat
berlanjut dengan baik.
d. Koalisi
Koalisi adalah bentuk kerjasama antara dua organisasi atau lebih yang
mempunyai kesamaan tujuan. Koalisi dilakukan agar memperoleh hasil
yang lebih besar.
e. Joint venture
Joint venture adalah bentuk kerjasama yang dilakukan oleh beberapa
perusahaan. Dengan joint venture diharapkan hasil atau keuntungan yang
diperoleh dari sebuah usaha akan lebih besar.

2. Akomodasi (accomodation)
Akomodasi dipergunakan dalam dua arti, yaitu yang menunjuk pada suatu
keadaan dan yang menunjuk pada suatu proses. Akomodasi yang menunjuk pada
suatu keadaan, berarti adanya suatu keseimbanga dalam interaksi di antara orang-
orang, yang kaitan dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku
dalam masyarakat. Sedangkan sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada
usaha-usaha manusia untuk mencapai kestabilan.
Akomodasi mempunyai tujuan sebagai berikut.
a. Mengurangi pertentangan.
b. Mencegah pertentangan untuk sementara.
c. Memungkinkan terjadinya kerjasama.
d. Mengusahakan peleburan antara kelompok social.

6
Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara untuk menyelesaikan
pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan
kepribadiannya. Ada beberapa bentuk akomodasi. Bentuk-bentuk akomodasi tersebut
antara lain sebagai berikut.
a. Paksaan (coercion)
Paksaan merupakan bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena
adanya unsuur paksaan. Paksaan merupakan bentuk akomodasi dengan salah
satu pihak berada dalam keadaan yang lemah dibandingkan dengan pihak
lawan.
b. Kompromi
Kompromi adalah bentuk akomodasi di mana pihak-pihak yang terlibat saling
mengurangi tuntutannya, agar tercapai suatu penyelesaian terhadap
perselisihan yang ada.
c. Penengah (arbitration)
Adanya penengah (arbitration) atau pihak ketiga merupakan suatu cara unruk
mencapai kompromi apabila pihak-pihak yang berhadapan tidak sanggup
mencapai penyelesaian. Pertentangan diselesaikan oleh pihak ketiga yang
dipilih oleh kedua belah pihak yang bertentangan.
d. Mediasi
Mediasi menyerupai penengah. Pada mediasi hadirnya pihak ketiga hanya
sebagai penasihat belaka. Tugas pihak ketiga adalah memberi nasihat agar
para pihak yang bertikai menemukan penye¬lesaian untuk selanjutnya
melakukan perdamaian.
e. Konsilisasi
Konsilisasi adalah suatu usaha mempertemukan keinginan-keinginan dari
pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu tujuan bersama.
f. Kesabaran
Kesabaran suatu bentuk akomodasi tanpa persetuju-an yang resmi. Pada usaha
ini pihak yang berselisih menyadari betapa berselisih itu tidak bermanfaat.
Secara perlahan-lahan perselisihan diharapkan akan hilang atau setidaknya
berkurang.

7
g. Terperangkap (skakmat)
Terperangkap hingga tak dapat bergerak lagi adalah suatu bentuk akomodasi
di mana dua pihak yang sedang berselisih yang mempunyai kekuatan
seimbang berhenti pada suatu titik tertentu.
h. Keputusan pengadilan
Keputusan pengadilan adalah penye¬lesaian perselisihan melalui jalan
pengadilan. Hal ini dilakukan karena kedua belah pihak mengalami kesulitan
mencari jalan damai.

3. Proses disosiatif
Proses disosiatif adalah bentuk interaksi sosial yang dapat merenggangkan
hubungan solidaritas antarindividu. Proses disosiatif meliputi persaingan,
kontravensi, dan konflik.
a. Persaingan (competition) Persaingan adalah proses sosial dimana individu atau
kelompok manusia bersaing mencari keuntungan melalui suatu bidang
kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum,
dengar. cara menarik perhatian publik atau mem-pertajam prasangka yang ada,
tanpa menggunakan ancaman atau kekerasan. Beberapa bentuk persaingan
antara lain persaingan ekonomi, persaingan kebu¬dayaan, persaingan
kedudukan dan peranan, serta persaingan ras.
b. Kontravensi (contravention)
Pada hakikatnya kontravensi merupakan suatu bentuk proses sosial yang
berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Kontravensi adalah
sikap mental yang tersembunyi terhadap orang-orang lain atau unsur-unsur
kebudayaan £olongan tertentu, yang dapat berubah menjadi ^encian, tetapi
tidak sampai pada pertentangan pertikaian. Secara umum, bentuk kontravensi
meliputi penolakan, keengganan, perlawanan, per-buatan menghalang-halangi,
protes, dan mengecewa-kan rencana pihak lain.
c. Pertentangan/pertikaian (conflict)
interaksi sosial dalam bentuk pertentangan atau pertikaian terjadi jika masing-
masing pihak yang sedang mengadakan interaksi, tidak menemukan
kesepahaman mengenai sesuatu, kemudian berlanjut menjadi adu kekuatan,
lalu timbul adanya perten¬tangan atau pertikaian. Pertentangan atau pertikaian
tersebut dapat bersifat sementara atau terus-menerus.

8
2.6 Sosialisasi
Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan
aturan dari suau generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau
masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut soisalisasi sebagai teori mengenai peranan
(role theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran peran yang harus
dijalankan oleh individu.
Pengertian sosialisasi menurut beberapa para ahli:
 Charlotte Buhler
Sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan
menyesuaikan diri terhadap bagaimana cara hidup dan bagaimana cara
berpikir kelompoknya, agar ia dapat berperan dan berfungsi dalam
kelompoknya
 Koentjaraningrat
Sosialisasi adalah seluruh proses di mana seorang individu sejak masa
kanak-kanak sampai dewasa, berkembang, berhubungan, mengenal, dan
menyesuaikan diri dengan individu-individu lain yang hidup dalam
masyarakat sekitarnya.
 Paul B. Horton
Sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta
memahami norma-norma dalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga
akan membentuk kepribadiannya.

JENIS-JENIS SOSIALISASI
Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua: sosialisasi primer
(dalam keluarga) dan sosialisasi sekunder (dalam masyarakat).
MenurutGoffman kedua proses tersebut berlangsung dalam institusi total,
yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kedua institusi tersebut,
terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari masyarakat
luas dalam jangka waktu kurun tertentu, bersama-sama menjalani hidup yang
terkukung, dan diatur secara formal.
 Sosialisasi primer
Peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan sosialisasi primer
sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan

9
belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer
berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk
ke sekolah. Anak mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan
keluarga. Secara bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan
orang lain di sekitar keluarganya.
Dalam tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak
menjadi sangat penting sebab seorang anak melakukan
pola interaksi secara terbatas di dalamnya. Warna kepribadian anak akan
sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara
anak dengan anggota keluarga terdekatnya.
 Sosialisasi sekunder
Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah
sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok
tertentu dalam masyarakat.
Salah satu bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam
proses resosialisasi, seseorang diberi suatu identitas diri yang baru.
Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami 'pencabutan'
identitas diri yang lama.

TIPE SOSIALISASI
Setiap kelompok masyarakat mempunyai standar dan nilai yang berbeda.
Contoh, standar 'apakah seseorang itu baik atau tidak' di sekolah dengan di
kelompok sepermainan tentu berbeda.
Di sekolah, misalnya, seseorang disebut baik apabila nilai ulangannya di atas
tujuh atau tidak pernah terlambat masuk sekolah. Sementara di kelompok
sepermainan, seseorang disebut baik apabila solider dengan teman atau saling
membantu. Perbedaan standar dan nilai pun tidak terlepas dari tipe sosialisasi
yang ada. Ada dua tipe sosialisasi. Kedua tipe sosialisasi tersebut adalah
sebagai berikut.
 Formal
Sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang
menurut ketentuan yang berlaku dalam negara, seperti pendidikan di
sekolah dan pendidikanmiliter.

10
 Informal
Sosialisasi tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang
bersifat kekeluargaan, seperti antara teman, sahabat, sesama anggota klub,
dan kelompok-kelompok sosial yang ada di dalam masyarakat.

POLA SOSIALIASI
Sosiologi dapat dibagi menjadi dua pola: sosialisasi represif dan sosialisasi
partisipatoris. Sosialisasi represif (repressive socialization) menekankan pada
penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Ciri lain dari sosialisasi represif
adalah penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan.
Penekanan pada kepatuhan anak dan orang tua. Penekanan pada komunikasi
yang bersifat satu arah, nonverbal dan berisi perintah, penekanan sosialisasi
terletak pada orang tua dan keinginan orang tua, dan peran keluarga
sebagai significant other.Sosialisasi partisipatoris (participatory
socialization) merupakan pola di mana anak diberi imbalan ketika berprilaku
baik. Selain itu, hukuman dan imbalan bersifat simbolik. Dalam proses
sosialisasi ini anak diberi kebebasan. Penekanan diletakkan
pada interaksi dan komunikasi bersifat lisan yang menjadi pusat sosialisasi
adalah anak dan keperluan anak. Keluarga menjadigeneralized other.

PROSES SOSIALISASI
Menurut George Herbert Mead
George Herbert Mead berpendapat bahwa sosialisasi yang dilalui seseorang
dapat dibedakan menlalui tahap-tahap sebagai berikut.
 Tahap persiapan (Preparatory Stage)
Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak
mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk
memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini juga anak-anak
mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna.
Contoh: Kata "makan" yang diajarkan ibu kepada anaknya yang
masih balita diucapkan "mam". Makna kata tersebut juga belum dipahami
tepat oleh anak. Lama-kelamaan anak memahami secara tepat makna kata
makan tersebut dengan kenyataan yang dialaminya.

11
 Tahap meniru (Play Stage)
Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan
peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai
terbentuk kesadaran tentang anma diri dan siapa nama orang tuanya,
kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai menyadari tentang apa yang
dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari anak.
Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang
lain juga mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial
manusia berisikan banyak orang telah mulai terbentuk. Sebagian dari
orang tersebut merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi
pembentukan dan bertahannya diri, yakni dari mana anak
menyerap norma dan nilai. Bagi seorang anak, orang-orang ini disebut
orang-orang yang amat berarti (Significant other)
 Tahap siap bertindak (Game Stage)
Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan
oleh peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh
kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain pun
meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara
bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan untuk
membela keluarga dan bekerja sama denganteman-temannya. Pada tahap
ini lawan berinteraksi semakin banyak dan hubunganya semakin
kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya di
luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara
bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai
menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya.
 Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage/Generalized
other)
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat
menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata
lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang yang
berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat luas. Manusia
dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama--
bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya-- secara mantap.

12
Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga
masyarakat dalam arti sepenuhnya

AGEN SOSIALISASI
Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan
sosialisasi. Ada empat agen sosialisasi yang utama, yaitu keluarga, kelompok
bermain, media massa, dan lembaga pendidikan sekolah. Pesan-pesan yang
disampaikan agen sosialisasi berlainan dan tidak selamanya sejalan satu sama
lain. Apa yang diajarkan keluarga mungkin saja berbeda dan bisa jadi
bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh agen sosialisasi lain. Misalnya,
di sekolah anak-anak diajarkan untuk tidak merokok, meminum minman keras
dan menggunakan obat-obatan terlarang (narkoba), tetapi mereka dengan
leluasa mempelajarinya dari teman-teman sebaya atau media massa. Proses
sosialisasi akan berjalan lancar apabila pesan-pesan yang disampaikan oleh
agen-agen sosialisasi itu tidak bertentangan atau selayaknya saling mendukung
satu sama lain. Akan tetapi, di masyarakat, sosialisasi dijalani oleh individu
dalam situasi konflik pribadi karena dikacaukan oleh agen sosialisasi yang
berlainan.

 Keluarga (kinship)
Bagi keluarga inti (nuclear family) agen sosialisasi meliputi ayah, ibu,
saudara kandung, dan saudara angkat yang belum menikah dan tinggal
secara bersama-sama dalam suatu rumah. Sedangkan pada masyarakat yang
menganut sistem kekerabatan diperluas (extended family), agen
sosialisasinya menjadi lebih luas karena dalam satu rumah dapat saja terdiri
atas beberapa keluarga yang meliputi kakek, nenek, paman, dan bibi di
samping anggota keluarga inti. Pada masyarakat perkotaan yang telah padat
penduduknya, sosialisasi dilakukan oleh orang-orabng yang berada diluar
anggota kerabat biologis seorang anak. Kadangkala terdapat agen sosialisasi
yang merupakan anggota kerabat sosiologisnya, misalnya pramusiwi,
menurut Gertrudge Jaegerperanan para agen sosialisasi dalam sistem
keluarga pada tahap awal sangat besar karena anak sepenuhnya berada
dalam ligkugan keluarganya terutama orang tuanya sendiri.

13
 Teman pergaulan
Teman pergaulan (sering juga disebut teman bermain) pertama kali
didapatkan manusia ketika ia mampu berpergian ke luar rumah. Pada
awalnya, teman bermain dimaksudkan sebagai kelompok yang bersifat
rekreatif, namun dapat pula memberikan pengaruh dalam proses
sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh teman bermain adalah
pada masa remaja. Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam
membentuk kepribadian seorang individu.
Berbeda dengan proses sosialisasi dalam keluarga yang melibatkan
hubungan tidak sederajat (berbeda usia, pengalaman, dan peranan),
sosialisasi dalam kelompok bermain dilakukan dengan cara mempelajari
pola interaksi dengan orang-orang yang sederajat dengan dirinya. Oleh
sebab itu, dalam kelompok bermain, anak dapat mempelajari peraturan
yang mengatur peranan orang-orang yang kedudukannya sederajat dan
juga mempelajari nilai-nilai keadilan.
 Lembaga pendidikan formal (sekolah)
Menurut Dreeben, dalam lembaga pendidikan formal seseorang belajar
membaca, menulis, dan berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari
adalah aturan-aturan mengenai kemandirian (independence), prestasi
(achievement), universalisme, dan kekhasan (specificity). Di lingkungan
rumah seorang anak mengharapkan bantuan dari orang tuanya dalam
melaksanakan berbagai pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian besar tugas
sekolah harus dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab.
 Media massa
Yang termasuk kelompok media massa di sini adalah media cetak (surat
kabar, majalah, tabloid), media elektronik (radio, televisi, video, film).
Besarnya pengaruh media sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi
pesan yang disampaikan. Contoh: Penayangan acara SmackDown! di
televisi diyakini telah menyebabkan penyimpangan perilaku anak-anak
dalam beberapa kasus.
 Agen-agen lain
Selain keluarga, sekolah, kelompok bermain dan media massa,
sosialisasi juga dilakukan oleh institusi agama, tetangga, organisasi

14
rekreasional, masyarakat, dan lingkungan pekerjaan. Semuanya
membantu seseorang membentuk pandangannya sendiri tentang
dunianya dan membuat presepsi mengenai tindakan-tindakan yang
pantas dan tidak pantas dilakukan. Dalam beberapa kasus, pengaruh-
pengaruh agen-agen ini sangat besar.

15
BAB III
PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
Dari uraian makalah yang kami buat, dapat disimpulkan bahwa alasan manusia
dikatakan sebagai makhluk sosial karena:
 Ada dorongan untuk berinteraksi
 Manusia tunduk pada aturan, norma social
 Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.
 Manusia tidak dapat hidup sebagai manusia jika tidak ada di tengah-tengah
manusia.
Ada beberapa faktor yang mendasari terjadinya interaksi sosial, yaitu: imitasi,
sugesti, identifikasi, dan simpati. Media (agen) sosialisasi utama yang menjadi
wahana di mana individu akan mengalami sosialisasi untuk mempersiapkan
dirinya masuk ke dalam masyarakat sepenuhnya antara lain:
 Keluarga
 Teman Sepermainan (Kelompok Sebaya)
 Sekolah
 Lingkungan Kerja
 Media Massa

3.2 Saran
Dengan terselesaikannya makalah ini, semoga dapat dimanfaatkan dan dapat
dijadikan sumber pengetahuan baru oleh semua pihak. Kami menyadari masih
banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini karena keterbatasan materi
yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan agar kami bisa menjadi lebih baik dalam meyusun makalah.

16
DAFTAR PUSTAKA

http://mpith-v3-mpith.blogspot.com/2011/03/manusia-sebagai-makhluk-
sosial.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Sosialisasi

17

Anda mungkin juga menyukai