Oleh
Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan
Kufur Besar
Kufur besar bisa mengeluarkan seseorang dari agama Islam. Kufur besar ada lima macam
‘Artinya : Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang-orang yang mengada-adakan
dusta terhadap Allah atau mendustakan kebenaran tatkala yang hak itu datang
kepadanya ? Bukankah dalam Neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang
kafir ?” [Al-Ankabut : 68]
“Artinya : Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para Malaikat, ‘Tunduklah kamu
kepada Adam’. Lalu mereka tunduk kecuali iblis, ia enggan dan congkak dan adalah ia
termasuk orang-orang kafir” [Al-Baqarah : 34]
“Artinya : Dan orang-orang itu berpaling dari peringatan yang disampaikan kepada
mereka” [Al-Ahqaf : 3]
“Artinya : Yang demikian itu adalah karena mereka beriman (secara) lahirnya lalu kafir
(secara batinnya), kemudian hati mereka dikunci mati, karena itu mereka tidak dapat
mengerti” [Al-Munafiqun : 3]
Kufur Kecil
Kufur kecil yaitu kufur yang tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama Islam, dan ia
adalah kufur amali. Kufur amali ialah dosa-dosa yang disebutkan di dalam Al-Qur’an dan
As-Sunnah sebagai dosa-dosa kufur, tetapi tidak mencapai derajat kufur besar. Seperti
kufur nikmat, sebagaimana yang disebutkan dalam firmanNya.
Termasuk juga membunuh orang muslim, sebagaimana yang disebutkan dalam sabda
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Artinya : Mencaci orang muslim adalah suatu kefasikan dan membunuhnya adalah suatu
kekufuran” [Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim]
Termasuk juga bersumpah dengan nama selain Allah. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda.
“Artinya : Barangsiapa bersumpah dengan nama selain Allah, maka ia telah berbuat kufur
atau syirik” [At-Tirmidzi dan dihasankannya, serta dishahihkan oleh Al-Hakim]
Yang demikian itu karena Allah tetap menjadikan para pelaku dosa sebagai orang-orang
mukmin. Allah berfirman.
“Artinya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash berkenan
dengan orang-orang yang dibunuh” [Al-Baqarah : 178]
Allah tidak mengeluarkan orang yang membunuh dari golongan orang-orang beriman,
bahkan menjadikannya sebagai saudara bagi wali yang (berhak melakukan) qishash[1].
Allah berfirman
“Artinya : Maka barangsiapa mendapat suatu pemaafan dari saudarnya, hendaklah (yang
memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma’af)
membayar (diat) kepada yangmemberi maaf dengan cara yang baik (pula)” Al-Baqarah :
178]
Yang dimaksud dengan saudara dalam ayat di atas –tanpa diargukan lagi- adalah saudara
seagama, berdasarkan firman Allah.
“Artinya : Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang maka
damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya
terhadap golongan yang lain, maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga
golongan itu kembali, kepada perintah Allah, jika golongan itu telah kembali (kepada
perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang berlaku adil. Sesungguhnya orang-orang mukmin
adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah
kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat” [Al-Hujurat : 9-10] [2]
[1]. Kufur besar mengeluarkan pelakunya dari agama Islam dan menghapuskan (pahala)
amalnya, sedangkan kufur kecil tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama Islam,
juga tidak menghapuskan (pahala)nya sesuai dengan kadar kekufurannya, dan pelakunya
tetap dihadapkan dengan ancaman.
[2]. Kufur besar menjadikan pelakunya kekal dalam neraka, sedankan kufur kecil, jika
pelakunya masuk neraka maka ia tidak kekal di dalamnya, dan bisa saja Allah
memberikan ampunan kepada pelakunya, sehingga ia tiada masuk neraka sama sekali.
[3]. Kufur besar menjadikan halal darah dan harta pelakunya, sedangkan kufur kecil tidak
demikian.
Hal yang sama juga dikatakan dalam perbedaan antara pelaku syirik besar dan syirik
kecil
[Disalin dari kitab At-Tauhid Lis Shaffitss Tsalis Al-Ali, Edisi Indonesia Kitab Tuhid 3,
Penulis Dr Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, Penerjemah Ainul Harits Arifin
Lc, Penerbit Darul Haq]
__________
Foote Note
[1]. Qishash ialah mengambil pembalasan yang sama. Qishash itu tidak dilakukan bila
yang membunuh mendapat pemaafan dari ahlis waris yang terbunuh yaitu dengan
membayar diat (ganti rugi) yang wajar. Pembayaran diat diminta dengan baik, umpanya
dengan tidak mendesak yang membunuh, dan yang membunuh hendaknya membayar
dengan baik, umpanya dengan tidak menangguh-nagguhkannya. Bila ahli waris si korban
sesudah Allah menjelaskan hukum-hukum ini membunuh yang bukan si pembunuh atau
membunuh si pembunuh setelah menerima diat maka terhadapnya di dunia di ambil
qishah dan di akhirat dia mendapat siksa yang pedih
A. Definisi Kufur
Kufur secara bahasa bererti menutupi. Sedangkan menurut syara’, kufur adalah
tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, baik dengan mendustakannya atau
tidak mendustakannya
B. Jenis Kufur
Kufur Besar
Kufur besar mampu mengeluarkan seorang dari agama Islam. Kufur besar ada
lima jenis:
Dan orang-orang kafir itu berpaling dari peringatan yang disampaikan kepada
mereka.” (Al-Ahqaf: 3)
Yang demikian itu adalah kerana mereka beriman (secara lahirnya, lalu kafir
(secara batinnya)), kemudian hati mereka dikunci mati, kerana itu mereka
tidak dapat mengerti.” (Al-Munafiqun: 3)
Kufur Kecil
Kufur kecil iaitu kufur yang tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama
Islam, dan ia adalah kufur amali (perbuatan). Kufur amali ialah dosa-dosa yang
disebutkan di dalam al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai dosa-dosa kufur, tetapi
tidak mencapai darajat/ke tahap kufur besar. Seperti kufur nikmat,
sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya,
Mencaci orang Islam adalah suatu kefasikan dan membunuhnya adalah suatu
kekufuran. (Hadis Riwayat al-Bukhari dan Muslim)
Dan sabda beliau s.a.w.,
Termasuk juga bersumpah dengan nama selain Allah. Nabi s.a.w. bersabda,
Barangsiapa bersumpah dengan nama selain Allah, maka ia telah berbuat kufur
atau syirik. (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan dihasankannya, serta
dishahihkan oleh al-Hakim)
Yang demikian itu kerana Allah tetap menjadikan para pelaku dosa sebagai
orang-orang mukmin. Allah berfirman,
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash berkenaan dengan
orang-orang yang dibunuh. (al-Baqarah: 178)
Yang dimaksudkan dengan saudara dalam ayat di atas tanpa diragukan lagi,
adalah saudara seagama, berdasarkan firman Allah,
Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang maka
damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat
zalim terhadap golongan yang lain, maka perangilah golongan yang berbuat
aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah; jika golongan
itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya
dengan adil, dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang berlaku adil. Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara kerana
itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya
kamu mendapat rahmat.” (al-Hujurat: 9-1O) (Lihat Syarah ath-Thahawiyah, al-
Maktab al-Islami hal. 361)
3. Kufur besar menjadikan halal darah dan harta pelakunya, sedangkan kufur
kecil tidak demikian.
Hal yang sama juga dikatakan dalam perbezaan antara pelaku syirik besar
dengan syirik kecil.
Selanjutnya dalam edisi kali ini, mari kita mencoba menelaah apa yang dimaksud dengan
kufur tersebut, lalu apakah kufur itu bermacam-macam ? sehingga dengan demikian kita
tidak gampang nantinya jatuh terjebak dalam kekufuran dan bisa terhindar sejauh-
jauhnya dari hal tersebut. Dalam hal ini Syeikh Sholih al-Fauzan telah menjelaskan
secara rinci dalam kitab tauhidnya, mari kita simak.
A. Arti Kufur Secara etimologi, kufur artinya menutupi, sedangkan menurut terminology
syariat, kufur artinya ingkar terhadap Allah swt, atau tidak beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya, baik dengan mendustakannya maupun tidak. Perbedaannya, kalau
mendustakan berarti menentang dan menolak, tetapi kalau tidak mendustakan artinya
hanya sekedar tidak iman dan tidak percaya. Dengan demikian kufur yang disertai
pendustaan itu lebih berat dari pada kufur sekedar kufur.
B. Jenis KufurKufur, ditinjau dari berat tidaknya dosa ada dua macam ; yaitu kufur besar
dan kufur kecil. Kufur besar adalah kufur yang bisa mengeluarkan pelakunya dari Islam,
dan kufur besar ini ada lima macam :- Kufur karena mendustakan. Allah swt
berfirman :”Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan
kedustaan terhadap Allah atau mendustakan yang hak tatkala yang hak itu datang
kepadanya ? Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang
kafir ?” (QS. 29:68)- Kufur karena enggan dan sombong, padahal ia tahu dan
membenarkannya. Allah berfirman :”Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para
Malaikat :”Sujudlah kamu kepada Adam”, maka sujudlah mereka kecuali iblis; ia enggan
dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir”. (QS. 2:34)- Kufur
karena ragu. Allah berfirman :”Dan dia memasuki kebunnya sedang ia zalim terhadap
dirinya sendiri; ia berkata :”Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya, dan
aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya aku dikembalikan
kepada Rabbku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik daripada
kebun-kebun itu”. (QS. 18:35-36). Kawannya (yang mu’min) berkata kepadanya sedang
dia bercakap-cakap dengannya : “Apakah kamu kafir kepada (Rabb) yang menciptakan
kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-
laki yang sempurna”. Tetapi aku (percaya bahwa): Dialah Allah, Rabbku, dan aku tidak
mempersekutukan seorangpun dengan Rabbku”. (QS. 18:37-38)- Kufur karena berpaling,
dalilnya adalah firman Allah swt :”Kami tiada menciptakan langit dan bumi dan apa yang
ada di antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan dalam waktu yang
ditentukan. Dan orang-orang yang kafir berpaling dari apa yang diperingatkan kepada
mereka”. (QS. 46:3)- Kufur karena nifaq, dalilnya firman Allah :”Yang demikian itu
adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi)
lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti”. (QS. 63:3) Kufur
kecil, adalah kufur yang tidak mengeluarkan pelakunya dari Islam, dan ia adalah kufur
amali. Kufur amali adalah dosa-dosa yang disebut dalam al-Quran dan as-sunnah sebagai
dosa-dosa kufur, tetapi tidak mencapai derajat kufur besar. Contohnya seperti kufur
nikmat sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya :”Mereka mengetahui nikmat Allah,
kemudian mereka mengingkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang
kafir”. (QS. 16:83). Termasuk juga membunuh orang muslim, Rasulullah SAW
bersabda :”Mencaci seorang muslim adalah suatu kefasikan dan membunuhnya adalah
kekufuran”. Termasuk juga bersumpah dengan selain Allah, Rasulullah SAW
bersabda :”Barang siapa bersumpah dengan nama selain Allah, maka ia telah kafir atau
musyrik”. Para pelaku dosa-dosa tersebut bukan menjadi kafir, walaupun dalam redaksi
hadits disebut kafir, karena Allah berfirman :”Hai orang-orang yang beriman, di wajibkan
atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; (QS. 2:178). Allah
tidak mengeluarkan si pembunuh dari golongan orang-orang beriman, bahkan
menjadikannya sebagai saudara bagi wali yang berhak melakukan qishosh, lihatlah
firman Allah : ”Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya,
hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang
diberi maaf) membayar (diat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula)..
(QS. 2:178). Bahkan dalam ayat lain, lebih jelas lagi Allah menyebut kelompok yang
saling bunuh dengan sebutan mukmin, “Dan jika ada dua golongan dari orang-orang
mu’min berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua
golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang
berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali, kepada perintah Allah; jika golongan
itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan
adil dan berlaku adillah. Sesung guhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.
(QS. 49:9). Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara karena itu
damaikanlah antara kedua sauda ramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu
mendapat rahmat. (QS. 49:10)
Demikian pembagian kufur ditinjau dari berat dan tidaknya ancaman dan dosa. Ada pun
dilihat dari segi macam, maka kufur ada tiga macam : kufur qouliy, kufur amaliy, dan
kufur I’tiqodi. Tiga macam kekufuran ini dilihat dari mana timbulnya, karena ada yang
timbul dari ucapan, ini disebut kufur qouliy (ucapan), seperti bersumpah dengan nama
selain Allah, ada yang timbul dari perbuatan, ini disebut kufur amaliy, seperti membunuh
orang mukmin, ada yang timbul dari keyakinan disebut kufur I’tiqodiy, seperti meyakini
bahwa tidak ada tuhan yang menciptakan alam, atau Isa adalah anak Allah, dll. Jenis
kufur ini ada yang termasuk kufur besar, yang dapat mengeluarkan dari agama, ada juga
termasuk kufur kecil.
C. Perbedaan kufur besar dan kecilKufur besar mengeluarkan pelakunya dari Islam, dan
menghapuskan pahala amalnya, sedangkan kufur kecil tidak mengeluarkan pelaku dari
agama dan tidak menghapus pahala amalnya, hanya saja dapat menguranginya. Kufur
besar menjadikan pelakunya kekal di neraka, sedangkan kufur kecil tidak, bisa jadi Allah
mengampuninya, bisa juga Dia menghukumnya dalam neraka untuk beberapa waktu
sesuai dengan kehendak-Nya. Kufur besar menjadikan halal darah dan harta pelakunya,
sedangkan kufur kecil tidak. Kufur besar mengharuskan permusuhan yang sesungguhnya,
bagi orang-orang mukmin tidak boleh mencintainya, walaupun kerabat sendri. Sedangkan
kufur kecil tidak mengharuskan permusuhan total, tetapi pelakunya masih berhak
mendapatkan loyalitas dari kaum mukminin sesuai dengan imannya, dan harus
mendapatkan kebencian sesuai dengan kadar kekufuran ( dosa ) yang dilakukannya.
D. Kesimpulan
Kedua : Kufur ada dua macam ; kufur besar dan kufur kecil.
Ketiga : Kufur besar adalah kufur yang mengeluarkan pelakunya dari agama. Sedangkan
kufur kecil adalah perbuatan kufur yang tidak sampai menjadikan pelakunya keluar dari
Islam.Keempat : Dari segi timbulnya kekufuran, maka ia terbagi menjadi tiga ; kufur
ucapan (qouliy), kufur perbuatan (amaliy), dan kufur keyakinan (I’tiqodiy).
Demikian sekilas tentang kufur, arti dan macamnya, semoga Allah menjaga kita dari
kekufuran, dan menjadikan kita hamba-hamba Nya yang beriman, amin.
PEMBAHAGIAN KUFUR
Ibn. Manzur dalam Lisan Al-Arab telah membahagikan kufur itu
kepada empat bahagian iaitu:
Kufur ingkar
Iaitu kufur di dalam hati dan lidah. Sebagaimana firman Allah
subhaanahu wa taaala:
Sesungguhnya orang-orang kafir itu sama sahaja bagi mereka,
kamu beri peringatan atau tidak, mereka tidak juga beriman. (Al-
Baqarah:6)
Kufur juhud
Iaitu mengakui dengan hati tanpa ikrar dengan lidah. Contonya
seperti kufurnya iblis dan kufurnya Umayyah Bin Abi Al-Salt.
Kufur
Iaitu mengaku dengan hati, ikrar dengan lidah tetapi tidak
menunaikan kehendak-kehendak agama kerana dengki dan
sombong seperti kufur Abu Jahal dan kuncu-kuncunya.
Kufur nifaq
Iaitu mengakui dengan lidah, tetapi kufur dan tidak bertekad di
dalam hatinya. Di dalam kita Al-Tahzib ada menyebutkan bahawa:
Mengaku dengan hati dan ikrar dengan lidah, tetapi enggang
menerima Islam, ini seperti kafirnya Abu Talb, yang mana beliau
berkata: Saya akui bahawa agama Muhammad adalah sebaik-baik
agama, jika tidak kerana celaan dan cacian tentu aku terimanya
(memeluk Islam).
Adapun makna secara istilah syar’i adl bahwa kekafiran itu terbagi menjadi dua:
a. Kufur Akbar yaitu yg menyebabkan pelaku kekal dlm neraka.
b. Kufur Ashgar yaitu kekafiran yg menyebabkan pelaku berhak mendapatkan ancaman
tanpa dikekalkan .
Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata: “Demi Allah utk mereka turun ayat ini dan
mereka yg dimaksud oleh Allah ‘Azza wa Jalla.”
Penafsiran Ayat
Ayat Allah yg mulia ini telah ditafsirkan oleh ahli tafsir dari kalangan shahabat
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yaitu Abdullah bin ‘Abbas radhiallahu anhuma.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir At-Thabari rahimahullah dgn sanad yg shahih dari Ibnu
Abbas beliau berkata: “Dengan adl kekafiran namun bukan kafir terhadap Allah para
malaikat-Nya kitab-kitab-Nya dan para Rasul-Nya.”
Dalam riwayat lain beliau berkata: “Bukan adl kekufuran yg mereka inginkan. Sesungguh
bukan kekufuran yg mengeluarkan dari agama kufrun duna kufrin .” .
Allah memberikan penekanan yg sangat tegas dgn firman-Nya: “Mengikuti selain jalan
kaum mukminin.” Kalimat ini merupakan poin yg sangat penting utk membedakan antara
orang2 yg betul-betul memiliki komitmen dgn Al Qur’an dan As Sunnah yaitu mereka yg
senantiasa mengikuti jalan kaum mukminin dari kalangan para shahabat tabi’in dan
tabi’ut tabi’in yg mengikuti dangan baik dgn kelompok yg “mengaku” berpegang di atas
Al Qur’an dan As Sunnah padahal mereka menyelisihi jalan kaum mukminin tersebut.
orang2 demikian mendapat ancaman kesesatan dan siksaan yg pedih.
Ayat ini menjadi pemisah antara golongan yg jujur dgn kelompok sempalan yg
menjadikan Al Qur’an dan As Sunnah hanya sebagai slogan semata. Kandungan ayat
tersebut sangat mirip denga apa yg disabdakan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
dlm hadits perpecahan umat dan yg selamat hanya satu yaitu “Siapa yg berjalan di atas
jalanku dan jalan para shahabatku.” .
Jikalau mereka memperhatikan dgn seksama penafsiran dari Ibnu ‘Abbas rahimahullah
yg lalu akan nampak bagi mereka bahwa sesungguh orang yg berhukum dgn selain
hukum Allah tidaklah memiliki makna mutlak kafir yg mengeluarkan seseorang dari
Islam. Namun tergantung dari keadaan mereka ketika menjadikan sebagai hukum selain
dari hukum Allah tersebut. Apakah mereka melakukan hal tersebut krn menganggap halal
berhukum dgn selain hukum Allah atau disebabkan krn mereka hanya mengikuti hawa
nafsu mereka?!
Namun apabila dia meyakini halal hal tersebut dan meyakini boleh mk ini kufur akbar
dzalim akbar dan fasiq akbar yg mengeluarkan dari agama.
Adapun jika dia melakukan itu krn sogokan atau krn maksud lain dan dia meyakini haram
hal tersebut mk dia berdosa termasuk kufur ashgar dzalim ashgar dan fasiq ashgar yg tdk
mengeluarkan pelaku dari agama. Sebagaimana yg telah dijelaskan oleh para ulama dlm
menafsirkan ayat-ayat tersebut.
Semoga Allah memberi taufiq dan shalawat serta salam dilimpahkan kepada Nabi kita
Muhammad keluarga dan para shahabatnya.
Jan 31, '06 1:26 PM
KAFIR! [sebuah bantahan]
for everyone
Seperti "pelajaran" yang kita ikuti beberapa waktu yang lalu, untuk
memahami bahasa Arab hendaknya hilangkan terlebih dahulu syakal
atau harakatnya (dalam hal ini adalah huruf vokalnya). Dengan
demikian kita bisa merujuk kepada kamus bahasa Arab, derivasinya
dan berbagai artinya. Misalnya kata KAFIR tadi, maka yang tampak
adalah sebuah kata yang terdiri dari huruf K, F dan R. Ini sama
dengan asalnya yang memang dari Arab yang terdiri dari huruf Kaf, Fa
dan Ro' (K-F-R). Jelaslah bahwa kata "Kafir" berasal dari sebuah fi'il
(kata kerja) yang berbasis tiga huruf (fi'il tsulatsi mujarrod).
Kata yang tersusun dari huruf KFR tadi masih terbilang misterius,
bagaimana cara bacanya dan bagaimana pula artinya? Misteri inilah
yang selalu dipelajari di tempat-tempat pengajian atau di pesantren-
pesantren. Mereka mempelajari kitab-kitab yang isinya tulisan-tulisan
tanpa harakat atau syakal. Kita sering menamakannya dengan "kitab
gundul", karena tanpa sehelaipun syakal ada di sana.
1. KaFaRa (kufur).
- tertutup
Komposisinya:
Pendek kata kufur ada dua macam: kufur kepada Allah yang biasa
disebut dalam bahasa Indonesia disebut sebagai KAFIR. Ada juga
kufur akan ni'mat Allah, ini yang disebut dengan kufur ni'mat.
Karena itu Kamus Fiqhi tadi menjelaskan pengertian kufur tadi secara
istilah, yaitu: "mengingkari hal-hal yang sudah maklum dalam syariat
agama Islam".
Al-Quran menyebut kata kafir sebanyak 500 ayat lebih. Tentu saja
dengan berbagai perubahan kata dari bentukan kata aslinya. Misalnya
saja dengan bentuk isim fa'il (baik mufrod atau jamak) disebut
sebanyak 135 kali. Sedangkan dengan bentuk fi'il madhi (past tense)
sebanyak 343 kali, dan fi'il mudhari (present tense) sebanyak 41 kali.
Bagi yang penasaran silakan cari bentuk masdarnya, baik KuFRa,
KaFuRa, dan lain-lain.
Menurut Kang Jalal, ayat itu menjelaskan hukuman bagi orang yang
tidak mensyukuri nikmat Allah, yaitu azab yang sangat pedih. Jadi, ia
menyimpulkan, tidak ada hubungannya dengan akidah sama sekali.
Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah
dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Ilah yang aku
sembah
Benarkah ayat ini berbicara tentang akhlak, hai tuan Jalal? Lha wong
ayat ini menolak sistem barteran yang ditawarkan orang-orang Kafir.
Ya terang saja Nabi menolak, sebab ini menyangkut inti keimanan
yang tak bisa ditawar-tawar lagi. Dosa syirik itu tak mengenal kata
ampun. Orang-orang kafir itu memberi alasan lagi, "ya tapi kan besok-
besok kamu bisa sembah Tuhan yang kamu sembah. Akupun begitu.
Kita tukeran Tuhan untuk sekarang secara bergilir nantinya". Nabi
menjawab, "Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
Kalian pun begitu, tidak akan menyembah Allah yang aku sembah.
Agamamu ya untukmu, agamaku ya untukku".