Anda di halaman 1dari 7

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Pendidikan merupakan ruh bagi suatu bangsa, berkembang tidaknya suatu

bangsa tergantung bagaimana pendidikan itu dilaksanakan hingga mampu

menjiwai setiap elemen bangsa. Dengan begitu pentingnya pendidiakan maka

seorang guru harus senantiasa membenahi diri dengan ilmu. Jika dilihat dari

pengertiannya pendidikan adalah suatu usaha dalam mengenjawantahkan ilmu

pengetahuan (knowladge), nilai (value) dan keterampilan (psikomotorik) pada

setiap jiwa individu, ini didasari atas firman Allah:

‫ار‬
َ ‫ص‬َ ‫س ْم َع َواْأل َ ْب‬ َ َ‫ط ْو ِن أ ُ َّم َهاتِ ُك ْم الَ تَ ْعلَ ُم ْون‬
َّ ‫ش ْيئًا َو َج َع َل لَ ُك ُم ال‬ ُ ُ‫َوهللاُ أَ ْخ َر َج ُك ْم ِم ْن ب‬
)۷۸ : ‫(النحل‬. َ‫َواْأل َ ْف ِئدَة َ لَ َعلَّ ُك ْم ت َ ْش ُك ُر ْون‬
Artinya: "Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak

mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran,

penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur".1

Semua orang yakin bahwa guru meimiliki andil yang sangat besar

terhadap keberhasilan pendidikan. Guru sangat berperan dalam membantu

perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal.

Keyakinan ini muncul karena manusia adalah makhluk lemah, yang dalam

perkembanganya senantiasa membutuhkan orang lain, sejak lahir bahkan saat

meninggal. demikian halnya peserta didik, ketika orang tua mendaftarkan anaknya

1
Departemen Agama RI, al-Qur'ân dan Terjemahannya, (Bandung: Jumanatul ‘Ali-Art, 2005),
hlm., 275.

1
2

ke sekolah pada saat itu juga ia menaruh harapan terhadap guru agar anaknya

dapat berkembang secara optimal.

Peran guru di sini memiliki pengaruh yang sangat besar karena ketika guru

sedang berkecimpung dalam kegiatan belajar mengajar, ia memiliki peranan atau

seperangkat figur pengajar yang menjalankan tugasnya sebagai pendidik. Dan

peranan ini sangatlah dominan untuk berkelanjutan dari masa ke masa. Namun

perlu kita ketahui bahwa peranan guru tidak hanya dalam lingkup kelas, namun

juga untuk sekolah dan masyarakat secara luas. Dimana guru mampu memberikan

teladan, bimbingan serta arahan yang baik.

Posisi guru dan anak didik boleh berbeda, tetapi keduanya tetap seiring

dan setujuan. Sering dalam arti kesamaan langkah dalam mencapai tujuan

bersama. Anak didik berusaha mencapai cita-citanya dan guru dengan ikhlas

mengantar dan membimbing anak didik ke pintu gerbang cita-citanya. Itulah

barangkali sikap guru yang tepat sebagai sosok pribadi yang mulia. Pendek kata,

kewajiban guru adalah menciptakan "khairunnas”, yakni manusia yang baik.

Peran guru disini yakni sebagai korektor, inspirator, informator, organisator,

inovator, mutivator dan dinamisator.2

Namun melihat kenyataan yang ada, bahwa peranan guru masih kurang

memberikan nilai lebih terhadap perkembangan masyarakat baik secara keilmuan

dan moralitas dengan kata lain, pendidikan kita dewasa ini mengalami kegagalan

yang nyata, seperti: terjadinya peningkatan kriminalitas, dekadensi moral dan

krisis ketenangan jiwa dikalangan orang-orang yang cukup lama mengenyam

2
Suparlan, Menjadi Guru Efektif, (Yokyakarta: Hikayat, 2005), hlm., 43-45.
3

pendidikan formal. Merosotnya moral3 dan akhlak4 siswa dewasa ini menandakan

betapa pendidikan agama yang selama ini menjadi penentu pembentukan karakter

dan moral suatu bangsa telah mengalami krisis yang memprihatinkan. Pendidikan

agama dianggap tidak lagi mampu membentengi anak didik dengan akhlakul

karimah yang kuat dalam menghadapi tuntunan kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi serta persaingan global di Era Modern ini.

Mengingat pentingnya keberadaan akhlak. maka sepatutnya substansi

nilai-nilai akhlak memiliki tempat tersendiri dalam pelajaran sekolah. Pendidikan

akhlak ini tentunya tidak dapat dipahami secara terbatas hanya pada pengajaran

pendidikan aqidah akhlak karena perihal akhlak ini tidak cukup diukur dari

seberapa jauh anak tersebut telah menguasai hal-hal yang bersifat kognitif saja.

Akhlak yang baik dapat pula diperoleh dengan memperhatikan orang-

orang baik dan bergaul dengan mereka, secara alamiah manusia itu meniru tabiat

seseorang tanpa sadar bisa mendapat kebaikan dan keburukan dari tabiat orang

lain interaksi edukatif antara individu dengan individu lainnya yang berdasarkan

nilai-nilai islami dapat mewujudkan masyarakat yang berakhlakul karimah.

Guru diharapkan mampu membentengi siswa dari berbagai pengaruh

negatif lingkungan. Sekaligus dapat menjadi agen sosial (social agent) menuju

masyarakat yang lebih berperadaban (civil society). Namun, belakangan ini

masyarakat mulai mempertanyakan upaya guru dalam konteks pembentukan

perilaku siswa, fenomena dalam masyarakat memperlihatkan bahwa secara umum

3
Suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak,
pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik, atau buruk. Periksa,
Ridlwan Nasir, Mengenal Alam Suci Menapak Jejak Al-Ghazali Tashawuf, Filsafat dan Tradisi,
(Yokyakarta, Kutub, 2004), hlm., 94.
4
Suatu sifat yang terpendam dalam jiwa seseorang dan sifat itu akan timbul waktu ia bertindak
tanpa merasa sulit (timbul dengan mudah). Periksa, Oemar Bakry, Akhlak Muslim, (Bandung:
Angkasa, 1993 ), hlm., 10.
4

pembentukan karakter dan moral suatu bangsa telah mengalami krisis yang

memprihatinkan. Guru dianggap tidak lagi mampu membentengi anak didik

dengan akhlakul karimah yang kuat dalam menghadapi tuntunan kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta persaingan global di era Modern ini.

Membina akhlak merupakan bagian yang sangat penting dalam tujuan

pendidikan nasional, Sebagaimana yang tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003

adalah untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Dalam misi

pendidikan nasional bahwa peningkatan pengalaman ajaran agama dalam

kehidupan sehari-hari bertujuan mewujudakan kualitas keimanan dan ketakwaan

kepada Tuhan Yang Maha Esa.5

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut di atas, maka

Guru perlu bekerja keras, terutama dalam hal pembentukan akhlakul karimah agar

pengetahuan tentang agama dapat seimbang dengan pengetahuan umum yang

dimiliki siswa sehingga dapat bahagia dan selamat dunia dan akhirat. Karena

tujuan pembangunan bangsa Indonesia adalah untuk mencapai kesejahteraan

hidup yang seimbang antara jasmani dan rohani. antara materil dan spiritual antara

kehidupan dunia dan akhirat.

Untuk mengatasi berbagai macam keburukan akhlak tersebut. maka

diperlukan upaya guru untuk membentuk manusia Indonesia yang percaya dan

takwa kepada Allah SWT, menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya dalam

kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan

bermasyarakat. mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan

5
Undang-undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No.20 tahun 2003) dan Peraturan
Pelaksanaanya (Bandung: Citra Umbara, 2010) hlm., 6
5

mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat mewujudkan

manusia-manusia berkompeten yang dapat membangun dirinya sendiri serta

bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Secara lebih khusus,

ada lima metode sebagai upaya menanamkan pendidikan akhlak terhadap siswa,

yaitu: 1). Pendidikan dengan keteladanan, 2). Pendidikan dengan adat kebiasaan,

3). Pendidikan dengan nasehat, 4). Pendidikan dengan memberikan perhatian, 5).

Pendidikan dengan memberikan hukuman.6

Menurut pengamatan awal peneliti di TK Bina Ana Prasa Desa Polagan

Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan sangat menarik mengenai pembentukan

akhlakul karimah siswa adalah pembinaan akhlak yang dilakukan secara

berkesinambungan oleh dewan guru seperti, program tausiyah yang dilakukan

pihak sekolah, peran guru akidah akhlak sangatlah berperan dalam membentuk

akhlakul karimah siswa melalui kedisplinan seperti, sebelum memulai pelajaran

membiasakan ketua kelas memimpin do’a bersama dan setelah berakhirnya jam

sekolah, pada saat jam efektif siswa tidak boleh berada diluar kelas, pembiasaan

memanggil salam ketika bertemu guru, dan membuang sampah pada tempatnya.

Namun masih ada siswa yang berkelakuan kurang baik. Dikatakakan demikian,

karena masih ada siswa yang bolos dari sekolah, kemudian dalam pergaulan

sehari-hari mereka belum memperlihatkan akhlak yang sesuai dengan tuntunan

syari’at islam. Sebagai contohnya, masih terdapat siswa yang tidak mengindahkan

tata tertib sekolah dan membuang sampah sembarangan. Fenomena ini tentunya

harus lebih mendapatkan perhatian dari guru agar dalam proses pembentukan

aklakul karimah dapat terwujud sesuai dengan harapan.

6
Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Misaka Galiza, 2003), hlm.,
134.
6

Hasil pengamatan juga dikukuhkan oleh kepala sekolah bapak Hanfi,S.Ag

bahwa kegiatan-kegiatan keagamaan yang dilaksanakan di TK Bina Ana Prasa

Desa Polagan Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan bertujuan membina siswa

dalam memahami dan mempraktekkan nilai-nilai akhlak sehingga mampu

diamalkan di sekolah maupun dalam keseharian di lingkungannya.7

Berdasarkan uraian di atas, maka guru memiliki peran penting dalam

penanggulangan perilaku yang kurang baik melalui interaksi edukatif yang

dilakukan antara guru dan siswa. Dari sinilah. maka perlu adanya guru yang

berkompeten yang tidak saja menekankan pada aspek kognitif, tetapi yang lebih

penting adalah pada pembelajaran yang mampu memberikan bimbingan secara

intensif tentang aspek afektif dan psikomotorik para siswa. Ketiga aspek tersebut

harus berjalan secara berimbang. Pada aspek kognitif nilai-nilai ajaran agama

diharapkan dapat mendorong siswa untuk mengembangkan kemampuan

intelektualnya secara optimal. Sedangkan aspek afektif diharapkan nilai-nilai

ajaran agama dapat memperteguh sikap dan perilaku keagamaan. Demikian pula

aspek psikomotor diharapkan mampu menanamkan keterikatan dan keterampilan

keagamaan. Dengan demikian, penulis tertarik untuk meneliti tentang” Upaya

Pembentukan Kepribadian anak untuk Menanamkan Nilai-nilai Akhlak pada

Anak Usia Dini di TK Bina Ana Prasa Desa Polagan Kecamatan Galis

Kabupaten Pamekasan”.

7
Wawancara dengan Bapak Hanafi, S.Ag selaku Kepala sekolah, di ruang guru, pada tanggal 15
Februari 2018.
7

B. Fokus Penelitian

1. Apa langkah-langkah guru dalam menanamkan nilai-nilai akhlak anak usia

dini di TK Bina Ana Prasa Desa Polagan Kecamatan Galis Kabupaten

Pamekasan?

2. Apa faktor pendukung langkah-langkah guru dalam menanamkan nilai-

nilai akhlak anak usia dini di TK Bina Ana Prasa Desa Polagan Kecamatan

Galis Kabupaten Pamekasan?

3. Apa faktor penghambat langkah-langkah guru dalam menanamkan nilai-

nilai akhlak anak usia dini di TK Bina Ana Prasa Desa Polagan Kecamatan

Galis Kabupaten Pamekasan?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendiskripsikan apa langkah-langkah guru dalam menanamkan

nilai-nilai akhlak anak usia dini di TK Bina Ana Prasa Desa Polagan

Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan.

2.Untuk mendiskripsikan apa faktor pendukung langkah-langkah guru dalam

menanamkan nilai-nilai akhlak anak usia dini di TK Bina Ana Prasa Desa

Polagan Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan.

3.Untuk mendiskripsikan apa faktor penghambat langkah-langkah guru dalam

menanamkan nilai-nilai akhlak anak usia dini di TK Bina Ana Prasa Desa

Polagan Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan.

Anda mungkin juga menyukai