Oleh :
1. Chintia Nuriansyah
(63040210004)
2. Safira Alayda Sri Azzahra
(63040210017)
KELAS MBS 2A
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk
menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Shalat Gerhana Matahari Dan Bulan : pengertian, rukun ,tata cara dan
waktunya.
Makalah Sholat Gerhana Matahari Dan Bulan: pengertian, rukun ,tata cara dan waktunya.untuk
memenuhi tugas dari Bapak Abdul Khamid, M.Pd.I.sebagai dosen pengampu program studi
Manajemen Bisnis Syariah kelas 2A mata kuliah Pratikum Ibadah di IAIN Salatiga. Selain itu,
penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang
elastisitas permintaan dan penawaran.
Penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Bapak Abdul Khamid, M.Pd.I.
selaku dosen mata kuliah Pratikum Ibadah. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
wawasan dan pengetahuan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan
terimakasih pda semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalh ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh Karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................4
C. Tujuan...................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................5
A. Pengertian Sholat Gerhana Matahari dan Bulan...................................5
B. Rukun Sholat Gerhana Matahari dan Bulan.........................................6
C. Tata Cara Sholat Gerhana Matahari dan Bulan....................................7
D. Waktu Sholat Gerhana Matahari dan Bulan.........................................9
E. Hukum melaksanakan shalat gerhana…………………………………9
BAB III PENUTUP..........................................................................................13
Kesimpulan.......................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................13
BAB 1
PENDAHULUAN
E. Hukum melaksanakan shalat gerhana matahari dan bulan menurut Hanafiyah dan
Syafi’iyah
Hukum shalat gerhana bulan, pendapat para ulama terpecah menjadi tiga macam.
Mazhab Al-Hanafiyah memandang bahwa shalat gerhana bulan hukumnya
hasanah. Sedangkan Mazhab As-Syafi‟iyah hukum shalat gerhana bulan adalah
sunnah muakkadah. 26 Mayoritas ulama menyatakan bahwa hukum menjalankan
shalat gerhana baik gerhana matahari maupun gerhana bulan adalah sunah
mu`akkadah. Hadis Nabi S.A.W di atas menunjukkan kepada kita bahwa gerhana
bukanlah sekedar fenomena alam biasa. Gerhana merupakan fenomena alam yang
memang Allah swt kehendaki sebagai salah satu ayat (tanda) kebesaran-Nya.
Hadis di atas memberikan pelajaran dan tuntunan kepada kaum mukminin terkait
gerhana sebagai berikut:
1. Sebab, gerhana adalah Allah swt menjadikannya sebagai peringatan agar
hamba-hamba-Nya takut kepada-Nya. Maka tatkala terjadi gerhana
hendaklah umat manusia segera ingat kepada Allah Subhanahu wa ta‟ala
dan segera menyadari bahwa Allah Subhanahu wa ta‟ala sedang
mengingatkan kelalaian mereka dengan ancaman adzab-Nya. Dari sini,
jelaslah bagi kita kesalahan kebanyakan kebanyakan orang yang justru
menjadikan fenomena gerhana tersebut sebagai hiburan bagi mereka. Ketika
ada informasi bahwa gerhana akan terjadi pada hari tertentu pada jam
tertentu, maka mereka bersiap dengan kamera dan teropong masing-masing,
mencari tempat-tempat strategis untuk menyaksikan peristiwa ”indah”
tersebut. Sungguh sangat jauh dari mengingat Allah Subhanahu wa ta‟ala,
apalagi menyadari itu sebagai peringatan dari-Nya. Kesalahan ini akibat
menganggap gerhana sebagai kejadian antariksa biasa, yang bersumber dari sikap
mengandalkan sains, tanpa mau mengundahkan berita dari Allah Subhanahu wa
ta‟ala, Pencipta dan Penguasa seluruh alam dengan segenap galaksi dan langit
yang ada didalamnya. Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah berkata, ”Ini bantahan
terhadap ahli astronomi yang mengira bahwa gerhana merupakan peristiwa biasa,
tidak akan maju atau mundur.”
2. Bantahan terhadap keyakinan-keyakinan/ mitos-mitos batil, atau legenda-
legenda kosong. Rasulullah S.A.W membantah keyakinan yang ada dikalangan
musyrikin arab saat itu dengan sabdanya, ”Bukanlah terjadi karena kematian atau
kelahiran seseorang.” Islam memberantas segala keyakinan/ aqidah batil,
diantaranya yang bersumber dari astrologi (ahli nujum) yang meyakini bahwa
pergerakan/ peredaran bintang, planet dan benda-benda langit lainnya
memberikan pengaruh/ ada kaitannya dengan kejadian-kejadian di bumi. Yang
dikenal sebagai zodiak, shio, atau nama yang lainnya sesuai dengan agama asal
masing-masing yang digagas oleh para filosof, rohaniawan atau paranormal.
Termasuk kejadian gerhana yang diyakini sebagai tanda atau sebab (bakal) terjadi
peristiwa atau bencana besar di muka bumi. Ini semua adalah batil. Seorang
mukmin yang berpegang pada kemurnian tauhid harus meninggalkan keyakinan-
keyakinan tersebut. Sangat disayangkan, ada sebagian di antara kaum muslimin
yang masih percaya dengan ramalan-ramalan bintang, termasuk pula mitos
legenda seputar gerhana, atau meyakini peristiwa gerhana ada hubungan dengan
bencana alam atau lainnya. Al-Imam al-Khaththabi Rahimahullah berkata, ”Dulu
mereka pada masa jahiliyyah berkeyakinan bahwa gerhana 59 menyebabkan
terjadinya perubahan di muka bumi, berupa kematian, bencana dan lain-lain.
Maka Nabi S.A.W mengajarkan bahwa itu adalah keyakinan batil. Sungguh
matahari dan bulan itu adalah dua makhluk yang tunduk kepada Allah Subhanahu
wa ta‟ala. Keduanya tidak memiliki kekuatan mempengaruhi sesuatu yang
lainnya, tidak pula memiliki kemampuan membela diri.” . Tuntutan Islam ketika
terjadi gerhana. Baginda Nabi S.A.W mengajarkan kepada kita tuntunan syariat
yang mulia ketika terjadi gerhana matahari maupun gerhana bulan, yaitu ada tujuh
hal (sebagaimana dalam haditshadits tentang gerhana):
1. Shalat gerhana
2. Berdoa
3. Beristighfar
4. Bertakbir
5. Berdzikir
6. Bershadaqah
7. Memerdekakan budak
Ini dilakukan sejak awal terjadinya gerhana, hingga berakhirnya yang
ditandai dengan kembalinya cahaya matahari atau bulan seperti sedia kala. Di
antara doa yang beliau perintahkan adalah berlindung dari adzab kubur. Karena
gerhana mengakibatkan suasana gelap meskipun pada siang hari, dan dalam
suasana tersebut hati manusia pasti dihinggapi rasa takut. Suasana yang demikian
mengingatkan kita akan suasana di alam kubur kelak. Karena gerhana merupakan
peringatan akan adzab, maka sangat tepat dianjurkan pada kesempatan tersebut
untuk memerdekakan budak, sebab amal tersebut bisa memerdekakan seseorang
dari api neraka. Gerhana merupakan peristiwa penting dalam Islam. Islam bernar-
benar mengajak hamba untuk menyikapi gerhana yang sedang terjadi sebagai
peringatan dari Rabbul ‟Alamin Subhanahu wa ta‟ala. Hikmah ini tidak bisa
diketahui dengan ilmu sains, namun hanya bisa diketahui melalui wahyu yang
diturunkan kepada nabi Muhammad S.A.W.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah mengkaji tentang Shalat Gerhana Matahari dan Bulan baik secara umum
ataupun dalam kajian al-Qur’an dan hadist maka dapatlah diambil beberapa kesimpulan demi
untuk mempermudahkan dalam memahami dan mengkaji sebagaimana berikut dibawah: Mazhab
Hanafiyah melakukan shalat gerhana seperti shalat sunnah lainnya. Berbeda dengan Mazhab
Syafi’iyah melakukan dengan dua rakaat dan dua kali ruku’. Berjamaah dan dilakukan di masjid dan
terdapat khutbah selepas shalat gerhana. Ulama mazbah Al-Hanafiyah mengatakan hukumnya wajib.
Sedangkan As-Syafi’iyah hukum shalat gerhana matahari adalah sunnah muakkad. Sedangkan dalam
hukum shalat gerhana bulan, pendapat para ulama terpecah menjadi dua macam. Mazhab Al-
Hanafiyah memandang bahwa shalat gerhana bulan hukumnya hasanah. Sedangkan Mazhab As-
Syafi’iyah berpendapat bahwa hukum shalat gerhana bulan adalah sunnah muakkadah.
B. Daftar Pusataka