Anda di halaman 1dari 23

UTS ILMU KOMUNIKASI

“Resume Materi 1-7”


Dosen Pengampu : Rahman Yasin, M.I.K.

Penulis :

Ahmad Sahal 1120190002

UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH

FAKULTAS AGAMA ISLAM

KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

2019/2021
Kata Pengantar

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala Puji Bagi Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. tanpa pertolongan-nya tentunya kami tidak akan sanggup
untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat
nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas limpahan nikmat sehat-nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah
sebagai tugas uts dari mata kuliah ilmu komunikasi dengan judul “Resume Materi 1-7”

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat
kesalahan serta kekurangan di dalamnya. untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca
untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. terima kasih.

Jakarta, 14 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................................................4
BAB II PEDALAMAN ISI...............................................................................................................................................5
1. Pertemuan 1 = Pengantar Ilmu komunikasi...........................................................................................................5
2. Pertemuan 2 = Unsur Unsur Komunikasi..............................................................................................................7
3. Pertemuan 3 = Tipe Dan Model Komunikasi (Kelompok1)..................................................................................9
4. Pertemuan 4 = Dimensi Dan Perspektif Komunikasi (Kelompok2)....................................................................13
5. Pertemuan 5 = Fungsi Komunikasi (Kelompok3)...............................................................................................16
6. Pertemuan 6 dan 7= komunikasi sebagai ilmu yang multidisiplin......................................................................18
BAB III........................................................................................................................................................................... 20
KESIMPULAN..............................................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai makhluk sosial, setiap orang yang hidup dalam suatu kelompok masyarakat, dalam menjalani
aktivitas kesehariannya sejak ia bangun tidur di pagi hari hingga tidur kembali pada malam harinya
senantiasa terlibat dalam kegiatan komunikasi. Hal mana dilakukan sebagai konsekuensi dari hubungan
sosialnya melalui interaksi dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Bila kita amati lebih teliti mengenai
aktivitas manusia dalam menjalani kehidupan kesehariannya itu, maka sebagian besar diisi dengan kegiatan
berkomunikasi, mulai dari mengobrol, membaca koran, mendengarkan radio, menonton televisi atau bioskop,
dan sebagainya. lni membuktikan bahwa, dalam tatanan kehidupan sosial manusia, komunikasi telah menjadi
jantung kehidupan. Apabila jantung kehidupan itu tidak berfungsi, maka tidak akan ada kehidupan manusia
seperti yang kita alami saat ini, sehingga tidak akan mungkin terbentuk suatu tatanan kehidupan manusia
yang terintegrasi dalam sistem sosial yang disebut masyarakat.1

Para cendekiawan kuno mulai dari Aristoteles yang hidup ratusan tahun sebelum Masehi hingga pakar
komunikasi modern yang lahir pada abad 20 menyadari betapa pentingnya komunikasi bagi kehidupan sosial,
budaya, pendidikan, maupun politik. Dahulu, studi komunikasi yang dilakukan Aristoteles hanya berkisar
pada retorika dalam lingkungan kecil. Kemudian pada pertengahan abad 20, saat dunia dirasa semakin sempit
akibat revolusi industri dan revolusi teknologi elektronika dengan ditemukannya kapal api, pesawat terbang,
listrik, telepon, suratkabar, film, radio, televisi dan sebagainya, maka para cendekiawan abad modern seperti
Carl Hovland yang sejak tahun 1940-an menaruh minat besar pada perkembangan komunikasi menyadari
betapa pentingnya komunikasi ditingkatkan dari hanya sekedar pengetahuan (knowledge) menjadi ilmu
(science). Pada perjalanan waktu berikutnya, bahkan hingga saat ini, meski komunikasi telah dikembangkan
menjadi sebuah ilmu, namun dalam realitas kesehariannya masih sering dijumpai terjadinya
misunderstanding maupun miscommunication di antara para pelaku komunikasi itu sendiri, yang kemudian
memunculkan setidak sefahaman atau ketidaksependapatan terhadap suatu pesan yang tengah mereka
komunikasikan. Berangkat dari kenyataan itu maka dapat diambil sebuah pemahaman bakwa komunikasi
efektif sebenarnya hal yang sangat kondisional, dalam arti bahwa komunikasi dapat berjalan secara efektif
apabila semua unsur (komponen) dalam komunikasi telah memenuhi beberapa persyaratan.

Di bawah ini penulis ingin meresume materi ilmu komunikasi dari pertemuan ke 1 sampai pertemuan ke
7, dengan pembahasan sebagai berikut: Pertemuan 1 = ilmu komunikasi, Pertemuan 2 = unsur unsur
komunikasi, Pertemuan 3 = tipe dan model komunikasi (kelompok1), Pertemuan 4 = dimensi dan perspektif
komunikasi(kelompok2), Pertemuan 5 = fungsi komunikasi(kelompok3), Pertemuan 6 = komunikasi sebagai
ilmu yang multidisiplin, Pertemuan 7 = komunikasi sebagai ilmu yang multidisiplin(kelompok4).

BAB II
PEDALAMAN ISI

1
Nurhadi, Zikri Fachrul, and Achmad Wildan Kurniawan. "Kajian Tentang Efektivitas Pesan dalam Komunikasi." Jurnal Komunikasi
Universitas Garut: Hasil Pemikiran dan Penelitian 3.1 (2018): h,,90.
1. Pertemuan 1 = Pengantar Ilmu komunikasi

Kata atau istilah komunikasi ( dari bahasa inggris “communication” ), secara epistemologis atau menurut
asal katanya adalah dari bahasa latin communicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata communis. Kata
communis memiliki makna “berbagi” atau “menjadi milik bersama” yaitu usaha yang memiliki tujuan untuk
kebersamaan atau kesamaan makna. Komunikasi secara terminilogis merujuk pada adanya proses
penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi, yang terlibat dalam komunikasi ini
adalah manusia.

Dalam pergaulan sehari-hari kita sering mendengar atau membaca beberapa kalimat yang didalamnya
terdapat kata komunikasi dengan makna yang berbeda satu dengan yang lain. Sebagai contoh:
 Saya belajar tentang komunikasi.
 Tulisan anda kurang komunikatif.
 Antara dosen dengan mahasiswa terdapat jurang komunikasi.
 Hal itu telah saya komunikasikan kepada anaknya.
 Baru saja ia berkomunikasi dengan mahasiswanya.
 Ia mampu berkomunikasi, karena itu banyak temannya.

Dari keenam kalimat itu, dapat dilihat bahwa ada berbagai makna komunikasi, kalimat pertama,
komunikasi berarti disiplin ilmu atau bidang kajian, dan pada kalimat kedua komunikasi (komunikatif)
bermakna dimengerti atau dipahami. Pada kalimat ketiga, orang mengartikan komunikasi sebagai hubungan,
dan pada hakikat keempat komunikasi dimaksudkan sebagai pesan atau penyampaian pada kalimat kelima
komunikasi selain bermakna hubungan juga menunjukkan komunikasi sebagai peristiwa. Akhirnya dalam
kalimat terakhir, komunikasi selain berarti keterampilan juga berarti proses.

Adanya berbagai makna itu sudah barang tentu menimbulkan kesulitan dalam mengkonseptualisasi
komunikasi sebagai suatu kajian ilmiah. Kesulitan ini langsung terlihat dari lahirnya sejumlah definisi
mengenai komunikasi. Untuk memahami pengertian komunikasi tersebut dijelaskan secara efektif oleh
Effendy bahwa para ahli komunikasi sering mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell
dalam karyannya, The Structure and Function of Communication in Society. Laswell mengatakan bahwa cara
yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says
What In Which Channel to Whom with What Effect?

Paradigma Laswell menunjukan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan
yang diajukan, yaitu:
• Komunikator (siapa yang mengatakan?)
• Pesan (mengatakan apa?)
• Media (melalui saluran apa?)
• Komunikan (kepada siapa?)
• Efek (efek apa?)
Jadi, berdasarkan paradigma Laswell, secara sederhana prosese komunikasi adalah pihak komunikator
membentuk (encode) pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran tertentu kepada pihak penerima
yang menimbulkan efek tertentu.
Secara umum komunikasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
1. komunikasi verbal = komunikasi yang menggunakan kata-kata dari bahasa baik lisan maupun tulisan. Dan
contohnya yaitu Percakapan tatap muka, bertukar pesan di ponsel pintar, hingga berbicara melalui telepon.
2. komunikasi non-verbal = komunikasi non-verbal terjadi melalui sarana selain kata-kata misalnya bahasa
tubuh, gerak badan, hingga keheningan.

Dan ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam membangun komunikasi yang positif , yaitu:
1) Respect : sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan.
2) Emphaty : kemampuan menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang dihadapi orang lain.
3) Audible : dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik, berarti pesan yang kita sampaikan bisa diterima
dengan baik oleh penerima pesan.
4) Clarity : kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai
penafsiran yang berlainan. Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi.
5) Humble : sikap rendah hati, tidak merasa lebih baik dari yang lain, menghargai orang lain, mau
mendengar, menerima kritik, tidak sombong, dan tidak memandang rendah orang lain.

Berger & Chaffee mengatakan Ilmu komunikasi adalah suatu pengamatan terhadap produksi, proses, dan
pengaruh dari sistem tanda dan lambang melalui pengembangan teori-teori yang dapat diuji dan
digeneralisasikan dengan tujuan menjelaskan fenomena yang berkaitan dengan produksi, proses, dan
pengaruh dari sistem tanda dan lambang. Dan ada 3 pokok pikiran dari pengertian ilmu komunikasi (Berger
& Chaffee):
1. Obyek pengamatan dalam ilmu komunikasi adalah produksi, proses dan pengaruh dari sistem-sistem
lambang dan tanda dalam konteks kehidupan manusia.
2. Ilmu komunikasi bersifat scientific (ilmiah empiris) dalam arti pokok-pokok pikiran dalam ilmu
komunikasi (dalam bentuk teori-teori) harus berlaku umum.
3. Ilmu Komunikasi bertujuan menjelaskan fenomena sosial yang berkaitan dengan produksi, proses dan
pengaruh dari sistem tanda dan lambang.

2. Pertemuan 2 = Unsur Unsur Komunikasi

Wilbur Schhram dalam Bagaimana Berlangsungnya Komunikasi sebagaimana dikutip oleh Effendi (1992:
5) dan Sastropoetro (1991: 87) menyebutkan bahwa komunikasi selalu menghendaki adanya paling sedikit
tiga unsur yaitu; komunikator, pesan dan komunikan. Menurut Suryanto (2015: 203) sumber juga menjadi
bagian yang penting bagi sebuah proses komunikasi. Oleh karena itu sumber masuk bagian dari unsur
komunikasi. Adapun secara umum unsur-unsur komunikasi yaitu meliputi sumber (source), komunikator
(comunicator), pesan (message), saluran atau media (channel), komunikan (comunicant) dan efek (effect).
Berikut ini dijelaskan unsur-unsur tersebut.
1. Sumber
Sumber adalah dasar yang digunakan di dalam penyampaian pesan dalam rangka memperkuat pesan itu
sendiri. Menurut Sastropoetro (1991: 87) menegaskan bahwa sumber dapat berupa organisasi, lembaga,
maupun pribadi seseorang. Menurut hemat peneliti hal ini menunjukan bahwa sumber pada saat tertentu bisa
jadi adalah seorang komunikator, tentunya dalam hal ini jika komunikasi yang terjadi adalah komunikasi
interpersonal, misalnya komunikasi antara orang tua dan anak. Sumber yang berupa organisasi atau lembaga
biasanya terjadi pada saat komunikasi organisasi ataupun komunikasi massa.

2. Komunikator
Komunikator adalah penyampai atau penyebar pesan (Sastropoetro, 1991: 88). Komunikator dapat berupa
individu yang sedang berbicara atau menulis, kelompok orang, organisasi komunikasi seperti surat kabar,
radio, televisi, dan sebagainya. Dalam komunikasi, komunikator dapat menjadi komunikan, dan sebaliknya
komunikan dapat menjadi komunikator (Suryanto, 2015: 161). Menurut hemat peneliti siapa yang
memberikan pesan dialah komunikatornya.

Suryanto (2015: 165) menjelaskan beberapa syarat yang perlu diperhatikan oleh seorang komunikator
yaitu sebagai berikut:
a. Memiliki kedekatan dengan khalayak.
b. Memiliki kesamaan dan daya tarik sosial serta fisik.
c. Kesamaan yang meliputi gender, pendidikan, umur, agama, latar belakang sosial, ras, hobi dan
kemampuan bahasa.
d. Memiliki dan dikenal kredibilitasnya dan otoritasnya.
e. Pandai dalam cara penyampaian pesan.
f. Dikenal status, kekuasaan dan kewenangannya.

3. Pesan
Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator kepada penerima atau komunikan
(Sastropoetro, 1991: 87). Pesan hendaknya berisi inti pesan (tema) sebagai pengaruh didalam mencoba
mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat disampaikan secara panjang lebar, namun perlu
diperhatikan dan diarahkan pada tujuan akhir dari komunikasi. Menurut Suryanto (2015: 177) pesan yang
disampaikan akan tepat dan mengenai sasaran, memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Pesan harus direncanakan dengan baik (disiapkan) serta sesuai dengan kebutuhan.
b. Pesan menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.
c. Pesan itu harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima serta menimbulkan kepuasan.

Adapun bentuk pesan meliputi tiga hal yaitu; informatif, persuasif dan koersif. Informatif yaitu pesan
yang ditujukan untuk memberikan keterangan fakta dan data kemudian komunikan mengampil kesimpulan
dan keputusan sendiri. Persuasif yaitu pesan yang ditujukan untuk membangkitkan pengertian dan kesadaran
manusia bahwa yang disampaikan akan mengubah sikap penerima pesan. Perubahan ini diterima bukan
karena paksaan melainkan atas kesadaran dan keterbukaan. Koersif yaitu pesan yang bersifat memaksa dan
menggunakan sanksi-sanksi. Koersif berbentuk perintah atau instruksi untuk penyampaian suatu target
(Suryanto, 2015: 182).

4. Saluran

Saluran komunikasi atau media adalah perantara dalam penyampaian informasi dari komunikator kepada
komunikan yang bertujuan untuk efisiensi penyebaran informasi atau pesan tersebut (Suryanto, 2015: 185).
Menurut Suryanto (2015: 187-188) media komunikasi memiliki beberapa fungsi yaitu;

a. Efektifitas yaitu mempermudah kelancaran penyampaian informasi.


b. Efisiensi yaitu mempercepat penyampaian informasi.
c. Konkret yaitu membantu mempercepat isi pesan yang bersifat abstrak.
d. Motivatif yaitu menambah semangat untuk melakukan komunikasi.

5. Komunikan

Komunikan adalah penerima pesan yang sekaligus merupakan tujuan dari proses komunikasi
(Sastropoetro, 1991: 88). Adapun syarat komunikan sebagai faktor penyebab keberhasilan komunikasi yang
patut diperhatikan ialah kerangka pengetahuan dan lingkup pengalaman. Penerima pesan dapat digolongkan
dalam tiga jenis, yakni personal, kelompok, dan massa. (Suryanto, 2015: 192-194). Hal tersebut penting
karena jika seorang komunikan tidak cukup memiliki pengetahuan dan pengalaman komunikator harus lebih
pandai untuk bisa membuat pesan itu sampai dan dimengerti oleh komunikan.

6. Efek

Efek adalah perubahan yang terjadi dipihak komunikan atau tujuan setelah menerima pesan (Sastropoetro,
1991: 89). Suryanto (2015: 194) menjelaskan bahwa efek merupakan akhir dari proses komunikasi, yaitu
sikap dan tingkah laku orang yang dijadikan sasaran komunikasi, sesuai atau tidak sesuai dengan yang
dilakukan. Jika sikap dan tingkah laku komunikan sesuai dengan yang diinginkan komunikan maka
komunikasi dapat dikatakan berhasil, demikian pula sebaliknya.

7. Umpan Balik

Umpan balik ialah tanggapan yang diberikan oleh komunikan oleh seorang komunikator. Umpan balik
yang ditimbulkan dalam proses komunikasi memberikan gambaran kepada komunikator tentang hasil
komunikasi yang dilakukannya. Umpan balik merupakan elemen yang dapat menjadi tolak ukur berhasil atau
tidaknya komunikasi (Suryanto, 2015: 199). Dari beberapa unsur komunikasi tersebut di atas menurut Yusup
(2009: 5) yang sangat menentukan berhasil atau tidaknya komunikasi adalah faktor manusia. Oleh karena itu
ia memberi saran jika seseorang mempelajari komunikasi maka ia harus mempelajari manusia dengan segala
keunikannya. Menurutnya manusia yang sama pada suatu saat di suatu tempat, akan berbeda dalam banyak
hal jika berada di suatu saat dan suatu tempat yang lain.

3. Pertemuan 3 = Tipe Dan Model Komunikasi (Kelompok1)

A. Tipe Komunikasi

a. Komunikasi dengan diri sendiri

Menurut Hafied Changara (Nurudin 2014:30) proses komunikasi dengan diri sendiri terjadi karena
seseorang menginterpretasikan sebuah objek dan dipikirannya. Objek tersebut dapat berupa benda, informasi,
alam, peristiwa, pengalaman, atau fakta yang dianggap berarti bagi manusia tersebut. Oleh karena itu setiap
orang tidak sama dalam memberi interpretasi dan kepekaan diri.

b. Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi Antarpribadi merupakan proses komunikasi yang di lakukan secara tatap muka antara dua
orang atau lebih. Devito (1997-251) menjelaskan komunikasi antarpribadi dilihat dari komponennya yaitu
penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang,
dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera. Menurut Hartley
komunikasi antarpribadi adalah prosedur yang mebuat dua orang bertukar infromasi, perasaan yang di
sampaikan melalui pesan verbal dan nonverbal (Liliweri 2015:26). Jadi dapat disimpulkan bahwa
Komunikasi Antarpribadi adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan
setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, secara verbal ataupun nonverbal, dari yang
tidak hanya mementingkan tentang “apa” diucapkan, yaitu, bahasa yang digunkana, tapi ‘bagaimana’ cara
bahasa itu di ucapkan, misal pesan nonverbal yang dikirim, seperti nada suara dan ekspresi wajah. Menurut
sifatnya, komunikasi antarpribadi dibedakan menjadi dua, yaitu komunikasi diadik (dyadic communication)
dan komunikasi kelompok kecil (small group communication).

c. Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok termasuk komunikasi tatap muka karena komunikan dengan komunikatornya
saling bertemu sehingga menimbulkan arus balik secara langsung. Menurut Muslimin (2010:37) komunikasi
kelompok adalah komunikasi dengan sejumlah orang yang bergabung di dalam sebuah kelompok. Jenis
komunikasi kelompok ini diklasifikasikan menjadi komunikasi kelompok kecil dan komunikasi kelompok
besar menurut kesempatan komunikan dalam menyampaikan tanggapannya.

1. Komunikasi kelompok kecil (Small Group Communication)

Komunikasi kelompok kecil merupakan komunikasi yang terjadi secara antar personal dengan setiap
komunikannya. Antara komunikator dengan setiap komunikan dapat terjadi dialog atau tanya jawab.
Komunikasi kelompok kecil kurang efektif dalam mengubah sikap, pendapat, dan perilaku komunikan,
karena dalam diri tiap komunikan tidak mungkin mudah dikuasai seperti halnya pada komunikasi antar
personal. Namun jika dibandingkan dengan komunikasi kelompok besar, komunikasi kelompok kecil lebih
bersifat rasional (Muslimin 2010:37).

2. Komunikasi Kelompok Besar

Situasi komunikasi dinilai sebagai komunikasi kelompok besar, jika antara komunikator dan komunikan
sulit untuk terjadinya komunikasi secara langsung atau bersifat antar persona, demikian pula sulit untuk
terjadinya dialog seperti halnya pada situasi kelompok kecil. Komunikasi kelompok kecil maupun
komunikasi kelompok besar merupakan jenis komunikasi yang berlangsung secara tatap muka yang sifatnya
dua arah timbal balik (two way reciprocal communication) yang dapat menimbulakan arus balik seketika
(Muslimin 2010:38).

d. Komunikasi Massa
Komunikasi Massa dapat diartikan sebagai komunikasi menggunakan media massa. Tentunya media yang
dimaksud adalah media massa moderen. Pada pola ini melibatkan khalayak yang tersebar heterogen dan
anonim dengan pesan secara serentak dan sesaat. Menurut Michael W. Gambel dan Teri Kwal Gamble (1986)
dalam bukunya Introducing Mass Communication (Nurudin,2014:34). Komunikasi massa mencangkup
berikut :
1. Komunikator dalam komunikasi massa menggunakan peralatan modern untuk menyebarkan atau
memancarkan pesan secara pesan kepada khalayak yang luas dan tersebar. Pesan tersebut dapat
disebarkan melalui media modern antara lain surat kabar, majalah, televisi, film maupun gabungan antara
media tersebut.
2. Komunikator dalam komunikasi massa menyebarkan pesan-pesannya dengan maksud mencoba berbagi
pengertian dengan orang yang tidak saling kenal atau mengetahui satu sama lain. Anonomtas audience
dalam komunikasi massa ini yang membedakan jenis komunikasi ini dengan yang lain, artinya pengirim
dan penerima pesan tidak saling mengenal satu sama lain.

B. Model Komunikasi
Model adalah representasi suatu fenomena, baik nyata maupun abstrak dengan menonjolkan unsur-unsur
penting fenomena tersebut. model jelas bukan fenomena, tapi peminat komunikasi, termasuk mahasiswa
sering mengaitkan model komunikasi dengan fenomena komunikasi. Sebagai alat untuk menjelaskan
fenomena komunikasi, mode mempermudah penjelasan tersebut.

Fungsi dan Manfaat Model Komunikasi , Sehubungan dengan model komunikasi, GordonWiseman dan
Larry Barker mengemukakan bahwa model komunikasi mempunyai tiga fungsi, yaitu:
1. Melukiskan proses komunikasi
2. Menunjukkan hubungan visual
3. Membantu dalam menemukan dan memperbaiki kemacetan komunikasi

Model tidak hanya memberi manfaat kepada para ilmuan, namun model juga menyediakan kerangka
rujukan untuk memikirkan masalah, bia model awal tidak berhasil memprediksi. Oleh karena itu, pembuat
model juga harus memutuskan ciri-ciri apa dari dunia nyata, misalnya dari fenomena komunikasi, yang akan
dimasukkan kedalam sebuah model. Model juga berfungsi sebagai basis bagi teori yang telah kompleks,alat
untuk menjelaska teori dan menyarankan cara-cara untuk memperbaiki konsep. Sebagai alata dapat dipakai
kata-kata, angka, simbol, dan gambar untuk melukiskan model suatu objek, teori, atau proses. Dalam ilmu
komunikasi, biasanya model-model komunikasi dirancang dengan menggunakan serangkaian blok, segi
empat, lingkaran, panah, garis, spiral, dan lain-lain. Model menguji suatu temuan dalam dunia nyata,
walaupun tidak pernah final karena selalu diuji dengan penemuan model terbaru.

Berikut adalah beberapa model-model komunikasi menurut ahli yang popular digunakan. 2

a. Model Komunikasi Stimulus-Respons (S-R)


Model Stimulus-Respons (S-R) adalah model komunikasi yang paling dasar. Model ini dipengaruhi oleh
disiplin psikologi, khususnya yang beraliran behavioristik. Dalam konsep yang berfokus pada lingkungan,
pada dasarnya dalam setiap kejadian yang kita alami selalu terdapat stimulus dan respons. Mulyana (2007)
mengasumsikan bahwa Model S-R mengabaikan komunikasi sebagai suatu proses, khususnya yang
berkenaan dengan faktor manusia. Secara implisit model S-R ini menyatakan perilaku (respons) manusia
dapat diramalkan. Komunikasi dianggap statis, manusia dianggap berperilaku karena kekuatan dari luar
(stimulus), bukan berdasarkan kehendak, keinginan, atau kemauan bebasnya. Model ini lebih sesuai bila
diterapkan pada sistem pengendalian suhu udara daripada perilaku manusia.

b. Model Komunikasi Aristoteles


Model komunikasi Aristoteles adalah salah satu model komunikasi linear yang ditujukan untuk
menggambarkan atau menjelaskan proses public speaking. Model ini merupakan model komunikasi pertama
dan merupakan model komunikasi yang diterima secara luas diantara model komunikasi lainnya.
2
1) Komponen Model komunikasi Aristoteles menitikberatkan pada pembicara (speaker) dan bicara (speech).
Model ini memiliki lima elemen, yaitu speaker, speech, occasion, audience, dan effect.

Model komunikasi Aristoteles dikenal sebagai model komunikasi yang berpusat pada speaker atau
pembicara karena pembicara dipandang sebagai pihak yang aktif dan berperan penting dalam proses public
speaking yaitu mengirimkan pesan kepada khalayak. Dalam model ini, khalayak digambarkan bersifat pasif
dalam menerima pesan. Itulah mengapa proses komunikasi dalam model Aristoteles berlangsung secara satu
arah yakni dari pengirim ke penerima. Dalam menyampaikan pesannya, pembicara harus menyiapkan pesan
sedemikian rupa yang disesuaikan dengan target sasaran dan situasi sehingga khalayak dapat dengan mudah
dilakukan persuasi maupun pengaruh melalui pesan yang disampaikan.

2) Karakteristik Model komunikasi Aristoteles memiliki beberapa karakteristik, diantaranya adalah : a)


Berpusat pada pengirim pesan.
b) Khalayak bersifat pasif.
c) Tidak terlalu fokus pada komunikasi intrapersonal atau komunikasi interpersonal.
d) Fokus pada interaksi khalayak dalam komunikasi.
e) Tidak terdapat konsep umpan balik.
f) Tidak ada konsep kegagalan komunikasi.
g) Komunikasi berlangsung satu arah.
h) Hanya bisa digunakan dalam public speaking

c. Model Komunikasi Lasswell Harold D. Lasswell (1948) mengembangkan model komunikasi yang dikenal
dengan model komunikasi Lasswell.
Model komunikasi Lasswell merupakan salah satu model komunikasi linear atau model komunikasi satu
arah dan merupakan model komunikasi yang sangat berpengaruh.
1) Komponen Model komunikasi Lasswell memiliki 5 (lima) komponen, yaitu :
• who (sender) – komunikator atau pengirim atau sumber pesan.
• says what (message) isi pesan.
• channel (media) medium atau media.
• to whom (receiver) penerima pesan atau khalayak.
• with what effect (feedback) umpan balik yang diberikan oleh penerima pesan kepada pengirim pesan.

2) Karakteristik Model komunikasi Lasswell memiliki beberapa karakteristik, yaitu :


• Komunikasi berlangsung satu arah.
• Tidak konsisten karena menyatakan adanya konsep efek.
• Tidak menyertakan umpan balik.
• Mengabaikan kemungkinan adanya hambatan-hambatan komunikasi.
• Dipandang sangat umum dan hanya mencakup tema-tema tradisional.
• Merupakan dasar propaganda karena lebih menitikberatkan pada hasil keluaran.
• Umumnya digunakan untuk media persuasi.

d. Model Komunikasi Shannon dan Weaver Claude Elwood Shannon dan Warren Weaver (1948)
mengembangkan salah satu model komunikasi linear yang disebut dengan Model Komunikasi Shannon dan
Weaver.
e. Model Berlo Model Berlo Dalam model komunikasi David K. Berlom diketahu bahwa komunikasi terdiri
dari 4 proses utama yaitu SMRC (Source, Message, Channel, dan Receiver) lalu ditambah 3 Proses Sekunder,
yaitu feedback, efek dan lingkungan.

f. Model Komunikasi Barnlund Pada tahun 1970, Dean C. Barnlund mengenalkan sebuah model komunikasi
transaksional bagi dasar komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi yang menggambarkan proses
pengiriman dan penerimaan pesan yang terjadi secara simultan antara partisipan komunikasi. Model
komunikasi Barnlund dikenal dengan nama Model Komunikasi Transaksional Barnlund. Model ini
merupakan respon terhadap model komunikasi linear yang bersifat statis ke model komunikasi yang bersifat
dinamis dan model komunikasi dua arah.

g. Model Komunikasi Osgood dan Schramm Model Komunikasi Schramm dikenalkan oleh Wilbur Schramm
(1954) yang menggambarkan proses komunikasi berlangsung secara dua arah baik pengirim pesan atau
penerima pesan dapat berganti peran dalam mengirim dan menerima pesan. Pesan dikirimkan setelah proses
encoding karenanya pengirim pesan juga disebut dengan Encoder. Sementara itu, penerima pesan
ataureceiverdisebut juga dengandecoderkarena pesan yang telah di-encodeoleh pengirim pesan kemudian
mengalami proses decoding yang dilakukan oleh penerima pesan atau receiver.
4. Pertemuan 4 = Dimensi Dan Perspektif Komunikasi (Kelompok2)

Dimensi-dimensi komunikasi juga diuraikan dengan berbagai cara oleh para pakar komunikasi. Termasuk
penggunaan berbagai istilah untuk menyebut dimensi-dimensi komunikasi ini. William B. Gudykunst dan Yo
ung Yun Kim misalnya menyebutnya dengan asumsi-asumsi komunikasi. Sementara Cassandra L. Book, Ber
t E. Bradley, Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, Sarah Trenholm dan Arthur Jensen menyebutnya deng
an istilah karakteristik-karakteristik komunikasi.3 Meski secara penyebutan berbeda-beda, namun inti dari se
muanya itu adalah sama yakni sebagai penjabaran lebih jauh dari definisi atau hakikat komunikasi.

- Macam-Macam Dimensi Ilmu Komunikasi

1. Komunikasi adalah Proses Simbolik

Komunikasi adalah proses simbolik yaitu suatu kegiatan yang berlangsung secara dinamis dan unsur-
unsur yang ada didalamnya bergerak aktif. Suzanne K. Langer mengatakan bahwa salah satu kebutuhan pok
ok manusia adalah kebutuhan simbolisasi atau penggunaan lambang.4

2. Setiap Perilaku Mempunyai Potensi Komunikasi

Pada prinsipnya tidak ada orang yang tidak berkomunikasi. Meski dalam keadaan diam pun, orang masih
dianggap berkomunikasi dengan diamnya itu. Selama seseorang memberikan makna perilaku orang lain atau
perilakunya sendiri, maka itu bisa dianggap berkomunikasi. Ketika seseorang terdiam sambil memegangi ken
ingnya, bisa jadi orang tersebut sedang merenung sedih karena dirundung persoalan atau bisa saja seseorang i
tu sedang melamunkan sesuatu. Diam juga bisa diartikan sebagai tanda setuju.

3. Komunikasi Punya Dimensi Isi dan Dimensi Hubungan

Komunikasi memiliki dimensi isi dan dimensi hubungan. Dimensi isi ditandai secara verbal, sementara di
mensi hubungan ditandai secara nonverbal. Dimensi isi menunjukkan muatan komunikasi yaitu apa yang dik
atakan. Sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana cara mengatakannya yang juga mengisyaratk
an bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu, dan bagaimana seharusnya pesan itu dimaknai. Sebagai
contoh, seorang gadis mengatakan ”kamu jahat” dengan nada manja memiliki arti tidak sama dengan arti seb
enarnya kata tersebut. Kata itu bisa jadi bermakna kegemasan campur kesenangan si gadis itu kepada teman
prianya.

Perspektif dalam Ilmu Komunikasi , Secara umum berdasarkan metode dan logika penjelasannya, terdapat
4 (empat) perspektif yang mendasari pengembangan teori dalam ilmu komunikasi. Keempat perspektif
tersebut adalah
A. Perspektif Hukum (Covering Laws)

Pada dasarnya pemikiran covering laws theories (perspektif hukum) berangkat dari prinsip “sebab-akibat”
atau hubungan kausal. Pemikiran “covering laws” model ini diperkenalkan oleh Dray. Menurut Dray, penjela
san-penjelasan “covering laws theories” didasarkan pada dua asas: Pertama, bahwa teori berisikan penjelasa
n- penjelasan yang berdasarkan pada keberlakuan umum/hukum umum. Dan Kedua, bahwa penjelasan teori 
berdasarkan analisis keberaturan.

3
Nurdin, Ali, et al. "Pengantar Ilmu Komunikasi." (2013). h.63
4
Ibid.h.64
Perspektif “Covering Laws” ini pada dasarnya memiliki beberapa keterbatasan. Keterbatasan-keterbatasan
yang dimaksud, khususnya dalam konteks ilmu sosial adalah:
a) Keberlakuan prinsip universalitas bersifat relatif.
b) Formula statistik covering laws sulit diterapkan dalam mengamati tingkah laku manusia karena pada
dasarnya tingkah laku manusia itu berubah-ubah dan sulit diterka.
c) Manusia dalam kehidupannya juga terikat oleh ikatan-ikatan kultur spesifik.
d) kehidupan manusia penuh keragaman dan kompleks.
e) Sifat kehidupan manusia bisa berubah-ubah.
f) Analisis covering laws terlalu didasarkan pada perhitungan-perhitungan statistik yang belum tentu sesuai
dengan realitas.

B. Perspektif Aturan (Rules)


Perspektif adalah sudut pandang atau cara pandang kita terhadap sesuatu. Perspektif aturan (rules theories)
merupakan salah satu prespektif yang digunakan dalam pengembangan teori komunikasi. Pemikiran Rules T
heories berdasarkan prinsip praktis bahwa manusia aktif memilih dan mengubah aturan-aturan yang menyang
kut kehidupannya. Umpamanya, si A mempunyai suatu maksud tertentu (Y), dalam upayanya mencapai Y ini,
ia akan aktif dan selektif melakukan suatu tindakan tertentu (X).
Dibandingkan dengan perspektif hukum (covering laws) 7 yang berprinsipkan hubungan sebab-akibat,
perspektif “Rules Theories” mempunyai 2 (dua) ciri penting, yaitu : Pertama, aturan (rules) pada dasarnya
merefleksikan fungsi-fungsi perilaku dan kognitif yang kompleks dari kehidupan manusia. Dan Kedua,
aturan menunjukkan sifat-sifat keberaturan yang berbeda dari keberaturan sebab-akibat.
Para ahli penganut aliran (tradisi) evolusi mengemukakan bahwa dalam mengamati tingkah laku manusia,
pemikiran “rules theories” ini dapat dibagi dalam 7 (tujuh) kelompok di mana masing-masing mempunyai
penekanan yang berbeda dalam pengamatannya, yaitu :

 Kelompok pertama, memfokuskan perhatiannya pada pengamatan tingkah laku sebagai rules (aturan).
 Kelompok kedua, mengamati tingkah laku yang menjadi kebiasaan (regular behavior).
 Kelompok ketiga, menitikberatkan perhatiannya pada aturan-aturan (rules) yang menentukan tingkah
laku.
 Kelompok keempat, mengamati aturan-aturan (rules) yang menyesuaikan diri dengan tingkah laku.
 Kelompok kelima, memfokuskan pengamatannya pada aturan-aturan (rules) yang mengikuti tingkah laku.
 Kelompok keenam, mengamati aturan-aturan (rules) yang menerapkan tingkah laku,
 Kelompok ketujuh memfokuskan perhatiannya pada tingkah laku yang merefleksikan aturan (rules).5

5
Prof. Sasa Djuarsa Sendjaja, Ph.D., “Memahami Teori Komunikasi Pendekatan,Pengertian, Kerangka Analis, dan Perspektif”
C. Perspektif Sistem (Systems)

Perspektif system adalah suatu system yang dibangun untuk mendukung organisasi mencapai kinerja yang
unggul. Dan Perspektif system memiliki beberapa manfaat diantaranya;

- Kejelasan proses dan prosedur;

- Kemudahan pengambilan keputusan;

- Berorientasi kesisteman;

- Berfokus pada kemajuan berkelanjutan.  

Nilai-nilai dasar tersebut akan membentuk bangunan yang kokoh dan mekanisme terpadu bagi system ters
ebut. Namun keberhasilan suatu organisasi mencapai seluruh tujuannya membutuhkan integritas(synthesis), k
eselarasan (alignment), dan keterpaduan (integration).

D. Perspektif Simbolik Interaksionisme (Symbolic Interactionism)

Perspektif Interaksi Simbolik berusaha memahami perilaku manusia dari sudut pandang subjek. Perspekti
f ini menyarankan bahwa perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia memb
entuk dan mengatur perilaku mereka dengan mempertimbangkan ekspetasi orang lain yang menjadi mitra
interaksi mereka. Manusia bertindak hanya berdasarkan definisi atau penafsiran mereka atas objek-objek di
sekeliling mereka.

Secara ringkas premis-premis yang mendasari interaksi simbolik, diantaranya :


1) Individu merespon suatu situasi simbolik, seperti lingkungan, objek fisik (benda), dan objek sosial
(perilaku manusia) berdasarkan makna yang dikandung komponenkomponen lingkungan tersebut bagi
mereka.
2) Makna adalah produk interaksi sosial, karena itu makna tidak melekat pada objek, melainkan
dinegosiasikan melalui penggunaan bahasa. Makna yang diinterpretasikan individu dapat berubah dari
waktu ke waktu, sejalan dengan perubahan situasi yang ditemukan dalam interaksi sosial. Didalam
interaksi simbolik, maka akan selalu berhubungan dengan teori diri dari Mead. Karena teori ini
merupakan inti dari interkasi simbolik.6

6
Soeprapto, Riyadi. 2002. Interaksi Simbolik, Prespektif Sosiologi Modern. Yogyakarta: Averrpes Press dan Perpustakaan Pelajar
5. Pertemuan 5 = Fungsi Komunikasi (Kelompok3)

Fungsi komunikasi menurut para ahli diantaranya yaitu: Thomas M. Scheidel, Menurutnya manusia
itu pada umumnya berkomunikasi untuk saling menyatakan dan mendukung identitas diri mereka dan
untuk membangun interaksi sosial dengan orang-orang yang disekelilingnya serta untuk mempengaruhi
orang lain agar berpikir, merasa, ataupun bertingkah seperti apa yang kita harapkan.

Rudolf F. Verderber, Menurutnya, komunikasi memiliki 2 fungsi yakni fungsi sosial dan fungsi
pengambilan keputusan. Fungsi sosial bertujuan untuk kesenangan, menunjukan ikatan, membangun dan
memelihara hubungan dengan orang lain. Sedangkan fungsi pengambilan keputusan ialah memutuskan
untuk melakukan atau tidak melakukan terhadap sesuatu pada saat-saat tertentu.

Judy C. Pearson & Paul E. Nelson, Mengungkapkan bahwa komunikasi memiliki fungsi untuk
kelangsungan hidup diri sendiri dan kelangsungan hidup bermasyarakat. Untuk kelangsungan hidup diri
sendiri misalnya: dalam meningkatkan kesadaran pribadi, keselamatan jiwa, menampilkan diri sendiri
kepada orang lain juga menggapai ambisi diri. Fungsi untuk kelangsungan hidup bermasyarakat yakni
untuk memperbaiki hubungan sosial masyarakat dan mengembangkan keberadaan suatu masyarakat.

Gordon I. Zimmerman, Beliau menjelaskan bahwa komunikasi itu berguna dalam menyelesaikan
setiap tugas penting bagi kebutuhan kita, juga untuk memberi sandang pangan kepada diri sendiri dan
memuaskan kepenasaran kita kepada lingkungan, serta untuk menikmati hidup. Selain itu, hal terpenting
dari komunikasi ialah untuk menciptakan dan memupuk hubungan dengan orang lain disekitar kita.

Effendi Menurutnya, ada empat fungsi utama komunikasi yaitu:

1. to inform (menginformasikan). Yakni memberikan informasi kepada orang lain tentang suau
peristiwa, masalah, pendapat, pikiran, segala tingkah laku orang lain dan apa yang disampaikan orang
lain.

2. to aducate (mendidik). Yakni sebagai sarana pendidikan. Karena melalui komunikasi, manusia dalam
suatu lingkungan masayarakat dapat menyampaikan segala bentuk pengetahuan, ide, gagasan kepada
orang lain sehingga orang lain dapat menerima segala bentuk informasi yang kita berikan.

3. to entertain (menghibur). Komunikasi juga berfungsi untuk menghibur orang lain dan menyenangkan
hati orang lain.

4. To influence (mempengaruhi). Selain sebagai sarana untuk menyampaikan pendidikan, informasi dan
sebagai sarana dalam menghibur orang lain, komunikasi juga berfungsi untuk memberikan pengaruh
kepada orang lain. Saling mempengaruhi segala bentuk sikap dan perilaku orang lain agar mengikuti apa
yang diharapkan.

Selain Itu Fungsi Komunikasi juga dibagi menjadi 4 Kerangka yakni :

1. Komunikasi sosial Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa
komunikasi penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi-diri, untuk kelangsungan hidup, untuk
memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang
menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain.

2. Komunikasi ekspresif Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain,
namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrument untuk menyampaikan perasaan-
perasaan (emosi) kita.
3. Komunikasi ritual Komunikasi rutual bertujuan untuk komitmen mereka kepada tradisi keluarga,
komunitas, suku, bangsa, negara, ideology, atau agama mereka.

4. Komunikasi instrumental Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum:


menginformasikan, mengajak, mengubah sikap dan keyakinan, dan mengubah perilaku atau menggerakan
tindakan, dan juga menghibur.

Dalam manfaat dan dampak yang ditimbulkan komunikasi memiliki fungsi-fungsi yang sangat
berperan dalam kehidupan masyarakat. Secara umum, fungsi komunikasi adalah sebagai berikut :

1. Sebagai Kendali : Fungsi komunikasi sebagai kendali memiliki arti bahwa komunikasi bertindak untuk
mengendalikan perilaku orang lain atau anggota dalam beberapa cara yang harus dipatuhi.

2. Sebagai Motivasi : Komunikasi memberikan perkembangan dalam memotivasi dengan memberikan


penjelasan dalam hal-hal dalam kehidupan kita.

3. Sebagai Pengungkapan Emosional : Komunikasi memiliki peranan dalam mengungkapkan perasaan-


perasaan kepada orang lain, baik itu senang, gembira, kecewa, tidak suka. dan lain-lainnya.

4. Sebagai Informasi : Komunikasi memberikan informasi yang diperlukan dari setiap individu dan
kelompok dalam mengambil keputusan dengan meneruskan data guna mengenai dan menilai pemilihan
alternatif.

Fungsi lainnya dari komunikasi ialah sebagai berikut:

1. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan

2. Untuk mengungkapkan keadaan dan beban yang dirasakan agar kita mendapatkan keseimbangan hidup
dan kelapangan hati. Sebagai modal dalam berinteraksi dengan lingkungan disekitar

3. Untuk meminta pertolongan dan bantuan kepada orang lain

4. Untuk membujuk orang lain agar mengikuti apa yang diharapkan dan memberikan pengarahan atau
mengarahkan orang lain kepada perilaku dan sikap yang harus diikuti.
6. Pertemuan 6 dan 7= komunikasi sebagai ilmu yang multidisiplin

Komunikasi dalam pertumbuhannya merupakan studi retorika dan jurnalistik yang berkaitan dengan
pembentukan pendapat umum. Pada awalnya komunikasi dinilai oleh banyak pihak sebagai ilmu yang
monodisiplin. Pengertian monodisiplin di sini melihat kedudukan ilmu itu berdiri sendiri dengan cirinya
sendiri. Namun dengan perkembangan masyarakat yang begitu cepat dibidang genetika dan teknologi
komunikasi telah membawa dampak kaburnya batas-batas kewenangan dan fungsi beberapa ilmu
pengetahuan, sehingga ilmu yang tadinya monodisiplin menjadi multidisiplin.

Ilmu komunikasi sebagai salah satu ilmu sosial, mempunyai kaitan yang erat dengan ilmu sosial lainnya.
Persamaan bukan saja karena ia berada dalam satu lingkaran sosial tapi juga memiliki objek material yang
sama yaitu mempelajari perilaku manusia dalam bermasyarakat. Perbedaan terletak pada objek formalnya
yaitu komunikasi mempelajari pernyataan manusia dalam situasi berkomunikasi. Objek formalnya inilah
yang merupakan ciri khas dari suatu ilmu yang dapat membedakannya dengan ilmu lain. Misalnya ilmu
komunikasi dengan ilmu psikologi, memiliki objek material yang sama yaitu perilaku manusia. Sedangkan
objek formalnya beda. Ilmu komunikasi identik dengan pernyataan manusia dalam situasi berkomunikasi
sedangkan ilmu psikologi lebih cenderung pada kejiwaan manusia dalam berperilaku. Bila ditarik garis besar
dari penggambaran buku Ilmu Komunikasi ini sendiri berfokus pada hubungan antar manusia dalam konteks
penukaran pesan yang memiliki makna. Oleh karna itu banyak pakar komunikasi yang membuat definisi
sesuai dengan disiplin ilmunya.

Komunikasi sebagai ilmu yang multidisiplin sejak dulu telah dikembangkan oleh banyak ilmuan yang
berasal dari luar bidang komunikasi, misalnya John Dewey seorang Psikologi dan filsafat, Dewey
menginginkan adanya sebuah surat kabar yang dapat mempublikasikan hasil-hasil riset ilmu pengetahuan
serta memperbaiki masalah masalah sosial. Juga menurut Charles Hortom Cooley,seorang sosiologi, Cooley
melihat bahwa proses komunikasi antar pribadi dengan orang tua dan kelompok masyarakat, sebagai basis
sosiologi dari studi sosiologi.

Itu sebabnya, komunikasi dianggap sebagai ilmu yang tidak berdiri sendiri dan sering kali meminjam dari
disiplin ilmu lain, seperti disebutkan di atas, termasuk juga filsafat. Proses interdisipliner ini membuat ilmu
komunikasi berkembang begitu pesatnya. Seiring dengan perkembangan komunikasi umat manusia di era
globalisasi dan teknologi informasi komunikasi (ITC) Perkembangan ilmu komunikasi mengambil bentuk-
bentuk dan arahan yang berbeda di belahan dunia yang berbeda-beda. Misalnya, teori-teori Timur cenderung
berfokus pada keutuhan dan persatuan, sedangkan peandangan Barat kadang-kadang mengukur bagian-
bagian tanpa harus memperhatikan integrasi dasar atau penggabungan bagian-bagian tersebut.

Sebagai sebuah ilmu multidisiplin, sebuah visi teori komunikasi yang mengambil sebuah langkah maju
yang besar untuk mempersatukan bidang yang akan sedikit berbeda ini dan menunjukkan kerumitan-
kerumitannya. Dengan kata lain, komunikasi tidak akan pernah menyatu dengan dengan sebuah teori tunggal
atau kelompok teori. Teori-teori akan selalu mencerminkan perbedaan gagasan praktis mengenai komunikasi
dalam kehidupan yang umum. Sehingga, manusia selalu dihadapkan pada keragaman pilihan.

komunikasi sangat luas dan beraneka ragam. Hampir tidak ada aspek kehidupan yang tidak lepas dari
komunikasi. Berbagai dimensi selalu hadir dalam kehidupan manusia dan sepanjang sejarah manusia ada,
komunikasi dipastikan selalu hadir baik secara perorangan, kelompok, bangsa maupun umat manusia
sepanjang hidup di muka bumi.

Dengan demikian, komunikasi bisa dipandang sebagai ilmu yang multidimensional, karena dipelajari dari
berbagai disiplin ilmu bersama-sama maupun sendiri. begitu luasnya pembahasan Namun, yang biasanya
terjadi seorang manusia komunikasi hanya memusatkan perhatian dan keahliannya pada satu bidang saja.
Dengan begitu, jarang ada yang bergerak, memahami maupun menjadi ahli di dua bidang atau tiga bidang
komunikasi. Hal ini membuktikan begitu luasnya cakupan ilmu komunikasi, hingga segala aspek kehidupan
nyaris tidak bisa lepas dari komunikasi.

Dalam penerapannya masing-masing disiplin ilmu itu menggunakan komunikasi untuk tujuan yang
disesuaikan dengan bidangnya masing-masing. Misalnya, para psikologi meneliti komunikasi sebagai jenis
perilaku tertentu yang didorong oleh proses-proses psikologi yang berbeda. Begitu juga para sosiolog
memfokuskan pada masyarakat dan proses sosial, serta melihat pula komunikasi sebagai salah satu faktor
sosial yang penting dalam masyarakat.

Bisa didefenisikan bahwa ilmu komunikasi itu sendiri dianggap sebagai ilmu yang tidak berdiri sendiri
dan komunikasi haruslah mencari jenis hubungan yang berbeda berdasarkan pada pemahaman umum
mengenai kesamaan dan perbedaan atau titik tekanan di antara teori-teori dan sebuah komitmen untuk
mengatur tekanan-tekanan melalui dialog. Namun sekaligus menekankan pentingnya komunikasi sebagai
sebuah bidang. Komunikasi bukanlah fenomena sekunder yang dapat dijelaskan oleh faktor-faktor
psikologis, sosiologis, kultural, atau ekonomi. Tetapi komunikasi itu sendiri merupakan proses sosial yang
utama dan mendasar yang menjelaskan semua faktor.

Atas dasar ini, dapat disimpulkan bahwa ilmu komunikasi dan ilmu sosial lainnya menunjukkan hubungan
yang erat satu sama lainnya. Selain karena saling membutuhkan satu sama lainnya tetapi juga sifat
normatifnya sebagai ilmu pengetahuan yang ditujukan pada kepentingan umat manusia. Dengan demikian
tidak ada ilmu yang dapat berdiri sendiri tanpa dukungan ilmu lainnya, termasuk ilmu komunikasi.
BAB III
KESIMPULAN

Kata atau istilah komunikasi ( dari bahasa inggris “communication” ), secara epistemologis atau menurut
asal katanya adalah dari bahasa latin communicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata communis. Kata
communis memiliki makna “berbagi” atau “menjadi milik bersama” yaitu usaha yang memiliki tujuan untuk
kebersamaan atau kesamaan makna. Komunikasi secara terminilogis merujuk pada adanya proses
penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi, yang terlibat dalam komunikasi ini
adalah manusia. Berger & Chaffee mengatakan Ilmu komunikasi adalah suatu pengamatan terhadap
produksi, proses, dan pengaruh dari sistem tanda dan lambang melalui pengembangan teori-teori yang dapat
diuji dan digeneralisasikan dengan tujuan menjelaskan fenomena yang berkaitan dengan produksi, proses,
dan pengaruh dari sistem tanda dan lambang. Dan ada 3 pokok pikiran dari pengertian ilmu komunikasi
(Berger & Chaffee).

Komunikasi merujuk pada terjadinya suatu proses yang dilakukan oleh manusia dalam rangka
memberikan respon terhadap perilaku ataupun perlambang yang dilakukan oleh manusia lainnya.
Komunikasi yang dilakukan bertujuan agar terjadi pengertian bersama. Hal ini sesuai dengan asal kata
komunikasi itu sendiri yaitu “communication” atau “communis” yang berarti sama, yaitu sama dalam hal
makna. Cikal bakal ilmu komunikasi itu sendiri sebenarnya tampil pada zaman yunani kuno (SM) yang
digagas oleh Aristoteles. Sedangkan, ilmu komunikasi massa ini berkembang dan berubah menjadi ilmu
komunikasi berada di bawah naungan jurnalistik. Hal ini berkembang di Amerika sekitar tahun 1870 an yang
ditandai dengan terbitnya karya Isaiah Thomas yang berjudul History of printing in America. Kemudian baru
menjadi disiplin ilmu pengetahuan yang independen pada tahun 1930 an.

Dimensi-dimensi komunikasi juga diuraikan dengan berbagai cara oleh para pakar komunikasi. Meski
secara penyebutan berbeda-beda, namun inti dari semuanya itu adalah sama yakni sebagai penjabaran lebih
jauh dari definisi atau hakikat komunikasi. dan Secara umum berdasarkan metode dan logika penjelasannya,
terdapat 4 (empat) perspektif yang mendasari pengembangan teori dalam ilmu komunikasi. Keempat
perspektif tersebut adalah Perspektif Hukum (Covering Laws), Perspektif Aturan (Rules), Perspektif Sistem
(System), dan Perspektif Simbolik interaksionisme (Symbolic Interactionism).
DAFTAR PUSTAKA

Dra. RR. Ponco Dewi Karyaningsih, M. (Cetakan I, Februari 2018). ILMU KOMUNIKASI. Yogyakarta: Samudra Biru
(Anggota IKAPI).

Ns. Rika Sarfika, S. M. (2018). BUKU AJAR KEPERAWATAN DASAR 2 KOMUNIKASI TERAPEUTIK DALAM KEPERAWATAN.
Padang: Andalas University Press.

Nurhadi, Zikri Fachrul, and Achmad Wildan Kurniawan. "Kajian Tentang Efektivitas Pesan dalam Komunikasi." Jurnal
Komunikasi Universitas Garut: Hasil Pemikiran dan Penelitian 3.1 (2018): h,,90-95

Nurdin, Ali, et al. "Pengantar Ilmu Komunikasi." (2013).


Prof. Sasa Djuarsa Sendjaja, Ph.D., “Memahami Teori Komunikasi Pendekatan, Pengertian, Kerangka
Analis, dan Perspektif”
Soeprapto, Riyadi. 2002. Interaksi Simbolik, Prespektif Sosiologi Modern. Yogyakarta: Averrpes Press dan
Perpustakaan Pelajar

Anda mungkin juga menyukai