Anda di halaman 1dari 50

BAB X

HAL-HAL YANG MERUSAK KEIMANAN


A. Khurāfah
1. Pengertian Khurāfah

Khurāfāt secara bahasa berarti takhayyul, khayalan, dongengan atau legenda. Khurāfah
berarti hal yang berkenaan dengan takhayyul atau dongeng. Dalam Kamus Al-Munawwir,
khurāfah diartikan dengan hal yang berkenaan dengan kepercayaan yang tidak masuk akal (batil)
(Kamus Al-Munawwir, 1984) Menurut Kamus Al-Qur‟an, khurāfah artinya adalah cerita
bohong, dongeng, dan takhayyul, atau sesuatu hal yang tidak masuk akal. (Ahsin W. Al-Hafizh,
2008) Dalam istilah Islam, khurāfah diartikan; semua cerita yang bersifat rekaan atau khayalan,
ajaran-ajaran, larangan-langan, adat istiadat, ramalan-ramalan, pemujaan atau kepercayaan yang
menyimpang dari ajaran Islam. (Junaidi, 2009)

Khurāfah adalah semua kepercayaan, keyakinan, kegiatan yang tidak memiliki dasar dan
bersumber dari ajaran agama, tetapi diyakini berasal dan memiliki dasar dari agama. Pada
mulanya kata tersebut lebih dimaksudkan untuk semua hal atau kepercayaan yang bertentangan
dengan akidah Islamiah yang benar. Selanjutnya, juga dimaksudkan untuk semua praktek atau
kegiatan mu‟amalat yang bertentangan dengan tuntunan syari‟at. Dengan demikian, khurāfah
dapat meliputi bidang akidah maupun muamalah atau bidang lainnya yang menjadi lapangan
berlakunya tuntutan syari‟at. (Departemen Pendidikan Nasioanl, 2003)

Khurāfah merupakan perbuatan, kepercayaan, atau perilaku yang mendekati syirik, tetapi
mengatasnamakan ajaran Islam. Percaya kepada jimat-jimat yang menggunakan ayat-ayat yang
tidak tepat, lalu diberi campuran mantra-mantra adat.

2. Contoh-contoh khurāfah

Banyak sekali hal yang dapat dicontohkan sebagai kegiatan khurāfah, antara lain;

a. Percaya pada kekuatan yang ada pada benda-benda yang dianggap keramat, seperti; keris
(pusaka para leluhur), tombak, kuburan keramat.
b. Mempergunakan bacaan-bacaan ayat untuk memperkuat benda-benda keramat
c. Ziarah kubur yang berlebihan.

1
d. Meminta tolong pada orang yang sudah mati agar terlepas dari kesukaran, meminta rezki,
jodoh.
e. Meminta tolong pada dukun akan sesuatu hajat, baik yang buruk ataupun baik menurut si
pemesan.
Semua perilaku di atas adalah perbuatan khurāfah yang dapat menggelincirkan orang
yang melakukannya ke dalam syirik. Dengan demikian, perbuatan khurāfah dapat merusak īmān
dan menggelincirkannya kepada kemusyrikan.
3. Bahaya Khurāfah
Khurāfah merupakan perbuatan yang menyimpang dari ajaran Islam yang murni. Karena
itu, khurāfah dapat menimbulkan bahaya bagi seseorang. Berikut ini dikemukakan beberapa
bahaya bagi pelaku khurāfah, di antaranya:
a. Khurāfah dapat menimbulkan syrik, karena itu, pelakunya terancam dosa besar
b. Perbuatan khurafah dapat menumpulkan akal sehat seseorang, karena ia adalah perbuatan
yang tak masuk akal.
c. Perbuatan khurāfah adalah perbuatan yang sia-sia dalam pandangan Allāh dan Rasūl-
Nya

B. Kufur
1. Pengertian
Kufur secara bahasa adalah menyembunyikan dan menutup. (Yusran Asmuni, 1996)
Kufur adalah mendustakan dalam hati akan wujud Allāh dan keberadaan nabi atau Rasūl Allāh.
Kufur tidaklah diartikan dengan kafir, akan tetapi adalah sikap menafikan atau pengingkaran
terhadap perintah dan larangan Allāh dan Rasūl-Nya. Sikap ini pada dasarnya, tidaklah
membawa pelakunya menjadi kafir. Akan tetapi, jika sering dilakukan, dapat mengakibatkan
pelakunya menjadi kafir.
Menurut Al-Astari, kufur dalam istilah syara‟ ada dua macam. Ada kufur yang tertuang
dalam nash yang terkadang maksudnya kufur yang keluar dari Islm dan adapula yang tidak
sampai keluar dari Islam. Hal ini karena kufur memiliki cabang sebagaimana īmān. Kekufuran
memiliki dasar-dasar dan cabang-cabang yang berbeda. Ada yang mengakibatkan kekufuran
dan ada pula yang merupakan sifat-sifat orang kafir. (Izuddin Karimi, 2006)

2
Kufur merupakan pengengkaran terhadap ajaran-ajaran agama, akan tetapi masih
mempertontonkan diri sebagai orang yang beragama (Islam).
2. Jenis-Jenis Kufur Dan Dampaknya
Secara umum kufur terbagi kepada dua jenis, yaitu; (Sudarsono Shobron, 2005)
a. Kufur besar, yaitu pengengkaran bagian yang prinsip dari Islam, yang tanpa bagian itu
akan menggugurkan keislaman seseorang
b. Kufur kecil, yaitu Pengengkaran bagian tertentu dari Islam, yang tanpa bagian itu
keislaman seseorang menjadi tidak sempurna.
Dampak perbuatan kufur ini, sesuai dengan jenis kufurnya. Dampak perbuatan kufur
besar adalah sebagai berikut:
a. Menyebabkan pelakunya kekal di neraka. Firman Allāh berikut:

              

  


“Sesungguhnya orang-orang yang kafir Yakni ahli kitab dan orang-orang yang
musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. mereka itu
adalah seburuk-buruk makhluk.” (Q.S Al-Bayyinah (98):6)
b. Jika mati belum bertaubat, dosanya tidak akan diampuni. Akan tetapi, jika ia bertaubat
sebelum mati, tentu akan diampuni Allāh .
c. Menjadikan amalnya sia-sia. Firman Allāh berikut:

              

          
“Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti
Abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. mereka
tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di
dunia). yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh.” (Q.S Ibrahim (14): 18)

Allāh juga berfirman sebagaimana berikut;

       …

“…Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan


tentulah kamu Termasuk orang-orang yang merugi”. (Q.S Al-Zumar (39) : 65)

3
d. Menjadikan darah, harta, jiwa pelakunya halal, dan hak waris dari keluarganya yang
muslim hilang, demikian sebaliknya. Rasūlullāh SAW bersabda:

)‫ث الْ َكافُِر الْ ُم ْسلِ َم (رواه امحد عن اسامة بن زيد‬ ِ ِ


ُ ‫ َوالَيَِر‬،‫ث الْ ُم ْسل ُم الْ َكاف ِر‬
ُ ‫الَ يَِر‬
“Tidak boleh seorang Muslim mewarisi orang kafir, dan tidak boleh seorang kafir
mewarisi orang Muslim (H.R. Ahmad)”
e. Menyebabkan pelakunya keluar dari agama Islam
Sedangkan dampak perbuatan kufur kecil, tidak sebesar dampak pelaku kufur besar.
Pelakunya masih mukmin dengan keimanan yang kurang. Akan tetapi, menyebabkan
pelakunya tetap mendapatkan ancaman siksa dari Allāh SWT karena kufur besar
adalah kufur i‟tiqodi (kufur akidah), sedangkan kufur kecil tergolong kufur perbuatan
(amalī).

3. Perbuatan-Perbuatan yang Tergolong ke Dalam Kufur

Berikut ini akan dipaparkan beberapa contoh perbuatan yang tergolong kufur besar;
(Izzuddin Karimi, 2006)

a. Mendustakan Allāh dan Rasūl Muhammad SAW. Perbuatan ini digolongkan kepada
kufur besar, yang disebut juga dengan kufur takdzib (mendustakan). Firman Allāh
berikut:

               

  


“Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan
kedustaan terhadap Allāh atau mendustakan yang hak, tatkala yang hak itu datang
kepadanya? Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang
yang kafir?” (Q.S Al-Ankabut (29):68)
b. Enggan dan sombong terhadap ajaran Islam dan perintah Allāh. Perbuatan ini disebut
juga dengan kufur ibā‟ah wa al-istikbār. Firman Allāh :

           

 

4
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat: "Sujudlah kamu
kepada „Ᾱdam," Maka sujudlah mereka kecuali Iblīs; ia enggan dan takabbur dan
adalah ia Termasuk golongan orang-orang yang kafir”. (Q.S Al-Baqarah (2):34)
Ayat di atas menjelaskan tentang perintah Allāh agar para malaikat sujud kepada
„Adam. Makna sujud dalam hal ini bukanlah untuk menghambakan diri, tetapi
menghormati dan memuliakan „Adam.

c. Ragu akan kebenaran janji Allāh disebut dengan Kufur Syakk. Firman Allāh berikut:

              

            

             

         

“Dan Dia memasuki kebunnya sedang Dia zalim terhadap dirinya sendiri; ia berkata:
"Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya (35), dan aku tidak mengira
hari kiamat itu akan datang, dan jika Sekiranya aku kembalikan kepada Tuhanku,
pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik dari pada kebun-kebun itu
(36), Kawannya (yang mukmin) berkata kepadanya - sedang Dia bercakap-cakap
dengannya: "Apakah kamu kafir kepada (tuhan) yang menciptakan kamu dari tanah,
kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang
sempurna(37)? Tetapi aku (percaya bahwa): Dialah Allāh , Tuhanku, dan aku tidak
mempersekutukan seorangpun dengan Tuhanku(38)”. (Q.S Al-Kahfi (18): 35-38)
d. Berpaling dari kebenaran disebut dengan kufur i‟rādh dan tergolong kufur besar.
Firman Allāh berikut ini:

     …

“…Dan orang-orang yang kafir berpaling dari apa yang diperingatkan kepada
mereka.” (Q.S Al-Ahqaf (46):3)
e. Kufur Nifāq, yakni perbuatan yang menampakkan seolah-olah dia mengikuti ajaran
Rasūlullāh SAW, tetapi hatinya menolak dan mengingkari. Ia menampakkan īmān dan
menyembunyikan kekufuran.
Selanjutnya, adalah berbagai perbuatan yang digolongkan ke dalam kufur kecil adalah
sebagai berikut:
5
a. Meninggalkan shalat fardhu dengan sengaja

Shalat adalah tiang agama, maka terlarang meninggalkan shalat berdasarkan hadis
Rasūlullāh;

َّ ‫َخبَ َرََن َسعِْي ُد بْ ُن َعْب ِد الْ َع ِزيْ ِز َع ْن َم ْك ُح ْوٍل َع ْن أُِّم أَْْيَ َن‬
‫أن‬ ِ ِ
ْ ‫َحدَّثَنَا الْ َوال ُد بْ ُن ُم ْسل ٍم قاَ َل أ‬
َّ ‫الصالََة ُمتَ َع ِّمداً فَاِنَّوُ َم ْن تَ َرَك‬
‫الص َال َة‬ َّ ‫ال الَ تَ َرَك‬ َ َ‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ق‬ ِ
َ ‫َر ُس ْو َل هللا‬
‫ت ِذ َّمةُ هللا َوَر ُس ْولِِو‬ ْ َ‫ُمتَ َع ِّم ًدا فَ َق ْد بَِرئ‬
“Telah diriwayatkan kepada kami oleh Wālid bin Muslim ia berkata: telah dikabarkan
kepada kami oleh Sa‟īd bin „Abd „Azīz dari Makḥūl, dari Ummi Aiman bahwasanya
Rasūlullāh SAW bersabda: janganlah engkau tinggalkan shalat dengan sengaja.
Karena sesungguhnya orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja, sungguh
Allāh dan Rasūl-Nya lepas tanggungannya.

Hadis Nabi berikut juga menegaskan:

َّ ‫اَلْ َعْي ُد الَّ ِذ ْي بَْي نَنَا َوبَْي نَ ُه ْم‬


)‫الصالَةُ فَ َم ْن تَ َرَك َها فَ َق ْد َك َفَر (رواه الرتمذى عن بريدة‬
“Perjanjian antara kami dan mereka adalah shalat. Barang siapa yang
meninggalkannya maka ia telah kafir (HR. Tirmidzi)”
Orang yang meninggalkan shalat, termasuk orang kafir. Kafir disini adalah kufur yang
berarti engkar, tetapi ia tidak termasuk kufur besar . Bila shalat sering ditinggalkan
dengan sengaja, pelakunya bisa menjadi kafir.

b. Bersumpah dengan nama selain Allāh

Dalam Islam dibenarkan melakukan sumpah, tetapi harus mengatas namakan Allāh
dengan menggunakan kata-kata; wAllāh i, tAllāh i, billahi dan tidak menggunakan
kata-kata selain itu. Perbuatan tersebut termasuk kepada kufur kecil. Sabda Nabi
berikut;

)‫ف بِغَ ِْْي هللاِ فَ َق ْد َك َفَر أ َْو اَ ْشَرَك (رواه ابو داود عن ابن عمر‬
َ َ‫َم ْن َحل‬
“Barang siapa bersumpah dengan nama selain Allāh berarti ia telah kafir atau
musyrik (H.R. Adu Daud)”

6
c. Kufur nikmat
Kufur nikmat adalah perbuatan yang mengingkari nikmat yang diberikan Allāh,
menyatakan diberikan selain Allāh, ataupun tidak menyukuri yang diperoleh, bahkan
mengumpatnya. Firman Allāh berikut:

       


“Mereka mengetahui nikmat Allāh , kemudian mereka mengingkarinya dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir”. (Q.S An-Nahl (16): 83)

            
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Q.S Ibrahim
(14):7)
d. Mendatangi peramal dan mempercayainya

‫من أتى عرافاً أو كاىناً فصدقو مبا يقول فقد كفر مبا أنزل على دمحم )صحيح رواه‬
.(‫أمحد‬
”Barang siapa yang mendatangi paranormal atau dukun kemudian membenarkan apa
yang dikatakan sungguh ia telah kafir dengan apa yang diturunkan kepada
Muhammad”.

C. Nifāq dan Bahayanya


1. Pengertian

Nifāq berasal dari kata na-fa-qa (bahasa Arab) yang arti dasarnya adalah “habis”.
Sedangkan kata nā-fa-qa berarti bertindak munafik. Adapun pengertian al-nifāqu berarti
kemunafikan.(Kamus Al-Munawwir, 1984) Menurut istilah Nifāq diartikan dengan perilaku
yang berpura-pura atau ingkar atau apa yang diucapkan tidak sesuai dengan yang ada di dalam
hati dan tindakan. Menurut syara‟, Nifāq diartikan dengan menampakkan Islam dan kebaikan,
tetapi menyembunyikan kekufuran dan kejahatan. (Sudarno Shobron, 2009) Adapun orang yang
melakukan Nifāq disebut dengan Munafik.

7
Menurut Quraish Shihab, munafik adalah orang yang bermuka dua, (Shihab, 2001)
berbeda kata dengan perbuatan dan tidak ubahnya musuh dalam selimut, dan menggunting dalam
lipatan.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Nifāq adalah perbuatan yang
dilakukan seseorang yang tidak sejalan ucapan dengan tindakan. Karena itu, perilaku nifāq
dibenci dalam Islam, dan dihukumkan dengan kufur atau syirik.

2. Macam-macam nifāq

Secara umum, Nifāq terbagi atas dua macam, yakni; nifāq keyakinan dan nifāq
perbuatan.

a. Nifāq keyakinan, biasa disebut dengan nifāq i‟tiqādy (Nifāq akbar), yakni menafikan
sesuatu keyakinan telah diikrarkan sebelumnya. Seperti, mengaku Islam, tetapi
berperilaku kufur, dan menyembunyikan kekufuran dalam hati, tetapi menampakkan
īmān pada lisan dan anggota tubuh. Pelaku nifāq ini adalah pendusta agama Allāh
atau sebagiannya, juga pendusta ajaran Rasūl atau sebagiannya. Munafik golongan ini
diancam Allāh menjadi penghuni kerak (lapisan terbawah neraka), dan mereka kekal
di dalamnya, selama-lamanya. Firman Allāh berikut ini:

           
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling
bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun
bagi mereka”. (Q.S An-Nisa (4) : 145)

            

       


“Allāh mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang
kafir dengan neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya. cukuplah neraka itu bagi
mereka, dan Allāh mela'nati mereka, dan bagi mereka azab yang kekal.” (Q.S At-
Taubah (9):68)
Kedua ayat di atas mewakili banyak ayat dalam Al-Qur‟an tentang ganjaran bagi
orang-orang munafik.

8
b. Nifāq perbuatan, sering disebut dengan nifāq „amalī (Nifāq ashghor), yakni perilaku
seperti orang kafir, tetapi masih mengaku berīmān secara Islam. Nifāq ashghār ini
sebenarnya amat berbahaya, karena ia berstatus muslim atau mukmin, tetapi
berperilaku sebaliknya.
3. Ciri-ciri dari sifat nifāq/munafik

Munafik memiliki ciri-ciri nash sebagaimana sabda Rasūlullāh SAW berikut:

ٌ‫ات الْ ُمنَافِ ِق ثََالثَة‬


ِ ‫اَّلل علَي ِو وسلَّم ِمن ع َالم‬
َ َ ْ َ َ َ ْ َ َُّ ‫صلَّى‬ َ ‫اَّلل‬
َِّ ‫ول‬ُ ‫ال َر ُس‬ َ َ‫ال ق‬ َ َ‫َع ْن أَِِب ُىَريْ َرةَ ق‬
)‫ف َوإِ َذا ْاؤُُتِ َن َخا َن (رواه مسلم‬ ْ ‫ب َوإِ َذا َو َع َد أ‬
َ َ‫َخل‬ َ ‫َّث َك َذ‬ َ ‫إِ َذا َحد‬
“Dari Abū Hurairah ia berkata: “Rasūlullāh SAW bersabda: diantara tanda-tanda
orang munafik itu ada tiga, apabila berbicara dusta, bila berjanji ingkar dan bila diberi
amanah berkhianat”.
Dari hadis nabi di atas ada tiga ciri munafik, yakni; berdusta/berbohong, ingkar janji dan
berkhianat.

Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam bukunya tentang “sifat-sifat orang munafik” menjelaskan
beberapa ciri-ciri orang munafik, yakni:

a. Dusta
Sifat pertama diambil dari hadis Rasūlullah yang diriwayatkan Imam Ahmad Musnad
dengan sanad Jayid: yang artinya “seseorang yang berdusta agar orang-orang
tertawa”. Maksudnya orang membuat lucu dari cerita dusta agar orang yang
mendengarkannya menjadi tertawa.
b. Khianat
Barang siapa berjanji pada seseorang, atau kepada isterinya, anaknya atau sahabatnya
atau kepada seseorang, dengan mudahnya dia mengkhianati janji tersebut tanpa ada
sebab uzur syar‟i, maka telah hinggap pada dirinya salah satu tanda kemunafikan.
c. Ingkar janji

Sifat ini diambil dari sabda Rasūlullah SAW. “tanda orang munafik itu ada tiga,
apabila berbicara dusta, bila berjanji ingkar dan bila diberi amanah berkhianat”.

9
d. Malas beribadah
Malas ibadah yang dimaksudkan di sini adalah malas mengerjakan shalat.
Sebagaīmāna firman Allāh berikut:

           

       


“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allāh , dan Allāh akan membalas
tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan
malas. mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah
mereka menyebut Allāh kecuali sedikit sekali”. (Q.S An-Nisa (4):142)
e. Riyā‟
Riyā‟ ialah melakukan sesuatu amal tidak untuk keridhaan Allāh, tetapi untuk
mencari pujian atau popularitas di hadapan manusia. Misalnya, di hadapan manusia
seseorang shalat dengan khusyu‟, tetapi ketika sedang seorang diri, dia akan
mempercepat shalatnya. Di depan orang-orang yang dikenalnya, dia suka berperilaku
terpuji. Namun, jika seorang diri atau tidak ada orang yang dikenalnya, ia selalu
berperilaku yang dilarang bahkan diharamkan oleh agama.
f. Sedikit berzikir
Orang munafik adalah orang yang sangat sedikit berdzikir kepada Allāh. Perhatikan
kembali firman Allāh pada surat al-Nisā‟ ayat 142 di atas.
g. Memperolok-olok Al-Qur‟an , al-Sunnah, dan Rasūlullāh SAW.
Secara historis (seperti yang disebutkan dalam Al-Qur‟an ), orang munafik memiliki
sifat yang suka mengolok-olok (mengejek) orang-orang beriman. Firman Allāh
berikut ini:

           

             

      


Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu),
tentulah mereka akan manjawab, "Sesungguhnya Kami hanyalah bersenda gurau
dan bermain-main saja." Katakanlah: "Apakah dengan Allāh , ayat-ayat-Nya dan

10
Rasūl-Nya kamu selalu berolok-olok?" (65). Tidak usah kamu minta maaf, karena
kamu kafir sesudah berīmān. jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran
mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan
mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa (66). (Q.S At-Taubah (9):65-
66)

             

  

“Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang berīmān, mereka


mengatakan: "Kami telah berīmān". Dan bila mereka kembali kepada syaitan-
syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan
kamu, kami hanyalah berolok-olok.” (Q.S Al-Baqarah (2):14)
h. Bersumpah Palsu.
Orang munafik memiliki kebiasaan suka bersumpah, tetapi sumpah palsu. Ayat Al-
Qur‟an berikut ini:

          
“Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka halangi
(manusia) dari jalan Allāh ; karena itu mereka mendapat azab yang menghinakan”.
(Q.S Al-Mujadalah (58):16)
i. Menjadikan orang-orang kafir sebagai kawan kepercayaan
Orang munafik sering menjadikan orang-orang kafir menjadi teman kepercayaan,
bahkan pemimpin mereka. Mereka tidak segan-segan untuk mengorbankan dan
menggadaikan kemuliaan umat untuk mendapatkan kemuliaan dari orang-orang kafir.
Firman Allāh berikut:

               

             

     


Dan sungguh Allāh telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al Quran
bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allāh diingkari dan diperolok-olokkan
(oleh orang-orang kafir), Maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga

11
mereka memasuki pembicaraan yang lain. karena Sesungguhnya (kalau kamu
berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allāh akan
mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam
Jahannam. (Q.S An-Nisa (4):140)
4. Bahaya Nifāq
Dari uraian dan penjelasan tentang nifāq ini, dapatlah kita ketahui berbagai bahaya dari
perbuatan atau sifat nifāq ini, antara lain;
a. Karena suka berdusta, ingkar janji dan berkhianat, secara sosiologis, sudah pasti akan
dijauhi oleh teman
b. Karena sering ingkar janji dan berkhianat, secara psikologis akan menjadi pendusta
dan pembohong
c. Mendatangkan dosa besar
d. Memperoleh azab yang pedih dari Allāh
e. Menjadi golongan orang-orang kafir
f. Kelak di akhir zaman akan dimasukkan ke dalam neraka jahannam.
Sebagai seorang muslim sikap atau perbuatan orang munafik perlu dihindari karena
mengandung bahaya.

D. Riddah
1. Pengertian
Riddah atau irtidād adalah akar kata dari Murtad, yang menurut bahasa berarti kembali.
Artinya sengaja keluar dari agama Islam dan menukarnya dengan agama lain. Riddah secara
istilah adalah: ”Kembalinya seseorang dari agama Islam kepada agama kafir, baik dengan niat,
perbuatan atau perkataan”. (Junaidi, 2009) Sedangkan menurut syara‟, riddah berarti kufur
sesudah Islam. (Shobron, 2005) Orang yang melakukan riddah disebut Murtad.
Dari pengertian di atas, dapatlah disimpulkan bahwa perbuatan murtad dikategorikan
pada hal-hal berikut:
a. Menukar agama dari Islam menjadi bukan Islam
b. Bersyahadat tidak hanya kepada Allāh dan Rasūl-Nya, akan tetapi menambah
syahadatain dengan tambahan lainnya. Hal ini sudah mulai muncul kelompok-
kelompok yang menklaim kelompoknya memiliki nabi atau pemimpin yang

12
disakralkan, sehingga syahadat mereka ditambah dengan nama pemimpin mereka di
samping syahadat kepada Allāh SWT dan Rasūl Muhammad SAW.
c. Menyekutukan Allāh dengan tuhan atau kekuatan lain.
d. Mengabaikan hukum-hukum Allāh dengan lebih mengedepankan hukum yang lain
dan menganggap hal itu lebih baik
e. Meninggalkan ibadah mahdhoh (shalat dan Puasa) dengan sengaja, karena
menganggap hal itu tidak apa-apa.
2. Jenis-jenis Riddah (Junaidi, 2009)
Riddah digolongkan dalam 4 jenis, yaitu:
a. Riddah karena ucapan.
Contoh riddah ini adalah mencaci Allāh dan Rasūl-Nya, mengaku Nabi, atau
membenarkan orang lain mengaku nabi, atau berdoa dan memohon pertolongan
kepada selain Allāh.
b. Riddah karena perbuatan.
Riddah jenis ini sejenis perbuatan menyembah patung, pohon, bebatuan, kuburan, dan
memberikan tumbal untuknya, melakukan sihir, baik mempelajari atau
mengajarkannya, ataupun memutuskan perkara dengan selain hukum Allāh.
c. Riddah karena I‟tiqād (keyakinan)
Riddah jenis ini adalah percaya adanya sekutu bagi Allāh atau mempercayai zina,
khamar, riba dan perbuatan yang dilarang Allāh adalah halal.
d. Riddah karena ragu
Riddah jenis ini adalah munculnya sikap ragu-ragu terhadap apa yang diharamkan
oleh Allāh dan Rasūl-Nya.
3. Ganjaran Bagi Pelaku Riddah
Dalam ajaran Islam perbuatan riddah/murtad adalah perbuatan dosa besar karena telah
melakukan perubahan īmān Islam kepada yang lain. Adapun ganjaran yang pantas diterima
orang yang murtad, diantaranya;
a. Terputusnya hubungan dengan Allāh SWT
Hal ini ditegaskan Allāh dalam firman berikut ini:

13
            …

         


“…Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu Dia mati dalam
kekafiran, Maka mereka Itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan
mereka Itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya”. (Q.S Al-Baqarah (2):217)
b. Hilang hak perlindungan atas jiwanya
Perbuatan riddah akan menghapuskan hak hidupnya, Dengan arti lain, halal darahnya
untuk dibunuh. Sebagaīmāna sabda Rasūlullah SAW;

)‫َّل ِديْنَوُ فَاقْ تُلُ ْوهُ (رواه البخار وأبوداود‬


َ ‫َم ْن بَد‬
“Barang siapa menukar agamanya (murtad), maka bunuhlah ia (H.R. Bukhari dan Abu
Daud)” .
c. Hilang hak waris dari keluarga atau kerabatnya (yang muslim), begitu pula
sebaliknya.
d. Jika ia mati, maka mayatnya tidak diperlakukan sebagaimana mayat seorang muslim
karena ia digolongkan kepada kafir dan kuburannya layaknya dikuburkan di
pemakaman orang kafir.

E. Sihir dan Perdukunan


1. Pengertian
Sihir berasal dari bahasa Arab “saharo-sihron yang artinya menipu, membujuk”
(Muawwir,AW, Tt). Dalam Ensiklopedi Islam, sihir adalah tipu daya, pesona, sedangkan
menurut istilah, sihir adalah jampi-jampi dan tangkal-tangkal (penolak bala) yang digunakan
untuk memalingkan hati seseorang untuk mengubah atau merusak jasadnya. (Departemen
Pendidikan Nasional, 2003) Sudarsono dkk, mendefinisikan sihir secara bahasa dengan sesuatu
yang halus dan lembut sebabnya, terjadinya secara sembunyi yang tidak terjangkau oleh
penglihatan mata manusia. Sedangkan menurut Syar‟i, sihir adalah „azīmah, yaitu mantra-
mantra syirik untuk mengobati suatu penyakit, buhulan (tali), ucapan, obat-obatan dan asap.
(Sudarsono Shobron, 2009)

14
Di Indonesia, sihir lazim disebut dengan santet (di Jawa) atau teluh (di Sumatera), atau
mejig (dari bahasa Inggris). Jika sihir telah dilakukan penyihir (dukun), ia akan beraksi
menyakiti baik secara fisik, psikis, ataupun kedua-duanya, bahkan membunuh objeknya. Dapat
pula membuat suami isteri bercerai tanpa jelas sebabnya. Peristiwa yang diakibatkan sihir pada
dasarnya merupakan taqdīr kawniyah dari Allāh, meskipun yang melakukannya adalah penyihir
dan secara hakiki adalah perbuatan syaithān.

Sementara itu, perdukunan adalah suatu praktek untuk melakukan berbagai hal yang
dilakukan oleh dukun. Praktek ini biasanya dilakukan dengan cara membaca berbagai mantera,
jampi-jampi, dan peramalan melalui media jin atau syaithān. Perdukunan ini juga merupakan
bagian dari perbuatan sihir. Perdukunan ini juga perbuatan yang menjerumuskan orang ke dalam
kemusyrikan (syirik) baik pelakunya (dukun), maupun orang yang percaya atas apa yang
dilakukan dukun dimaksud termasuk perbuatan syirik karena telah bersekutu dengan jin/
syaithān dalam melakukan prakteknya.

2. Informasi Nash tentang sihir


Eksistensi sihir dalam kehidupan diakui Islam. Ajaran Islam menanggapi secara serius
tentang ilmu sihir dengan mengklaim bersifat sangat latin, tersembunyi, serta sangat berbahaya
bagi orang yang dituju. Oleh karena itu, Allāh menginformasikan sihir ini dalam Al-Qur‟an,
sebagaimana dalam ayat berikut:

            

       


Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bahagian dari Al kitab?
mereka percaya kepada jibt dan thaghut[309], dan mengatakan kepada orang-orang
kafir (musyrik Mekah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang
beriman. (Q.S An-Nisa, (4): 51)

Menurut „Umar bin al-Khaththāb, al-Jibt dalam ayat ini adalah siḥir dan yang dimaksud
dengan taghut ialah syaithān dan apa yang disembah selain Allah SWT, dengan keterangan ayat;

15
                

              

     

Ahli-ahli sihir berkata: "Hai Musa, kamukah yang akan melemparkan lebih dahulu,
ataukah Kami yang akan melemparkan?"
Musa menjawab: "Lemparkanlah (lebih dahulu)!" Maka tatkala mereka melemparkan,
mereka menyulap mata orang dan menjadikan orang banyak itu takut, serta mereka
mendatangkan sihir yang besar (mena'jubkan).
Dan Kami wahyukan kepada Musa: "Lemparkanlah tongkatmu!". Maka sekonyong-
konyong tongkat itu menelan apa yang mereka sulapkan. (Q.S, Al-A‟raf, 7:115-117)

Keberadaan siḥir yang ada pada masa Nabi Musa. Siḥir- siḥir orang yang menentang
kenabian Mūsā dihancurkan mu‟jizat yang diberikan Allāh kepada nabi Mūsā. Siḥir dilakukan
dengan cara sembunyi-sembunyi. Oleh karena itu, Allāh memerintahkan manusia untuk selalu
berlindung kepada-Nya dari segala kejahatan siḥir sebagaimana diungkapkan Allāh dalam
firman-Nya berikut:

              

          

“Katakanlah: "Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia
(1) Raja manusia (2) Sembahan manusi (3) dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa
bersembunyi (4) yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia (5) dari
(golongan) jin dan manusia (6) (Q.S An-Naas (114):1-6)

Perhatikan juga firman Allah berikut ini:

            

            

              

16
                 

                

      

“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan
Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), Padahal
Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir
(mengerjakan sihir). mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang
diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil Yaitu Harut dan Marut, sedang
keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan:
"Sesungguhnya Kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir". Maka
mereka mempelajari dari kedua Malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat
menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya. dan mereka itu (ahli sihir) tidak
memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. dan
mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak
memberi manfaat. Demi, Sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa Barangsiapa yang
menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, Tiadalah baginya Keuntungan di akhirat, dan
Amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka
mengetahui.” (Q.S Al-Baqarah (2):102)
Keterangan ayat di atas merupakan informasi penting dari Allāh tentang siḥir sekaligus
merupakan asbāb al-nuzūlnya ketika orang-orang Yahudi menuduh Nabi Sulaimān mengajar
siḥir begitu pula Malaikat Jibrīl dan Mikā‟īl. Oleh sebab itu, Allāh membantah tuduhan tersebut
dengan menurunkan ayat ini.

3. Hukum melakukan Sihir dan Perdukunan


Praktek siḥir, perdukunan, serta peramalan merupakan hal yang dilarang dan diharamkan
Islam sebab siḥir dan perdukunan termasuk kategori syirik karena terindikasi melakukan
pelanggaran akidah serta berkolabarasi (bekerjasama) dengan jin/ syaithān, sedangkan syaithān
itu tergolong makhluk yang kafir. Jika manusia bekerjasama dengan orang-orang kafir dalam
melakukan pekerjaan negative, maka ia tergolong sama dengan mereka. Hukum melakukannya
adalah haram dan dosa besar.
Larangan perbuatan siḥir dan perdukunan ini dikemukakan beberapa
dalil, seperti berikut ini:
a. Dalil Al-Qur‟an

17
ِ
…‫الس ْحر‬ ِ ِ ِ
ّ ‫َّاس‬
َ ‫ني َك َفُروا يُ َعلّ ُمو َن الن‬
َ ‫ َولَك َّن الشَّيَاط‬...
“…Akan tetapi syaithān-syaithān itu kafir, mereka mengajari manusia sihir...” (Q.S
Al-Baqarah (2): 102)

b. Dalil al-Sunnah
Tingkat keharaman siḥir sangat berat karena digolongkan pada dosa besar dengan
berlandaskan pada hadis nabi yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu
Hurairah berikut ini:

ِ ‫السبع الْموبِ َق‬ ِ ‫ال‬ ِ َّ ‫َّب صلَّى‬


‫ات قَالُوا‬ ُ َ ْ َّ ‫اجتَنبُوا‬ ْ َ َ‫اَّللُ َعلَْيو َو َسلَّ َم ق‬ َ ِّ ِ‫َع ْن أَِِب ُىَريْ َرة َع ْن الن‬
‫اَّللُ إَِّال ِِ َْْ ِّق‬
َّ ‫ِ الَِِّ َحَّرَم‬ ِ ‫الشرُك ِِ ََّّللِ و‬
ِ ‫الس ْحُر َوقَ ْتُ النَّ ْف‬ ِ ‫ال‬ ‫ق‬ ‫ن‬ ‫ى‬ ‫ا‬ ‫م‬ ِ‫اَّلل‬
ُ ّ َ ْ ّ َ َ َّ ُ َ َ َّ ‫ول‬
‫و‬ َ ‫َي َر ُس‬
ِ َ‫ات الْم ْؤِمن‬ ِ َ‫ف الْمحصن‬ ِ َّ ‫الرِ وأَ ْكُ م ِال الْيتِي ِم والتَّوِّّل ي وم‬
‫ات‬ ُ َ ْ ُ ُ ‫الز ْحف َوقَ ْذ‬ َ ْ َ َ َ َ َ ُ َ َِّ ُُ ‫َوأَ ْك‬
)‫ت (رواه البخارى ومسلم عن اىب ىريرة‬ ِ ‫الْغَافِ َال‬
“Jauhilah olehmu tujuh perkara yang membawamu kepada kehancuran, para
sahabat bertanya:”apakah tujuh perkara itu ya Rasūlullah?”.beliau menjawab:
“yaitu syirik kepada Allāh, siḥir, membunuh jiwa yang diharamkan Allāh kecuali
dengan sebab yang dibenarkan agama, memakan riba, memakan harta anak yatim,
membelot dalam peperangan dan melontarkan tuduhan zina terhadap wanita-wanita
mukminah yang terpelihara dari peerbuatan dosa dan tidak tahu-menahui
tentangnya. (H.R. Bukhari dan Muslim)
c. Dalil dari al-Sunah

‫ص ِحْي ٍح‬ ٍ ِ ِ ِ
َ ‫ص َّدقَوُ مبَا يَ ُق ْو ُل فَ َق ْد َك َفَر مبَا أَنْ َزَل َعلَى ُُمَ َّمد‬
َ َ‫َم ْن أَتَى َعَرافاً أ َْو َكاىناً ف‬
(.‫)رواه أمحد‬

“Barang siapa yang mendatangi paranormal atau dukun kemudian membenarkan


apa yang dikatakan sungguh ia telah kafir dengan apa yang diturunkan kepada
Muhammad”.

d. Dalil Al-Qur‟an

               

18
“Katakanlah tidak ada yang di langit maupun di bumi yang mengetahui tentang
ghaib kecuali Allāh dan mereka tidak sadar kapan dibangkitkan.” (Q.S An-Naml
(27) :65 )

          

         
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bahagian dari Al-
kitab? mereka percaya kepada jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-
orang kafir (musyrik Makkah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-
orang yang beriman”. (Q.S An-Nisa, 4:51)

Perbuatan siḥir atau sejenisnya adalah haram, dan digolongkan kepada perbuatan syirik,
termasuk mendatanginya. Hal ini disebabkan pada dua hal. Pertama, di dalam siḥir terkandung
permintaan pelayanan dan ketergantungan terhadap jin/syaithān melalui syarat-syarat tertentu.
Kedua, siḥir mengandung unsur pengakuan tentang pengetahuan pada hal ghaib dan bersyarikat
dengan Allāh pada hal yang ghaib.
Hukuman bagi pelaku siḥir dan sejenisnya, tidak hanya berlaku di akhirat nanti, tetapi di
duniapun mendapat hukuman pula sebagaimana hadis Rasūlullāh SAW yang menjelaskan
bahwa: “Hadd (hukuman) bagi orang yang siḥir ialah dipukul dengan pedang (HR. al-
Turmudzi). Selanjutnya, Jabalah ra, seorang sahabat menerangkan perbuatan „Umar bin
Khaththāb, katanya: “‟Umar telah menulis surat:”Hendaklah kamu membunuh setiap tukang
siḥir laki-laki dan perempuan”. Kata Jabalah pula: maka kamipun membunuh tiga orang tukang
siḥir (H.R al-Bukhārī). Hadis dan atsar ini secara umum menjelaskan bahwa sanksi hukum bagi
yang melakukan siḥir adalah dibunuh. (Ensiklopedi Islam, 2003)
Menurut al-Ghazali, ilmu siḥir termasuk kelompok ilmu yang tercela karena ilmu siḥir itu
memberi mudharat (kerugian) pada tukang siḥir itu sendiri dan orang yang di siḥirnya. Siḥir
dijadikan wasilah (perantara) kepada kejahatan, maka ia menjadi ilmu yang buruk, tercela dan
tidak boleh dipelajari. (Ensiklopedi Islam, 2003)
4. Macam-Macam Siḥir
Siḥir terbagi kepada tiga macam, yaitu:
a. Dilakukan dengan mantra-mantra

19
Siḥir jenis ini biasanya dilakukan dengan bacaan mantra-mantra. Meskipun bacaan
yang dijadikan mantra diambil dari ayat Al-Qur‟an dan dimaksudkan sebagai mantra
tertentu, tetap dianggap siḥir. Siḥir mantra ini biasanya dilakukan dengan dua cara.
Pertama, dengan melafalkan mantra dan yang kedua, dengan menuliskan mantra di
atas kertas, lalu disematkan di tempat-tempat tertentu, misalnya kantong, pinggang,
atau di tempat-tempat lain.
b. Dilakukan dengan menggunakan benda-benda tertentu
Siḥir jenis ini menggunakan media/benda-benda tertentu yang dibacakan mantra
khusus terlebih dahulu. Media yang sering digunakan untuk siḥir ini, antara lain:
boneka, jarum, telur, kain kafan, dan lain-lain.
c. Dilakukan dengan mempersembahkan sesajian
Siḥir jenis ini biasanya dilakuan dengan mempersembahkan sesajian pada sesuatu
yang dipercaya sebagai memiliki kekuatan dan kekuasaan di suatu tempat yang
dianggap dapat memenuhi hajat/permintaan orang tertentu.
5. Cara menghindarkan diri dari siḥir dan perdukunan
Pada hakekatnya siḥir bisa dihindari/ditangkal. Siḥir adalah sesuatu yang ghaib/laten dan
tersembunyi, maka cara utama menahannya adalah dengan selalu bermohon dan bermunajat
hanya kepada Allāh karena Dia yang mengetahui yang ghaib.
Menurut Abdul Aziz dalam bukunya “Hukum siḥir Perdukunan”, ada beberapa cara menangkal
ilmu siḥir, yaitu: (Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, 2007)
a. Usaha Preventif, yakni menjauhkan diri dari bahaya siḥir sebelum terkena. Cara
yang paling penting dan bermanfaat adalah penjagaan dengan melakukan dzikir yang
disyari‟atkan, membaca doa dan ta‟awudz sesuai dengan tuntunan Rasūlullāh SAW.
b. Membaca ayat Kursi setiap selesai shalat lima waktu setelah membaca wirid yang
disyari‟atkan setelah salam atau dibaca ketika akan tidur. Karena ayat kursi termasuk
ayat yang paling besar nilainya di dalam Al-Qur‟an. Rasūlullāh SAW bersabda:

‫اَّللِ َحافِظََوالَ قْ َربَوُ َشْيطَا ٌن َح ّّت‬


َّ ‫َم ْن قَ َراَ ا اَيَةَ الْ ُك ْرِسي ِِف لَْي لَ ٍة ََلْ يََزْل َعلَْي ِو ِم َن‬
‫صبِ ُح‬
ْ ُ‫ي‬
“Barang siapa yang membaca ayat kursi pada malam hari, Allāh senantiasa
menjaganya dan syaithān tidak akan mendekatinya sampai subuh”.

20
c. Membaca Sūrat al-Ikhlāsh, al-Falaq, dan al-Nās pada setiap selesai shalat lima waktu
dan membaca ketiga surat tersebut sebanyak tiga kali pada pagi hari sesudah subuh
dan di awal malam sesudah shalat maghrib dan sebelum tidur.
d. Membaca dua ayat terakhir sūrah al-Baqarah ayat 285-286, pada permulaan malam
sebagaimana sabda Rasūlllāh SAW:

)‫ني ِم ْن آَ ِخ ِر ُس ْوَرةِالْبَ َقَرةِ ِِف لَْي لَ ٍة َك َفتَاهُ (متفق عليو‬


ِ ْ َ‫َم ْن قَراَ آَيَت‬
َ
“Barang siapa yang membaca dua ayat terakhir dari sūrah al-Baqarah pada malam
hari, maka cukuplah baginya (sebagai pencegah dari segala kejahatan).”

Bacaan dua ayat terakhir dimaksud adalah sebagai berikut:

             

             

  


“Rasūl telah beriman kepada Al-Qur‟an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya,
demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allāh,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan Rasūl-Rasūl-Nya. (mereka
mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang
lain) dari Rasūl-Rasūl-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan Kami
taat." (mereka berdoa): "Ampunilah Kami Ya Tuhan Kami dan kepada Engkaulah
tempat kembali..” (Q.S Al-Baqarah (2):285)

                

              

                 

     

“Allāh tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia


mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari
kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami, janganlah

21
Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah
Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan
kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan
kepada Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya. beri ma'aflah kami;
ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah
Kami terhadap kaum yang kafir.” (Q.S Al-Baqarah (2): 286)

e. Banyak membaca ta‟awudz berikut:

‫ات ِم ْن َشِّر َما َخلَ َق‬ َّ ‫ات هللاِ الت‬


ِ ‫َّام‬ ِ ‫أَعوذُ بِ َكلِم‬
َ ُْ
“Aku berlindung dengan kalimat Allāh yang sempurna dari kejahatan apa yang Dia
ciptakan”

Selanjutnya, hendaknya sering membaca do‟a berikut ini pada malam dan siang hari
ketika singgah di suatu tempat, masuk ke dalam suatu bangunan, berada di tengah
padang pasir, di udara ataupun di laut:
Sabda Nabi SAW:

َُ ‫ضُّرهُ َح َّّت يَْرََِت‬ ِ ‫ات‬


ِ ِ َّ ‫هللا الت‬ ِ ‫ال أَعوذُ بِ َكلِم‬
ُ َ‫َّامات م ْن َشِّر َما َخلَ َق ََلْ ي‬ َ ْ ُ َ ‫َم ْن نََزَل َمْن ِزالً فَ َف‬
ِ ِ
)‫ك (رواه مسلم‬ َ ‫ِم َن َمْن ِزل ِو َذل‬
“Barang siapa singgah di suatu tempat dan dia mengucapkan: (aku berlindung
dengan kalimat Allāh yang sempurna dari kejahatan apa yang Dia ciptakan), maka
tidak ada sesuatupun yang membahayakannya sampai ia pergi dari tempat itu”.

f. Membaca doa di bawah ini, masing-masing tiga kali pada pagi hari dan menjelang
malam:

َّ ‫الس َم ِاء َوُى َو‬


‫الس ِمْي ُع الْ َعلِْي ِم‬ َّ ‫ض َوالَ ِِف‬ ْ
ِْ ‫بِس ِم هللاِ الَّ ِذي الَ يضُّر مع‬
ِ ‫اْس ِو َشيءٌ ِِف ْاالَْر‬ ََ ُ َ ْ
)‫(رواه أبو داود والرتمذي‬
“Dengan nama Allāh yang tidak ada membahayakan bersama nama-Nya
sesuatupun yang ada di bumi dan di langit, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui”. (H.R. Abu Daud dan Turmudzi).
Bacaan-bacaan ta‟awudz ini memiliki dampak yang besar untuk memperoleh
keselamatan dan menjauhkan diri dari kejahatan serta pengaruh siḥir, juga kejahatan
lainnya. Tentu saja, dalam mengamalkannya harus dengan cara yang benar disertai

22
dengan keyakinan penuh kepada Allāh, pasrahkan diri hanya kepada-Nya dan dengan
lapang dada serta khusyu‟.

g. Usaha Kuratif yakni usaha yang dilakukan jika telah terkena pengaruh siḥir. Banyak
do‟a-do‟a Rasūlullāh SAW berdasarkan riwayat yang kuat untuk menyembuhkan
penyakit yang disebabkan pengaruh siḥir atau yang sejenisnya, di antaranya
membaca doa;

‫َّاِف الَ ِش َفاءَ اِالَّ ِش َف ُاؤ َك الَ يُغَ ِاد ُر‬


ِ ‫ت الش‬ ِ ‫ب الْبأْس وا ْش‬
َ ْ‫ف اَن‬ ِ ِ ‫ب الن‬
َ َ َ ‫َّاس أَ ْذ َى‬ ّْ ‫اللَّ ُه َّم َر‬
)‫َس َق َما (رواه البخارى‬
“Ya Allāh, peliharalah manusia, hilangkanlah penyakit dan sembuhkanlah. Engkau
Maha Penyembuh, tidak ada penyembuhan melainkan penyembuhan-Mu.
Penyembuhan yang tidak meninggalkan penyakit”. (H.R. Bukhari).

F. Aliran Sesat
1. Pengertian Aliran Sesat
Aliran sesat terdiri dari dua kata; yakni, aliran dan sesat. Aliran dapat diartikan sebagai
faham, ajaran atau sekte. Sedangkan sesat dalam hal ini adalah ajaran yang menyimpang bahkan
ada yang bertolak belakang dengan ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur‟an dan al-Sunnah.
“Sesat menurut Al-Qur‟an disebut dhāllin, dhalāl. Orang sesat yaitu, orang-orang yang
betindak atau beramal tidak sesuai atau menyimpang dari aturan Allāh (Al-Qur‟an) dan al-
Sunnah Rasūl-Nya”. (Jiau Al-Haq, 2009)
Aliran sesat adalah sekte atau ajaran yang melahirkan tindakan dan amalan yang
menyimpang dari Al-Qur‟an dan al-Sunnah.
2. Kriteria Aliran Sesat
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kesesatan, antara lain adalah sebagai
berikut;
a. Dangkalnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap Islam yang hakiki.
Sementara itu, paham yang berkembang sangat variatif dan munculnya membawa
nama agama.
b. Masyarakat umumnya suka mencari jalan pintas jika mencari alternatif pemecahan
masalah yang dihadapi.

23
c. Terjadinya krisis ekonomi yang berkepanjangan.
d. Figur kepemimpinan yang nyaris hilang.
e. Tidak adanya kepastian hukum dan politik yang menyebabkan masyarakat mencari
alternatif kepastian yang lain.
f. Berkembangnya cara berfikir pragmatis dan instan dalam masyarakat.

Adapun kriteria aliran sesat agama Islam versi MUI adalah sebagai adalah berikut:

a. Mengingkari salah satu rukun īmān dan rukun Islam


b. Menyakini atau mengikuti akidah yang tidak sesuai dengan dalil syar‟i (Al-Qur‟an
dan al-Sunnah)
c. Menyakini turunnya wahyu sesudah Al-Qur‟an
d. Mengingkari autensitas dan kebenaran Al-Qur‟an
e. Menafsirkan Al-Qur‟an yang tidak berdasarkan kaidah-kaidah tafsir
f. Mengingkari kedudukan hadist nabi sebagai sumber ajaran Islam
g. Menghina, melecehkan, dan merendahkan nabi dan Rasūl
h. Mengingkari Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan Rasūl terakhir.
i. Mengubah, menambah, dan mengurangi pokok-pokok ibadah yang telah di tetapkan
syari‟at
j. Mengkafirkan sesama muslim tanpa dalil syar‟i

Jiau al-Haq mengemukakan ciri-ciri aliran sesat dengan mengelompokkan ketegori


pembagian pokok-pokok agama. Orang yang melanggar pokok-pokok agama, dengan
melaksanakan hal-hal yang dilarang dari pokok-pokok agama dimaksud, dikategorikan kedalam
sesat. Adapun pokok-pokok agama dimaksud adalah:

a. Bidang akidah
Orang-orang yang digolongkan sesat dalam akidah akan dikategorikan sesat
manakala mereka menolak, menyimpang, menambah atau mengurangi keīmānan
yang terdapat dalam arkanu al-īmān. Orang yang digolongkan pada bidang ini
apabila melakukan hal-hal berikut:
1) Dlalālan ba‟ida yakni kesesatan yang amat jauh
Adapun perbuatan yang dilakukan dalam Dlalālan ba‟īda ini adalah syirik,
kufur, dan orang yang menghalang tegaknya syari‟at Islam. Perbuatan kufur

24
menyangkut; kufur kepada Allāh , kufur kepada Malaikat-Malaikat-Nya, kufur
kepada kitab-kitab-Nya, kufur kepada Rasūl-Nya, kufur kepada Hari Akhir dan
kufur kepada qadla dan qadar-Nya,
2) Dlalālan Mubīna, yakni kesesatan yang nyata
Orang-orang yang masuk dalam kelompok ini adalah orang-orang jāhiliyah, dan
orang yang menolak dakwah Islam.
3) Dlalālan sawā sabīla yakni orang yang telah Islam, tetapi kembali ke agama
asalnya. Kelompok ini adalah; orang murtad, dan orang yang menjadikan orang
kafir sebagai pemimpinnya.
b. Bidang Syari‟ah
Seseorang dapat dikatakan sesat apabila menolak atau menyimpang dari syari‟at
Islam. Kelompok ini adalah: kaum munafiqin, organisasi yang menjadi “organ
taktis” pemerintahan thaghūt. Kelompok yang menambah-nambah syari‟at.
Termasuk kelompok ini adalah berdoa sambil bernyanyi, sistem ke-rahiban, lebih
menonjolkan symbol atau atribut, bakar dupa, rawatan, sesajen dan sebagainya.
Kelompok yang mengurangi syari‟at dan kelompok muslim sekuler.
c. Bidang ijtihad,
yakni bersungguh-sungguh menetapkan hukum yang belum ada ketetapannya dalam
Al-Qur‟an dan al-Sunnah (tetapi tidak bertentangan dengan keduanya).
Apabila seseorang atau kelompok berijtihad, padahal hukum yang ditetapkan
tersebut telah ada diatur dalam Al-Qur‟an dan al-sunnah (biasanya menyangkut
masalah keduniaan/social), sedangkan mereka melanggar aturan baku yang telah ada
atau bertentangan dengan Al-Qur‟an dan Sunnah. (Jiau Al-Haq, 2009)
3. Beberapa Aliran Sesat di Indonesia
Di Indonesia, (sebagaīmāna yang disanyalir oleh MUI) telah berkembang sebanyak lebih
kurang 250 jenis aliran sesat yang terlembaga, (tentunya yang belum terlembaga tidak dihitung).
Jumlah ini, akan terus berkembang jika umat Islam Indonesia tidak melakukan antisipasi
terhadap aliran-aliran sesat yang sudah berkembang dan mengakar. Salah satunya dengan cara
mensosialisaikan aliran-aliran sesat yang ada kepada masyarakat luas beserta dengan ajaran-
ajarannya yang menyesatkan dan memberikan pencerahan agama yang murni. Hal ini dilakukan

25
untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat agar dapat mawas diri dan tidak terjebak
dalam ajaran sesat yang telah ada.
Karena itu, dalam buku ini akan diperkenalkan tiga contoh aliran sesat yang sudah
berkembang dan meng-akar di Indonesia, di antaraya adalah: Islam Jama‟ah, Ahmadiyah dan
Inkar al-Sunnah.
a. Islam Jama‟ah
1) Asal Usul dan Profil Islam Jama‟ah/LDII

Islam Jama‟ah adalah suatu nama jama‟ah sempalan yang sangat identik dengan
khawarij. Kelompok ini pusatnya di Indonesia dan hampir tidak terdengar
namanya di luar Indonesia, walaupun mereka mengaku-ngaku bahwa jama‟ah
mereka ini telah mendunia. Islam Jama‟ah termasuk sebuah aliran sesat yang
berkembang pesat di Indonesia. Aliran ini biasa disebut juga dengan LDII.
Kehadiran LDII mempunyai akar sejarah dengan Darul Hadits atau Islam
Jama‟ah yang didirikan pada tahun 1951 yang menurut pengakuannya bahwa
jema‟ah ini telah ada sejak tahun 1941. Namun yang benar ia baru dibai‟at pada
tahun 1960. Setelah aliran tersebut dilarang oleh Jaksa Agung Republik
Indonesia pada tahun 1971 (SK Jaksa Agung RI No. Kep-089/D.A/10/1971
tanggal 29 Oktober 1971), maka berganti nama dengan Lembaga Karyawan
Islam (LEMKARI) pada tahun 1972 (tanggal 13 Januari 1972). Namun dengan
adanya UU No. 8 tahun 1985, LEMKARI sebagai singkatan Lembaga Karyawan
Islam sesuai MUBES II tahun 1981 berganti nama dengan Lembaga Karyawan
Dakwah Islam yang disingkat juga LEMKARI (1981) Dan kemudian berganti
nama lagi sesuai keputusan kongres/muktamar LEMKARI tahun 1990 dengan
nama Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII). (LPPI, 1999) Penggantian ini
dalam rangka menyesuaikan dengan keadaan dan supaya tidak ketahuan jejak
mereka jika mulai timbul ketidaksukaan dari masyarakat.

Daerah asal mula munculnya Islam Jama‟ah/Lemkari atau sekarang disebut LDII
(Lembaga Dakwah Islamiyah Indonesia) ini adalah : Desa Burengan Banjaran,
di tengah kota Kediri, Jawa Timur. Desa Gadingmangu, Kec. Perak, Kab.
Jombang, JATIM. Desa Pelem di tengah-tengah kota Kertosono, Kab. Nganjuk,
JATIM.
26
Dari penjelasan tentang daerah asal munculnya dapat diketahui bahwa Islam
Jama‟ah adalah produk asli Indonesia.

2) Pokok-Pokok Ajaran Sesatnya dan sistem-sistem sihir mautnya (LPPI, 2009)


Sistem sihir ilmu manqul Musnad Mustahil/sistem belenggu otak. Sistem brain
washing melalui disiplin pengajian, terus menerus digencarkan dengan metode
CBSA, yaitu Sorogan, Bandungan Quran Hadis Jama‟ah/Jama‟ah Quran Hadis,
yaitu Quran yang manqul dari sang Amir/dinasti Madigol
a) Sistem sihir manqul, Bai‟at, Amir, jama‟ah, ta‟at, yang membelenggu dan
menghancurkan akal sehat, merusak aqidah dan akhlak, sehingga para
jama‟ah menjadi budak dan robotnya
b) Sistem sihir Taqiyyah, berupa: “Fathonah, Bithonah, (wajib berbohong
kepada yang bukan Islam Jama‟ah), Budiluhur Luhuring-budi karena
Allāh
c) Sistem sihir mukhlis lillah karena Allāh , yaitu tujuan utama jihadnya
karena ingin masuk surga dan takut neraka, terus menerus diulang dan
ditekankan basyiran wa nadziran
d) Sistem sihir program lima bab/sistem 354 (Yang dimaksud dengan sistem
354 adalah: (3 = Quran, Hadis, Jama‟ah atau Jama‟ah, Quran, Hadis) (5
= program 5 bab berisi janji/sumpah bai‟at kepada sang Amir yaitu: 1.
mengaji, 2. Mengamal, 3. Membela, 4. Sambung jama‟ah, dan 5. Taat
pada Amir) dan (4 = Tali pengikat iman yang terdiri dari: syukur pada
Amir, mengagungkan Amir, bersungguh-sungguh dan berdo‟a).
e) Sistem sihir yahudi, selalu sombong, licik, ujub, takabur, selalu merasa
benar sendiri, dan selalu mengukur kebenaran dengan dirinya dan
kelompoknya saja
f) Sistem sihir konsep kerja operasionalnya menuju ke tengah-tengah
manusia, disebut konsep Bajingan Tengik/Raja Bajingan yaitu dipastikan
wajib selalu menang
g) Sistem sihir filsafat Buah Pisang dan pohonnya
h) Sistem sihir poligami, manqul Amir

27
i) Sistem sihir sakralisasi, kultus habis-habisan kepada sang Amir (dinasti
Madigol menjadi Tuhan yang disembah selain Allāh )
j) Sistem sihir pengajian Daerah 2 kali setiap bulan untuk Indonesia Timur
dan Barat sebagai latihan dan praktek taat sambung Amir dan Sambung
Jama‟ah
k) Sistem sihir pembentukan Muhajirin dan Anshor (Desa Gading Mangu
Perak Jombang Jatim menjadi kawasan Real Estate daerah Muhajirin)
l) Sistem sihir jama‟ah ABRI yang diperalat untuk menakut-
nakuti/membentengi kerajaan
m) Sistem sihir SK sang Amir Madigol tentang suksesi ke-Amiran. Sejak
Madigol masih hidup dia tegas-tegas membangun kerajaannya untuk
dinastinya, yaitu kepada:
1. Abdul Dhohr bin Madigol
2. Abdul Aziz bin Madigol
3. Abdul Salam bin Madigol
4. Sumaida‟u binti Madigol/M. Yusuf (Suaminya)
5. Abdullah bin Madigol.
n) Sistem DMC (Djama‟ah Motor Club) dengan armada Harley Davidson-
nya dll.
o) Sistem sihir pengajian asrama Gribigan Hataman manqul Quran Hadis
dengan selingan-selingan pesta pora, pencak silat dan latihan ketaatan
pada Amir
p) Sistem sihir perintah Amir, wajib bermain sepak bola dan pencak silat
untuk persiapan Qital/persiapan perang melawan orang kafir
q) Sistem sihir, setiap tahun mengirimkan jama‟ah untuk haji atau umroh dan
untuk menjadi TKI/TKW atau mukimin gelap di Saudi Arabia (markasnya
di Khut Aziziyah Makkah)
r) Sistem sihir mencetak sebanyak-banyaknya/seluas-luasnya kader-kader
muballigh laki-laki dan perempuan, juga muballigh cabe rawit ke seluruh
jagat dunia (ke Los Angeles AS, Sydney Australia, Makkah dll)

28
s) Sistem sihir nasehat Amir; ribuan rintangan, jutaan pertolongan, miliaran
kemenangan, surga pasti. Kebo-kebo maju. Barongan-barongan mundur,
dan lain-lain istilah bikinan amir
t) Sistem sihir memperbanyak markas dan pesantren-pesantren mini di
seleuruh dunia untuk mencetak kader GPK sebanyak-banyaknya. Kini
telah muncul markasnya di LA, AS dan Sydney Australia.
u) Sistem sihir fatwa Amir; di seluruh alam jagat ini satu-satunya jalan untuk
masuk surga, selamat dari neraka itu, hanyalah Quran, Hadis,
Jam‟ah/Jama‟ah Quran Hadis Program 5 bab, yaitu sistem 354, di luar itu
pasti kafir dan neraka
v) Sistem sihir Klaim Amir; 7 fakta sahnya ke-Amiran Jama‟ah menurut
Quran dan Hadis . sang Madigol mengaku bahwa ia telah dibai‟at sah pada
tahun 1941, lebih awal dari proklamasi kemerdekaan Indonesia 1945. Itu
bohong besar dan Taqiyyah yang benar, madigol dibai‟at pada tahun 1960,
konsepnya dari wali al-Fatah
w) Sistem sihir kitab-kitab himpunan dalil: Kitab Sholat, Kitab sholat
Nawafil, Kitab Haji, Kitab Jannah wa Nar, Kitab Adab, kitab himpunan
peraturan-peraturan Amir dan Blat-Blatan Nasehat Amir dan kalimat
uapan bai‟at
x) Sistem sihir pernyataan taubat kepada Amir yang sifat taubatnya
ditentukan oleh Amir
y) Sistem sihir nasehat Amir mengulang-ulangi dalil: Laa islaama illa bil
jama‟ah dan seterusnya, dibaca dari belakang
z) Sistem sihir nasehat Amir bahwa sumber hukum syari‟at Islam itu ada
tiga, yaitu Allāh , Rasūl dan Amir (Dinasti Madigol) maka wajiblah ada
tiga jenis pengajian, yaitu ngaji Allāh , ngaji Rasūl dan ngaji Amir. Dan
sumber syariat dari sang Amir, yang utama dan nomor satu. (Allāh dan
Rasūl/Quran dan Hadis dijadikan alat bagi segala kepentingan sang Amir
Dinasti Madigol al-Kadzdzab)
aa) Sistem sihir adanya sumur barokah di pondok Kediri yang
disambungkan ke sumur Zamzam di Mekkah

29
bb) Sistem sihir nasehat Amir bahwa sang Madigol/dinastinya lebih tinggi
derajatnya dan lebih berat bobotnya dari pada manusia sedunia, maka
wajib bagi para jama‟ah bersyukur kepada sang Amir. Sebab, dengan
adanya sang Amir, maka jama‟ah pasti masuk surga
cc) Sistem sihir nasehat Amir bahwa semua alim ulama di luar kerajaan
jama‟ah, seluruhnya ada di antara 4 kategori, yaitu:
goblok/tolol/dengkek/bleguk/bego‟ atau pengkhianat atau
pelupa/lalai/pikun, atau ketiga-tiganya ya goblok ya khianat, ya lalai
dan semua ilmunya pasti tidak sah/bathil, sedang orangnya diyakini
pasti kafir dan ahli neraka, kekal.
Dari 30 poin sistem sihir yang ditetapkan oleh Amir Islam Jama‟ah, jelas bahwa
banyak aktivitas yang mereka lakukan dan ajaran yang mereka buat tidak sesuai
dengan syari‟at Islam. Untuk memudahkan bantahan terhadap ajaran Islam
Jama‟ah, perlu dirangkum dengan bahasa yang lebihn sederhana. dalam hal ini
penulis hanya mengemukakan beberapa poin saja, yaitu:
a) Al-Qur‟an dan Hadis yang boleh diterima adalah yang manqul (keluar dari
mulut imam atau amir mereka), jika tidak haram untuk diikuti.
b) ”Sedangkan mengaji Al-Qur‟an dan Hadits tanpa manqul atau ra‟yi maka
dilarang dalam agama Islam dan diancam dimasukkan ke dalam neraka.”
c) Dosa dapat ditebus kepada amir, dan besar tebusan ditentukan oleh amir
tergantung besar kecilnya dosa yang dilakukan.
d) Orang Islam di luar kelompok mereka adalah kafir dan najis, sekalipun
kedua orang tuanya.
e) Infaq mutlak wajib, yaitu 10% dari penghasilan setiap anggota.
f) Baiat kepada amir LDII, sebagai syarat sahnya keislaman seseorang,
siapapun yang tidak berbaiat kepada amir LDII maka dia adalah kafir.
g) Wajib taat kepada amir berdasarkan surat Thoha ayat 74
Sesungguhnya barangsiapa datang kepada Robbnya dalam keadaan
mujrīmān (berdosa), maka sesungguhnya baginya neraka jahannam. Ia
tidak mati didalamnya dan tidak (pula) hidup.

30
h) Anggota-anggota Islam Jama‟ah sangat taat kepada amirnya. Mereka
berdalil dengan surat An-Nisa ayat 59 : Hai orang-orang yang berīmān,
taatlah kalian kepada Allāh dan taatlah kepada Rosul dan Ulil amri
diantara kalian.
i) Menurut mereka hanyalah disebut orang berīmān jika telah taat kepada
Allāh , Rosulullah, dan amir mereka. Tidak cukup hanya taat kepada Allāh
dan Rosulullah. Jadi perintah Allāh sama dengan perintah Rosul sama
dengan perintah amir mereka. Bahkan jika mereka berbuat ma‟siat kepada
Allāh , bisa dimaafkan dengan cukup beristigfar. Namun jika bersalah
kepada amir, maka tidak cukup hanya beristigfar tapi juga harus dengan
membuat surat pernyataan tobat (yang hal ini merupakan tasyabuh dengan
orang-orang Kristen Katolik) dan membayar kafarah yang ditentukan
menurut selera amir mereka.
j) Dan setiap muslim yang hidupnya masih haram karena belum baiat, maka
harta bendanya halal untuk diambil atau dicuri, dan darahnya pun halal,
karena selama ia belum baiat mengangkat seorang imam, maka statusnya
sama dengan orang kafir dan Islamnya tidak sah, termasuk syahadat,
sholat, zakat, puasa, dan ibadah hajinya tidak sah.
3) Bantahan Islam Terhadap Ajaran Islam Jama‟ah
Dari beberapa pokok ajaran sesat yang dianut oleh Ahmadiyah, bila dianalisis
berdasarkan Al-Qur‟an dan Sunnah, jelas telah menyimpang. Sebagaīmāna
putusan oleh Jaksa Agung Republik Indonesia pada tahun 1971 (SK Jaksa
Agung RI No. Kep-089/D.A/10/1971 tanggal 29 Oktober 1971), bahwa Islam
Jama‟ah dilarang kelompok agama yang dilarang.
Berikut ini akan dikemukakan beberapa dalil yang menjelaskan kalau ajaran
Islam jama‟ah adalah sesat:
a) Mengenai Qur‟an manqul dari amir/dinasti Madiqol
Jika quran manqul dari amir, berati quran yang ada di tangan umat Islam
saat ini bukan firman Allāh dan masih diragukan isisnya, dianggap tidak
benar alias bohong. Padahal Allāh berfirman dalam Al-Qur‟an :

31
     

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam


kemuliaan” (Q.S Al-Qadr (97):1)
Ayat di atas menjelaskan bahwa yang menurunkan Al-Qur‟an adalah
Allāh , bukan manqul dari Amir Islam Jama‟ah.

Selanjutnya Allāh mengatakan:

         

“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertaqwa” (Q.S Al-Baqarah (2):2)

Dua ayat di atas cukup untuk membantah bahwa Al-Qur‟an bukan


manqul dari Amir mereka, seperti dalam ajaran Islam Jama‟ah.
b) Tentang penebusan dosa
Bagi Islam Jama‟ah, orang yang berdosa dapat menebusnya dengan kerja
bakti, atau kerja paksa. Saat ini penebusan dosa dengan cara tersebut
diubah dengan membuat surat pernyataan tobat kepada amir dengan
disertai membayar uang kafarat, jika dia tidak punya uang maka dia harus
kerja paksa di Wonosalam- di sebuah perkebunan milik amir- dalam waktu
beberapa bulan hingga ‟lunas‟ kaffarohnya. Penebusan dosa sama sekali
bukan ajaran Islam, mirip dengan praktek ‟Surat Pengampunan Dosa‟ dari
para pendeta Kristen.
Berbicara tentang taubat dan pengampunan dosa, Islam telah mnggariskan
sebagaīmāna firman Allāh berikuit ini:

        

“Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun


kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.”
(Q.S An-Nashr (110):3)

32
        

“…dan bertakwalah kepada Allāh . Sesungguhnya Allāh Maha Penerima


taubat lagi Maha Penyayang.” (Q.S Al-Hujrat (49):12)

Dari dua ayat di atas jelas, bahwa Allāh lah tempat memohon ampun dan
pemberi taubat, bukan Amir Islam Jama‟ah.
c) Mengkafirkan orang Islam diluar Islam Jama‟ah
Doktrin yang dipropagandakan Islam Jama‟ah tentang kafirnya orang-
orang di luar mereka adalah bertentangan dengan syari‟at Islam. Karena
sesama Muslim tidak boleh saling mengkafirkan, sesama Muslim adalah
saudara.
Apalagi di dalam Islam, Tafkir (mensifati seseorang dengan kekafiran)
adalah merupakan hukum Syar‟i. Ia merupakan wewenang Allāh dan
RasūlNya. Karena ada orang yang bisa dikafirkan (dan) ada juga yang
terjerumus dalam perbuatan takfir, dan hanya Allāh yang mengetahui
kadar keīmānan seseorang.
Pendapat Ahlu al-Sunnah Wal Jama‟ah, bahwa mereka tidak mengkafirkan
seseorang karena dosa, selama tidak ada dalil dari Al-Qur‟an dan Sunnah
yang menunjukkan kekafiranny adan jika ia mati, maka urusan orang
tersebut dikembalikan kepada Allāh . Bila Ia berkehendak mengampuni,
Dia akan mengampuni, bila tidak, Dia akan menyiksanya. Allāh SWT
berfirman:

               

     


“Sesungguhnya Allāh tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allāh , Maka
sungguh ia telah berbuat dosa yang besar”. (Q.S An-Nisa (4):48)

33
Bukan seperti pendapat kelompok-kelompok sesat yang menghukumi
pelaku dosa besar adalah kafir, termasuk Islam Jama‟ah. Malah lebih parah,
semua muslim di luar Ahmadiyah kafir, karena dianggap berdosa besar.

Nabi SAW menjelaskan tentang sikap mengkafirkan ini dalam hadisnya


yang berbunyi:

. َ َ‫ إِ ْن َكا َن ق‬،‫َح ُد ُُهَا‬


‫ َو‬،‫ال‬ َ ‫ئ ي َها أ‬ َ َ َ
ِ ‫ال ِِل‬
ِ َ ِ ‫ فّ ّقد‬،‫ ي ُك َّفار‬:‫َخْي ِو‬ َ َ‫أَُّْيَا اِ ْم ِر ٍئ ق‬
.‫ت َعلَْي ِو‬ ْ ‫إِالَّ َر َج َع‬
“Siapapun yang berkata kepada saudaranya “Hai kafir”, maka salah satu
diantara keduanya pasti mendapatkannya, kalau saudaranya itu seperti itu
seperti yang dia katakana. Kalau tidak, maka ucapan itu kembali kepada
yang mengucapkannya.” (H.R. Muslim)

‫ فَ ُه َو َك َقْتلِ ِو‬،‫َوَم ْن َرَمى ُم ْؤِمنًا بِ ُك ْف ِر‬


“Barangsiapa menggelari kafir kepada seorang mukmin, maka hal itu
sama dengan membunuhnya”. (H.R. Bukhari)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa doktrin tentang mengkafirkan
orang lain selain kelompok mereka adalah ajaran yang sesat.

d) Wajib taat kepada Amir


Karena salah satu doktrin Islam jama‟ah adalah taat kepada amir adalah
sebuah kewajiban. Karena itu para anggotanya Islam Jama‟ah sangat taat
kepada amirnya. Mereka berdalil dengan surat An-Nisa ayat 59: Hai
orang-orang yang berīmān, taatlah kalian kepada Allāh dan taatlah kepada
Rosul dan Ulil amri diantara kalian.
Menurut mereka, yang disebut orang berīmān jika telah taat kepada Allāh ,
Rosulullah, dan amir mereka. Tidak cukup hanya taat kepada Allāh dan
Rosulullah. Jadi perintah Allāh sama dengan perintah Rosul sama dengan
perintah amir mereka. Bahkan jika mereka berbuat ma‟siat kepada Allāh ,
bisa dimaafkan dengan cukup beristigfar. Namun jika bersalah kepada
amir, maka tidak cukup hanya beristigfar tapi juga harus dengan membuat
surat pernyataan tobat (yang hal ini merupakan tasyabuh dengan orang-

34
orang Kristen Katolik) dan membayar kafarah yang ditentukan menurut
selera amir mereka.
Di dalam Islam Kepemimpinan Allāh SWT dan Rasūl-Nya adalah mutlak
untuk dipatuhi sedangkan kepemimpinan orang-orang berīmān bersifat
relative. Sehingga kepatuhan kepada pemimpin (ulil al-amri), tergantung
apakah ia memiliki empat criteria, yakni melaksanakan: 1) berīmān hanya
kepada Allāh SWT, 2) mendirikan Shalat, 3) membayar zakat dan 4)
selalu tunduk dan patuh kepada Allāh. (Yunahar, 2004) Kemudian
dilaksanakan dengan seluruh konsekwensinya dan mengikuti Al-Qur‟an
dan al-Sunnah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa doktri tentang ketaatan kepada
amir sama dengan taat kepada Allāh dan Rasūl-Nya, tidaklah benar dan
menyesatkan.
Dan dari empat bantahan terhadap ajaran atau doktrin Islam Jama‟ah di
atas, dianggap cukup sebagai syarat menetapkan Islam Jama‟ah memiliji
ajaran yang sesat dan menyimpang dari aqidah Islam.
b. Ahmadiyah
1) Sejarah Singkat dan Profil Ahmadiyah
Mirza Ghulam Ahmad al-Kadzdzab adalah pendiri Ahmadiyah yang lahir pada
tahun 1835 di desa Qadiyan-India. Ayah kandungnya bernama Ghulam Murtaza
(Murtadha), telah membantu Inggris membantai para pejuang Islam yang
melawan penjajah Inggris di India, sehingga banyak warga sipil Muslim yang
menjadi korban, peristiwa ini terjadi pada tahun 1857. Mirza Ghulam Ahmad
Al-Kadzdzab mulai berdakwah pada tahun 1877 dengan pesona untuk memikat
umat Islam. Sejak 1880 Mirza Ghulam Ahmad mulai memproduksi tulisan
dalam bentuk buku/kitab Barahin Ahmad dan mengaku sebagai waliyullah yang
memiliki keramat.
Pada saat umat Islam India berperang melawan penjajahan Inggris, pada tahun
1883, secara terbuka Mirza Ghulab Ahmad memuji-muji Ingris dan berjanji setia
kepadanya. Karena itulah, pada tahun 1884, Mirza Ghulam Ahmad Al-kadzdzab

35
mulai didukung dan dibesarkan penjajah Inggris sebagai penghargaan kepadanya
yang telah setia membantu Inggris.
Karena mendapat dukungan yang kuat dari penjajah Inggris, pada tahun 1885
Mirza Ghulam Ahmad memproklamirkan dirinya sebagai Mujaddid
(pembaharu). Tak berhenti sampai di situ, pada tahun 1891, ia mengikrarkan
dirinya sebagai Imam Mahdi.
Aliran yang dibawa Mirza Ghulam Ahmad al-Kadzdzab ini dikenal dengan
nama Ahmadiyah. Aliran Ahmadiyah menyatakan diri sebagai Islam sejati.
Organisasinya rapi, keuangannya padat, kerjanya agak lambat namun berbekas
pada penganut-penganutnya. Justru karena kerapian organisasi dan kepadatan
uangnya, maka Ahmadiyah pikatannya sangat menarik, jeratannya sangat lekat
dan sekujur tubuhnya kelihatan mulus dan cantik. Namun demikian, pada
hakikatnya di balik kecantikan yang mulus itu, pada darah yang mengalir dalam
tubuhnya, rumah tempat bernaungnya, pelindung tempat berteduhnya, semua itu
merupakan kenyataan-kenyataan yang sangat berlawanan dengan lahirnya.
Para pengikut Ahmadiyah, yang disebut sebagai Ahmadi atau Muslim Ahmadi
dalam perkembanagnnya, terbagi menjadi dua kelompok:
a) "Ahmadiyah Muslim Jama'at" (atau Ahmadiyah Qadian). Pengikut
kelompok ini di Indonesia membentuk organisasi bernama Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, yang telah berbadan hukum sejak 1953 (SK
Menteri Kehakīmān RI No. JA 5/23/13 Tgl. 13-3-1953). Kelompok
Ahmadiyah Qadian (AQ) Indonesia berpusat di Bogor, yang mempercayai
bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah seorang mujaddid (pembaharu) dan
seorang nabi yang tidak membawa syariat baru.
b) "Ahmadiyah Anjuman Isha'at-e-Islam Lahore" (atau Ahmadiyah Lahore).
Di Indonesia, pengikut kelompok ini membentuk organisasi bernama
Gerakan Ahmadiyah Indonesia, yang mendapat Badan Hukum Nomor IX
tanggal 30 April 1930. Anggaran Dasar organisasi diumumkan Berita
Negara tanggal 28 November 1986 Nomor 95 Lampiran Nomor 3.
Kelompok Ahmadiyah Lahore (AL) berpusat di Yogyakarta, yang tidak

36
menganggap Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi, melainkan hanya
sekedar mujadid dari ajaran Islam.
Aliran (AQ, Pen) ini – yang terkenal dengan doktrin kedatangan kembali
Almasih dan Almahdi. bahkan yang menarik dari aliran ini ialah bahwa
Almasih dan Almahdi itu sudah datang dan terdapat pada seseorang yang
bernama Mirza Ghulam Ahmad, ia merangkap kedua jabatan itu sekaligus.
Dan semakin menjadi-jadi, puncaknya pada tahun 1901, Mirza Ghulam
Ahmad mengaku dirinya adalah Nabi dan Rasūl.
Ahmadiyah Qadiyan meyakini bahwa kenabian terus berlanjut tanpa akhir,
dan terputus hingga hari kiamat. Ahmadiyah sangat tidak setuju dengan
firman Allāh dalam Al-Qur‟an yang menerangkan bahwa nabi
Muhammad SAW adalah penutup para nabi dan Rasūl. Ahmadiyah Qadian
mengartikan lafazh khatam pada surah al-Ahzab ayat 40 sebagai “Cincin”,
dan buka “penutup”. Maka, arti ayat tersebut menjadi: “namun
Muhammad adalah “cincin para nabi .“ Ini adalah arti yang menyimpang
dari pemahaman yang benar, ditinjau dari segi apapun.
2) Pokok-Pokok Ajaran Ahmadiyah sebagai berikut:
Adapun pokok-pokok ajaran Ahmadiyah Qadian yang membuatnya
menyimpang dari ajaran Islam antara lain adalah sebagai berikut:
a) Meyakini Mirza Ghulam Ahmad adalah Almasih yang ditunggu
kedatangannya menjelang hari kiamat.
b) Meyakini Nabi Muhammad bukan Nabi akhir zaman bahkan nabi tetap
diutus bila diperlukan, dan Mirza Ghulam Ahmad adalah Nabi yang utama
dari sekalian nabi-nabi.
c) Meyakini bahwa Allāh Swt., berpuasa, sholat, tidur, jaga, menulis, bisa
benar bisa salah, dan melakukan setubuh dengan perempuan.
d) Meyakini bahwa Jibril menurunkan wahyu kepada Mirza Ghulam Ahmad,
dan juga ilham, statusnya sama dengan Al-Qur‟an
e) Meyakini bahwa tiada yang dikatakan Al-Qur‟an kecuali yang dibawa
oleh Almasih yang ditunggu-tunggu kedatangannya tidak hadits kecuali

37
yang disampaikan oleh Mirza, tidak ada Nabi melainkan di bawah
kepemimpinan Mirza.
f) Mengīmāni dan meyakini bahwa "Tadzkirah" yang merupakan kumpulan
sajak buatan Mirza Ghulam Ahmad adalah kitab sucinya. Mereka
menganggap bahwa wahyu adalah yang diturunkan kepada Mirza Ghulam
Ahmad.
g) Meyakini bahwa kitab mereka diturunkan oleh Allāh namanya Alkitabul
Mubin, selain Al-Qur‟an .
h) Meyakini bahwa mereka penganut agama baru mempunyai ajaran syariat
tersendiri, dan teman-teman dari Mirza adalah setara dengan sahabat-
sahabat Nabi Muhammad.
i) Meyakini bahwa desa Qadian, adalah seperti madinah Al Munawwarah,
dan tanahnya sama seperti tanah Haram.
j) Mirza Ghulam Ahmad mengatakan: “ibadah haji ke Mekah tanpa haji ke
Qadian adalah haji yang kering lagi hampa, Karena haji ke Mekah,
sekarang tidak menjalankan misinya dan tidak menjalankan
kewajibannya.”
k) Membatalkan kewajiban jihad dan wajib taat kepada pemerintah Inggris,
karena mereka dianggap sebagai “Ulul Amri” •seperti di dalam Alquran.
l) Semua muslim menurut mereka adalah kafir hingga mereka mau masuk ke
kelompok Ahmadiah Qadian, sebagaīmāna juga haram menikahi pasangan
yang tidak segolongan dengan mereka. (Dikutib dari kitab Mausu
’ah Muyassarah fil Adyan wal Mazahib Al Mu’asirah h.
.390. Dan masih banyak lagi penyimpangan yang dilakukan oleh
kelompok sesat ini, satu point saja diantara 10 point di atas sudah cukup
untuk menggugurkan akidah mereka dari akidah Islam dan dikelompokkan
kepada orang-orang murtad dan kafir kepada Allah Swt. Oleh sebab itu,)
diserukan kepada para jamaah Ahmadiah bertobatlah kepada Allah, karena
Allah Maha Penerima taubat

Jika dianalisis secara sepintas saja, ajaran Ahmadiyah ini sudah menyimpang
dari ajaran Islam. Terbukti beberapa Negara Islam di dunia juga telah

38
memutuskan bahwa Ahmadiyah ini dilarang, karena ajarannya yang sesat,
seperti:

a) Pakistan
Di Pakistan, parlemen telah mendeklarasikan pengikut Ahmadiyah sebagai
non-muslim. Pada tahun 1974, pemerintah Pakistan merevisi konstitusinya
tentang definisi Muslim, yaitu "orang yang meyakini bahwa Nabi
Muhammad adalah nabi terakhir. Penganut Ahmadiyah, baik Qadian
maupun Lahore, dibolehkah menjalankan kepercayaannya di Pakistan,
namun harus mengaku sebagai agama tersendiri di luar Islam.
b) Indonesia
Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah menetapkan semenjak tahun 1980
tentang "sesatnya Jema‟at Ahmadiyah Qadiyah yang berada di luar
Islam", lalu ditegaskan kembali pada fatwa MUI yang dikeluarkan tahun
2005 bahwa "Aliran Ahmadiyah, baik Qodiyani ataupun Lahore, sebagai
keluar dari Islam, sesat dan menyesatkan".
c) Malaysia
Di Malaysia Ahmadiyah telah lama dilarang.
d) Brunei Darussalam
Sebagaīmāna di Malaysia, di Brunei Darussalam pun status terlarang
ditetapkan untuk Ahmadiyah
3) Sanggahan Islam terhadap Ahmadiyah

Dalam mengungkapkan bantahan terhadap ajaran Ahmadiyah ini, penulis tidak


akan mengulas seluruh pokok ajarannya secara keseluruhan, akan tetapi memilih
beberapa hal saja yang dianggap representative untuk mengkategorikan
Ahmadiyah sebagai salah satu aliran sesat.

a) Anggapan Ahmadiyah Qadian bahwa Mirzha Ghulam Ahmad adalah nabi


adalah tidak benar. Dalam Islam tidak ada Nabi setelah Nabi Muhammad
SAW, beliau adalah nabi penutup para nabi, sebagaīmāna firman Allāh
dalam Al-Qur‟an :

39
            

    

“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di


antara kamu, tetapi Dia adalah Rasūlullah dan penutup nabi-nabi. dan
adalah Allāh Maha mengetahui segala sesuatu”. (Q.S Al-Ahzab (33):40)
Ghulam Ahmad mengakui dirinya sebagai nabi karena nama “Ahmad”
yang disandangnya. Sehingga ia berargumen, bahwa surat al-Shaf ayat 6,
yang menjadi dasar bahwa dia-lah sebagai Nabi Ahmad, bukan
Muhammad.

Hal ini adalah sebuah kekeliruan, karena Nabi Muhammad SAW. memiliki
lima nama selain Muhammad. Salah satunya adalah Ahmad. Rasūlullah
SAW bersabda:

‫الر ْمحَِة‬ ِ ِ ِ
َّ ‫ب‬ُّ َِ‫ب الت َّْوبَة َون‬
ُّ َِ‫الءحاشى َو ن‬
َ ‫َمحَ ٌد و الْ ُم َق ّفى َو‬
ْ ‫أ َََن ُُمَ َّم ٌد َو أ‬...
“Aku Muhammad dan Ahmad, yang dihormati, yang menghimpun
manusia, nabi (penyeru) taubah, dan nabi (penyebar) rahmat” (H.R.
Muslim)”
Dari dalil-dalil di atas, maka Mirza Ghulam Ahmad adalah rtergolong
Nabi Palsu.

b) Mengkafirkan orang Islam di luar Ahmadiyah


c) Doktrin yang dipropagandakan Ahmadiyah tentang kafirnya orang-orang
di luar mereka adalah bertentangan dengan syari‟at Islam. Karena sesama
Muslim tidak boleh saling mengkafirkan, sesama Muslim adalah saudara.
(Pembahasan untuk sanggahan pada doktin mengkafirkan orang di luar
Ahmadiyah, sama dengan yang dibahas dalam sanggahan terhadap ajaran
Islam Jama‟ah)
d) Pembatalan kewajiban jihad dan wajib taat kepada pemerintah Inggris.
Jihad adalah suatu kewajiban bagi setiap Muslim. karena perintah
kewajiban berjihad merupakan prinsip ber-Islam. Tanpa jihad, tidak akan
mungkin Islam dapat tegak dengan kokoh dan benar.

40
Di dalam Al-Qur‟an banyak kita temukan ayat-ayat yang mendorong
untuk berjihad. Jihad yang dimaksudkan bukanlah untuk mengangkat
senjata atau harus ke medan perang, akan tetapi jihad dengan bersungguh-
sungguh dalam mentaati seluruh perintah maupun larangan agama Islam
yang Haq. Sebagaīmāna firman Allāh berikut:

       

“Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah


terhadap mereka dengan Al Quran dengan Jihad yang besar.” (Q.S Al-
Furqan (25):52)
Menurut Qurthubi, surat ini turun di Makkah sebelum ada perintah
berperang. Ibnu Katsir berpendapat tentang kalimat: “falâ tuthi‟i al-
kafirīna wa jâhidhum bih”, yakni dengan Al-Qur‟an . Al-Thobari
mengatakan, jihad yang mereka lakukan dengan quran ini adalah jihad
yang besar. Ibnu Qoyyim mengungkapkan bahwa Surat ini termasuk surat
Makiyah yang di dalamnya terdapat perintah untuk berjihad melawan
orang-orang kafir dengan hujjah dan keterangan serta menyampaikan Al-
Qur'an. Demikian juga, jihad melawan orang-orang munafik dengan
menyampaikan hujjah karena mereka sudah ada di bawah kekuasaan kaum
muslimin

Artinya, secara sederhana jihad tergolong wajib, bukan hanya dengan


perang, tetapi berusaha memberantas kemungkaran (kafir, munafik)
dengan Al-Qur‟an (bukan dengan pedang saja. Pen). Karena orang kafir
dan juga munafik tidak akan hilang sampai pada akhir zaman kelak, maka
kewajiban berjihad tidak pernah putus.

Adapun untuk wajib ta‟at kepada pemerintah Inggris (sebagai Ulul Amri)
pada masa Ghulam Ahmad, tidak dibenarkan sama sekali. Karena
pemerintah Inggris adalah pemerintah yang kafir dan memerangi umat
Islam India pada masa itu.

41
Mengenai pembahasan tentang bantahan taat kepada amir, sama dengan
yang telah dijelaskan pada bantahan terhadap Islam Jama‟ah, pada pokok
bahasan sebelumnya.

e) Meyakini bahwa kitab mereka diturunkan oleh Allāh namanya Alkitabul


Mubin, selain Al-Qur‟an . Dan mengīmāni bahwa "Tadzkirah" yang
merupakan kumpulan sajak buatan Mirza Ghulam Ahmad adalah kitab
sucinya.
f) Keyakinan ini bertentangan dengan apa yang disyari‟atkan dalam Islam.
Dalam Islam, kitab yang wajib diīmāni adalah: kitab Taurat (Nabi Musa
as.), Zabur (nabi Daud as), Injil (nabi Isa as) dan Al-Qur‟an (Nabi
Muhammad Saw), ditambah dengan shuhuf-shuhuf yang diturunkan
kepada Nabi Ibrahim as dan Nabi Musa as. Selain itu tidak ada lagi kitab
suci.
Untuk menegaskan argument di atas, silahkan analisis beberapa ayat Al-
Qur‟an berikut: Q.S al-Baqoroh, 2: 177, yang menjelaskan bahwa yang
dimaksud al-Kitab adalah Kitab suci yang pernah diturunkan kepada para
nabi dan Rasūl. Q.S al-Ra‟d 13: 43 menjelaskan tentang Kitab suci yang
diturunkan sebelum Al-Qur‟an . Surah al-Baqarah 2: 87, menunjukkan
Kitab suci Taurat. Q.S. al-Baqarah 2: 2, menunjukkan Kitab suci Al-
Qur‟an secara khusus dan ayat-ayat lainnya.
Sedangkan Hadis Rasūlullah SAW dikategorikan sebagai perkataan,
perbuatan dan persetuan-nya, bukan kitab suci. Dan yang menjadi
pedoman dalam menetapkan berbagai istimbath hukum dalam Islam sejak
Nabi Muhammad SAW sampai akhir zaman adalah kitab Al-Qur‟an dan
Sunnah Rasūl. Nabi SAW bersabda:

‫اب هللاِ َو ُسنَّةَ نَبِيِّ ِو * رواه‬ ِ ِِ ِ ِ ‫تَرْك‬


َ َ‫ كت‬:‫ت في ُك ْم أ َْمَريْ ِن لَ ْن تَضلُّوا َما َُتَ َّس ْكتُ ْم ِب َما‬
ُ َ
‫مالك ِف موطأ‬

42
“Telah aku tinggalkan kepada kalian dua perkara , kalian tidak akan sesat
selama berpegang teguh pada keduanya , yaitu kitabullah (alquran) dan
sunah Nabinya.”
Dengan demikian jelas bahwa, kitabil Mubin, bukan kitab suci, demikian
juga kitab tazkirat.

g) Meyakini bahwa Allāh Swt., berpuasa, sholat, tidur, jaga, menulis, bisa
benar bisa salah, dan melakukan setubuh dengan perempuan.
Tuduhan ini adalah tuduhan yang terkeji. Ahmadiyah telah menyebarkan
faham tajassum (yakni faham yang menganggap Allāh berjisim seperti
makhluk) dan rendah. Dengan menuduhkan Allāh berpuasa, sholat, tidur,
jaga, menulis, bisa benar dan bisa salah. Berarti Ahmadiyah menyamakan
Allāh dengan manusia biasa yang menjadi salah satu makhluk ciptaan-
Nya. Padahal tak ada sesuatupun yang dapat menyerupainya, sebagaīmāna
firman Allāh :

 …    …

”… tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia…” (Q.S As-Syu‟ara


(42):11)

Allāh tak pernah tidur ataupun mengantuk. Simak firman-Nya berikut ini:

                

              

             

           



43
Allāh , tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia yang hidup
kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan
tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. tiada yang
dapat memberi syafa'at di sisi Allāh tanpa izin-Nya? Allāh mengetahui
apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka
tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allāh melainkan apa yang
dikehendaki-Nya. Kursi Allāh meliputi langit dan bumi. dan Allāh tidak
merasa berat memelihara keduanya, dan Allāh Maha Tinggi lagi Maha
besar. (Q.S Al-Baqarah (2):255)
Dari beberapa argument yang dikemukakan dalam bantahan terhadap
ajaran Ahmadiyah ini, jelas bahwa Ahmadiyah menyebarkan ajaran sesat
dan menyesatkan (dhalālam ba‟īda).

c. Inkaru al-Sunnah
1) Profil singkat (Ensiklopedi Islam, 2003)
Keberadaan faham Inkar Sunnah di Indonesia berawal dari tahun 1980-an,
dengan pengajian yang mereka sebut Kelompok Qurani (kelompok pengikut
Al-Qur‟an ). Pengajian Inkar Sunnah ketika itu sangat ramai, bahkan menguasai
beberapa masjid. Di antara mesjid yang pernah dijadikan pusat pengajian adalah
masjid Asy-Syifaa yang terletak di Rumah Sakit Pusat Cipto Mangunkusumo
Jakarta. Rumah Sakit tersebut menyatu dengan Universitas Indonesia serta
tempat praktek Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Pengajian yang mereka adakan dipimpin oleh H. Abdurrahman Pedurenan
Kuningan Jakarta. Pengajian ini biasanya dimulai setelah shalat magrib. Tetapi
lambat laun, pengajian ini tidak lagi mau menggunakan azan dan iqamat ketika
shalat berjamaah hendak mereka laksanakan. Karena, menurut mereka, tata cara
tersebut tidak ditemukan dalam Al-Qur‟an . Di samping itu, mereka juga
menyeragamkan shalat dengan hanya dua rakaat.
Selain itu, pengajian mereka ditemukan pula di proyek Pasar Rumput Jakarta
Selatan. Tepatnya di Masjid al-Burhan yang dipimpin oleh ustasdz H. Sanwani,
guru masyarakat setempat. Tidak lama kemudian, pengajian tersebut juga tidak
mau menggunakan azan dan iqamat saat shalat hendak mereka laksanakan.
Bahkan jumlah rakaat shalatnyapun sama dengan yang diajarkan oleh
H.Abdurrahman di komplek Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Selain itu,
mereka tidak mau berpuasa pada bulan Ramadhan kecuali mereka-mereka yang
44
melihat hilal secara langsung. Hal ini berdasarkan pada asumsi mereka terhadap
Al-Qur‟an surah al-Baqarah ayat 185.
Setelah diteliti lebih lanjut oleh H.M. Amin Jamaluddin selaku pengurus LPPI
(Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam) ternyata ditemukan bahwa sponsor
utama pengajian tersebut adalah Lukman Saad. Orang tersebut berasal dari
Padang Panjang, Sumatra Barat. Dia adalah lulusan IAIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta dengan gelar Sarjana Muda (BA). Pekerjaan sehari-harinya adalah
direktur perusahaan penerbitan PT Ghalia Indonesia yang berlamat di Jl
Pramuka Jakarta Timur. (Amin Jamaluddin, 2002) Lukman Saad berhubungan
erat dengan Ir.Irham Sutarto, Ketua Serikat Buruh Perusahaan Unilever
Indonesia di Cibubur, Jawa Barat. Irham Sutarto adalah tokoh Inkar Sunnah dan
telah menulis beberapa buku tentang ajaran-ajaran Inkar Sunnah dengan tulisan
tangan. Peran Irham Sutarto sangat besar terhadap penyebaran faham ini. Perlu
diketahui bahwa PT Unilever Indonesia, tempat Irham bekerja, merupakan salah
satu perusahaan Belanda yang beroperasi di Indonesia. Sementara itu, diketahui
bahwa Lukman Saad, selaku direktur perusahaan penerbitan, mendapatkan alat
percetakan modern setelah kepergiannya ke Negeri Belanda yang di kemudian
hari digunakan untuk mencetak buku-buku Inkar Sunnah secara besar-besaran.
Berdasarkan penelitian lanjutan yang dilakukan H.M. Amin Jamaluddin
ditemukan bahwa, pelaku utama dari adanya Inkar Sunnah adalah Marinus
Taka, keturunan Indo-Jerman yang bertempat tinggal di Jalan Sambas 4 No. 54
Depok Lama, Jawa Barat.
Secara umum, inkar Sunnah terbagi dalam tiga kelompok dengan tiga sikap
yang berbeda :
a) Kelompok yang menolak menolak hadis-hadis Rasūlullah SAW sebagai
hujjah secara keseluruhan. Argumentasi mereka dalam menolak hadis
sebagai sumber dalam ajaran Islam.
b) Al-Qur‟an diturunkan Allāh SWT dalam Bahasa Arab. Dengan
penguasaan Bahasa Arab yang baik, maka Al-Qur‟an dapat difahami
dengan baik tanpa memerlukan bantuan penjelasan dari hadis-hadis.

45
c) Al-Qur‟an sebagaīmāna yang disebutkan oleh Allāh SWT adalah penjelas
sesuatu (Q. S. 16:89). Hal ini menunjukkanm bahwa penjelasan Al-Qur‟an
telah mencakup segala sesuatu yang diperlukan oleh umat manusia.
Dengan demikian maka tidak perlu lagi penjelasan selain Al-Qur‟an .
2) Pokok-Pokok Ajarannya
Berdasarkan pengamatan terhadap ajaran-ajaran yang dikembangkan oleh Inkar
Sunnah Indonesia ditemukan bahwa secara umum mereka mengusung beberapa
ajaran pokok, baik yang bersifat akidah maupun yang terkait dengan masalah
fiqih. Ajaran-ajaran pokok itu adalah :
a) Dasar hukum dalam Islam hanyalah Al-Qur‟an saja
b) Al-Qur‟an adalah omongan Allāh dan omongan Rasūl
c) Mentaati Al-Qur‟an berarti mentaati omongan Allāh dan omongan Rasūl
(Ahmad Husnan, 1995)
d) Tidak percaya kepada semua hadis Rasūlullah saw. Menurut mereka,
hadits adalah bikinan Yahudi untuk menghancurkan Islam dari dalam.
Bahkan hadits, bagi mereka adalah dongeng-dongeng tentang Nabi yang
didapat dari mulut ke mulut. Timbulnya berawal dari gagasan orang-orang
yang hidup antara tahun 180 H sampai dengan tahun 200 H setelah
wafatnya Rasūlullah. Semua keterangan yang berasal dari luar Al-Qur‟an
adalah hawa. Jadi, hadits nabipun termasuk hawa. Karena itu, tidak bisa
diterima sebagai hujjah
e) Rasūl akan tetap diutus hingga hari kiamat

f) Syahadat mereka adalah ‫مسلمون‬ ‫اشهدوا أبَن‬ (QS.3:128)

g) Nabi Muhammad tidak berhak untuk menjelaskan tentang ajaran Islam


(kandungan isi Al-Qur‟an ). Tugas Rasūl hanyalah menyampaikan dan
mengajarkan Al-Qur‟an kepada manusia. Bukan menerangkan sesuatu
yang akan menimbulkan pengertian hukum baru seperti yang dikenal
dengan sebutan as-Sunnah atau al-Hadits. Mereka beralasan dengan firman

Allāh swt ‫شيئ‬ ‫( ليِ لك من املر‬QS.3:128)

46
h) Shalat mereka bermacam-macam. Ada yang sahalatnya dua rakaat saja dan
bahkan ada pula yang hanya sekedar mengingat Allāh saja. Bagi mereka,
shalat cukup dengan dzikir. Membaca al-fatihah, ruku‟ dan sujud tidak

mesti dilakukan, karena Allāh swt hanya mengatakan ‫لذ كري‬ ‫اقم الصلة‬
i) Puasa hanyalah diwajibkan bagi orang yang melihat hilal secara langsung.
Jika hanya satu orang saja yang melihat bulan maka hanya dia yang wajib
berpuasa. Alasan mereka adalah firman Allāh SWT

‫شهد منكم الشهر فليصمو فمن‬


j) Haji boleh dilakukan selama empat bulan haram, yaitu Muharram, Rajab,
Dzul Qaidah dan Dzul Hijjah (Husnan, 2004)
k) Pakain ihram adalah pakaian orang arab dan merepotkan ketika dipakai.
Oleh karena itu, ketika melaksanakan ihran boleh saja menggunakan
celana panjang dan baju biasa serta memakai jas/dasi.
l) Orang yang meninggal dunia tidak dishalati karena tidak ditemukan
perintahnya dalam Al-Qur‟an . (Hartono Ahmad Jaiz, 2002)
m) Orang yang telah meninggal tidak medapatkan apapun dari orang-orang
hidup, baik berupa doa, istigfar dan hadiah pahala. (Muhammad Sufyan
Raji Abdullah, 2003)
3) Bantahan Islam Terhadap Inkaru Al-Sunnah
Hujjah Inkaru al-Sunnah: Hadits-hadits Rasūlullah saw sampai kepada kita
melalui proses periwayatan yang tidak dijamin bersih dari kekeliruan, kesalahan,
dan bahkan kedustaan terhadap Rasūlullah saw. Oleh karena itu, kebenarannya
tidak meyakinkan (zhannī). Karena status ke-zanni-an ini, maka hadits tersebut
tidak dapat dijadikan sebagai penjelas bagi Al-Qur‟an yang diyakini
kebenarannya (qath‟i). (Ensklopedi Islam, 1994)
Bantahan: Hujjah kelompok ini telah dijawab oleh Imam Syafi‟i pada kitab
jima al-ilm dalam kitab al-Umm. Jawaban tersebut berupa dialog antara beliau
dengan kelompok yang dianggap olehnya sebagai kelompok orang-orang yang
mengingkari hujjah Sunnah secara keseluruhan. Jawaban Imam SyafiI tersebut
disimpulkan oleh DR.Mustafa As-SibaI dalam kitab As-Sunnah wa Makanatuha

47
Fii al-Tasyri al-Islami, setelah mengutip percakapan beliau dengan kelompok
tersebut. Kesimpulan itu berupa :
a) Allāh swt mengharuskan kita mengikuti Rasūl-Nya. Hal ini bersifat umum
dan mencakup orang-orang yang sezaman dengan beliau serta orang-orang
yang datang kemudian. Tidak ada jalan bagi orang-orang yang tidak
sezaman dengan Rasūlullah saw untuk mengikutinya kecuali melalui
perantaraan Sunnah. Dengan demikian, Allāh swt telah memerintahkan
kita untuk mengikuti Sunnah dan menerīmānya. Karena apa pun yang
menyebabkan kewajiban tidak bisa berjalan kecuali dengan
keterlibatannya maka ia pun menjadi wajib adanya.
b) Menerima Sunnah merupakan suatu keharusan demi untuk mengetahui
hukum-hukum yang terdapat di dalam Al-Qur‟an itu sendiri. Karena
nasikh dan mansukh yang terdapat padanya tidaklah bisa dilacak
keberadaannya kecuali dengan kembali merujuk Sunnah.
c) Ada sejumlah hukum yang menjadi kesepakatan semua orang, termasuk
pula kalangan Inkar Sunnah. Dan tidak ada jalan untuk mengetahui
hukum-hukum tersebut melainkan melalui jalur Sunnah.
d) Syariah terkadang mengkhususkan hal yang qath‟ī dengan sesuatu yang
zhannī, seperti halnya saksi terhadap peristiwa pembunuhan dan masalah
harta. Padahal kehormatan harta dan darah merupakan sesuatu yang pasti
e) Dengan perantaraan keduanya. Padahal pada kedua masalah tersebut
persaksian dua orang bisa diterima, padahal itu, dengan tanpa keraguan,
merupakan sesuatu yang zhannī.
f) Walaupun sunnah memiliki kemungkinan salah, dan berisi kebohongan,
namun kemungkinan demikian bisa dihindari dengan cara melakukan ricek
terhadap keadilan seorang perawi. Selain itu, riwayatnya bisa
dibandingkan dengan riwayat muhadits yang sekelas dengannya. (Mustafa
As-Siba‟i, 1985)
Menurut Keputusan Rakernas MUI Pusat tanggal 25 Syawal 1428 H / 6
Nopember 2007 M di Jakarta yang ditanda-tangani oleh Badan Pengurus Harian
MUI Pusat, yaitu DR.K.H.M.A. Sahal Mahfudh (ketua Umum) dan

48
Drs.H.M.Ichwan Sam (Sekretaris Umum), Bab II bahwa kesesatan tersebut
adalah kekeliruan pemahaman yang terkait dengan perkara aqidah atau syariah
tapi diyakini kebenarannya yang konsekuensinya adalah kekufuran
Bab VI Kreteria Sesat. Suatu faham atau aliran keagamaan dinyatakan sesat
apabila memenuhi salah satu dari kreteria berikut:
a) Mengingkari salah satu dari rukun īmān yang 6 (enam) yakni berīmān
kepada Allāh, kepada Malaikat-Nya, kepada kitab-kitab-Nya, kepada
Rasūl-Rasūl-Nya, kepada hari Akhirat, kepada Qadha dan Qadar dan
rukun Islam yang 5 (lima) yakni mengucapkan dua kalimah syahadat,
mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Ramadhān,
menunaikan Ibadah haji.
b) Meyakini dan atau mengikuti aqidah yang tidak sesuai dengan dalil syar‟i
(Al-Qur‟an) dan as-Sunnah).
c) Meyakini turunnya wahyu setelah Al-Qur‟an.
d) Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi Al-Qur‟an.
e) Melakukan penafsiran Al-Qur‟an yang tidak berdasarkan kaidah-kaidah
tafsīr.
f) Mengingkari kedudukan hadis Nabi sebagai sumber ajaran Islam.
g) Menghina, melecehkan dan atau merendahkan para Nabi dan Rasūl.
h) Mengingkari Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasūl terakhir.
i) Merubah, menambah, dan atau mengurangi pokok-pokok ibadah yang
telah ditetapkan oleh syariah, seperti haji tidak ke Baitullah, shalat fardhu
tidak 5 waktu.
j) Mengkafirkan sesama muslim tanpa dalil syar‟i, seperti mengkafirkan
muslim hanya karena bukan kelompoknya.

49
RANGKUMAN
1. Khurāfah adalah semua kepercayaan, keyakinan, kegiatan yang tidak memiliki dasar dan
bersumber dari ajaran agama, tetapi diyakini berasal dan memiliki dasar dari agama.
2. Kufur tidaklah diartikan dengan kafir, akan tetapi adalah sikap menafikan atau pengingkaran
terhadap perintah dan larangan Allāh dan Rasūl-Nya. Sikap ini pada dasarnya, tidaklah
membawa pelakunya menjadi kafir. Akan tetapi, jika sering dilakukan, dapat mengakibatkan
pelakunya menjadi kafir.
3. Nifāq adalah perbuatan yang dilakukan seseorang yang tidak sejalan ucapan dengan
tindakan. Karena itu, perilaku nifāq dibenci dalam Islam, dan dihukumkan dengan kufur
atau syirik.
4. Riddah secara istilah adalah: ”Kembalinya seseorang dari agama Islam kepada agama kafir,
baik dengan niat, perbuatan atau perkataan”
5. sihir adalah jampi-jampi dan tangkal-tangkal (penolak bala) yang digunakan untuk
memalingkan hati seseorang untuk mengubah atau merusak jasadnya. Perdukunan ini juga
perbuatan yang menjerumuskan orang ke dalam kemusyrikan (syirik) baik pelakunya
(dukun), maupun orang yang percaya atas apa yang dilakukan dukun dimaksud termasuk
perbuatan syirik karena telah bersekutu dengan jin/ syaithān dalam melakukan prakteknya.
6. Aliran sesat adalah sekte atau ajaran yang melahirkan tindakan dan amalan yang
menyimpang dari Al-Qur‟an dan al-Sunnah.

Evaluasi

1. Bedakanlah perilaku di bawah ini:


a. Khurāfah
b. Takhayyul .
c. Sihir
d. Perdukunan.
2. Jelaskan pengertian di bawah ini :
a. Kufur
b. Nifāq
c. Riddah
d. Sebutkan 5 dari 10 kreteria aliran keagamaan sesat berdasarkan fatwa MUI Pusat tahun
2007.

50

Anda mungkin juga menyukai