Anda di halaman 1dari 12

REKAYASA IDE

Dosen Pengampu :
Muharrina Harahap, S.S., M. Hum

Disusun Oleh :
Nama : Fadhu Arrazi
NIM : 5202230003
Mata Kuliah : Bahasa Indonesia

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
Abstrak :

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kurangnya penggunaan bahasa


Indonesia yang baku dikalangan Mahasiswa .Bahasa adalah identitas suatu bangsa ketika
berinteraksi. Manusia membutuhkan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang, atau melakukan
kegiatan sosial yang lain. Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan yang artinya menjadi bahasa
penghubung antar suku di Indonesia. Sebagai bahasa persatuan haruslah memiliki struktur yang jelas
dengan menggunakan kata baku agar menjadi bahasa yang baik dan benar serta mudah dipahami.
Mahasiswa adalah orang yang sering berinteraksi dengan orang lain yang berbeda suku. Oleh karena
itu, mahasiswa harus memiliki pengetahuan serta pemahaman mengenai kata baku agar proses
komunikasi tidak terhambat. Namun, sekarang ini banyak mahasiswa yang rendah pengetahuan serta
pemahaman mengenai kata baku dan lebih tertarik dengan kata-kata asing atau kata gaul yang
dipadukan dengan bahasa Indonesia. Mahasiswa sebagai agen perubahan harusnya menggunakan
kata-kata baku dalam bahasa Indonesia agar bahasa persatuan kita bisa terus terjaga dan lestari serta
keberadaannya tidak digeser oleh bahasa asing.

Kata Kunci: kata baku, kata tidak baku,Mahasiswa

Abstract :

This study aims to find out how the lack of standardized Indonesian use among students.
Language is the identity of a nation when interacting. Humans need language to communicate with
people, or perform other social activities. Indonesian is the language of unity, which means it is a
liaison language between ethnic groups in Indonesia. As a unified language, it must have a clear
structure using standard words so that it becomes a good and correct language and is easy to
understand. Students are people who often interact with other people from different ethnic groups.
Therefore, students must have knowledge and understanding of standard words so that the
communication process is not hampered. However, nowadays many students have low knowledge
and understanding of standard words and are more interested in foreign words or slang words
combined with Indonesian. Students as agents of change should use standard words in Indonesian so
that our united language can be maintained and sustainable and its existence is not shifted by foreign
languages.

Keywords: standard words, non-standard words, students

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
kasih karunia-Nya saya dapat menyelesaikan Tugas Rekayasa Ide mengenai
“Penggunaan kata baku dan tidak baku dikalangan Mahasiswa” ini. Saya juga
berterima kasih kepada Dosen yang bersangkutan yang telah memberikan
bimbingan nya dalam penyelesaian tugas rekayasa ide ini.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan nya oleh sebab
itu saya minta maaf dan harap memaklumi apabila terdapat penjelasan dan dan
hal-hal yang masih belum sempurna. Akhir kata saya ucapkan terima kasih dan
semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, 02 Oktober 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Abstrak.................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii

BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................................1

a. Rasionalisasi pentingnya TRI.................................................................................1


b. Tujuan TRI..............................................................................................................1
c. Manfaat TRI............................................................................................................1

BAB II. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN FILSAFAT PENDIDIKAN.................................2

a. Permasalahan Umum.............................................................................................2
b. Identifikasi Permasalahan Sesuai Tema Yang Dibahas........................................2

BAB III. SOLUSI DAN PEMBAHASAN................................................................................3

1. Pembahasan permasalahan 1...............................................................................3


2. Pembahasan permasalahan 2...............................................................................4
3. Permasalahan permasalahan 3.............................................................................5

BABIV PENUTUP................................................................................................................7

a. Kesimpulan.............................................................................................................7
b. Rekomendasi..........................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................8

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi pentingnya TRI


Sering kali kita bingung memilih buku atau jurnal refrensi untuk kita baca dan
pahami. Terkadang kita memilih satu jurnal, namun kurang memuaskan hati kita.
Misalnya dari segi analisis bahasa, pembahasaan tentang filsafat pendidikan . Oleh
karena itu, penulis membuat tugas rekayasa ide ini untuk mempermudah pembaca
dalam memilih buku atau jurnal refrensi, terkhusus pada pokok bahasa tentang filsafat
pendidikan.

B. Tujuan penulisan TRI


1. Menambah wawasan dan Pengetahuan penulis dan pembaca mengenai kata baku dan
tidak baku .
2. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam meringkas, menganalisa dan
membandingkan serta memberikan kritik pada suatu buku atau jurnal berdasarkan
fakta yang ada.
3. Menguatkan pemahaman pembaca tentang filsafat pendidikan.
C. Manfaat TRI
Manfaat dibuatnya TRI adalah agar mempermudah mahasiswa dalam mempelajari
dan memahami isi buku atau jurnal, serta memperkuat ilmu pengetahuan mahasiswa
dalam mengkritisi sebuah jurnal.

1
BAB II

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN FILSAFAT PENDIDIKAN

A. Permasalahan Umum
Pembahasan tentang konsep pendidikan perlu dikaitkan dengan ilmu
pendidikan karena keduanya menyangkut masalah hakikat manusia yang
menjelaskan kedudukan peserta didik dan pendidik dalam interaksi pendidikan.
Teori pendidikan merupakan pengetahuan tentang apa dan bagaimana
seyogyanya pendidikan dilaksanakan. Sedangkan pendidikan praktis merupakan
pelaksanaan pendidikan secara konkret. Keduanya tidak dapat dipisahkan.
O’Connor menyatakan bahwa teori pendidikan memiliki syarat-syarat berpikir lurus
dan benar (logis), deskriptif, dan menjelaskan (Barnadib, 1996:8-9). Teori
pendidikan disusun sebagai latar belakang yang hakiki dan rasional. Teori
pendidikan dalam ilmu pendidikan atau pedagogik adalah ilmu yang
membicarakan masalah-masalah umum pendidikan, secara menyeluruh dan
abstrak.
B. Identifikasi permasalahan sesuai tema yang dibahas
1. Realita, yaitu berupa kenyataan yang menjurus kepada masalah kebenaran.
Kebenaran akan timbul apabila orang dapat menarik kesimpulan bahwa
pengetahuan yang dimilikinya memang benar-benar ada (nyata).
2. Permasalahan Aksiologi, cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan
bagaimana manusia menggunakan ilmunya.
3. Permasalahan Epistemologi yang menjadi masalah dalam tataran
epistemologi ini adalah proses apa yang memungkinkan mendapatkan
pengetahuan logika, etika, estetika, bagaimana cara dan prosedur
memperoleh kebenaran ilmiah, kebaikan moral dan keindahan seni, apa yang
disebut dengan kebenaran ilmiah, keindahan seni dan kebaikan moral.

2
BAB III

SOLUSI DAN PEMBAHASAN

1. Masalah Kenyataan Berdasarkan Pandangan Naturalisme, Idealisme, Realisme,


dan Pragmatisme
Tinjauan dari masing-masing aliran tersebut sebenarnya menuju pada muara yang
sama yaitu berbicara masalah kenyataan. Oleh karena kenyataan merupakan
masalah utama, maka pandangan tersebut dianggap dapat memberikan
gambaran ciri pokok dari masing-masing aliran tersebut. Naturalisme mempunyai
pandangan bahwa kenyataan yang sebenarnya adalah alam semesta fisik ini. Hal
ini berarti bahwa yang dimaksud adalah bukan kenyataan spiritual atau
supranatural. Oleh karena itu, menurut pandangan naturalis, jiwa itu dapat
menurun kedudukannya, menjadi dan mempunyai hakikat sebagai unsur-unsur
materi. Dengan demikian naturalisme bisa menjadi materialisme. Filsafat
naturalisme adalah filsafat dunia itu sendiri, karena memandang bahwa segala
sesuatru ini berasal dari alam dan tiada sesuatupun yang ada ini terdapat
dibaliknya. Atas dasar prinsip ini naturalisme modern cenderung untuk menjadi
pluralisme; suatu paham yang berpendirian, bahwa kenyataan itu dapat terdiri dari
banyak tipe benda-benda alamiah. Idealisme mempunyai pendirian bahwa
kenyataan itu terdiri atau tersusun atas substansi sebagaimana gagasan-gasan
atau spirit. Alam fisik ini tergantung dari jiwa universal atau Tuhan, yang berarti
pula alam adalah ekspresi dari jiwa tersebut. Jiwa mempunyai tempat utama
dalam susunan alam semesta ini dan arena dunia yang sebenarnya menurut
pandangan idealisme ini adalah berbeda dengan apa yang nampak oleh indera
dihadapan manusia. Selain daripada itu pandangan aliran ini menganggap bahwa
dunia beserta bagian-bagiannya harus dipandang mempunyai hubungan satu
sama lain, sehingga secara keseluruhan merupakan suatu sistem. Dunia adalah
suatu totalitas, suatu kesatuan yang logis dan bersifat spiritual. Realisme adalah
filsafat yang timbul pada jaman modern dan sering disebut “anak” dari aliran
naturalisme. Pandangannya tentang dunia adalah sebagai suatu obyek yang
nyata. Realisme memandang pula bahwa kenyataan itu berbeda dengan jiwa yang
mengetahui obyek atau dunia luar tersebut. Kenyataan tidak sepenuhnya

3
bergantung dari jiwa yang mengetahui, tetapi merupakan hasil pertemuan dengan
obyeknya. Orang dapat memiliki pengetahuan yang dianggap kurang tepat
mengenai benda atau sesuatu hal yang sesungguhnya, tetapi sebaliknya dapat
memiliki gambaran yang tepat apa yang nampak. Oleh karena itu pengamatan,
penelitian, dan penarikan kesimpulan mengenai hasil-hasilnya perlu agar dapat
diperoleh gambaran yang tepat secara langsung atau tidak langsung tentang
sesuatu. Pragmatisme berpendapat bahwa kenyataan itu berada pada
pengetahuan itu sendiri. Oleh karena itu kemampuan perwujudan nyata adalah
hal-hal yang mempunyai kedudukan utama disekitar pengetahuan itu sendiri.
Aliran ini memandang realita sebagai suatu proses dalam suatu periode tertentu,
ini berarti bahwa orang yang mengetahui mempunyai peranan untuk menciptakan
atau mengembangkan hal-hal yang diketahui. Hal ini berarti pula bahwa tindakan
yang dilakukan oleh orang yang memiliki pengetahuan dapat menjadi unsur
penentu untuk mengembangkan pengetahuan tersebut. Berdasarkan pandangan
dari berbagai aliran tersebut, filsafat berusaha untuk mengadakan penyelidikan
mengenai hakikat dari segala sesuatu. Artinya bahwa filsafat berusaha
mempelajari makna yang paling utama dari segala sesuatu itu. Filsafat juga untuk
selamanya menjadi sarana utama manusia untuk mengatur diri sendiri, berusaha
menyesuaikan, dan mengikuti perkembangan jaman sesuai tuntutan keadaan.
Oleh karena itu manusia dapat mengenal dirinya sendiri.

2. Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu: axios yang berarti
nilai. Sedangkan logos berarti teori/ ilmu. Aksiologi dipahami sebagai teori nilai.
Jujun S.suriasumantri mengartikan aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan
dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Menurut John Sinclair, dalam
lingkup kajian filsafat nilali merujuk pada pemikiran atau suatu sistem seperti
politik, sosial dan agama. Sedangkan nilai itu sendiri adalah sesuatu yang
berharga yang diidamkan oleh setiap insan.Pembahasan aksiologi menyangkut
masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu tidak bebas nilai. Artinya pada tahap-tahap
tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu
masyarakat, sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh
masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan

4
sebaliknya malah menimbulkan bencana. Dalam aksiologi ada dua penilaian yang
umum digunakan yaitu:
1. Etika
2. Estetika

Aksiologi mempelajari mengenai manfaat apa yang diperoleh dari ilmu


pengetahuan, menyelidiki hakikat nilai,serta berisi mengenai etika dan estetika.
Penerapan aksiologi dalam pendidikan misalnya saja adalah dengan adanya mata
pelajaran ilmu sosial dan kewarganegaraan yang mengajarkan bagaimanakah
etika atau sikap yang baik itu,selain itu adalah mata pelajaran kesenian yang
mengajarkan mengenai estetika atau keindahan dari sebuah karya
manusia. Dasar Aksiologis Pendidikan adalah Kemanfaatan teori pendidikan tidak
hanya perlu sebagai ilmu yang otonom tetapi juga diperlukan untuk memberikan
dasar yang sebaik-baiknya bagi pendidikan sebagai proses pembudayaan
manusia secara beradab.

3. Dalam memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat diandalkan tidak cukup dengan
berpikir secara rasional ataupun sebaliknya berpikir secara empirik saja karena
keduanya mempunyai keterbatasan dalam mencapai kebenaran ilmu
pengetahuan. Jadi pencapaian kebenaran menurut ilmu pengetahuan didapatkan
melalui metode ilmiah yang merupakan gabungan atau kombinasi antara
rasionalisme dengan empirisme sebagai satu kesatuan yang saling melengkapi.
Banyak pendapat para pakar tentang metode ilmu pengetahuan, namun penulis
hanya memaparkan beberapa metode keilmuan yang tidak jauh beda dengan
proses yang ditempuh dalam metode ilmiah Metode ilmiah adalah suatu rangkaian
prosedur tertentu yang diikuti untuk mendapatkan jawaban tertentu dari
pernyataan yang tertentu pula. Epistemologi dari metode keilmuan akan lebih
mudah dibahas apabila mengarahkan perhatian kita kepada sebuah rumus yang
mengatur langkah-langkah proses berfikir yang diatur dalam suatu urutan tertentu
Kerangka dasar prosedur ilmu pengetahuan dapat diuraikan dalam enam langkah
sebagai berikut:
a. Sadar akan adanya masalah dan perumusan masalah
b. Pengamatan dan pengumpulan data yang relevan

5
c. Penyusunan atau klarifikasi data
d. Perumusan hipotesis
e. Deduksi dari hipotesis
f. Tes pengujian kebenaran (Verifikasi)21
Keenam langkah yang terdapat dalam metode keilmuan tersebut masing-masing
terdapat unsur-unsur empiris dan rasional. Menurut AM. Saefuddin bahwa untuk
menjadikan pengetahuan sebagai ilmu (teori) maka hendaklah melalui metode
ilmiah yang terdiri atas dua pendekatan: Pendekatan deduktif dan Pendekatan
induktif. Kedua pendekatan ini tidak dapat dipisahkan dengan menggunakan salah
satunya saja, sebab deduksi tanpa diperkuat induksi dapat dimisalkan sport otak
tanpa mutu kebenaran, sebaliknya induksi tanpa deduksi menghasilkan buah
pikiran yang mandul.
Proses metode keilmuan pada akhirnya berhenti sejenak ketika sampai pada titik
“pengujian kebenaran” untuk mendiskusikan benar atau tidaknya suatu ilmu. Ada
tiga ukuran kebenaran yang tampil dalam gelanggang diskusi mengenai teori
kebenaran, yaitu teori korespondensi, koherensi dan pragmatis.23 Penilaian ini
sangat menentukan untuk menerima, menolak, menambah atau merubah
hipotesa, selanjutnya diadakanlah teori ilmu pengetahuan.

6
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Van Peursen mengemukakan bahwa dahulu ilmu merupakan bagian dari filsafat,
sehingga definisi tentang ilmu bergantung pada sistem filsafat yang dianut
(Peursen, 1985). Dahulu seorang filsuf memiliki pengetahuan yang luas sehingga
beberapa ilmu dipahaminya karena pada waktu itu jumlah atau volume
pengetahuan belum sebanyak zaman kini. Sebagai contoh, Plato adalah filsuf
yang mampu di bidang politik kenegaraan, kosmologi, filsafat manusia, filsafat
keindahan, dan juga seorang pendidik. Aristoteles adalah filsuf yang ahli di dalam
masalah epistemologi, etika, dan ketuhanan. Plotinos bahkan ahli disemua cabang
filsafat kecuali filsafat politik.
Dalam memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat diandalkan tidak cukup dengan
berpikir secara rasional ataupun sebaliknya berpikir secara empirik saja karena
keduanya mempunyai keterbatasan dalam mencapai kebenaran ilmu
pengetahuan. Jadi pencapaian kebenaran menurut ilmu pengetahuan didapatkan
melalui metode ilmiah yang merupakan gabungan atau kombinasi antara
rasionalisme dengan empirisme sebagai satu kesatuan yang saling melengkapi.
B. Rekomendasi
Adapun rekomendasi yang dapat saya berikan dalam rekayasa ide filsafat
pendidikan ini adalah tentang gambaran ciri pokok tentang permasalahan yang
sering di perbicangkan tentang filsafat.

7
DAFTAR PUSTAKA

e-journal.unipma.ac.id/index.php/PE/article/view/44

https://jurnal.isi-ska.ac.id/index.php/gelar/article/download/1441/1415

journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/sls/article/download/1276/1243

https://jurnal.ugm.ac.id/wisdom/article/viewFile/3111/9363

https://anzdoc.com/kajian-filsafat-ilmu-dan-filsafat-pendidikan-tentang-relativ.html

Anda mungkin juga menyukai