Coba saudara urai dan jelaskan; a). Pengertian Iman, dan b). Apakah saja rukun dari
keimanan itu?
2. Pengertian iman tidak hanya dibatasi pada qalbu (keyakinan hati), akan tetapi juga
meliputi ikrar dengan ucapan, dan perilaku. Qalbu (hati) merupakan entitas metafisika yang
eksistensinya hanya Allah yang dapat mengetahui. Namun demikian, keimanan yang baik
akan memancarkan perilaku yang menjadi ciri keimana seorang mukmin, sehingga dapat
diidentifikasi secara dhahir, antara lain; Tawakal, Mawas diri dan bersikap ilmiah, Optimis
dalam menghadapi masa depan, Konsisten dan menepati janji, dan Tidak sombong.
Jelaskan secara detail, ciri-ciri keimanan tersebut diatas, dilengkapi dengan ayat-ayat al-
Qur’an yang sesuai.
3. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin yang
berarti "manusia yang tahu"), dan mencari tahu. Pencarian manusia dalam menemukan
kebenaran kemudian melahirkan istilah philosophia (memahami sesuatu yang tidak
diketahui dari hal yang sudah diketahui). Maka manusia berfilsafat untuk mencari
kebenaran, walaupun kadang kebenaran yang ditemukan oleh manusia memiliki relatifitas
(perbedaan atau bahkan pertentangan cara pandang) kebenaran, hal ini terjadi karena
adanya pengaruh situasi, kondisi yang berbeda dan terus berubah. Demikian juga dengan
sejarah filsafat pencarian manusia dalam memandang kebenaran hakikat ketuhanan.
Coba saudara jelaskan pemikiran manusia tentang ketuhanan yang antara lain; a).
Animisme/Dinamisme, Politeisme dan Henoteisme, dan b). Monoteisme, yang terbagi pada;
Deisme, Panteisme dan Eklektisme.
Assalamualaikum.wr.wb.
Berikut saya lampirkan jawaban diskusi sesuai dengan materi yang telah ditentukan.
1. Kata iman diterjemahkan artinya adalah percaya. Keimanan berasal dari kata dasar
“Iman”. Untuk memahami pengertian iman dalam ajaran Islam strateginya yaitu
mengumpulkan ayat-ayat Al-quran atau hadits yang redaksionalnya terdapat kata iman,
atau kata lain yang dibentuk dari kata tersebut yaitu “aamana” (fi'il madhi/bentuk telah),
“yu’minu" (fi'il mudhari/bentuk sedang atau akan), dan mukminun (pelaku/orang yang
beriman). Dalam Al-quran terdapat sejumlah ayat, yang berbicara tentang iman di
antaranya. QS. Al- Baqarah (2) : 165 yang artinya: “Dan ada di antara manusia
mengambil dari selain Allah sebagai tandingan, mereka mencintainya sebagaimana
mencintai Allah. Dan orang yang beriman, bersangatan cintanya kepada Allah. Dan jika
sekiranya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat azab
(tahulah mereka) bahwa sesungguhnya seluruh kekuatan itu kepunyaan Allah dan
sesungguhnya Allah itu sangat keras azab-Nya (pasti mereka menyesal).”
Berdasarkan ayat tersebut, iman identik dengan asyaddu hubban lillah. Hub
artinya kecintaan atau kerinduan. Asyaddu adalah kata superlatif syadiid (sangat).
Asyaddu hubban berarti sikap yang menunjukkan kecintaan atau kerinduan luar biasa.
Lillah artinya kepada atau terhadap Allah. Dari ayat tersebut tergambar bahwa iman
adalah sikap (atitude), yaitu kondisi mental yang menunjukkan kecenderungan atau
keinginan luar biasa terhadap Allah. Orang-orang yang beriman kepada Allah berarti
orang yang rela mengorbankan jiwa dan raganya untuk mewujudkan harapan atau
kemauan yang dituntut oleh Allah kepadanya.
Ibnu Majah dalam sunannya meriwayatkan bahwa nabi pernah bersabda sebagai
berikut. “Iman adalah keterikatan antara kalbu, ucapan dan perilaku”. (Menurut Al-
Sakawy dalam, Al-Maqasid, Al-Hasanah, hlm 140, kesahihan hadits tersebut dapat
dipertanggungjawabkan). Aqdun artinya ikatan, keterpaduan, kekompakan. Qalbu adalah
potensi psikis yang berfungsi untuk memahami informasi. Ini berarti identik dengan
pikiran atau akal. Kesimpulan ini berdasarkan QS. Al-A’raaf (7):179 yang artinya: “Dan
sungguh Kami telah sediakan untuk (isi) neraka jahanam kebanyakan dari jin dan
manusia; mereka mempunyai hati (tetapi) tidak mau memahami dengannya, mereka
mempunyai mata, mereka tidak melihat dengannya tetapi mereka mempunyai telinga
(tetapi) tidak mendengar dengannya. Mereka itu seperti binatang ternak bahkan mereka
lebih sesat. Mereka itulah orang-orang yang lalai.”
Iqrar artinya pernyataan atau ucapan. Iqrar bil lisaan dapat diartikan dengan
menyatakan dengan bahasa, baik lisan maupun tulisan. Amal bil arkan artinya perilaku
gerakan perangkat anggota tubuh. Perbuatan dalam kehidupan keseharian. Berdasarkan
tafsiran tersebut diketahui, bahwa rukun (struktur) iman ada tiga aspek yaitu; kalbu, lisan,
dan perbuatan. Tepatlah jika iman didefinisikan dengan pendirian yang diwujudkan
dalam bentuk bahasa dan perilaku. Jika pengertian ini diterima, maka istilah iman identik
dengan kepribadian manusia seutuhnya, atau pendirian yang konsisten. Orang yang
beriman berarti orang yang memiliki kecerdasan, kemauan dan keterampilan.
Kata iman dalam Al-quran, pada umumnya dirangkaikan dengan kata lain. Kata
rangkaian itulah yang memberikan nilai tentang sesuatu yang diimaninya. Jika kata iman
dirangkaikan dengan kata-kata yang negatif berarti nilai iman tersebut negatif. Dalam
istilah Al-quran, iman yang negatif disebut kufur. Pelakunya disebut kafir. Berikut ini
dikemukakan beberapa ayat yang mengemukakan kata iman dikaitkan dengan nilai yang
negatif di antaranya : QS. An-Nisaa’ (4): 51 yang artinya “Apakah engkau tidak
memperhatikan orang-orang yang diberi bahagian dari Alkitab, mereka percaya kepada
jibt (sesembahan selain Allah) dan thagut (berhala) dan mereka berkata kepada orang-
orang kafir bahwa mereka lebih benar jalannya daripada orang-orang yang beriman.”
Kata iman pada ayat tersebut dirangkaikan dengan kata jibti dan taghut, syaithan dan apa
saja yang disembah selain Allah.
Kata iman dikaitkan dengan kata batil (yang tidak benar menurut Allah). QS. Al-
Ankabut (29): 51 berbunyi : ”Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwa Kami telah
menurunkan Kitab kepadamu yang dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya pada yang
demikian itu adalah rahmat dan peringatan bagi kaum yang beriman.”
Adapun kata iman yang dirangkaikan dengan yang positif antara lain; QS. Al-
Baqarah (2): 4 yang berarti : “Orang-orang yang beriman kepada (Al-quran) yang
diturunkan kepadamu, juga beriman kepada (kitab-kitab Allah) yang diturunkan
sebelummu serta mereka yakin akan adanya akhirat.
Lalu pada QS. Al-Baqarah (2): 285” yang berarti : “Rasul (Muhammad) telah
beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, dan (demikian pula)
orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya,
kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya, (seraya mereka berkata), “Kami tidak membeda-
bedakan antara seorang (dengan lain) daripada rasul-rasul-Nya.” Dan mereka berkata,
“Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami wahai Tuhan kami dan kepada Engkaulah
tempat kembali.”
2. Pengertian Iman dan Unsur Rukun Iman
Bila kita perhatikan penggunaan kata Iman dalam Al-Qur’an, akan mendapatinya dalam
dua pengertian dasar, yaitu:
Iman dengan pengertian membenarkan adalah membenarkan berita yang
datangnya dari Allah dan Rasul-Nya. Dalam salah satu hadist shahih diceritakan
bahwa Rasulullah ketika menjawab pertanyaan Jibril tentang Iman yang artinya
bahwa yang dikatakan Iman itu adalah engkau beriman kepada Allah, malaikat-
Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari kiamat dan engkau beriman bahwa
Qadar baik dan buruk adalah dari Allah SWT.
Iman dengan pengertian amal atau ber-iltizam dengan amal : segala perbuatan
kebajikan yang tidak bertentangan dengan hukum yang telah digariskan oleh
syara’. Pengertian iman secara istilahi ialah kepercayaan yang meresap ke dalam
hati, dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak (ragu), serta memberi
pengaruh bagi pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan sehari-hari. Jadi,
iman itu bukanlah semata-mata ucapan lidah, bukan sekedar perbuatan dan bukan
pula merupakan pengetahuan tentang rukun iman. Sesungguhnya iman itu
bukanlah semata-mata pernyataan seseorang dengan lidahnya, bahwa dia orang
beriman (mukmin), karena banyak pula orang-orang munafik (beriman palsu)
yang mengaku beriman dengan lidahnya, sedang hatinya tidak percaya. Iman itu
membentuk jiwa dan watak manusia menjadi kuat dan positif, yang akan
mengejawantah dan diwujudkan dlam bentuk perbuatan dan tingkah laku
akhlakiah menusia sehari-hari adalah didasari/ diwarnai oleh apa yang
dipercayainya. Kalau kepercayaannya benar dan baik pula perbuatannya, dan
begitu pula sebaliknya.
Oleh karena itu Husain bin Muhammad Al-Jisr mengatakan bahwa setiap orang
mukmin adalah muslim, dan setiap orang muslim adalah mukmin. Memang antara
percaya kepada Tuhan dan menyerahkan diri dengan ikhlas kepada Tuhan tidak
dapat dipisahkan, karena keduanya mempunyai hubungan yang erat, yang satu
mendasari dan yang lain melengkapi, menyempurnakan dan memperkuatnya.
Keimanan kepada keesaan Allah itu merupakan hubungan yang semulia-mulianya
antara manusia dengan penciptanya. Oleh karena itu, mendapatkan petunjuk
sehingga menjadi orang yang beriman, adalah kenikmatan terbesar yang dimiliki
oleh seseorang.
Keimanan itu bukanlah semata-mata ucapan yang keluar dari bibir dan lidah saja
atau semacam keyakinan dalam hati saja. Tetapi keimanan yang sebenar-benarnya
adalah merupakan suatu akidah atau kepercayaan yang memenuhi seluruh isi hati
nurani, dari situ timbul bekas-bekas atau kesan-kesannya, seperti cahaya yang
disorotkan oleh matahari.
Iman bukan sekedar ucapan lisan seseorang bahwa dirinya adalah orang mukmin.
Sebab orang-orang munafik pun dengan lisannya menyatakan hal yang sama,
namun hatiya mengingkari apa yang dinyatakan itu. Iman juga bukan sekedar
amal perbuatan ansih yang secara lahiriyah merupakan ciri khas perbuatan orang-
orang beriman. Sebab orang-orang munafik pun tak sedikit yang secara lahiriyah
mengerjakan amal ibadah dan berbuat baik, sementara hati mereka bertolak
belakang dengan perbuatan lahirnya, apa yang dikerjakan bukan didasari
keikhlasan mencari Ridha Allah.
Abu Bakar Jabir al-Jazairi, Menuturkan bahwa iman adalah membenarkan dan
meyakini allah sebagai tuhan yang memiliki dan yang disembah. Iman sebenarnya
merupakan jalan untuk memuyakan akal pikiran manusia, dengan cara menerima
semua ketentuan Allh pada setiap sesuatu, baik yang kelihatan atau tidak
kelihatan, yang di tetapkan maupun yang di naikan. Iman juga menuntut aktif
menggapai hidayah, mendekatkan diri kepada-Nya, dan beraktifitas selayaknya
aktifitas para keksih-Nya (hambanya yang saleh).
Berikut unsur rukun iman dan penjelasannya :
1. Iman kepada Allah SWT
Membutuhkan tiga unsur anggota badan yang tidak bisa dipisahkan
satu sama lain, yaitu : hati, lisan, dan anggota badan. Iman kepada Allah
SWT merupakan suatu keyakinan yang mendasar. Tanpa adanya iman
kepada Allah SWT, seseorang tidak akan beriman kepada yang lain,
seperti halnya beriman kepada malaikat, kitab-kitab, rasul Allah, dan hari
akhir.
Sebagaimana dalam firman Allah : “Allah itu tunggal, tidak ada
Tuhan selain Dia, yang hidup tidak berkehendak kepada selain-Nya, tidak
mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya lah segala sesuatu yang ada
di langit dan di bumi. Bukanlah tidak ada orang yang memberikan syafaat
di hadapan-Nya jika tidak dengan seizing-Nya? Ia mengetahui sedikit jua
pun tentang ilmu- Nya. Kecuali apa yang dikehendaki-Nya.
Pengetahuan_nya meliputi langit dan bumi. Memelihara kedua makhluk
itu tidak berat bagi-Nya. Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.”
(QS: Al-Baqarah : 255)
2. Iman kepada Malaikat Allah
Secara istilah iman kepada malaikat Allah adalah meyakini dengan
sepenuh hati bahwa Allah SWT telah menciptakan Malaikat sebagai
makhluk ghaib diutus untuk melaksanakan segala perintah-Nya.
“(19) Dan kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi.
Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa
angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. (20) Mereka
selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.”
Sumber :
BMP MKDU 4221 (Pendidikan Agama Islam – Ali Nurdin, Syaiful Mikdar, Wawan
Suharmawan)