Anda di halaman 1dari 9

DEFINISI GHIBAH (GOSIP)

Nabi menjelaskan definisi ghibah dalam sebuah hadits riwayat Muslim


sebagai berikut:

Artinya: Tahukah kalian apa itu ghibah (menggunjing)?. Para sahabat


menjawab : Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu. Kemudian beliau
bersabda : Ghibah adalah engkau membicarakan tentang saudaramu
sesuatu yang dia benci. Ada yang bertanya. Wahai Rasulullah bagaimana
kalau yang kami katakana itu betul-betul ada pada dirinya?. Beliau
menjawab : Jika yang kalian katakan itu betul, berarti kalian telah berbuat
ghibah. Dan jika apa yang kalian katakan tidak betul, berarti kalian telah
memfitnah (mengucapkan suatu kedustaan).
Imam Nawawi mendefinisikan makna ghibah sebagaimana dikutip oleh
Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Fatbul Bari Syarah Bukhari hlm. 10/391
demikian:

Artinya:

Imam

pandangan

Nawawi

Al-Ghazali

berkata

bahwa

dalam

ghibah

kitab

adalah

Al-Adzkar

mengikuti

menceritakan

tentang

seseorang dengan sesuatu yang dibencinya baik badannya, agamanya,


dirinya (fisik), perilakunya, hartanya, orang tuanya, anaknya, istrinya,
pembantunya, raut mukanya yang berseri atau masam, atau hal lain yang
berkaitan dengan penyebutan seseorang baik dengan lafad (verbal),
tanda, ataupun isyarat.

DALIL QURAN DAN HADITS TENTANG GHIBAH


Dalil-dalil dari Quran dan hadits tentang ghibah adalah sebagai berikut :
DALIL HARAMNYA GHIBAH
- QS Al Hujurat : 12

Artinya: Dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang


diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati?
Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.
Ibnu Abbas dalam menafsiri ayat di atas menyatakan:




Allah membuat perumpamaan ini untuk ghibah karena memakan daging
bangkai itu haram dan menjijikkan. Begitu juga ghibah itu haram dalam
agama dan buruk dalam jiwa. (Lihat Tafsir Al-Qurtubi hlm 16/346).
- Hadits riwayat Ahmad dan Abu Dawud



:
:
.
Artinya: Ketika aku dinaikkan ke langit, aku melewati suatu kaum yang
memiliki kuku-kuku dari tembaga, mereka melukai (mencakari) wajahwajah mereka dan dada-dada mereka. Maka aku bertanya :Siapakah
mereka ya Jibril? Jibril berkata :Mereka adalah orang-orang yang
memakan daging-daging manusia dan mereka mencela kehormatankehormatan manusia.

- Hadits riwayat Ahmad dari Jabir bin Abdullah

- -





-











Artinya: Kami pernah bersama Nabi tiba-tiba tercium bau busuk yang tidak
mengenakan. Kemudian Rosulullohbersabda, Tahukah kamu, bau apakah
ini? Ini adalah bau orang-orang yang mengghibah (menggosip) kaum
muminin.
DALIL BOLEHNYA GHIBAH
- QS An Nisa 4:148







Artinya: Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan
terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.
- Hadits riwayat Muslim











.

- Hadits riwayat Ibnu Hibban dan Baihaqi

Artinya: Ceritakan tentang pendosa apa adanya supaya orang lain menjadi
takut.
- Hadits riwayat Muslim


Artinya: Setiap umatku akan dimaafkan kecuali para mujahir.
Mujahir adalah orang-orang yang menampakkan perilaku dosanya untuk
diketahui umum
- Hadits riwayat Baihaqi


Artinya: Barangsiapa yang tidak punya rasa malu (untuk berbuat dosa),
maka tidak ada ghibah (yang dilarang) baginya.
HUKUM GOSIP (GHIBAH) ADA TIGA : HARAM, WAJIB, BOLEH
Dari sejumlah dalil Quran dan hadits di atas, maka ulama mengambil
kesimpulan bahwa hukum ghibah atau gosip itu terbagi tiga yaitu haram,
wajib dan halal (boleh).
HARAM
Hukum asal gosip adalah haram. Gosip yang haram adalah ketika anda
membicarakan aib sesama muslim yang dirahasiakan. Baik aib itu terkait
dengan bentuk fisik atau perilaku; terkait dengan agama atau duniawi.
Hukum haram ini tersurat secara tegas dalam Al-Quran, hadits seperti
disebut di atas dan ijmak ulama sebagaimana disebutkan oleh Al-Qurtubi
dalam Tafsir Al-Qurtubi 16/436. Yang menjadi perselisihan ulama hanyalah
apakah

gosip

termasuk

dosa

besar

atau

kecil.

Mayoritas

ulama

menganggapnya sebagai dosa besar. Menurut Ibnu Hajar Al-Haitami


ghibah dan namimah (adu domba) termasuk dosa besar.
Imam Nawawi dalam kitab Al-Adzkar berkata: Ghibah itu haram tidak
hanya bagi pembawa gosip tapi juga bagi pendengar yang mendengar dan
mengakui. Maka wajib bagi siapa saja yang mendengar orang memulai

berghibah untuk berusaha menghentikannya apabila ia tidak kuatir pada


potensi ancaman. Apabila takut maka ia wajib mengingkari dengan
hatinya dan keluar dari majelis pertemuan kalau memungkinkan. Apabila
mampu mengingkari dengan lisan atau dengan mengalihkan pembicaraan
maka hal itu wajib dilakukan. Apabila tidak dilakukan, maka ia berdosa.
WAJIB
Ghibah atau membicarakan / menyebut aib orang lain adakalanya wajib.
Hal itu terjadi dalam situasi di mana ia dapat menyelamatkan seseorang
dari bencana atau potensi terjadinya sesuatu yang kurang baik. Misalnya,
ada seorang pria atau wanita yang ingin menikah. Dia meminta nasihat
tentang calon pasangannya. Maka, si pemberi nasihat wajib memberi tahu
keburukan atau aib calon pasangannya sesuai dengan fakta yang
diketahui pemberi nasihat. Atau seperti si A memberitahu pada si B bahwa
si C berencana untuk mencuri hartanya atau membunuhnya atau
mencelakakan istrinya, dlsb. Ini termasuk dalam kategori memberi
nasihat. Dan hukumnya wajib seperti disebut dalam hadits di atas tentang
6 hak muslim atas muslim yang lain.
BOLEH
Imam Nawawi dalam Riyadus Shalihin 2/182 membagi gosip atau ghibah
yang dibolehkan menjadi enam sebagai berikut:

:

:
.
:

:
.
: : :
.
. :
:

.
:

.
Artinya:
Pertama,

At-Tazhallum.

Orang

yang

kezaliman

seseorang

terhadap

terzalimi

dirinya.

boleh

Tentunya

menyebutkan

hanya

bersifat

pengaduan kepada orang yang memiliki qudrah (kapasitas) untuk


melenyapkan kezaliman.
Kedua,

istinah

(meminta

pertolongan)

untuk

merubah

atau

menghilangkan kemunkaran. Seperti mengatakan kepada orang yang


diharapkan mampu menghilangkan kemungkaran: "Fulan telah berbuat
begini (perbuatan buruk). Cegahlah dia."

Ketiga, Al-Istifta' atau meminta fatwa dan nasihat seperti perkataan


peminta nasihat kepada mufti (pemberi fatwa): "Saya dizalimi oleh ayah
atau saudara, atau suami."
Keempat, at-tahdzr lil muslimn (memperingatkan orang-orang Islam) dari
perbuatan buruk dan memberi nasihat pada mereka.
Kelima, orang yang menampakkan kefasikan dan perilaku maksiatnya.
Seperti menampakkan diri saat minum miras (narkoba), berpacaran di
depan umum, dll.
Keenam, memberi julukan tertentu pada seseorang. Apabila seseorang
dikenal dengan julukan
Kategori dan bolehnya ghibah untuk enam kasus di atas disetujui oleh
Imam Qurtubi dan dianggap pendapat yang ijmak. Dalam Tafsir Al-Qurtubi
16/339 iya menyatakan




.
Artinya: Begitu juga ucapan anda pada hakim meminta tolong untuk
mengambil hak anda yang diambil orang yang menzalimi lalu anda
berkata pada hakim: Saya dizalimi atau dikhianati atau dighasab olehnya
maka hal itu bukan ghibah. Ulama sepakat atas hal ini.
As-Shan'ani dalam Subulus Salam 4/188 menyatakan

:
, ,

Artinya: Kebanyakan ulama berpendapat bahwa boleh memanggil orang


fasik (pendosa) dengan sebutan Wahai Orang Fasiq!, Hai Orang Rusak!
Begitu juga boleh meggosipi mereka dengan syarat untuk bermaksud
menasihatinya atau menasihati lainnya untuk menjelaskan perilaku si
fasiq atau untuk mencegah agar tidak melakukannya. Bukan dengan
tujuan terjatuh ke dalamnya. Maka (semua itu) harus timbul dari maksud
yang baik.

Anda mungkin juga menyukai