Anda di halaman 1dari 7

ALIRAN MODERN DALAM ISLAM

Dosen Pengampu : Drs. A. Faqihuddin, MA.

KELOMPOK 3 “Al-Tahtawi”

1 . Ahmad Sahal (1120190002)


2 . Salman Al-Ghifari (1120190050)
PEMBAHASAN
Al-Tahtawi dilahirkan di daerah Tahta ( di dataran tinggi Mesir ) tanggal 15 Oktober 1801 M,
sebuah kota yang terletak di tepi barat sungai Nil, Mesir bagian Selatan. Al-Tahtawi nama
lengkap nya adalah Rafa`ah Bey Badawi Al-tahtawi, Al-Tahtawi berasal dari keluarga
terpandang karena masih 2keturunan Rosulullah dari Husayn r. a., namun hal itu tidak
berpengaruh terhadap kehidupan keluarga Al-Tahtawi yang kekurangan akibat beban pajak yang
menghimpit mereka. Meskipun Al-Tahtawi hidup dalam kemiskinan, semangatnya dalam
3
menuntut ilmu tidak pernah sirna. Dia memiliki dua orang putra yakni Ali Pasha Rifa‟ah dan
Badawi Bik Rifa‟ah. Dan Pada tanggal 27 Mei 1873 M , Al-Tahtawi menghembuskan nafas
terakhirnya di Kairo.
4
Rifa‟ah Al-Tahtawi pertama kali mengenyam pendidikan di desa kelahirannya, Tahta. Ia
memulai studinya dengan memperdalam bacaan Al-Qur‟an dan menghapalkannya dalam
bimbingan ayah kandungnya. Kemudian setelah genap berumur 16 tahun ia bertolak menuju
Kairo untuk melanjukan studi di perguruan tinggi Al-Azhar dan dalam selang waktu 5 tahun
tepat ditahun 1822 M ia berhasil menamatkan studinya. Di bawah bimbingan Al-Attar, Al-
Tahtawi mulai mengetahui kemunduran-kemunduran yang terjadi di Al-Azhar dan di
lingkungan masyarakat Mesir sendiri. Pada tahun 1822 M, Al-Attar dikirim ke Perancis sebagai
duta ilmiah, disana ia di beri tugas untuk memilih seorang ulama yang cocok untuk dijadikan
sebagai duta, akhirnya Al-Attar memilih Al-Tahtawi. Kemudian ia pergi sebagai pemimpin duta
bukan sebagai mahasiswa. Ia sangat mempunyai jiwa ambisi dan cita-cita yang tinggi dalam
ilmu pengetahuan. Oleh karena itu ia selalu menyiapkan penelitiannya dengan matang. Ia
berkeinginan membawa Mesir pada masa kebangkitan keilmuan. Berbicara mengenai karya al-
03
Tahtawi nampaknya tak hanya berupa yang ditulisnya saja, namun didapati pula karyanya yang
berbentuk terjemahan-terjemahan. Dari data yang dikumpulkan Rifa’ah al-Tahtawi pernah
mentrasliterasikan sekitar dua puluh tujuh buku. Diantaranya
• Tarikh Qudama’ al-Masriyyin (Sejarah Mesir Kuno) dicetak 1838 M,
• Ta’rib Qanun al-Tijarah (Arabisasi UU Perdagangan) dicetak 1868 M,
• Ta’rib al-Qanun al- Madani al-Faransawi (Arabisasi Hukum Perdata Prancis) dicetak 1866 M,
Pemikiran Pembaharuan Pendidikan Islam Al-Tahtawi

Rifa‟ah Al-Tahtawi merupakan seorang intelektual yang sejak masih mahasiswa di luar negeri
menjadi penggerak modernisasi dan hidup dalam dua dunia yang bertentangan sebagai akibat
dari usaha pembaratan. Al-Tahtawi menegaskan bahwa kemajuan Barat akan dunia Islam
bukanlah suatu bahaya. Tujuan kebangkitan yang dilakukan Barat dengan menjajah dunia Islam
bukan hanya sebagai bentuk kegiatan ekspansi atau politik, tetapi juga sebagai bentuk kegiatan
penelitian di bidang ilmu pengetahuan. Jika ingin maju, Mesir harus bisa menyesuaikan diri
dengan pengetahuan dan kemajuan modern tanpa harus takut agamanya akan terancam. Rifa‟ah
Al-Tahtawi merupakan cerminan dan figure manusia yang selalu ingin berubah dan
berkembang. Pendidikan dasar haruslah bersifat universal, merata dan menyeluruh bagi semua
golongan. Kualitas pendidikan yang tinggi pun harus berlaku pada pendidikan menengah. Al-
03
Tahtawi berpendapat bahwa pendidikan keluarga memegang peran penting. Hendaknya orang
tua memperhatikan pendidikan anak-anak wanita dan anak-anak laki-laki secara bersamaan dan
seimbang, dengan begitu keduanya dapat bergaul dengan baik.
Seorang wanita yang memiliki nilai kesopanan yang lebih tinggi itu lebih utama dibanding
dengan wanita yang memikirkan kecantikan saja. Hal itu dikarenakan kecantikan tanpa adanya
kesopanan dapat musnah kapan saja. Nilai kesopanan dan pengetahuan seorang wanita sendiri
memiliki pengaruh yang besar bagi putra-putrinya di kemudian hari, mengingat wanita
merupakan pendidik utama dikeluarga. Dari sini, Rifa’ah al-Tahtawi berusaha mengingatkan
segala pihak, bahwa peradaban memiliki dua landasan dan bukan hanya satu, kebaikan moral
lebih penting dari pada kesejahteraan materiil. Menurut Rifa’ah al-Tahtawi, bahwa
modernisasi yang dibawa barat tidak tampak sebagai bahaya politik, tetapi perlu disadari
adanya bahaya moral tertentu.

03
Gagasan Rifa’ah al-Tahtawi dalam dunia pendidikan Islam mendapatkan perhatian yang cukup besar dari
penguasa, terutama pada masa pemerintahan Isma’il Pasha. Sehingga sangat tampak sekali kontribusi Rifa’ah
al-Tahtawi di bidang pendidikan dan pengajaran, diantaranya:
1) Bahasa Arab menjadi bahasa resmi bagi warga negara Mesir, setelah imperium Turki Uthmani tak lagi
bercokol di Mesir.
2) Anggaran pendidikan yang mulanya sebesar 6000 pound Mesir di zaman Sa’id Pasha, bertambah menjadi
80.000 pound Mesir di zaman Isma’il Pasha.
3) Untuk pertama kalinya biaya pendidikan digratiskan; selain itu didirikannya untuk yang pertama kali di
Mesir, bahkan di seluruh Imperium Turki Uthmani sekolah khusus untuk banat (perempuan); membangun
03
Museum Bulaq; menyumbangkan buku-buku kerajaan bagi Perpustakaan Kairo.
4) Meningkatnya jumlah sekolah negri pada tingkat I’dadiyah sekarang setara dengan SMP, jika di tahun
1863 M hanya 185 madrasah, namun pada tahun 1875 M mengalami peningkatan yang cukup drastis
yaitu mencapai 4685 sekolahan.
Al-Tahtawi adalah seorang yang cerdas dan tekun . hal ini terbukti ketika mendapatkan
kesempatan ke paris, dengan cepat beliau menguasai bahasa perancis dan kecakapannya itu di
manfaatkannya untuk membaca buku-buku hampir disemua lapangan ilmu pengetahuan. Dan
Rifa‟ah Badawi Rafi‟ Al-Tahtawi adalah salah satu pencetus pembaharuan Mesir yang
mempunyai kontribusi signifikan di pertengahan pertama abad ke-19. Al-Tahtawi banyak
memainkan perannya dalam aktifitas pembaharuan yang dibawa oleh Muhammad Ali Pasya.

03

Anda mungkin juga menyukai