Anda di halaman 1dari 35

Aliran – Aliran Kalam

H. Mahfuz Nur, S.Sos,I, M,Si

1. Konsep Iman Dan Kufur


 Definisi iman :

- Iman Menurut Bahasa : Iman Tashdiq = Membenarkan

Quran Surat Yusuf Ayat 17

‫ْب ۖ َو َمٓا أَنتَ بِ ُم ْؤ ِم ٍن لَّنَا َولَ ْو‬ ِّ ُ‫سفَ ِعن َد َم ٰتَ ِعنَا فَأ َ َكلَه‬
ُ ‫ٱلذئ‬ ُ ‫ق َوت ََر ْكنَا يُو‬ ْ َ‫وا ٰيَٓأَبَانَٓا إِنَّا َذ َه ْبنَا ن‬
Fُ ِ‫ستَب‬ ۟ ُ‫قَال‬
َ‫ص ِدقِين‬ َ ٰ ‫ُكنَّا‬

Terjemah Arti: Mereka Berkata: "Wahai Ayah Kami, Sesungguhnya Kami Pergi Berlomba-
Lomba Dan Kami Tinggalkan Yusuf Di Dekat Barang-Barang Kami, Lalu Dia Dimakan
Serigala; Dan Kamu Sekali-Kali Tidak Akan Percaya Kepada Kami, Sekalipun Kami Adalah
Orang-Orang Yang Benar". (1)

 Definisi Iman :

‫اإليمان هو اعتقاد بالجنان وقول باللسان وعمل باألركان يزيد بالطاعة وينقص بالعصيان‬

Iman Adalah Keyakinan Dalam Hati, Di Ucapkan Dengan Lidah, Mengamalkan Dengan
Anggota Tubuh, Dengan Meningkatkan Ketaatan Dan Menjauhi Larangan .

 Definisi iman :
Para Mutakallimin Secara Umum Merumuskan Unsur-Unsur Iman Terdiri Dari :

1. ‫التصديق بالقلب‬ = Membenarkan Dengan Hati


2. ‫اإلقرا باللسان‬ = Pengakuan Secara Lisan
3. ‫العمل بالجوارح‬ = Berbuat Dengan Perbuatan
4. ‫المعرفة بالعقل‬ = Mengetahui Dengan Akal
“Pembenaran Yang Memiliki Konsekuensi Untuk Tunduk Dan Menerima Atas Segala Apa
Yang Datang Dari Allah Kepada Rasul-Nya “

 Definisi kufur
- Kufur menurut bahasa :
Kufur takzib = mendustakan / inkar / penutup
 Mengingkari tauhid, kenabian, ma’ad , atau ragu terhadap kejadiannya, atau mengingkari
pesan dan hukum para nabi yang sudah diketahui kedatangannya dari Allah. Adapun dalam
istilah syari’at berarti lawan dari iman.

 Definisi kufur
 Kufur Akbar ( Kufur Besar )
1. Mendustakan atau tidak mempercayai sesuatu yang harus di yakini dalam syari’at.
2. Ragu terhadap sesuatu yang jelas dalam syari’at.
3. Berpaling dari agama Allah
4. Kemunafikan, yakni menyembunyikan kekafiran dan menampakan keislaman.
5. Sombong terhadap perintah Allah seperti yang dilakukan iblis.
6. Tidak mau mengikrarkan kebenaran agama Allah bahkan terkadang di barengi dengan
memeranginya, padahal hatinya yakin kalau itu benar.

 Definisi Kufur
- Kufur Ashgar ( Kufur Kecil )
Tidak mengeluarkan dari agama atau tidak menjadikannya murtad, misalnya kufur nikmat.

ِ ‫ت ِبأ َ ْنع ُِم هَّللا‬


ْ ‫فَ َكفَ َر‬
“Tetapi (penduduk) nya mengingkari nikmat – nikmat Allah ( Qs. An-Nahl ayat 112 )
 Sejarah ringkas timbulnya konsep iman dan kufur

Perbincangan tentang iman dan kufur ini timbulnya pada masa pemerintah Ali ibn Abi
Thalib. Pada waktu itu terjadi pertempuran antara Saidina Ali dengan Mu’awiyah ibn Abu
Sufyan. Mu’awiyah adalah gubernur damaskus yang tidak setuju pemerintahan Saidina Ali.
Pertempuran ini terkenal dengan peperangan Siffin (659 M). Ketika pasukan Saidina Ali
hampir memenangi pertempuran tersebut, pembantu kanan Mu’awiyah. Amr ibn Al-As yang
terkenal sebagai orang cerdik, meminta berdamai dengan mengangkat Al-Quran ke atas,
Qurra yang ada di pihak Saidina Ali mendesak Saidina Ali supaya menerima tawaran itu, dan
dengan demikian dicarilah perdamaian dengan mengadakan perundingan (arbitrasi). Sebagai
perantara dilantik dua orang, yaitu : ‘Amr ibn Ash di pihak Mu’awiyah dan Abu Musa Al-
Asy’ari dari pihak Ali.

Kesimpulan dari arbitrasi tersebut merugikan pihak Ali dan menguntungkan pihak
Mu’awiyah , lalu mu’awiyah dengan sendirinya dianggap menjadi khalifah tidak resmi.
Sebahagian dari pengikut Ali tidak setuju dengan perundingan arbitrasi tersebut, dan karena
itu mereka meninggalkan barisan Saidina Ali. Golongan mereka inilah dalam sejarah islam
terkenal dengan nama Khawarij. Dengan demikian, gambaran dari persoalan – persoalan
politik inilah akhirnya membawa kepada timbulnya persoalan kalam (Teologi). Golongan
Khawarij ini memandang bahwa Saidina Ali , Mu’awiyah, Amr ibn al-As, Abu Musa al-
Asy’ari dan lain – lain yang menerima arbitrasi itu adalah kafir, karena mereka semuanya
tidak kembali menetapkan hukum kepada Al-Quran seperti yang di maksudkan oleh firman
Allah dalam surah Al-Maidah Ayat 44 :

َ‫َو َم ْن لَ ْم يَحْ ُك ْم بِ َما أَ ْن َز َل هَّللا ُ هُ ُم ْال َكافِرُون‬


“Dan barangsiapa yang tidak berhukum dengan hukum Allah maka mereka adalah orang-
orang kafir. ( Qs.Al-Maidah Ayat 44 )”
Dari ayat inilah mereka mengambil semboyan “la hukma illa lillah” karena keempat pemuka
islam di atas telah dipandang kafir dalam arti bahwa mereka telah keluar dari islam, yaitu
murtad. Mereka mesti dibunuh. Yang dipandang kafir bukan lagi hanya orang yang
melakukan dosa besar, yaitu murtakib al-kabair. Persoalannya ialah , masihkah dia mukmin
ataukah dia menjadi kafir, karena melakukan dosa besar ? dengan demikian , dari persoalan
inilah menimbulkan akhirnya lahir aliran-aliran baru ilmu al-kalam di samping Khawarij
yaitu : Murjiah, Mu’tazilah, Asy’ariyah dan Maturidiyah.
 konsep iman dan kufur Aliran Khawarij
1. iman ialah beriktikad dalam hati dan berikrar dengan lidah serta menjauhkan diri dari
segala dosa.
2. iman yang sempurna adalah iman orang yang benar-benar dapat menyesuaikan dan
menyatukan perkataan dan perbuatan. Iman adalah qaul wa amal.
3. semua dosa besar adalah kufur, orang yang melakukan dosa besar itu di hukum kafir dan
kekal di dalam neraka.
4. Orang yang tidak melakukan shalat, puasa, zakat, dan kewajiban lainnya yang di wajibkan
oleh islam, maka termasuk kafir.

 konsep iman dan kufur Aliran Murji’ah


1. iman itu hanyalah ma’rifah kepada Allah semata-mata.
2. Kufur dan tidak kufur adalah lebih baik ditunda saja sampai ke hari pengadilan ( Yaumul
Hisab) Allah di akhirat kelak.
3. Orang islam yang melakukan dosa besar masih mengucap dua kalimah syahadah, maka
orang ini masih mukmin bukan kafir atau musyrik tetapi fasiq.

 konsep iman dan kufur Aliran Mu’tazilah


1. iman adalah pelaksanaan / kepatuhan akan kewajiban-kewajiban kepada Tuhan
2. Orang yang membenarkan (Tashdiq) tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad Rasul-
nya, tetapi tidak melaksanakan kewajiban-kewajiban itu tidak di katakan mukmin.
3. Orang mu’min yang berbuat dosa besar dan mati sebelum tobat. Tidak lagi mukmin dan
tidak pula kafir, maka menempati tempat diantara dua tempat, yakni antara neraka dan surga
( Manzilatan Bainal Manzilatain )

 konsep iman dan kufur Aliran Asy’ariyah


1. iman ialah pengakuan dalam hati tentang ke-Esaan Allah dan tentang kebenaran Rasul-Nya
serta segala apa yang mereka bawa, Mengucapkannya dengan lisan dan mengerjakan rukun-
rukun islam.
2. Orang yang berdosa besar bukanlah kafir, dan tidak akan kekal dalam neraka. Orang
demikian adalah mukmin dan akhirnya akan masuk syurga.
 konsep iman dan kufur Aliran Ahlus Sunnah
1. iman ialah mengikrarkan dengan lisan dan membenarkan dengan hati. Iman yang
sempurna ialah mengikrarkan dengan lisan, membenarkan dengan hati dan mengerjakan
dengan perbuatan.
2. Orang mukmin yang melakukan dosa besar dan mati sebelum tobat, maka orang itu tetap
mukmin. Bila orang itu tidak mendapatkan ampunan dari Allah dan tidak pula mendapat
syafa’at Nabi Muhammad Saw untuk mendapatkan ampunan dari Allah Swt maka orang itu
di masukkan ke neraka untuk sementara, kemudian, dikeluarkan dari neraka untuk di
masukkan ke surga.

َ ‫ئ قَا َل أِل َ ِخي ِه يَا َكافِ ُر فَقَ ْد بَا َء بِ َها أَ َح ُد ُه َما إِنْ َك‬
‫ان َك َما قَا َل َوإِالَّ َر َج َعتْ َعلَ ْي ِه‬ ٍ ‫أَ ُّي َما ا ْم ِر‬
“ Siapa saja yang berkata kepada saudaranya (Yang muslim) “Hai Kafir,” maka sungguh
tuduhan itu berlaku kepada salah seorang dari keduanya, jika memang tuduhan itu benar, jika
tidak, tuduhan itu kembali ke pihak penuduh. ( HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad ).”

2. Akal dan Wahyu


 Pengertian Akal
- Di dalam bahasa arab, akal di artikan kecerdasan, lawan kebodohan, atau di artikan pula
dengan hati (Qalb).
- Dalam kamus besar bahasa indonesia : Akal adalah daya pikir untuk memahami sesuatu atau
kemampuan melihat cara-cara memahami lingkungannya.

 Pengertian Akal

1. Akal adalah suatu daya yang hanya di miliki manusia dan oleh karena itu dialah yang
memperbedakan manusia dari makhluk lain.
2. Akal adalah tonggak kehidupan manusia yang mendasar terhadap kelanjutan wujudnya,
peningkatan daya akal merupakan salah satu dasar dan sumber kehidupan dan kebahagiaan.
3. Akal adalah jalan untuk memperoleh iman sejati, iman tidaklah sempurna kalau tidak di
dasarkan akal. Iman harus berdasar pada keyakinan, bukan pada pendapat, dan akalah yang
menjadi sumber keyakinan pada Tuhan.
Dalam penciptaannya manusia dibekali dengan beberapa unsur sebagai kelengkapan dalam
menunjang tugasnya sebagai khalifah :
1. Ruh ( Qs. Al-Hijr:29, As-sajadah:9, Al-anbiya:91)
2. Jasad ( Qs. Al-anbiya : 8, shad : 34 )
3. Nafs ( Qs. Al-baqarah : 48, Ali Imran : 185 )
4. Qolb ( Qs.Ali Imran 159, Al-Ara’f 179, Shaffat : 84 )
5. Aqal ( Qs. Al-baqarah 76, Al-anfal 22, Al-mulk 10 )

َ ‫ان يَ ْس َمع‬
‫ُون بِهَا‬ jٌ ‫ون ِبهَا أَ ْو آ َذ‬
َ ُ‫ون لَهُ ْم قُلُوبٌ يَ ْعقِل‬ ِ ْ‫أفَلَ ْم يَ ِسي ُر و ا فِي اأْل َر‬
َ ‫ض فَتَ ُك‬
jِ ‫ْصا ُر َولَ ِكن تَ ْع َم ْالقُلُوبُ الَّتِي ِفي الصُّ ُد‬
‫ور‬ َ ‫صل فَإِنَّهَا الَ تَ ْع َمى اأْل َ ب‬
“ Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai qolbu, dengan
itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat
mendengar ? karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah qolbu
yang di dalam dada. ( Qs.Al-hajj:46)”

 Kekuatan Akal
1. Mengetahui Tuhan dan Sifat-sifatnya.
2. Mengetahui bahwa kebahagiaan jiwa di akhirat bergantung pada mengenal Tuhan dan
berbuat baik, sedang ke sengsaraan tergantung pada tidak mengenal Tuhan dan pada
perbuatan jahat.
3. Mengetahui wajibnya manusia mengenal Tuhan
4. Mengetahui wajibnya manusia berbuat baik dan wajibnya ia menjauhi perbuatan jahat
untuk kebahagiaannya di akhirat.
5. Membuat hukum-hukum mengenai kewajiban-kewajiban itu.
6. Mengetahui adanya kehidupan Akhirat.

Manusia sebagai makhluk yang paling sempurna di ciptakan Allah, mempunyai banyak sekali
kelebihan jika di bandingkan dengan makhluk ciptaan Allah yang lainnya. Bukti otentik dari
kebenaran bahwa manusia merupakan makhluk yang paling sempurna di antara makhluk
yang lain adalah ayat Al-Quran.
‫ان فِي أَحْ َس ِن تَ ْق ِو ِيم‬ ِ ‫لَقَ ْد َخلَ ْقنَا‬
َ ‫اإل ْن َس‬
“ Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” ( Al-
Quran surah At-Tin ayat 4 ).

Satu hal yang membuat manusia lebih baik dari makhluk yang lain yaitu manusia mampu
berfikir dengan akalnya, karena manusia di anugerahi oleh Allah dengan akal sehingga
dengannya manusia mampu memilih , mempertimbangkan, menentukan jalan pikirannya
sendiri.

 Pengertian wahyu

 Secara bahasa kata wahyu ialah isyarat yang cepat, surat, tulisan, dan segala sesuatu yang di
sampaikan kepada orang lain untuk di ketahui.
 Wahyu ialah pemberitahuan Allah kepada Nabi / Rasulnya tentang hukum – hukum Allah,
berita-berita dan cerita-cerita dengan cara yang yang samar tetapi meyakinkan, bahwa apa
yang di terimanya benar-benar dari Allah. Pemberitahuan tersebut bersifat ghaib, rahasia dan
berlangsung sangat cepat.

 Al-Quran: Surah, An-nisa ayat 163 :

ِ‫ِّين ِمن بَ ْع ِد ِهۚ َوأَ ْو َح ْينَا إِلَ ٰى إ‬ ٍ ُ‫ك َك َما أَ ْو َح ْينَا إِلَ ٰى ن‬
َ ‫وح َوالنَّبِي‬ َ ‫إِنَّا أَ ْو َح ْينَا إِلَ ْي‬
‫م‬

َ ‫ىى َوأَي‬
‫ُّوب‬ ٰ ‫اط َو ِعي َس‬ ِ َ‫وب َوا أْل َ ْسب‬َ ُ‫ق َويَ ْعق‬ َ ‫ْب َرا ِهي َم َوإِ ْس َما ِعي َل َوإِ ْس َحا‬
َ ‫ُون َو ُسلَ ْي َم‬
‫ان ۚ َوآتَ ْينَا َدا ُوو َد َزبُورًا‬ َ ‫س َوهَار‬ َ ُ‫َويُون‬
“Sesungguhnya kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana kami telah
memberikan wahyu kepada Nuh dan Nabi-Nabi yang kemudiannya, dan kami telah
memberikan wahyu (Pula) kepada Ibrahim, isma’il, Ishak, Ya’qub dan anak cucunya, isa,
Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman, dan kami berikan Zabur kepada Daud.” ( Quran. Surah
An-nisa ayat 163 ).
 Pengertian Wahyu
3 macam bentuk wahyu, yaitu : Al-Quran, Hadits Qudsi dan Hadits Nabawi :
 AL – QURAN : Redaksi bahasa dan maknanya dari Allah
 HADITS QUDSI : Maknanya dari Allah, redaksi bahasanya di susun sendiri oleh Nabi
dengan menisbatkannya kepada Allah
 HADITS NABAWI : Maknanya dari Allah, sedangkan redaksinya di susun sendiri oleh Nabi
tanpa menisbatkan nya kepada Allah

 AL – QURAN : Keabsahannya sebagai wahyu Allah bersifat Mutlaq.


 HADITS QUDSI : Keabsahannya sebagai wahyu Allah ada yang bersifat mutlaq da nada
yang relative.
 HADITS NABAWI : Keabsahannya sebagai wahyu Allah ada yang bersifat mutlaq dan ada
yang tidak mutlaq.

 Kekuatan wahyu
1. wahyu lebih condong melalui dua mukjizat yaitu AL – QURAN DAN AS – SUNNAH
2. Membuat suatu keyakinan pada diri manusia.
3. untuk memberi keyakinan yang penuh pada hati tentang hal yang ghaib.
4. wahyu turun dari Allah melalui para ucapan Nabi/Rasul.

 Fungsi wahyu menurut Mu’tazilah


Menurut Mu’tazilah, fungsi wahyu adalah di bawah fungsi akal. Mereka lebih memuji akal
mereka di banding dengan Al – Quran dan Hadits. Segala sesuatu di timbangnya lebih dahulu
dengan akalnya mana yang tidak sesuai dengan akalnya di buang, walaupun ada hadits dan
ayat AL – QURAN yang bertalian dengan masalah itu, tetapi berlawanan dengan akalnya.
Jadi jelasnya menurut kaum Mu’tazilah, fungsi akal lebih tinggi ketimbang wahyu.

 Fungsi wahyu menurut Asy’ariyah


Menurut Asy’ariyah, fungsi wahyu ( Al –Quran ) dan hadits adalah pokok, sedang fungsi akal
adalah sebagai penguat nash – nash wahyu dan hadits. Bagi Asy’ariyah, akal dapat
mengetahui hanya adanya Tuhan Saja. Wahyu mempunyai kedudukan penting. Manusia
mengetahui baik dan buruk dan mengetahui kewajiban – kewajiban hanya karena turunnya
wahyu.
 Fungsi wahyu menurut maturidiyah
Menurut maturidiyah, fungsi wahyu dan akal adalah sejajar atau seimbang. Al – maturidi
mengakui adanya kebaikan dan keburukan yang terhadap pada sesuatu perbuatan itu sendiri
dan akal bisa mengetahui kebaikan dan keburukan sebagai suatu perbuatan, meskipun akal
sanggup mengetahui, namun kewajiban itu berasal dari syara. Karena akal semata-mata tidak
dapat bertindak sendiri dalam kewajiban – kewajiban agama, sebab yang mempunyai taklif
( Mengeluarkan perintah – perintah agama ) hanya Tuhan sendiri.

 Kesimpulan
Walaupun akal bisa di gunakan untuk merenungi dan memahami AL – Qur’an, akal tidaklah
bisa berdiri sendiri. Bahkan akal sangat membutuhkan dalil syar’i ( Al- Qur’an dan Hadits )
sebagai penerang jalan. Akal itu ibarat mata, mata memang memiliki potensi untuk melihat
suatu benda. Namun tanpa adanya cahaya, mata tidak dapat melihat apa-apa. Apabila ada
cahaya barulah mata bisa melihat benda dengan jelas. Jadi akal barulah bisa berfungsi jika
ada cahaya Al – Quran dan As – sunnah atau dalil syar’i. jika tidak ada cahaya wahyu, akal
sangatlah mustahil melihat dan mengetahui sesuatu.

 Pengertian wahyu
- menurut bahasa (lughah) : kata wahyu berasal dari bahasa arab “Al-wahy” yang memiliki
beberapa arti, di antara nya : suara, tulisan isyarat, bisikan, paham. Tetapi ada juga yang
mengartikan bisikan yang tersembunyi dan cepat.

- wahyu secara terminology : Sabda Allah yang di sampaikan kepada orang pilihannya
( Rasul ) agar di teruskan kepada manusia untuk di jadikan pegangan hidup. Firman Allah
mengandung petunjuk dan pedoman yang memang di perlukan oleh umat manusia dalam
menjalani hidup di dunia dan di akhirat kelak.

 Cara penyampaian wahyu


1. melalui mimpi
2. Langsung masuk ke dalam hati
3. Malaikat datang sebagai seorang pria
4. Suara lonceng
5. Malaikat berwujud asli
6. melalui isra dan mi’raj
7. Dengan perintah Langsung

Allah memberikan wahyu kepada para rasul nya ada yang melalui perantaraan dan ada yang
tidak.
A. Cara pertama : tanpa melalui perantaraan
Diantaranya ialah dengan :
1. mimpi yang benar didalam tidur.
Dari Aisyah R.a dia berkata : Sesungguhnya apa yang mula-mula terjadi pada Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam adalah mimpi yang benar di waktu tidur, Beliau tidaklah
melihat mimpi kecuali mimpi itu datang bagaikan terangnya di waktu pagi hari. Di antara
alas an yang menunjukkan bahwa mimpi yang benar bagi para Nabi adalah wahyu yang wajib
di ikuti, ialah mimpi Nabi Ibrahim agar menyembelih anaknya, ismail. ( Surah As-saffat ayat
101-112)

2. kalam ilahi dari balik tabir tanpa melalui perantara


Yang demikian itu terjadi pada Nabi Musa A,s Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa
ta'ala :
“Dan tatkala Musa datang untuk pada waktu yang telah kami tentukan dan Tuhan telah
berfirman kepadanya, berkatalah Musa : Ya Tuhanku, nampakkanlah kepadaku agar aku
dapat melihat kepada Engkau “ ( Surah Al-Araaf ayat 143 ).
Demikian pula menurut pendapat yang paling sah, Allah pun telah berbicara secara langsung
kepada Rasul kita Muhammad shallallahu ‘ alaihi wa sallam . pada malam isra dan mi’raj.
Yang demikian ini yang termasuk bagian kedua dari apa yang di sebutkan oleh ayat di atas
( Atau dari balik Tabir ).

B. Cara kedua melalui perantaraan malaikat


Ada dua cara penyampaian wahyu oleh malaikat kepada Rasul :
1. cara pertama : datang kepadanya suara seperti dencingan lonceng dan suara yang amat
kuat yang mempengaruhi faktor-faktor kesadaran, sehingga ia dengan segala kekuatannya
siap menerima pengaruh itu. Cara ini yang paling berat bagi Rasul.
Apa bila wahyu yang turun kepada Rasulullah Shallallahu ‘ alaihi wa sallam dengan cara ini
maka ia mengumpulkan semua kekuatan, kesadarannya untuk menerima, menghafal dan
memahaminya. Dan mungkin suara itu sekali suara kepakan sayap-sayap malaikat, seperti di
isyaratkan di dalam hadits.

2. cara kedua : malaikat menjelma kepada rasul sebagai seorang laki-laki dalam bentuk
manusia. Cara ini lebih ringan dari pada yang sebelumnya. Karena ada kesesuaian antara
pembicara dan pendengar. Rasul merasa senang sekali mendengar dari utusan pembawa
wahyu itu. Karena merasa seperti manusia yang berhadapan saudaranya sendiri.

 Fungsi wahyu
1. sebagai dasar dan sumber pokok ajaran islam
2. untuk memberikan petunjuk berkaitan dengan sesuatu yang ghaib dan di luar jangkauan
akal.
3. untuk memberika gambaran kehidupan setelah kematian.
4. untuk mengatur kehidupan social di tengah-tengah masyarakat.

 Fungsi wahyu
Ahli pikir islam ( Mutakallimin ) tentang fungsi akal dan wahyu, maka pada umumnya
mereka menghubungkan kepada empat masalah yaitu :
1. mengetahui Tuhan
2. mengetahui baik dan buruk
3. mengetahui kewajiban terhadap Tuhan
4. mengetahui kewajiban mengerjakan yang baik dan menjauhi yang buruk, mana yang
diketahui lewat akal dan mana yang di ketahui melalui wahyu

 Fungsi wahyu bagi Aliran Mu’tazilah


Fungsi wahyu bagi aliran Mu’tazilah adalah sebagai alat informasi dan konfirmasi. Meskipun
aliran Mu’tazilah termasuk rasional, akan tetapi tetap tidak meninggalkan wahyu, bahkan
wahyu sangat di perlukan untuk melengkapi pengetahuan yang di peroleh akal. Maka dari itu
Tuhan wajib mengutus Rasul untuk memberi bimbingan kepada manusia agar apa yang di
cita – citakan oleh manusia bisa tercapai.

Wahyu bagi Mu’tazilah mempunyai fungsi konfirmasi dan informasi, memperkuat apa-apa
yang telah di ketahui akal dan menerangkan apa-apa yang belum di ketahui akal, dan dengan
demikian menyempurnakan pengetahuan yang di peroleh akal. Wahyu bagi kaum
Mu’tazilah lebih banyak mempunyai fungsi konfirmasi dari pada fungsi informasi.

 Fungsi wahyu bagi Aliran Asy’ariyah

Akal hanya dapat mengetahui adanya Tuhan saja, wahyu mempunyai kedudukan penting.
Manusia mengetahui baik dan buruk, kewajiban berbuat baik dan kewajiban menjauhi
perbuatan buruk di ketahui dari perintah-perintah dan larangan – larangan Tuhan. Segala
kewajiban dan larangan mengetahui kewajiban-kewajiban turunnya wahyu.

Al – Ghazali : akal dan wahyu berfungsi sebagai petunjuk, akal memberi petunjuk untuk
dapat mengetahui Tuhan, sedang wahyu memberi petunjuk mengetahui apa yang baik dan
buruk, mengetahui kewajiban terhadap Tuhan dan kewajiban melaksanakan yang baik dan
menjauhi yang buruk.

 Fungsi wahyu bagi Aliran Maturidiyah

wahyu bagi golongan samarkhand hanya untuk mengetahui kewajiban tentang baik dan
buruk, sedang dalam pendapat golongan Bukhara wahyu perlu untuk mengetahui
kewajiban-kewajiban manusia.

 FREE WILL ( Qadariyah )

A. Sejarah munculnya Qadariyah

Qadariyah berasal dari bahasa Arab, yaitu : Qadara yang artinya kemampuan dan kekuatan.
Adapun secara terminologi : Qadariyah adalah suatu aliran yang percaya bahwa segala
tindakan manusia tidak ada intervensi Tuhan. Dalam hal istilah inggrisnya di namakan free
will atau free act. Aliran ini di pelopori oleh Ghailani ad-Dimasyki dan Ma’bad Al-Jauhari.
Ghailan adalah seorang orator dari damaskus, dan ayahnya menjadi maula utsman bin affan.
Adapun Ma’bad adalah seorang orator yang terpercaya dan pernah berguru kepada Hasan Al-
Basri. Menurut ibn Natabah. Ma’bad Al-jauhani dan Ghailan Ad-Damsyki mengambil faham
ini dari seorang Kristen yang masuk islam di irak. Dan menurut Zahabi, Ma’bad adalah
seorang Tabi’in yang baik.
B. Doktrin – Doktrin Qadariyah
1. Dalam kitab Al-milal Wa An-nihal, pembahasan masalah Qadariyah di satukan dengan
pembahasan Mu’tazilah. Dari penjelasan ini dapat di fahami doktrin Qadariyah pada dasarnya
menyatakan bahwa segala tingkah laku atas kehendaknya sendiri. Manusia mempunyai
kewenangan untuk melakukan segala perbuatan atas kehendak sendiri, baik itu perbuatan
baik atau perbuatan jahat. Dengan pemahaman tersebut, Qadariyah berpendapat bahwa tidak
ada alasan yang tepat untuk menyandarkan segala perbuatan manusia kepada perbuatan
Tuhan. Doktrin – Doktrin ini mempunyai tempat pijakan dalam doktrin islam sendiri.

2. Wasil bin Atha, berpendapat Allah Subhanahu wa ta'ala itu adil. Tidak boleh
menyandarkan kejelekan dan kedzaliman kepada-Nya, dan Allah tidak boleh berkehendak
agar hambanya menyelisihi perintah-Nya. Allah Harus mengadili mereka kemudian
membalas mereka atas perbuatan – perbuatannya. Maka Hamba, Kata Washil bin Atha,
adalah yang mengerjakan kebaikan dan keburukan, begitu juga iman, kufur, ta’at dan ma’siat
itu pilihan manusia.

3. Al-Juba’I, juga mempunyai pandangan bahwa manusialah yang menciptakan perbuatan –


perbuatannya. Manusia berbuat baik dan buruk, patuh dan tidak patuh kepada Tuhan atas
kemauannya sendiri. Dan daya (Al-ishitha’ah) untuk mewujudkan kehendak itu telah terdapat
dalam diri manusia sebelum adanya perbuatan.

4. Al-Qadh Abd Al-Jabbar, menurutnya, perbuatan manusia bukanlah di ciptakan Tuhan pada
diri manusia. Tetapi, Manusia sendirilah yang mewujudkannya. Perbuatan adalah apa yang
dihasilkan dengan daya yang bersifat baharu. Manusia adalah makhluk yang dapat memilih.
Tuhan, menurut Abd Al-Jabbar, tidak akan menyiksa atau memberi pahala kepada seseorang
berdasar kehendak mutlak-Nya, tetapi karena amal yang di lakukannya.

- Ayat Al-Quran yang dapat mendukung pendapat ini, dalam surat Al – Kahfi ayat 29 :

َ ‫ق ِم ْن َربِّ ُك ْم ۖ فَ َم ْن َشا َء فَ ْلي ُْؤ ِم ْن َو َم ْن َشا َء فَ ْليَ ْكفُرْ ۚ إِنَّا أَ ْعتَ ْدنَا لِلظَّالِ ِم‬
‫ين‬ ُّ ‫َوقُ ِل ْال َح‬
ۚ َ‫نَارًا أَ َحاطَ بِ ِه ْم س َُرا ِدقُهَا ۚ َوإِ ْن يَ ْستَ ِغي ُشوا يُ َغا ُشوا بِ َما ٍء َك ْال ُمه ِْل يَ ْش ِوي ْال ُوجُوه‬
‫ت ُمرْ تَفَقًا‬
ْ ‫س ال َّش َرابُ َو َسا َء‬
َ ‫بِ ْئ‬
Artinya : “ Dan katakanlah : “kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, maka barangsiapa
yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia
kafir”. Sesungguhnya kami telah sediakan bagi orang – orang zalim itu neraka, yang
gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan di
beri minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah
minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek. ( Al – Quran surah Al-
kahfi ayat 29 ).

- Ayat Al-Quran surah Al-Fushilat ayat 40 :

‫صي ٌر‬
ِ َ‫ون ب‬ ْ ُ‫اٌ ْع َمل‬
َ ُ‫وا َما ِش ْئتُ ْم ۖ إِنَّهُ ِب َما تَ ْع َمل‬
Artinya :” Perbuatlah apa yang kamu kehendaki, Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang
kamu kerjakan.( Surah Al-Fushilat ayat 40 ).”

- Ayat Al-Quran Surah Al-Muddatsir ayat 38 :

‫كل نفس بما كسبت رهينة‬


Artinya : “ Tiap – tiap diri bertanggungjawab atas apa yang telah di perbuatnya . (Surah Al-
muddatsir ayat 38 )”

- Hadits Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa sallam :

‫ال ٍم لِ ْل َعبِي ِد‬ َ ُ‫ فَلِنَ ْف ِس ِه َو َم ْن أَ َسا َء فَ َعلَ ْيهَا َو َما َرب‬j‫صالِ ًحا‬
ِ َ‫ك ِبظ‬ َ ‫َم ْن َع ِم َل‬
“ Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh, maka (Pahalanya) untuk dirinya sendiri
dan barangsiapa yang berbuat jahat maka (Dosanya) atas dirinya sendiri dan sekali-sekali
tidaklah Rabb mu menganiaya hamba-hamba ( Nya ). “
 PREDESTINATION ( Jabariyah )
A. Asal usul jabariyah
Kata jabariyah berasal dari kata “Jabara” yang berarti memaksa atau mengharuskannya
melakukan sesuatu. Dalam hal istilah inggrisnya di namakan Predestination atau fatalism.

B. Para pemuka jabariyah dan Dokrin – Doktrinnya


1. menurut Asy- Syaratsani, jabariyah dapat di kelompokkan menjadi dua, ekstrim dan
moderat. Di antara doktrin jabariyah ekstrim adalah pendapatnya yang menyatakan bahwa
segala perbuatan yang timbul dari kemauannya sendiri, tetapi, perbuatan yang di paksakan
atas dirinya.

2. Jahm bin Shofwan


Nama lengkapnya adalah Abu Mahrus Jaham bin Shafwan. Ia berasal dari Khurasan,
bertempat tinggal di Kuffah. Ia seorang Da’I yang fasih dan lincah, banyak usaha yang di
lakukannya yang tersebar ke berbagai tempat, Tirmidz dan Balk. Pendapat jahm yang
berkaitan dengan persoalan teologi adalah :
A. Manusia tidak mampu berbuat apa – apa . ia tidak mempunyai daya, dan kehendak sendiri,
dan tidak mempunyai pilihan.
B. Surga dan neraka tidak kekal, tidak ada yang kekal selain Tuhan.
C. iman adalah ma’rifat atau membenarkan dalam hati. Dalam hal ini pendapatnya sama
dengan iman yang di majukan Murjiah.
D. kalam Tuhan adalah Makhluk. Allah maha suci dari segala sifat dan keserupaan dalam
manusia, seperti berbicara, mendengar, melihat. Begitu pula Tuhan tidak dapat di lihat
dengan indra mata.

3. Ja’d bin Dirham , Al-Ja’d adalah seorang ulama Bani Hakim, tinggal di damaskus, ia di
besarkan di lingkungan orang Kristen yang senang membicarakan teologi. Semula ia percaya
untuk mengajar di lingkungan Bani Umayyah tapi setelah tampak pikiran – pikirannya yang
Kontroversial.

Faham al – jabr atau jabariyah berarti: menghilangkan perbuatan manusia dan


menyandarkannya kepada Allah. Dengan kata Lain, manusia melakukan perbuatannya dalam
keadaan terpaksa . Tuhan mempunyai Hak mutlak terhadap manusia.
- Ayat Al – Quran yang dapat mendukung pendapat ini, dalam surah ash-shaffat ayat 96 :

َ ُ‫َوهُللا ُ َخلَقَ ُك ْم َو َما تَ ْع َمل‬


‫ون‬
Artinya : “ Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat.(Surah Ash-shaffat
ayat 96)”

- Ayat Al – Quran yang dapat mendukung pendapat ini, dalam surah Al-ihsan ayat 30 :

ُ ‫ون إِآَّل أَن يَ َشآ َء ﭑهَّلل‬


َ ‫َو َما تَ َشآ ُء‬
Artinya : “Kamu tidak mampu (menempuh jalan itu ), kecuali bila di kehendaki Allah.
(QS.Al-ihsan : 30 )

 Konsep Al-Kasb
Untuk menengahi 2 faham tersebut, Abu Hasan Asy’ari mengajukan konsep Al-Kasb, dengan
pengertian bahwa yang mewujudkan perbuatan manusia adalah Allah, namun manusia diberi
daya dan pilihan untuk berbuat atas kehendak Allah. Manusia dalam perbuatannya banyak
tergantung kepada kehendak dan kekuasaan Allah. Oleh karena itu, manusia dalam
pandangan Asy’ari bukan Fa’il tetapi Kasb. “ Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu
(jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang
mensucikan jiwa itu . dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. ( Qs.
Asy-syams : 8-10 ).
MATERI SETELAH UAS

 PERBUATAN TUHAN

Semua aliran dalam pemikiran kalam berpandangan bahwa Tuhan melakukan perbuatan.
Perbuatan di sini dipandang sebagai konsekuensi logis dari dzat yang memiliki kemampuan
untuk melakukannya. Berikut pendapat atau beberapa aliran dalam konteks perbuatan Tuhan :

1. Aliran Mu’tazilah
Aliran Mu’tazilah sebagai aliran kalam yang bercorak Rasional, berpendapat bahwa
perbuatan Tuhan hanya terbatas pada hal-hal yang di katakana baik. Namun, ini tidak berarti
bahwa Tuhan tidak mampu melakukan perbuatan buruk. Tuhan tidak melakukan perbuatan
buruk. Tuhan tidak melakukan buruk karena ia mengetahui keburukan dari perbuatan buruk
itu. Di dalam Al-Quran pun jelas dikatakan bahwa Tuhan tidaklah berbuat Zalim. Ayat – ayat
Al-Quran yang di jadikan dalil oleh Mu’tazilah untuk mendukung :

َ ُ‫اَل يُسْأ َ ُل َع َّما يَ ۡف َع ُل َوهُمۡ يُسْأَل‬


‫ون‬

Artinya : “ Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuatnya dan merekalah yang akan
ditanyai. (Al-anbiyaa:23)

Qadi Abd Al-jabar, ayat tersebut memberi petunjuk bahwa Tuhan hanya berbuat baik dan
yang Maha suci dari perbuatan buruk. Dengan demikian, Tuhan tidak perlu ditanya. Ia
menambahkan bahwa seseorang yang di kenal baik, apabila secara nyata berbuat baik, tidak
perlu ditanya mengapa ia melakukan perbuatan baik itu.

َ ‫ق َوأَ َج ٍل ُّم‬
‫س ّمًى ۗ َوإِنَّ َكثِي ًرا‬ َ ‫ت َوٱأْل َ ْر‬
ِّ ‫ض َو َما بَ ْينَ ُه َمٓا إِاَّل بِٱ ْل َح‬ Fِ ‫س ٰ َم ٰ َو‬
َّ ‫ق ٱهَّلل ُ ٱل‬
َ َ‫ ۗ َّما َخل‬F‫س ِهم‬ ۟ ‫أَ َولَ ْم يَتَفَ َّك ُر‬
ِ ُ‫وا فِ ٓى أَنف‬
َ‫ٓائ َربِّ ِه ْم لَ ٰ َكفِ ُرون‬ ِ ‫ِّمنَ ٱلنَّا‬
ِ َ‫س بِلِق‬

Artinya : “ Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka ? Allah
tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan
(tujuan) yang benar dan waktu yang di tentukan. Dan Sesungguhnya kebanyakan di antara
manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya. ( Ar-Rum :8 )
Adapun ayat yang kedua, menurut Al-jabar mengandung petunjuk bahwa Tuhan tidak pernah
dan tidak akan melakukan perbuatan-perbuatan buruk, pernyataan bahwa ia menciptakan
langit dan bumi serta segala isinya dengan hak, tentulah tidak benar atau merupakan berita
bohong.

Dasar pemikiran tersebut serta konsep tentang keadilan Tuhan yang berjalan sejajar dengan
paham adanya batasan-batasan bagi kekuasaan dan kehendak tuhan, mendorong kelompok
Mu’tazilah untuk berpendapat bahwa Tuhan mempunyai kewajiban terhadap manusia
kewajiban-kewajiban tersebut dapat di simpulkan dalam satu hal yaitu kewajiban berbuat
terhadap manusia. Paham kewajiban Tuhan berbuat baik, bahkan yang terbaik (ash-shalah wa
al-ashlah ) mengonsekuensikan aliran Mu’tazilah memunculkan paham kewajiban Allah
berikut ini :
A. Berbuat baik dan Terbaik
Dalam kalangan Mu’tazilah dikenal satu paham ilmu kalam yang mereka sebut dengan al-
shalah atau berbuat baik dan terbaik bagi manusia. Hal ini memang merupakan salah satu
keyakinan yang sangat penting bagi kaum Mu’tazilah. Menurut paham Mu’tazilah, demi
untuk keadilan, maka Tuhan wajib berbuat baik bahkan Terbaik untuk kepentingan manusia.
Keadilan erat sekali hubungannya dengan hak. Sebab adil itu berarti memberikan hak kepada
orang yang berhak menerimanya. Disamping itu menurut kaum Mu’tazilah, keadilan itu
harus dapat diterima secara rasional. Tuhan memberikan pahala kepada seseorang sesuai
dengan kejahatan yang di lakukannya, itu termasuk keadilan yang sesuai dengan pemikiran
yang rasional. Karena itu Abdul jabbar mengatakan : kata-kata Tuhan tidak adil, mengandung
arti bahwa segala perbuatannya adalah buruk,dan Tuhan tidak mungkin mengabaikan
kewajiban-kewajibannya terhadap manusia.

Dalil yang dijadikan penguat argumen-argumen yang ada diantaranya:

‌ٍۚ ‫ان ِم ۡن ِط ۡي‬


‫ن‬ ِ ‫س‬ َ ‫الَّ ِذ ۡۤى اَ ۡح‬
َ ‫سنَ ُك َّل ش َۡى ٍء َخلَقَ ٗ‌ه َوبَ َداَ َخ ۡل‬
َ ‫ق ااۡل ِ ۡن‬

Artinya : “ yang membuat segala sesuatu yang dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang
memulai penciptaan manusia dari tanah. ( As-sajadah : 7 )
B. kewajiban tidak memberikan beban diluar kemampuan manusia
Memberi beban diluar kemampuan manusia ( Taklif ma la yutaq ) adalah bertentangan
dengan faham berbuat baik dan terbaik. Hal ini bertentangan dengan faham mereka tentang
keadilan Tuhan. Tuhan akan bersifat tidak adil kalau ia memberikan beban yang terlalu berat
kepada manusia.

C.kewajiban mengirimkan Rasul


Bagi aliran Mu’tazilah, dengan kepercayaan bahwa akal dapat mengetahui hal-hal ghaib,
pengiriman Rasul tidaklah begitu penting. Namun, mereka memasukkan pengiriman rasul
kepada umat manusia menjadi salah satu kewajiban Tuhan. Argumentasi mereka adalah
kondisi akal yang tidak dapat mengetahui setiap apa yang harus diketahui manusia tentang
Tuhan dan alam gaib. Oleh karena itu, Tuhan berkewajiban berbuat baik dan terbaik bagi
manusia dengan cara mengirim rasul. Tanpa rasul, manusia tidak akan memperoleh hidup
baik dan terbaik di dunia dan di akhirat nanti.

D. kewajiban menepati janji ( Al-wa’d ) dan ancaman ( wa’id )


Hal ini erat hubungannya dengan dasar keadilan, Tuhan akan bersifat tidak adil jika tidak
menepati janji untuk memberikan pahala kepada orang yang berbuat baik dan menjalankan
ancaman bagi orang-orang yang berbuat jahat. Selanjutnya keadaan tidak menepati janji dan
tidak menjalankan ancaman bertentangan dengan maslahat dan kepentingan manusia. Oleh
karena itu menepati janji dan menjalankan ancaman adalah wajib bagi Tuhan.

2. Aliran Asy’ariyah
Menurut aliran asy’ariyah, faham kewajiban tuhan berbuat baik dan terbaik bagi manusia
(ash-shalah wa al-ashlah ), sebagaimana dikatakan aliran Mu’tazilah, tidak dapat diterima
karena bertentangan dengan faham kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan. Hal ini
ditegaskan Al-Ghazali ketika mengatakan bahwa Tuhan tidak berkewajiban berbuat dan yang
terbaik bagi manusia. Dengan demikian aliran asy’ariyah tidak menerima faham Tuhan
mempunyai kewajiban. Tuhan dapat berbuat sekehendak hatinya terhadap makhluk.
Sebagaimana yang di katakana al-ghazali, perbuatan Tuhan bersifat tidak wajib (jaiz) dan
tidak satu pun darinya yang mempunyai sifat wajib.
 Sifat – Sifat Tuhan ( Sufatiah )
Salah satu persoalan yang menjadi bahan perdebetan di antara aliran-aliran kalam
adalah berkisar persoalan apakah Tuhan mempunyai sifat atau tidak. Tarik menarik diantara
aliran-aliran kalam dalam menyelesaikan persoalan ini, tampaknya dipicu oleh truth claim
yang dibangun atas dasar kerangka berfikir masing-masing.

A. Aliran Mu’tazilah
Menurut kaum Mu’tazilah , Jika Tuhan mempunyai sifat, sifat itu mestilah kekal seperti
halnya dengan zat Tuhan, dan selanjutnya jika sifat-sifat itu kekal, maka yang bersifat kekal
bukanlah satu, tetapi banyak. Jika Tuhan itu memiliki sifat maka akan menyebabkan faham
syirik atau Politeisme. Tegasnya, kekalnya sifat-sifat akan membawa kepada paham banyak
yang kekal ( ta’addud al-qudama’ atau multiplicity of eternals ). Ini selanjutnya membawa
kepada faham syirik atau polytheisme yaitu suatu hal yang tidak oleh teologi.

Oleh karena itu Mu’tazilah sepakat mengatakan bahwa Tuhan tidak mempunyai sifat. Kaum
Mu’tazilah mencoba menyelesaikan persoalan ini dengan mengatakan bahwa Tuhan tidak
mempunyai sifat. ( Definisi mereka tentang Tuhan, Tuhan tidak mempunyai pengetahuan,
kekuasaan, hajat, dan sebagainya).ini tidak berarti bahwa Tuhan bagi mereka tidak
mengetahui, berkuasa, dan sebagainya, tetapi bukan dengan sifat dalam arti kata sebenarnya.
Artinya : “ Tuhan mengetahui dengan pengetahuan dan pengetahuan itu adalah Tuhan sendiri
“. Dengan demikian, sebagaimana dijelaskan Abu Al-Huzail : pengetahuan Tuhan adalah
Tuhan sendiri, yaitu dzat atau esensi Tuhan.

B. Aliran Asy’ariyah
Pendapat kaum Asy’ariyah berlawanan dengan paham Mu’tazilah. Mereka dengan tegas
mengatakan bahwa Tuhan mempunyai sifat. Menurut Al-Asy’ari “ Tidak dapat di ingkari
bahwa Tuhan mempunyai sifat karena perbuatan-perbuatannya. Ia juga mengatakan bahwa
Tuhan mengetahui, menghendaki, berkuasa, dan sebagainya di samping mempunyai
pengetahuan, kemauan dan daya. Sementara itu, Al-Baghdadi melihat adanya konsesus di
kalangan kaum Asy’ariyah bahwa daya, pengetahuan , hayat, kemauan, pendengaran,
penglihatan, dan sabda Tuhan adalah kekal. Sifat-sifat ini , kata Al-Ghazali, tidaklah sama
dengan esensi Tuhan, malah lain dari esensi Tuhan, tetapi berwujud dalam esensi itu sendiri.
Kaum Asy’ariyah berpendapat bahwa Allah memang memiliki sifat ( bertentangan dengan
Mu’tazilah ) dan bahwa sifat – sifat itu, seperti mempunyai tangan, kaki, mata, dll, tidak
boleh di artikan secara arfiah melainkan secara simbolis. Selanjutnya, mereka berpendapat
bahwa sifat – sifat Allah itu unik karenanya tidak dapat dibandingkan dengan sifat-sifat
manusia. Sifat-sifat Allah berbeda dengan Allah sendiri, tetapi sejauh menyangkut realitasnya
( haqiqah ) tidak terpisah dari esensinya.

 Melihat Tuhan ( Ru’yatullah )


Dikalangan umat islam terdapat beberapa pendapat tentang Ru’yatullah “ Melihat Allah “
Yang dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. dapat melihat Tuhan di akhirat
2. tidak dapat melihat Tuhan di dunia maupun akhirat
3. dapat melihat Tuhan di dunia dengan mata hati, sedang di akhirat dengan lebih nyata.
1. Mu’tazilah
Mu’tazilah berpendapat bahwa Tuhan bersifat immateri, oleh sebab itu Tuhan tidak dapat di
lihat dengan mata kepala karena Tuhan tidak mengambil tempat sehingga tidak dapat di lihat,
kemudian bila Tuhan dapat dilihat dengan mata kepala itu berarti Tuhan dapat dilihat
sekarang di dunia ini, sedangkan kenyataannya tidak seorangpun yang dapat melihat Tuhan
di alam ini. Mu’tazilah meyakini bahwa mustahil untuk dapat “Melihat Tuhan “ di dunia
maupun di akhirat dengan berpedoman pada firman Allah :
Surah Al-An’am ayat 103 :

َ ٰ ‫ك ٱأْل َب‬
‫ْص َر ۖ َوه َُو ٱللَّطِ يفُ ْٱل َخ ِبي ُر‬ َ ٰ ‫اَّل ُت ْد ِر ُك ُه ٱأْل َب‬
ُ ‫ْص ُر َوه َُو ي ُْد ِر‬
Arti: Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang
kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui . (Surah Al-An’am ayat
103).

Dan surah Al-A’raf ayat 143 yang berbunyi :

‫ َو ٰلَ ِك ِن ٱنظُ ۡر إِلَى ۡٱل َجبَ ِل فَإِ ِن‬j‫ك ۚ قَا َل لَن تَ َر ٰىنِى‬
َ ‫َولَ َّما َجٓا َء ُمو َس ٰى لِ ِمي ٰقَتِنَا َو َكلَّ َم ۥهُ َربُّهۥُ قَا َل َربِّ أَ ِرنِ ٓى أَنظُ ۡر إِلَ ۡي‬
ُ ‫ال س ُۡب ٰ َحنَكَ تُ ۡب‬
‫ت‬ َ َ‫ق ق‬ َ ‫ ۚ فَلَ َّما ت ََجلَّ ٰى َربُّهۥُ لِ ۡل َجبَ ِل َج َعلَ ۥهُ َد ًّكا َو َخ َّر ُمو َس ٰى‬j‫ٱستَقَ َّر َم َكانَهۥُ فَ َس ۡوفَ تَ َر ٰىنِى‬
َ ‫ص ِعقًا ۚ فَلَ َّمٓا أَفَا‬ ۡ
َ‫ك َوأَن َ۠ا أَ َّو ُل ۡٱل ُم ۡؤ ِمنِين‬
َ ‫إِلَ ۡي‬

Artinya : “Dan ketika Musa datang untuk (munajat) pada waktu yang telah Kami tentukan
dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, (Musa) berkata, “Ya Tuhanku,
tampakkanlah (diri-Mu) kepadaku agar aku dapat melihat Engkau.” (Allah) berfirman,
“Engkau tidak akan (sanggup) melihat-Ku, namun lihatlah ke gunung itu, jika ia tetap di
tempatnya (sebagai sediakala) niscaya engkau dapat melihat-Ku.” Maka ketika Tuhannya
menampakkan (keagungan-Nya) kepada gunung itu, gunung itu hancur luluh dan Musa pun
jatuh pingsan. Setelah Musa sadar, dia berkata, “Mahasuci Engkau, aku bertobat kepada
Engkau dan aku adalah orang yang pertama-tama beriman.” (surah Al-A’raf ayat 143 )

Mereka mengatakan bahwa dalam ayat ini Allah menolak permintaan Nabi Musa
Alaihis Salam untuk melihatnya dengan menggunakan kata “ Lan “ yang berarti penafian
selama-lamanya, ini menunjukkan bahwa Allah Ta’ala tidak akan mungkin bisa di lihat
selama-lamanya.

Ibnu malik, salah seorang ulama ahli tata bahasa arab, berkata : bahwa kata “ lan “
berarti selama-lamanya. Maka makna dari ayat ini adalah bahwa Allah menolak permintaan
Nabi Musa Alaihis salam tersebut sewaktu di dunia, karena memang tidak ada seorangpun
yang bisa melihatnya di dunia. Di dalam surah Asy-syura ayat 51 yang berbunyi :

‫ب أَوْ يُرْ ِس َل َر ُسواًل فَيُو ِح َي بِإ ِ ْذنِ ِه َما‬


ٍ ‫َو َما َكانَ لِبَ َش ٍر أَ ْن يُ َكلِّ َمهُ هَّللا ُ إِاَّل َوحْ يًا أَوْ ِم ْن َو َرا ِء ِح َجا‬
‫يَ َشا ُء ۚ إِنَّهُ َعلِ ٌّي َح ِكي ٌم‬

Artinya : Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia
kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan mengutus seorang
utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki.
Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana. ( Al-Quran surah Asy-syura ayat 51 ).
)22( ٌ‫ض َرة‬
ِ ‫ُوجُوهٌ يَوْ َمئِ ٍذ نَا‬
ِ ‫إِلَ ٰى َربِّهَا نَا‬
)23( ٌ‫ظ َرة‬
Artinya : “ (22) Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri.
(23) Kepada Tuhannyalah mereka melihat. “ (Al-Quran surah Al-Qiyamah : 22-23)

Menurut Mu’tazilah mengartikan kata “Nadziroh” dengan artinya rahmat. Sehingga


manusia tidak mungkin melihat wujud tuhan, manusia hanya bisa mendapatkan rahmatnya.
2. Asy’ariyah
As’ariyah berpendapat bahwa Tuhan akan dapat dilihat oleh manusia dengan mata kepala di
akhirat nanti, Argumen yang dimajukan Al Asy’ariyah adalah yang tak dapat dilihat hanyalah
yang tidak mempunyai wujud. Yang mempunyai wujud pasti dapat dilihat.
)22( ٌ‫ض َرة‬
ِ ‫ُوجُوهٌ يَوْ َمئِ ٍذ نَا‬
ِ ‫إِلَ ٰى َربِّهَا نَا‬
)23( ٌ‫ظ َرة‬
Artinya : “ (22) Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri.
(23) Kepada Tuhannyalah mereka melihat. “ (Al-Quran surah Al-Qiyamah : 22-23)

Allah menggandengkan kata “melihat” dengan kata depan “illa” yang ini berarti bahwa
penglihatan tersebut berasal dari wajah-wajah mereka. Artinya mereka melihat wajah Allah
Ta’ala dengan indera penglihatan mereka
)22( ‫ر لَفِ ۡى نَ ِع ۡي ٍم‬jَ ‫اِ َّن ااۡل َ ۡب َرا‬
)23( َ‫ك يَنظُرُون‬ ِ ِ‫َعلَى ٱأْل َ َرٓائ‬
Artinya : “ Sesungguhnya orang yang berbakti itu benar-benar berada dalam ke ni’matan
yang besar (Surga) (22). Mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang (Allah).
(23) . ( Qs. Al-Muthafifin : 22-23 ).
Di ayat ini disebutkan bahwa penghuni surga akan mendapatkan kenikmatan besar
dan salah satunya adalah memandang. Yakni dapat memandang Allah Subhanahu wa ta'ala
dengan mata kepala mereka sendiri.

Surat Yunus, ayat 26


َ‫ق ُوجُوهَهُ ْم قَتَ ٌر َوال ِذلَّةٌ أُولَئِكَ أَصْ َحابُ ْال َجنَّ ِة هُ ْم فِيهَا خَالِ ُدون‬
ُ َ‫لِلَّ ِذينَ أَحْ َسنُوا ْال ُح ْسنَى َو ِزيَا َدةٌ َوال يَرْ ه‬
Artinya : “ Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan
tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan.
Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.” (Al-Quran surah Yunus, ayat 26)

Para ulama dan dan mufassirin sepakat bahwa makna : (ziyadah / tambahan)
maksudnya adalah melihat Allah dengan mata kepala.
“ Dari Abi Hurairah R.a , Sesungguhnya orang-orang (para sahabat) bertanya : Ya
Rasulullah, apakah kita bisa melihat Tuhan kita di hari kiamat ? maka Rasulullah menjawab :
“ sulitkah kamu melihat bulan di malam bulan purnama ? para sahabat menjawab : tidak ya
Rasulullah , Rasulullah berkata lagi : “ Apakah kamu sulit melihat matahari di waktu tanpa
awan ? para sahabat menjawab : tidak ya Rasulullah, “ Sesungguhnya kamu akan melihat
Tuhan seperti itu “. ( HR.Bukhari )

“ Sesungguhnya kedudukan surga yang paling rendah ialah penghuni surga yang melihat
surganya, isterinya, pembantunya dan pelaminannya dari jarak perjalanan seribu tahun. Dan
penghuni surga yang paling mulia diantara mereka ialah yang melihat Allah setiap pagi dan
petang, di hari itu penuh ceria memandang Tuhannya”. (HR.Tirmudzi dari ibnu umar r.a).

Al-Asy’ariyah berpendapat :
1. Melihat Tuhan hanya di akhirat saja.
2. Melihat Tuhan hanya bukan di akhirat saja tetapi juga dapat Tajali atau melihat Tuhan
selagi di dunia ini, yaitu dengan “mata batin” (Bashirah).

Setiap melaksanakan ibadah khususnya pada waktu shalat, bila tidak di sertai perasaan
“seperti sungguh-sungguh” melihat Allah, maka ibadah yang ihsan (baik), Allah Subhanahu
Wa Ta’ala
)45( َ‫يرةٌ إِاَّل َعلَى ْال َخا ِش ِعين‬
َ ِ‫صاَل ِة ۚ َوإِنَّهَا لَ َكب‬ َّ ‫صب ِْر َوال‬َّ ‫َوا ْستَ ِعينُوا بِال‬
)46( َ‫اجعُون‬ ِ ‫الَّ ِذينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم ُّماَل قُو َربِّ ِه ْم َوأَنَّهُ ْم ِإلَ ْي ِه َر‬
Artinya : “Jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian
itu amat berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk, (yaitu) orang-orang yang meyakini
bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. “
( Al-Quran surah Al-Baqarah : 45-46 )

Imam ibnu katsir berkata : “ (kenikmatan) yang paling agung dan tinggi (yang
melebihi semua) kenikmatan di surga adalah memandang wajah Allah yang maha mulia,
karena inilah “tambahan” yang paling agung (melebihi) semua (kenikmatan) yang Allah
berikan kepada para penghuni surga. Mereka berhak mendapatkan kenikmatan tersebut bukan
(semata-mata) karena amal perbuatan mereka, tetapi karena karunia dan rahmat.
 Qadha dan Qadar

- Qodho adalah ketetapan, ketentuan atau rencana Allah untuk segenap makhluknya, baik
manusia, jin, hewan, tumbuhan, gunung, langit, laut. Sesuai dengan iradahnya sejak zaman
ajali.
- Dalam Al-Quran kata Qadha berarti :
1. Hukum atau keputusan ( Surah An-Nisa : 65 )
َ‫ضيْت‬ j۟ ‫ك فِي َما َش َج َر بَ ْينَهُ ْم ثُ َّم اَل يَ ِجد‬
َ َ‫ُوا فِ ٓى أَنفُ ِس ِه ْم َح َرجًا ِّم َّما ق‬ َ ‫ِّك اَل ي ُْؤ ِمنُونَ َحتَّ ٰى ي َُح ِّك ُمو‬
jَ ‫فَاَل َو َرب‬
Artinya : “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka
tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan
mereka menerima dengan sepenuhnya.”

2. Perintah ( Surah Al-isra : 23 )


ٍّ‫ك اَاَّل تَ ْعبُد ُْٓوا آِاَّل اِيَّاهُ َوبِ ْال َوالِ َدي ِْن اِحْ ٰسنً ۗا اِ َّما يَ ْبلُغ ََّن ِع ْندَكَ ْال ِكبَ َر اَ َح ُدهُ َمٓا اَوْ ِك ٰلهُ َما فَاَل تَقُلْ لَّهُ َمٓا اُف‬
َ ُّ‫ َرب‬j‫ضى‬ ٰ َ‫َوق‬
‫ َوقُلْ لَّهُ َما قَوْ اًل َك ِر ْي ًما‬j‫َّواَل تَ ْنهَرْ هُ َما‬
Artinya : “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-
duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau
mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya,
dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.”

3. Kehendak ( Surah Ali Imran : 47 )


ُ‫ض ٰى أَ ْمرًا فَإِنَّ َما يَقُو ُل لَه‬ ِ ِ‫ال َك ٰ َذل‬
ُ ُ‫ك هَّللا ُ يَ ْخل‬
َ َ‫ق َما يَ َشا ُء ۚ إِ َذا ق‬ َ َ‫ بَ َش ٌر ۖ ق‬j‫ت َربِّ أَنَّ ٰى يَ ُكونُ لِي َولَ ٌد َولَ ْم يَ ْم َس ْسنِي‬
ْ َ‫قَال‬
ُ‫ُك ْن فَيَ ُكون‬
Artinya : Dia (Maryam) berkata, “Ya Tuhanku, bagaimana mungkin aku akan mempunyai
anak, padahal tidak ada seorang laki-laki pun yang menyentuhku?” Dia (Allah) berfirman,
“Demikianlah Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki. Apabila Dia hendak menetapkan
sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu.
4. Mewujudkan atau menjadikan ( Surah Fussilat : 12 )
‫صابِ ۡي َح ۖ‌ َو ِح ۡفظًا‌ؕ ٰذ‬
َ ‫ فِ ۡى ُك ِّل َس َمٓا ٍء اَمۡ َرهَا‌ ؕ َو َز يَّـنَّـا ال َّس َمٓا َء ال ُّد ۡنيَا بِ َم‬j‫ت فِ ۡى يَ ۡو َم ۡي ِن َواَ ۡو ٰحى‬ ٍ ‫ضٮه َُّن َس ۡب َع َسمٰ َوا‬ ٰ َ‫فَق‬
‫لِكَ ت َۡق ِد ۡي ُر ۡال َع ِز ۡي ِز ۡال َعلِ ۡي ِم‬
Artinya : “Lalu diciptakan-Nya tujuh langit dalam dua masa dan pada setiap langit Dia
mewahyukan urusan masing-masing. Kemudian langit yang dekat (dengan bumi), Kami hiasi
dengan bintang-bintang, dan (Kami ciptakan itu) untuk memelihara. Demikianlah ketentuan
(Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Mengetahui.

- Qodar adalah perwujudan atau kenyataan ketetapan Allah setelah terjadi ( Takdir )

Sedangkan kata Qodar berarti :


1. Kekuasaan atau kemampuan ( Surah Al-Baqarah : 236 )
‫ضةً  ۖۚ َّو َمتِّع ُۡوه َُّن ‌ۚ َعلَى ۡال ُم ۡو ِس ِع قَ َدر ُٗه َو‬
َ ‫اَل ُجنَا َح َعلَ ۡي ُكمۡ اِ ۡن طَلَّ ۡقتُ ُم النِّ َسٓا َء َما لَمۡ تَ َمس ُّۡوه َُّن اَ ۡو ت َۡف ِرض ُۡوا لَه َُّن فَ ِر ۡي‬
َ‫ف َحقًّا َعلَى ۡال ُم ۡح ِسنِ ۡين‬ ‌ِ ۚ ‫َعلَى ۡال ُم ۡقتِ ِر قَ َدر ُٗه ‌ۚ َمتَاعًا ۢ بِ ۡال َم ۡعر ُۡو‬

Artinya : “Tidak ada dosa bagimu, jika kamu menceraikan istri-istri kamu yang belum kamu
sentuh (campuri) atau belum kamu tentukan maharnya. Dan hendaklah kamu beri mereka
mut‘ah, bagi yang mampu menurut kemampuannya dan bagi yang tidak mampu menurut
kesanggupannya, yaitu pemberian dengan cara yang patut, yang merupakan kewajiban bagi
orang-orang yang berbuat kebaikan.”

2. Ketentuan atau kepastian ( Surah Al – Mursalah : 23 )


َ‫فَقَد َۡرنَا ۖ فَنِ ۡع َم ۡال ٰق ِدر ُۡون‬
Artinya : “lalu Kami tentukan (bentuknya), maka (Kamilah) sebaik-baik yang menentukan.”

3. Ukuran ( Surah Ar-Ra’d : 17 )


‫ار ا ْبتِغ َۤا َء‬
ِ َّ‫َرهَا فَاحْ تَ َم َل ال َّس ْي ُل َزبَدًا رَّابِيًا َۗو ِم َّما يُوْ قِ ُدوْ نَ َعلَ ْي ِه فِى الن‬ ْ َ‫اَ ْن َز َل ِمنَ ال َّس َم ۤا ِء َم ۤا ًء فَ َسال‬
ِ ‫ت اَوْ ِديَةٌ ۢ بِقَد‬
َ َّ‫اط َل ۗە فَا َ َّما ال َّزبَ ُد فَيَ ْذهَبُ ُجفَ ۤا ًء ۚ َواَ َّما َما يَ ْنفَ ُع الن‬
‫اس‬ َّ ‫َاع َزبَ ٌد ِّم ْثلُهٗ ۗ َك ٰذلِكَ يَضْ ِربُ هّٰللا ُ ْال َح‬
ِ َ‫ق َو ْالب‬ ٍ ‫ِح ْليَ ٍة اَوْ َمت‬
‫ض َك ٰذلِكَ يَضْ ِربُ هّٰللا ُ ااْل َ ْمثَا َل‬ ِ ۗ ْ‫ث فِى ااْل َر‬ ُ ‫فَيَ ْم ُك‬
Artinya : “Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah ia (air) di
lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan
dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada
(pula) buihnya seperti (buih arus) itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan tentang
yang benar dan yang batil. Adapun buih, akan hilang sebagai sesuatu yang tidak ada gunanya;
tetapi yang bermanfaat bagi manusia, akan tetap ada di bumi. Demikianlah Allah membuat
perumpamaan.”

4. Mengatur serta menentukan sesuatu menurut batas-batasnya ( Surah Fussilat : 10 )


َ‫لِ ْين‬jِ‫ر فِ ْيهَٓا اَ ْق َواتَهَا فِ ْٓي اَرْ بَ َع ِة اَي ۗ ٍَّام َس َو ۤا ًء لِّلس َّۤا ِٕٕى‬jَ ‫ َو ٰب َركَ فِ ْيهَا َوقَ َّد‬j‫َو َج َع َل فِ ْيهَا َر َوا ِس َي ِم ْن فَوْ قِهَا‬
Artinya : “Dan Dia ciptakan padanya gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dan kemudian
Dia berkahi, dan Dia tentukan makanan-makanan (bagi penghuni) nya dalam empat masa,
memadai untuk (memenuhi kebutuhan) mereka yang memerlukannya.”

- Qodhar : Qodhar Allah menurut ilmu kalam di bagi menjadi 2 , yaitu :


1. Takdir Mubrom yaitu ketentuan Allah yang tidak bisa dirubah.
Takdir Mubrom : Ketentuan Allah yang pasti terjadi terhadap segala sesuatu dan tidak
bisa diusahakan atau dielakkan oleh disiapapun. Contoh : penciptaan dan pengaturan dan
pengaturan alam semesta seperti : matahari terbit dari timur, datangnya hari kiamat, jenis
kelamin anak yang di lahirkan, kematian makhluk hidup, dan lain-lain.
- Surah An-Nisa : 78 :
Artinya : “ Di manapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu
berada di dalam benteng yang tinggi dan kukuh. Jika mereka memperoleh kebaikan, mereka
mengatakan, “Ini dari sisi Allah,” dan jika mereka ditimpa suatu keburukan, mereka
mengatakan, “Ini dari engkau (Muhammad).” Katakanlah, “Semuanya (datang) dari sisi
Allah.” Maka mengapa orang-orang itu (orang-orang munafik) hampir-hampir tidak
memahami pembicaraan (sedikit pun)?”

2. Takdir Mu’allaq yaitu ketentuan Allah yang bisa di rubah dengan usaha manusia.
Takdir Mu’allaq : Ketentuan Allah terhadap sesuatu yang dalam pelaksanaannya
Allah memberi peran serta kepada manusia untuk berusaha atau berikhtiar. Contoh :
kepandaian, kekayaan, keberhasilan, kesehatan, dan lain-lain. Kepandaian , kekayaan , dan
keberhasilan masing-masing orang telah ditakdirkan oleh Allah, tetapi untuk merealisasikan
takdir itu Allah memberi peran kepada manusia untuk berusaha dan berikhtiar.
- Nabi Muhammad Shalallaahu Alaihi Wassalaam bersabda : “Sesungguhnya doa dan
bencana itu diantara langit dan bumi, keduanya berperang dan doa dapat menolak bencana,
sebelum bencana tersebut turun”.
- Surah Al-hajj : 70 :
‫ب اِ َّن ٰذلِكَ َعلَى هّٰللا ِ يَ ِس ْي ٌر‬ َ ِ‫ض اِ َّن ٰذل‬
ٍ ۗ ‫ك فِ ْي ِك ٰت‬ ۤ ‫هّٰللا‬
ِ ۗ ْ‫اَلَ ْم تَ ْعلَ ْم اَ َّن َ يَ ْعلَ ُم َما فِى ال َّس َما ِء َوااْل َر‬
Artinya : “ Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu
sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (lauhul mahfudz) sebelum kami menciptakannya,
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. “ (Al-Hajj:70).

- Pandangan beberapa aliran mengenai Qodho dan Qodar


 Paham Jabariyah : Manusia tidak perlu binggung, tidak usah ikut campur karena segala
sesuatu sudah di tentukan oleh Allah tanpa ada usaha.
 Paham Qadariyah : Manusia wajib berusaha karena Allah telah memberikan akan dan Allah
tidak ikut menentukan.
 Paham Ahlussunnah : Paham ahlussunnah terhadap Qodho dan Qodar adalah manusia wajib
berusaha secara optimal dan serahkan kepada Allah dengan optimal (Tawakal), Maka hasil
yang menentukannya adalah Allah.

- Kewajiban beriman kepada Qadha dan Qadar


“ Hendaklah engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat nya, kitab-kitab nya , Rasul-
rasulnya, hari akhir dan beriman pula kepada Qadar (takdir) yang baik ataupun yang buruk”. (
H.R Muslim )

- Hikmah mengimani Qadha dan Qadar


1. Menumbuhkan kesadaran bahwa alam semesta dan segala isinya berjalan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan Allah Subhanahu wa ta'ala.
2. Menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa.
3, Melatih diri untuk banyak bersyukur dan bersabar.
4. memupuk sifat optimis dan giat bekerja.
5. menerapkan sikap tawakal dan berdoa.
6. menenangkan jiwa.
 SUNNATULLAH
Dalam bahasa ilmu disebut hukum alam, dan dalam islam disebut sunnatullah. Alam
ialah apa saja yang bukan Allah. Yang ada itu hanya dua, yaitu Alam dan Allah. Alam ialah
yang diciptakan (Makhluk), sedangkan Allah ialah pencipta (Khalik). Maka dalam Al-Quran ,
Allah bergelar “ Rabbul ‘Alamien Artinya Tuhan Alam semesta. Dalam menerangkan alam
semesta, selain kata “alamien”. Al-Quran sering juga menggunakan kalimat "As“amaawaat
wal ardh” Artinya semua langit dan bumi.
Allah Subhanahu wa ta'ala adalah zat yang maha merajai seluruh alam semesta ini,
Allah mengatur segala sesuatu yang ada di dalam kerajaan-Nya dengan kebijaksanaan dan
kehendak-Nya, karena itu apa yang terjadi di alam semesta ini berjalan sesuai kehendak yang
telah direncanakan sejak semula oleh Allah dan juga mengikuti peraturan yang telah di
tetapkan dalam alam ini (Sunnatullah).
Sunnatullah dapat berarti sebagai hukum-hukum Allah, Undang-undang keagamaan
yang ditetapkan oleh Allah yang termaktub di dalam Al-Quran , dan hukum kejadian alam
yang berjalan secara tetap dan otomatis . dalam pengertian inilah sehingga fenomena-
fenomena alam yang terjadi pada dasarnya adalah sunnatullah.
Sunnatullah berarti tradisi Allah dalam melaksanakan ketetapannya sebagai Rabb
yang terlaksana di alam semesta ataundalam bahasa akademis di sebutkan hukum alam.
“ Dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan dia menetapkan ukuran-ukurannya
dengan serapi-rapinya ( Al-Quran surah Al-Furqan : 2 )

Ketentuan Allah Subhanahu wa ta'ala terbagi dua :


Pertama, ketentuan yang bersifat kauni, ketentuan ini berlaku umum bagi seluruh
makhluk di alam ini tanpa kecuali dan tidak ada yang dapat menghindarinya. Pada ketentuan
ini, seluruh makhluk yang ada di langit dan di bumi di haruskan tunduk dan patuh kepada
Allah dengan sukarela atau terpaksa.
Kedua, ketentuan yang bersifat syar’i. ketentuan ini disebut juga syariat atau hukum
islam. Ketentuan ini diturunkan Allah Subhanahu wa ta'ala melalui para Rasul untuk
manusia. Yang mematuhi ketentuan ini disebut muslim, sementara yang mengingkarinya
disebut kafir.

Dalam konteks ini dapat dimaknai bahwa sunnatullah pada satu sisi mengandung pengertian
sama dengan takdir yaitu suatu ketentuan dan ketetapan Allah, namun tidak sepenuhnya
mempersamakan sunnatullah dengan takdir. Karena sunnatullah yang digunakan oleh Al-
Quran adalah untuk hukum-hukum kemasyarakatan dan hukum-hukum alam. Di Dalam Al-
Quran “Sunnatullah” terulang sebanyak 8 (delapan) kali, “sunnatina” satu kali, “sunnatul
awwalin”. Tiga kali, kesemuanya mengacu kepada hukum-hukum Tuhan yang berlaku pada
masyarakat.
“ Tidak ada suatu keberatanpun atas Nabi tentang apa yang telah di tetapkan Allah
baginya. ( Allah telah menetapkan yang demikian) sebagai sunnah-nya pada Nabi-Nabi yang
telah berlalu dahulu. Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku” (Al-
Quran surah Al-Ahzab : 38).

“Sebagai sunnah Allah yang berlaku atas orang-orang yang telah terdahulu sebelum
(Mu), dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati perubahan pada sunnah Allah. (Al-Quran
surah Al-Ahzab:62).

- Sunnatullah atau ketetapan Allah antara lain :


1. Selalu ada dua kondisi saling ekstrem (surga-neraka, benar-salah, baik-buruk).
2. Segala sesuatu diciptakan berpasangan (dua entitas atau lebih). Saling cocok maupun
saling bertolakan.
3. Segala terjadi pergantian dan perubahan antara dua kondisi yang saling berbeda.
4. Perubahan, penciptaan maupun penghancuran selalu melewati proses.
5. Alam di ciptakan dengan keteraturan.
6. Alam diciptakan dalam keadaan seimbang.
7. Alam diciptakan terus berkembang.
8. Setiap terjadi kerusakan di alam manusia, Allah mengutus seorang utusan untuk memberi
peringatan atau memperbaiki kerusakan tersebut.

 Mu’jizat
Kata Mu’jizat adalah isim fa’il yang di ambil dari fi’il madhi dari kata “ajaza”
(lemah) arti melemahkan yang kata itu berasal dari kata yang berarti lemah lawan dari
kata yang berarti mampu.
Mukjizat ialah sesuatu yang diluar kebiasaan, sehingga tidak seorang pun yang
mampu melakukan hal seperti itu. Akan tetapi, bukanlah sesuatu yang mustahil atau sesuatu
yang akan bertentangan dapat bertemu atau menghilangkan dalam waktu yang sama. Dan
mukjizat adalah kejadian yang luar biasa yang ada pada seseorang yang mengakui dirinya
sebagai Rasul Allah.
“ Jika mereka mendustakan kamu, maka sesungguhnya rasul-rasul sebelum kamupun
telah didustakan (pula), mereka membawa mukjizat-mukjizat yang nyata, zabur dan kitab
yang memberi penjelasan yang sempurna.” ( Surah Ali-imron:184).
Mukjizat-mukjizat tersebut tidak lepas dari bentuk-bentuk berikut ini :
1. Ilmu, seperti pemberitahuan tentang hal-hal ghaib yang sudah terjadi ataupun yang akan
terjadi, umpamanya pengabaran Nabi isa kepada kaumnya tentang apa yang mereka makan
dan apa yang mereka simpan di rumah-rumah mereka. Sebagaimana pengabaran Nabi
Muhammad tentang fitnah-fitnah atau tanda-tanda hari kiamat yang akan terjadi,
sebagaimana banyak dijelaskan dalam hadits-hadits.
2. kemampuan dan kekuatan, seperti mengubah tongkat menjadi ular besar, yakni mukjizat
Nabi musa yang di utus kepada fir’aun dan kaumnya. Kemudian penyembuhan penyakit
kulit, buta, serta menghidupkan orang-orang yang sudah mati, yang kesemuanya adalah
mukjizat Nabi isa. Juga terbelahnya bulan menjadi dua yang merupakan salah satu Mukjizat
Nabi Muhammad.
3. Kecukupan, misalnya perlindungan bagi Nabi Muhammad dari orang-orang yang
menginginkan kejahatan kepadanya. Hal ini sering terjadi, ketika di makkah sewaktu malam
hijrah, ketika di dalam gua, lalu dalam perjalanan ke madinah ketika bertemu dengan suraqah
bin malik, lalu di madinah ketika orang-orang yahudi ingin menculiknya dan lain-lain.

- Diantara beberapa mukjizat :


1. Nabi Daud memiliki suara merdu sehingga makhluk lain pun ikut bertasbih bersamanya,
sanggup berbicara dengan burung, dan berhasil mengalahkan jalut seorang raksasa dari negeri
filistin, sanggup melunakkan besi dengan tangan kosong.
2. Nabi Ibrahim tidak hangus dibakar, karena api yang membakarnya berubah menjadi
dingin.
3. Nabi yunus bisa hidup di dalam perut ikan nun selama tiga hari.
4. Nabi isa berupa kemampuan menyembuhkan orang buta, menyembuhkan penderita kusta
dan menghidupkan orang mati.
5. Nabi Muhammad melaksanakan isra dan mi’raj, membelah bulan untuk membuktikan
kenabiannya terhadap orang yahudi, batang kurma yang menangis, pemberitaan Muhammad
tentang peristiwa-peristiwa masa depan ataupun masa lampau, tetapi mukjizat yang terbesar
adalah Al-Quran.
 Karomah
Ibnu taimiyyah mengatakan : “ karomah adalah apa-apa yang Allah perbuat dari
keluarbiasaan melalui tangan-tangan mereka baik yang berkaitan dengan ilmu, Mukasyafat
(mengetahui hal-hal yang tersembunyi), bermacam-macam keluarbiasaan (Kemampuan) atau
pengaruh-pengaruh.
Karomah adalah kejadian di luar kebiasaan (Tabiat manusia) yang Allah anugerahkan
kepada seorang hamba tanpa di sertai pengakuan (pemiliknya) sebagai seorang Nabi.
Karomah adalah suatu keistimewaan yang diberikan kepada seorang wali Allah
Subhanahu wa ta'ala sebagai karunia khusus baginya. Sebagaimana mukjizat yang diberikan
kepada seorang Nabi atau Rasul sebagai bukti kenabian dan kerasulannya.
“ Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap
mereka dan tidak pula mereka bersedih hati (yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka
selalu bertakwa”. (Al-Quran surah yunus:62-63).
- Beberapa contoh karamah :
1. Kejadian yang di alami Maryam binti Imran
“ Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nadzar) dengan penerimaan yang baik, dan
mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah Subhanahu wa ta'ala menjadikan
zakariya pemeliharanya. Setiap zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati
makanan di sisinya. Zakariya berkata : “Hai Maryam dari mana kamu memperoleh
(makanan) ini? “ Maryam menjawab : “ makanan itu dari sisi Allah Subhanahu wa ta'ala “
Sesungguhnya Allah Subhanahu wa ta'ala memberi rezeki kepada siapa yang di
kehendakinya tanpa hisab”. (Surah Ali-imran:37).

2. Kejadian Ashabul kahfi


“ Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Rabb mereka dan
kami tambahkan pada mereka petunjuk “ (Surah Al-Kahfi:13).
“ Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah Sembilan tahun lagi “
(Surah Al-kahfi :25).

3. Kejadian yang dialami seorang Ahli ilmu pada masa Nabi Sulaiman Alaihi salam
Ketika Nabi sulaiman Alaihi salam sedang duduk di hadapan dengan para tentaranya yang
terdiri atas manusia, hewan, dan jin. Beliau meminta kepada mereka mendatangkan
singgasana ratu balqis, ada seorang yang berilmu berkata kepada Nabi sulaiman Alaihi salam,
menurut sebuah keterangan, orang berilmu itu bernama Asif. Perkataan orang berilmu
tersebut diabadikan Allah Subhanahu wa ta'ala dalam firmannya Al-Quran surah An-
naml:40).

Karomah terminologinya menurut ulama tauhid adalah suatu hal perkara atau kejadian
yang luarbiasa dalam pandangan orang yang melihatnya.

- Sihir Adalah suatu perbuatan yang dapat mendekatkan diri kepada syaitan dengan
bantuannya. Syamir, meriwayatkan dari Aisyah, Dia mengatakan : “ Orang arab menyebut
sihir itu dengan kata As-sihr karena ia menghilangkan kesehatan menjadi sakit.”
Dari Abu Hurairah R.A, Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda : “
Jauhilah tujuh dosa yang dapat menghapus amal kebajikan, yakni mempersekutukan Allah.
(Sihir), membunuh jiwa yang telah di haramkan oleh Allah kecuali dengan alasan yang
benar, memakan riba, memakan harta anak yatim, berpaling dari barisan perang dan
menuduh berzina wanita-wanita menjaga kehormatan yang lengah lagi beriman.”
( HR.Bukhari muslim).

- Beberapa sarana tukang sihir untuk mendekati syaitan :


Diantara tukang sihir itu ada yang menempelkan mushaf dikedua kakinya. Kemudian
ia memasuki Wc. Ada yang menulis ayat-ayat Al-Quran dengan kotoran. Ada juga yang
menulis ayat-ayat Al-Quran dengan menggunakan darah haid. Juga ada yang menulis ayat-
ayat Al-Quran dikedua telapak kakina . Ada juga yang menulis surat al-fatihah terbalik. Juga
ada yang mengerjakan sholat tanpa berwudhu. Ada yang tetap dalam keadaan junub terus
menerus. Serta ada yang menyebelih binatang untuk dipersembahkan kepada syaitan dengan
tidak menyebut nama Allah pada saat menyembelih, lalu membuang sembelihan itu ke suatu
tempat yang telah di tentukan syaitan. Dan ada juga yang berbicara dengan binatang-binatang
dan bersujud kepadanya. Serta ada juga yang menulis mantra dengan lafazh-lafazh yang
mengandung berbagai makna kekufuran. “dan barangsiapa yang berpaling dari
peringatanku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit” ( Al-Quran Surah
Thaha:124).

- Perbedaan antara karamah dan perbuatan syaitan :


1. Karamah datangnya dari Allah Ta’ala sedangkan ia jelas datangnya daripada syaitan.
Sebagaimana yang terjadi kepada musailamah Al-Kadzdzab dan Al-Aswad Al-Ansyi (Dua
orang pendusta di zaman Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam yang mengaku menjadi
Nabi) dan menyampaikan perkara-perkara yang ghaib, ini jelas merupakan perbuatan syaitan.

2. Demikian pada karamah para wali disebabkan karena kuatnya keimanan dan ketaatan
mereka kepada Allah Ta’ala. Syaikhul islam ibnu Taimiyah mengatakan : “Barangsiapa
yang bertaqwa kepada Allah Ta’ala maka ia pun menjadi wali Allah Ta’ala.” Sedangkan
perbuatan syaitan ini adalah karena kufurnya mereka kepada Allah Ta’ala dengan
melakukan kesyirikan-kesyirikan serta kemaksiatan kepada Allah Ta’ala, dan syarat-
syarat tertentu yang harus ia lakukan.”

3. Karamah merupakan suatu pemberian dari Allah Ta’ala kepada hambanya yang shalih
dengan tanpa susah payah darinya. Berbeda dengan perbuatan syaitan, maka ini terjadi
dengan susah payah setelah sebelumnya dia berbuat syirik kepada Allah Ta’ala.

4. karamah para wali tidak boleh disanggah atau dibatalkan dengan sesuatu pun. Berbeda
dengan perbuatan syaitan yang dapat dibatalkan dengan menyebut nama-nama Allah Ta’ala
atau dibacakan ayat kursi atau yang misalnya dari ayat-ayat Al-Quran . Bahkan syaikhul
islam menyebutkan bahwa ada seseorang yang terbang di atas udara kemudian datang
seseorang dari salafusshalih lalu dibacakan ayat kursi kepadanya maka seketika itu dia jatuh
dan mati.

5. karamah itu tidaklah menjadikan seseorang sombong dan merasa bangga diri, justru
dengan adanya karamah itu menjadikannya semakin bertaqwa kepada Allah dan semakin
mensyukuri nikmat Allah. Adapun perbuatan syaitan boleh menjadikan seseorang bangga diri
atau sombong dengan kemampuan yang dia miliki serta angkuh terhadap Allah . sehingga
jelaslah bagi kita akan hakikat karomah dan perbuatan syaitan.

6. karamah datang atas kehendak Allah sedangkan sihir atas kehendak pemiliknya.
7. karamah tidak bisa ditiru dan tidak bisa dipelajari, sedangkan sihir bisa ditiru dan bisa
dipelajari.
8. karamah tidak bisa diwariskan, sedangkan sihir bisa diwariskan.

Anda mungkin juga menyukai