Secara bahasa kata kufur berasal dari kata ‘kafara yakfuru kufran wa kufuran wa
kufranan’. berarti menutupi sesuatu, menyembunyikan kebaikan yang telah diterima atau tidak
berterima kasih. Sedangkan menurut syara’ kufur adalah tidak beriman kepada Allah dan
Rasulnya, baik dengan mendustakannya atau tidak mendustakannya. Maksud dari mendustakan
berarti menentang atau menolak sedangkan tidak mendustakan artinya hanya sekadar tidak iman
dan tidak percaya. Sedangkan orang yang kufur disebut kafir. Kafir adalah orang yang menutup
hatinya dari hidayah Allah SWT. Allah berfirman dalam Surah Al-Bayyinah ayat 1 :
ُش ِر ِكيْنَ ُم ْنفَ ِّكيْنَ َح ٰتّى تَْأتِيَ ُه ُم ا ْلبَيِّنَ ۙة ِ لَ ْم يَ ُك ِن الَّ ِذيْنَ َكفَ ُر ْوا ِمنْ اَ ْه ِل ا ْل ِك ٰت
ْ ب َوا ْل ُم
Artinya: ”Orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan
bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang
nyata”. 1
Adapun pengertian kufur yang diambil dari Ensiklopedi Islam, yaitu : Al-Kufr (tertutup)
atau tersembunyi, mengalami perluasan makna menjadi “ingkar” atau tidak percaya,
ketidakpercayaan kepada Tuhan. Kata kafir mengisyaratkan usaha keras untuk menolak bukti-
bukti kebenaran Tuhan, yakni sebuah kehendak untuk mengingkari Tuhan, sengaja tidak
mensyukuri kehidupan dan mengingkari wahyu.2
Kufur akbar/Besar
1
Yuni Puspitaningrum, Konsep Iman, kufur, njfaq,Ta’dib : Jurnal Penidikan Islam dan Isu-isu Sosial Volume 18 No 2 (
Juli- Des 2020 )
2
Harun Nasution, Teologi Islam, Jakarta : UI Press, 2016. hlm 147
Kufur akbar adalah kufur yang mengeluarkan pelakunya dari millatul islam, 3 dan ia ada
enam macam:
1. Kufur takdzib yaitu mendustakan islam dengan hati dan lisan. Ia meyakini bahwa islam
adalah dusta dan mengatakan dengan lisannya. Seperti firman Allah dalam Qs.Al Mulk: 9
ٰ َ وا بَلَ ٰى قَ ْد َجٓاءنَا نَ ِذي ٌر فَ َك َّذ ْبنَا وقُ ْلنَا ما نَ َّز َل ٱهَّلل ُ ِمن َش ْى ٍء ْن َأنتُ ْم اَّل فِى
۟ ُقَال
ٍ ِضلَ ٍل َكب
ير ِإ ِإ َ َ َ
Artinya: Mereka menjawab: "Benar ada", sesungguhnya telah datang kepada kami
seorang pemberi peringatan, maka kami mendustakan(nya) dan kami katakan: "Allah tidak
menurunkan sesuatupun; kamu tidak lain hanyalah di dalam kesesatan yang besar".
Contoh kufur takdzib : Jika seseorang berkeyakinan bahwa Muhammad itu berdusta,
AlQur‟an merupakan buatan Muhammad, Al-Qur‟an itu tidak otentik, maka orang ini kafir
karena telah mendustakan wahyu Allah.
2. Kufur juhud yaitu meyakini kebenaran islam dengan hatinya namun lisannya mendustakan
bahkan memerangi dengan anggota badan. Muhammad Husin Tabataba’i seorang ahli tafsir
kontemporer dari Iran, membagi kufurr Juhud atas dua macam, yaitu:
a. Juhud terhadap Allah SWT, yaitu tidak percaya adanya Allah SWT, surga, neraka dan
lainnya. Penganutnya disebut zindik atau ad-dahriyyin (ateis).
b. Juhud terhadap ajaran Allah SWT dalam keadaan mengetahui bahwa apa yang
diingkarinya itu adalah kebenaran yang berasal dari Allah SWT
Contohnya adalah kufurnya fir‟aun dan kuffar quraisy.
3. Kufur istikbar yaitu meyakini kebenaran islam dengan hati dan lisannya, namun ia
bersombong diri dan tidak mau menerima islam dan melaksanakannya karena sombong dan
menganggap remeh. Dan kufur ini disebut juga dengan kufur “ienad”.
Contohnya adalah kekufuran iblis. Dia percaya bahwa Allah itu Maha Esa, bahkan iblis
pernah berdialog langsung dengan Allah. Namun, iblis tidak mau tunduk kepada Allah
karena dia bersikap sombong4. Dalilnya adalah firman Allah dalam Qs. Al-Baqarah ayat 34
ۤ
َ ۗ َواِ ْذ قُ ْلنَا لِ ْل َم ٰل ِٕى َك ِة ا ْس ُج ُدوْ ا اِل ٰ َد َم فَ َس َجد ُْٓوا آِاَّل اِ ْبلِي
َْس اَ ٰبى َوا ْستَ ْكبَ َۖر َو َكانَ ِمنَ ْال ٰكفِ ِر ْين
Artinya, “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, „Tunduklah kamu
kepada Adam.‟ Lalu, mereka tunduk kecuali iblis; ia enggan dan congkak, dan ia termasuk
orang-orang kafir.’” (QS. AlBaqarah:34)
3
Ibid.
4
Al-Jahlu bi Masaailil I'tiqaad wa Hukmuhu, Abdur Razzaq bin Thahir bin Ahmad Ma'as
4. Kufur I’radl yaitu berpaling dari islam, dia tidak mau tahu tentang agamanya, sama sekali
tidak peduli dengan Islam; tidak pernah ibadah, tidak mengenal Islam, dan lain sebagainya.
Sebagaimana firman Allah dalam Qs. Thaha : 124
ضن ًكا َونَحْ ُش ُر ۥهُ يَوْ َم ْٱلقِ ٰيَ َم ِة َأ ْع َم ٰى َ َو َم ْن َأ ْع َر
َ ًض عَن ِذ ْك ِرى فَِإ َّن لَ ۥهُ َم ِعي َشة
5. Kufur nifaq yaitu mendustakan islam dengan hatinya dan memperlihatkan keimanan
dengan lisan dan badannya,. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Munafiqun:3
َك بِاَنَّهُ ْم ٰا َمنُوْ ا ثُ َّم َكفَرُوْ ا فَطُبِ َع ع َٰلى قُلُوْ بِ ِه ْم فَهُ ْم اَل يَ ْفقَهُوْ ن
َ ِٰذل
Artinya : Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian
menjadi kafir, maka hati mereka dikunci, sehingga mereka tidak dapat mengerti.
Contohnya seperti kufurnya Abdullah bin Ubay bin Salul gembong munafiq
َْرفُونَ نِ ْع َمتَ ٱهَّلل ِ ثُ َّم يُن ِكرُونَهَا َوَأ ْكثَ ُرهُ ُم ْٱل ٰ َكفِرُون
ِ يَع
Artinya : “Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkari dan kebanyakan
5
Ibid
mereka adalah orang-orang kafir”. [An-Nahl : 83]6
2. seorang muslim yang memerangi orang muslim
3. mencela nasab seseorang.
4. meratapi mayat.7
Para ulama dari kalangan empat madzhab membagi kufur menjadi tiga macam, diantaranya:
a) Kufur I tiqodi yaitu kufur yang bersumber dari keyakinan atau hati, seperti keyakinan
bahwa Allah bertempat, ada pada satu arah atau semua arah, bersemayam, duduk di atas
singgahsana, Allah di atas arrasy, atau juga berkeyakinan bahwa Allah adalah cahaya dan
semacamnya
b) Kufur Fi’li yaitu kufur yang bersumber dari perbuatan, seperti sujud kepada berhala,
melempar mushaf atau lembaran-lembaran yang bertuliskan ayat alquran atau nama-nama yang
di agungkan ketempat sampah atau kotoran yang najis atau menginjaknya dengan sengaja dan
lain-lain.
c) Kufur Qauli yaitu kufur yang bersumber dari ucapan, seperti mencaci Allah, mencaci
Nabi, melalaikan dan agama islam, meremehkan janji dan ancaman Allah, mengharamkan
perkara-perkara yang jelas-jelas halal atau sebaliknya menghalalkan yg haram
6
Al-Burhan fi Masailil Iman jilid 1, hal 12-14 oleh syaikhuna KH. Abdul Wahid Hasyim
7
At-Tauhid Al-Muyassar-pdf, hal. 34 oleh Abdullah bin Ahmad Al-Huwail
8
Fadlun, Nikmat Semakin., 60.