Anda di halaman 1dari 43

UAS RESUME MANAJEMEN KEUANGAN

MANAJEMEN KAS
Model Manajemen Kas
1. MODEL BAUMOL
Baumol mengakui adanya kesamaan antara manajemen persediaan dengan manajemen
kas bila dilihat aspek keuangan.
Model ini mengasumsikan bahwa pemakaian kas selalu konstan setiap waktu.
2. Model Miller And ORR
Model ini mengakomodasi penggunaan kas yang berfluktuasi dari waktu ke waktu.
Model Baumol
• Baumol menganggap manajemen kas mirip dengan manajemen persediaan.
• Dalam manajemen kas biaya pesan berupa biaya komisi pedagang efek yang
dikeluarkan untuk mengubah sekuritas menjadi uang kas.
• Biaya simpan berupa hasil bunga yang hilang karena perusahaan menyimpan uang
tunai yang besar.

Model Baumol dapat di gambarkan pada grafik berikut:

Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa pemakaian kas selalu konstan, jumlah kas optimum
sebesar C, bila kas mendekati nol maka perusahaan harus mengubah sekuritas menjadi kas,
sehingga akan naik lagi sebesar C, demikian seterusnya.
Jumlah Kas Optimum Model Baumol
Untuk menghitung jumlah kas yang optimal pada setiap mengubah sekuritas menjadi kas
dapat menggunakan rumus:

C=
√ 2 OD
i
Di mana:
O = biaya transaksi
D = kebutuhan kas setahun
i = bunga sekuritas

CONTOH SOAL
Perusahaan ANTIQUA setiap tahun membutuhkan kas sebesar Rp 2. 400.000.000 dengan
pemakaian setiap periodenya secara konstan. Biaya transaksi sebesar Rp. 125.000,- tingkat
bunga yang diperoleh karena memiliki sekuritas adalah 15% per tahun. Berapa jumlah
sekuritas yang harus dijadikan kas?
Jawab :

C=
√ 2 OD
i

C=
√ 2 x 125.000 x 2.400 .000 .000
0,15
= Rp. 63.245.553,20,-
Ini berarti perusahaan harus menjual sekuritasnya senilai Rp. 63.245.553,20 pada setiap
jumlah kas yang dimiliki mendekati nol.
 Biaya yang dikeluarkan atas pengelolaan kas tersebut adalah:
1. Biaya kehilangan kesempatan:
C/2 x I = 63.245.553,20/2 x 0,15
= Rp. 4.743.416,50,-
2. Biaya transaksi:
D/C x O
= 2.400.000.000/63.245.553,20 x 125.000
= Rp. 4.743.416,50,-

 Total biaya pengeloalaan kas:


Biaya kehilangan kesempatan + biaya transaksi
= 4.743.416,50,- + 4.743.416,50,-
= Rp. 9.486.833

Model Miller dan Orr


 Karena model ini mengakomodasi penggunaan kas yang berflutuasi, maka inti dari
model ini adalah menghitung batas atas dan batas bawah fluktuasi kas.
 Ide dasar dari model ini adalah apabila jumlah kas mencapai batas atas, maka
perusahaan membeli surat berharga untuk menurunkan kas, sebaliknya jika kas
mencapai batas bawah maka perusahaan menjual surat berharga untuk menambah kas.
 Besaran batas atas dan bawah tergantung oleh biaya tetap untuk transaksi surat
berharga dan biaya kesempatan karena menahan kas.

Dalam model ini batas atas adalah h dan batas bawah adalah nol. Lebih jelas digambarkan
dalam grafik berikut:

Jika kas berada pada batas atas


(h) maka perusahaan harus
membeli surat berharga
sebesar h-z rupiah, sehingga
saldo kas menjadi sebesar z.

Jika kas berada pada batas


bawah maka perusahaan harus
menjual surat berharga sebesar
z rupiah.

Jumlah Saldo Kas Optimal


 Untuk menentukan saldo kas optimal (z) dapat dihitung dengan rumus:

√ ( )
1 /3
3bα
2
3 b α2
z=
3
atau z=
4i
4i

Di mana:
b = biaya tetap untuk melakukan transaksi
2
α = variasi arus kas masuk bersih harian
i = bunga harian surat berharga
 Untuk mengukur batas atas (h) ditentukan sebesar 3z
CONTOH SOAL
Perusahaan MAJU mempunyai variasi arus kas sebesar Rp. 5.000.000,-. Biaya transaksi
diperkirakan Rp. 100.000,- dan bunga sekuritas per tahun sebesar 18% (1 tahun = 360 hari).
Berapa besarnya saldo kas optimum?
JAWAB


2
3bα
3
z=
4i


2
3 x 100.000 x 5.000.000
z= 3
0,18
4( )
360
= Rp. 15.536.162,50

h = 3z
= 3 x Rp. 15.536.162,50 = Rp. 46. 608.487,50

Grafik Model Miller dan Orr

Lanjutan…
Dari grafik di atas terlihat bahwa pada saat uang kas perusahaan mencapai angka Rp
46.608.487 harus segera diubah menjadi sekuritas hingga saldo mencapai Rp. 15.536.162.
dan apabila kas berkurang hingga mendekati nol maka sekuritas harus segera dijual sebesar
Rp. 15.536.162
LATIHAN SOAL 1
PT RAJA memperkirakan adanya pengeluaran kas secara keseluruhan untuk tahun yang akan
datang adalah sebesar Rp. 960.000.000,-. Perusahaan merencanakan untuk memenuhi
permintaan kas tersebut dengan menjual surat berharga secara periodik. Investasi pada surat
berharga diperkirakan akan memberikan tingkat keuntungan sebesar 15% per tahun dan biaya
transaksi untuk mengubah surat berharga menjadi kas sebesar Rp. 75.000,-.
Diminta:
• Tentukan transaksi yang optimal untuk mengubah surat berharga menjadi kas dengan
model Baumol.
Penilaian Surat Berharga
Instrumen Surat Berharga
• Apabila perusahaan memiliki kelebihan dana, maka manajer keuangan harus
memanfaatkan kelebihan dana tersebut untuk diinvestasikan pada instrument-
instrument investasi sesuai dengan sifat dana yang dipunyai.
• Jika kelebihan dana bersifat likuid artinya harus tersedia bila diinginkan maka
manajer keuangan sebaiknya menginvestasikan pada investasi jangka pendek.
Instrumen investasi berjangka pendek sering disebut surat berharga atau sekuritas.
Sekuritas
Sekuritas dapat dibagi menjadi dua:
• Sekuritas yang memberikan penghasilan tetap atau Obligasi.
Obligasi adalah surat hutang yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu
tertentu dan memberikan bunga.
• Sekuritas yang memberikan penghasilan tidak tetap atau Saham.
Saham adalah bukti kepemilikan perusahaan.
Perbedaan saham dan obligasi
Faktor Saham Obligasi
Status Bukti Kepemilikan Bukti Hutang
Umur Tidak terbatas Mempunyai Jatuh Tempo
Pendapatan Dividen Bunga
Perlakuan pajak Dividen adalah Bunga dikeluarkan dulu
ditingkat bagian laba setelah sebagai biaya sebelum
emiten dikurangi pajak pajak diperhitungkan

Penilaian surat berharga


 Merupakan proses menentukan harga sekuritas atau aktiva modal
 Dalam penilaian surat berharga selalu dipergunakan konsep adanya hubungan positif
antara tingkat keuntungan dengan risiko.
“Semakin tinggi tingkat keuntungan yang ingin diperoleh maka risiko yang dihadapi
semakin tinggi pula.”
Obligasi
Obligasi adalah surat pengakuan hutang yang dikeluarkan oleh perusahaan atau
Lembaga-Lembaga lain yang mempunyai nilai nominal tertentu dan akan dibayar
selama jangka waktu tertentu, serta akan memberikan bunga secara tetap.
Ciri-ciri obligasi:
1. Mempunyai nilai nominal atau disebut face value yaitu jumlah nilai yang akan
dibayarkan pada saat obligasi tersebut jatuh tempo.
2. Memberikan bunga atau sering disebut coupon yang akan dibayarkan secara periodik
3. Mempunyai jangka waktu dalam melunasi obligasinya dan biasanya berjangka
Panjang.
Penilaian obligasi
• Penilaian obligasi berarti penentuan harga obligasi
• Pada penilaian sekuritas (termasuk obligasi), pada umumnya, digunakan konsep nilai
sekarang (present value)
• Dengan prinsip ini, nilai obligasi akan ditentukan oleh nilai intrinsiknya
• Nilai (intrinsik) obligasi bisa diestimasi dengan ‘mendiskonto’ semua aliran kas yang
berasal dari pembayaran kupon, ditambah pelunasan obligasi sebesar nilai nominal.
• Misalnya seseorang membeli obligasi dengan nilai nominal Rp. 100.000,- berjangka
waktu 4 tahun dan memberikan bunga sebesar 20% per tahun.
• Maka apabila obligasi tersebut dimiliki hingga jatuh temponya maka orang tersebut
akan menerima aliran kas tahun pertama sampai ke 4 sebesar 20% x Rp.100.000 =
Rp. 20.000.
• Dan pada akhir tahun jatuh tempo akan memperoleh dana sebesar nilai nominalnya
Rp.100.000.
Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4
? 20.000 20.000 20.000 20.000
100.000
Nilai tahun ke-0 merupakan nilai yang bersedia dibayar investor, dan sangat
dipengaruhi oleh keuntungan yang diinginkan investor

Misalkan keuntungan yang diinginkan sebesar r, maka harga yang bersedia dibayar
oleh investor (harga layak) dapat dirumuskan sebagai berikut:
C C C+N
P 0= 1
+ 2
+…+ n
( 1+ r) (1+r ) (1+r )
Di mana:
P0 : harga yang layak bagi investor saat ini
C : bunga obligasi (Rp)
N : nilai nominal obligasi
r : return yang diharapkan
n : jangka waktu

• Dari contoh sebelumnya jika diketahui return yang diinginkan oleh investor adalah
24%, maka harga yang layak adalah:
C C C C +N
P 0= 1
+ 2
+ 3
+ 4
( 1+ r) (1+r ) (1+r ) (1+r )
20,000 20.000 20.000 20.000+100.000
P0= 1
+ 2
+ 3
+ 4
( 1+ 0,24) (1+0,24) (1+0,24) (1+0,24)
= Rp. 90.382,89
Dari penghitungan di atas diketahui harga yang layak dibawah nilai nominal dari
obligasi.
Hal ini karena return yang diharapkan oleh orang tersebut di atas bunga obligasi. Jika
return yang diharapkan di bawah bunga obligasi maka harga yang bersedia di bayar
oleh pembeli lebih besar dibanding nilai nominalnya.
Contoh soal
Perusahaan CIRCLE mempunyai sejumlah dana yang menganggur yang akan
ditanamkan dalam obligasi PT. AMAZON. Obligasi tersebut mempunyai nilai
nominal Rp. 500.000,- per lembar, memberikan coupon rate sebesar 18% per tahun
dengan jangka waktu 3 tahun. Berapa harga yang harus dibayar oleh perusahaan
CIRCLE bila:
a. Return yang diharapkan adalah 16%
b. Return yang diharapkan adalah 21%
Jawab :
Nilai nominal (N) = Rp. 500.000
Bunga (C) = 18% x Rp. 500.000 = Rp. 90.000
a. r=16%
C C C+ N
P0= 1
+ 2
+ 3
( 1+ r) (1+r ) (1+r )
90.000 90.000 90.000+500.000
P0= 1
+ 2
+ 3
( 1+ 0,16) (1+0,16) (1+ 0,16)
= Rp. 522.458,89
a. r= 21%
C C C+ N
P0= 1
+ 2
+ 3
( 1+ r) (1+r ) (1+r )
90.000 90.000 90.000+ 500.000
P0= 1
+ 2
+ 3
( 1+ 0,21) (1+ 0,21) (1+0,21)
= Rp. 468.890

Saham
Saham adalah tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam
suatu perusahaan atau perseroan terbatas memberikan penghasilan tidak tetap.
Jenis saham berdasarkan klaim:
1. Saham biasa (common stock)
2. Saham preferen (preffered stock)

Saham Biasa Dan Preferen


Karakteristik Saham Biasa
• Dividen dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba
• Memiliki hak suara dalam RUPS (one share one vote)
• Memiliki hak terakhir dalam hal pembagian kekayaan perusahaan jika perusahaan
tersebut dilikuidasi (dibubarkan) setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi
• Memiliki tanggung jawab terbatas terhadap klaim pihak lain sebesar proporsi
sahamnya
• Hak untuk memilki saham baru terlebih dahulu

Karakteristik Saham Preferen


• Memiliki hak lebih dahulu memperoleh dividen
• Memiliki hak pembayaran maksimum sebesar nilai nominal saham lebih dahulu
setelah kreditur apabila perusahaan tersebut dilikuidasi/ dibubarkan
• Kemungkinan dapat memperoleh tambahan dari pembagian laba perusahaan di
samping penghasilan yang diterima secara tetap
• Dalam hal perusahaan dilikuidasi, memiliki hak memperoleh pembagian kekayaan
perusahaan di atas pemegang saham biasa setelah semua kewajiban perusahaan
dilunasi
Keuntungan Membeli Saham
 DIVIDEN
Pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas
keuntungan yang dihasilkan perusahaan
 CAPITAL GAIN
Selisih antara harga beli dan harga jual. Jika harga jual lebih tinggi daripada harga
beli maka akan memperoleh capital gain. Sebaliknya jika harga jual lebih rendah dari
harga beli maka akan memperoleh capital loss.
 SAHAM BONUS (jika ada)
Saham yang dibagikan perusahaan kepada para pemegang saham yang diambil dari
agio saham (selisih antara harga jual terhadap harga nominal saham, pada saat
perusahaan melakukan penawaran umum di pasar perdana)

Penilaian Saham
• Untuk menghitung tingkat keuntungan yang diharapkan dari saham dapat dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut:
D 1 P1−P0
Er= +
P0 P0

Di mana:
Er : keuntungan yang diharapkan
D1 : dividen tahun 1
P0 : harga beli
P1 : harga jual
Contoh Soal
Jika harga saham saat ini sebesar Rp. 8.000,- per lembar dan diharapkan akan
memberikan dividen sebesar Rp. 1.000 di tahun depan. Pada tahun depan diperkirakan
harga saham menjadi Rp. 8.600,-. Sehingga keuntungan yang diharapkan dari saham
tersebut dapat dihitung sebagai berikut:
D1 P1−P0
Er= +
P0 P0
1000 8600−8000
Er= +
8000 8000
= 20
Contoh soal
Saham PT Raksa pada saat ini mempunyai harga pasar sebesar Rp. 12.400.- per
lembar, diperkirakan akan memberikan dividen Rp. 1.350.- per lembar.
a. Berapa tingkat keuntungan investor jika harga jual diproyeksikan sebesar Rp. 13.100?
b. Pada harga jual berapa sebaiknya dijual bila diinginkan keuntungan 20%?

Jawab :
a. Tingkat keuntungan yang diharapkan
D1 P1−P0
Er= +
P0 P0
1.350 13.100−12.400
Er= +
12.400 12.400
= 16,53%
Penilaian Saham
Permasalahannya adalah sulit menaksir dividen dari tahun ke-1 sampai tahun ke-n.
sehingga perlu penyederhanaan. Penyederhanaan tersebut dengan membuat asumsi:
1. Keuntungan tidak berubah tiap tahunnya
2. Tidak semua saham dibagi, tiap ada sebagian yang ditahan dengan asumsi porsi laba
ditahan konstan.
3. Laba yang ditahan akan diinvestasikan lagi, sehingga menghasilkan keuntungan yang
mengakibatkan dividen semakin tahun akan semakin besar, artinya akan ada
pertumbuhan saham.
Dengan menggunakan asumsi di atas, maka untuk menghitung harga saham yang
layak adalah:
n−1
D1 D 1 (1+ g) D 1 (1+ g)
P 0= 1
+ 2
+ …+ n
( 1+ r) (1+r ) (1+r )

Jika n tak terhingga, maka persamaan di atas dapat disederhanakan sebagai berikut:
D1 D1
P0= atau Er= +g
( r−g) P0

Di mana:
P0 : harga beli
D1 : dividen tahun 1
P1 : harga jual
g : pertumbuh dividen
Er : tingkat keuntungan yang diinginkan
Contoh Soal
Saham perusahaan INDOFINANCE saat ini mempunyai harga pasar sebesar Rp.
5.250,- per lemvar. Dividen tahun pertama diperkirakan sebesar Rp. 620,- per lembar.
Jika tingkat pertumbuhan dividen 5% berapa tingkat keuntungan yang bisa
diharapkan?
D1
Er= +g
P0
620
Er= +5 %
5250
= 16,81%
Capital Asset Pricing Model (Capm)
• Capital asset pricing model adalah salah satu model yang digunakan untuk menaksir
tingkat keuntungan yang disyaratkan .
• Model ini menyatakan tegas bahwa ada hubungan yang positif dan linier antara
tingkat keuntungan dan risiko.
Dalam teori portofolio risiko diartikan sebagai deviasi tingkat keuntungan (σ ¿ yang
menunjukkan seberapa jauh kemungkinan nilai yang diperoleh menyimpang dari nilai
yang diharapkan (Er).
Contoh
Terdapat dua sekuritas yang mempunyai karakteristik sebagai berikut:
Investasi sekuritas X Investasi sekuritas Y
Probabilitas Return Probabilitas Return
0,25 15% 0,15 15%
0,50 25% 0,70 25%
0,25 35% 0,15 35%
Tingkat keuntungan yang diharapkan (Er) dapat dihitung sebagai berikut:
E (Ri) = p1r1 + p2r2 + ... + pNrN
Er x =0,25 ( 15 % ) +0,50 ( 25 % ) + 0,25 ( 35 % )=25 %

Er y =0,15 ( 15 % )+ 0,70 ( 25 % ) +0,15 ( 35 % )=25 %

Lanjutan :
Jika dilihat dari tingkat keuntungan yang diharapkan (Er) kedua sekuritas tersebut
sama. Namun jika dilihat dari penyebaran nilai probabilitasnya nilai keuntungan
investasi X lebih besar. Ukuran risiko dapat dicari dengan deviasi standar sebagai
berikut:
σ =∑ ¿ ¿ ¿

Sehingga standar deviasi dari investasi X adalah:


2 2 2 1 /2
σ x={0,25(0,15−0,25) + 0,5(0,25−0,25) +0,25 (0,35−0,25) }
= ( 0,0025 + 0 + 0,0025)1/2
= 0,071
2 2 2 1/ 2
σ y ={0,15(0,15−0,25) +0,70(0,25−0,25) + 0,15(0,35−0,25) }
= 0,055
Dari perhitungan di atas investasi X memiliki risiko yang lebih besar daripada
investasi Y

Portofolio Investasi
• Risiko dapat dibagi menjadi dua jenis yakni:
a. Risiko sistematis, risiko yang tidak bisa dihilangkan.
b. Risiko tidak sistematis, risiko yang bisa dihilangkan.
• Untuk mengurangi risiko tidak sistematis, investor melakukan penyebaran risiko
dengan membuat protofolio sekuritas.
• Portofolio adalah kombinasi beberapa jenis sekuritas untuk mengurangi risiko yang
ada.

Keuntungan Portofolio
• Untuk menilai tingkat keuntungan portofolio, dapat dirumuskan sebagai berikut:
R p =R f +¿

Di mana:
Rp : tingkat keuntungan portofolio
Rf : tingkat keutungan bebas risiko
Rm : tingkat keuntungan pasar
σm : penyimpangan standar pasar
σp : penyimpangan standar portofolio
Contoh :
Suatu portofolio sekuritas diketahui bahwa keuntungan bebas risikonya sebesar 10%,
tingkat keuntungan portofolio pasar diperkirakan sebesar 16% dengan deviasi standar
sebesar 14%. Jika standar deviasi portofolio yang merupakan kombinasi dari investasi
bebas risiko dan portofolio sekuritas adalah 10%. Maka tingkat keuntungan portofolio
adalah:
R p =R f +¿

R p =0,1+¿

R p =14,29 %

Capm Pada Sekuritas Individual


• Dalam konsep CAPM pada sekuritas individual, tingkat risiko diukur menggunakan
koefisien beta ( β ¿. Sehingga persamaan tingkat keuntungan sekuritas individual
adalah:
Ri=R f + β i (Rm −Rf )

Di mana:
Ri : tingkat keuntungan sekuritas i
Rf : tingkat keutungan bebas risiko
Rm : tingkat keuntungan pasar
βi : koefisien beta sekuritas i

Contoh :
Berapa tingkat keuntungan yang dapat diharapkan dari saham PT TEKSINDO jika
tingkat keuntungan pasar sebesar 15%, koefisien beta 0,60 dan tingkat keuntungan
bebas risiko adalah 12%?
Ri=R f + β i ( Rm−R f )

Ri=12 % +0,60 ( 15 %−12% )

Ri=13,80 %

Latihan Soal 1
Perusahaan akan membeli obligasi yang dikeluarkan oleh PT MARGAPALA dengan
nominal Rp. 250.000,- per lembar. Obligasi tersebut memberikan bunga secara tetap
sebesar 18% per tahun, dengan jangka waktu pelunasan 4 tahun. Diminta:
a. Menghitung harga yang layak bagi perusahaan bila menginginkan keuntungan sebesar
21%
b. Menghitung harga yang layak bagi perusahaan bila menginginkan keuntungan
sebesar16%
Latihan Soal 2
Saham PT INDOLAND saat ini dijual dengan harga pasar Rp. 6.850,- per lembar,
diperkirakan memberikan dividen sebesar Rp 750,- per lembar saham. Dari data
tersebut diminta menghitung:
a. Besarnya keuntungan yang diharapkan dari saham jika diperkirakan harga jual saham
Rp. 7.300,- per lembar.
b. Harga jual saham jika keuntungan disyaratkan sebesar 18%
Latihan Soal 3
Perusahaan GIFARI memperkirakan beta saham PT. ALTECO sebesar 0,9.
keuntungan bebas risiko ditaksir sebesar 13% dan keuntungan pasar 19%. Saham PT
ALTECO diperkirakan akan membagikan dividen sebesar Rp. 1.900 tahun depan, dan
pada tahun depan diperkirakan saham tersebut akan laku dijual dengan harga Rp.
17.500,-. Berapakah harga saham saat ini yang layak bagi perusahaan Gifari?
MANAJEMEN RISIKO
Pengertian Risiko
Menurut Hanafi (2006) risiko merupakan besarnya penyimpangan antara tingkat
pengembalian yang diharapkan (expected return –ER) dengan tingkat pengembalian
aktual (actual return)
Menurut Para Ahli
 Arthur J Keown
Risiko adalah prospek suatu hasil yang tidak disukai (operasional sebagai deviasi
standar)
 Brigham & Houston
Manajemen risiko adalah pengelolaan dari peristiwa-peristiwa yang tidak dapat
diperkirakan yang memiliki konsekuensi yang merugikan untuk perusahaan.
Manajemen Risiko
 Suatu proses mengidentifikasi, mengukur risiko serta membentuk strategi untuk
mengelolanya melalui sumber daya yang tersedia
 Manajemen risiko mencakup kegiatan merencanakan, mengorganisir, menyusun,
memimpin dan mengawasi/mengevaluasi program penanggulangan risiko
Ketidakpastian
Risiko timbul karena ada ketidakpastian.
Kondisi yang tidak pasti karena beberapa sebab:
• Tenggang waktu antara perencana suatu kegiatan sampai akhir kegiatan.
• Keterbatasan informasi
• Keterbatasan pengetahuan /kemampuan /teknik pengambilan keputusan
Tujuan Manajemen Risiko
Mengurangi risiko yang mungkin akan muncul sesuai bidang yang dipilihnya.
Manajemen Risiko Perusahaan
Manajemen risiko perusahaan dilakukan untuk meminimalkan potensi kerugian yang
timbul dari perubahan tak terduga dalam harga mata uang, kredit, komoditas dan
ekuitas.
Jenis risiko perusahaan:
● Risiko likuiditas
● Diskontinuitas pasar
● Risiko kredit
● Risiko regulasi
● Risiko pajak
● Risiko akuntansi
Jenis Risiko Perusahaan (Keuangan)
● Risiko likuiditas, timbul karena tidak semua produk manajemen dapat
diperdagangkan secara bebas
● Diskontinuitas pasar, mengacu pada risiko bahwa pasar tidak selalu menimbulkan
perubahan harga secara bertahap.
● Risiko kredit, merupakan kemungkinan bahwa pihak lawan dalam kontrak
manajemen risiko tidak dapat memenuhi kewajibannya
● Risiko regulasi adalah risiko yang timbul karena pihak otoritas publik melarang
penggunaan suatu produk keuangan untuk tujuan tertentu.
● Risiko pajak merupakan risiko bahwa transaksi lindung nilai tertentu tidak dapat
memperoleh perlakuan pajak yang diinginkan.
● Risiko akuntansi adalah peluang bahwa suatu transaksi lindung nilai tidak dapat
dicatat selain bagian dari transaksi yang hendak dilindung nilai.
Risiko Proyek
Suatu peristiwa atau kondisi yang tidak pasti, jika terjadi mempunyai pengaruh positif
maupun negatif pada tujuan proyek.
Manajemen Risiko Proyek
Seni dan ilmu yang digunakan untuk mengidentifikasi, menganalisis dan merespon
risiko selama umur proyek dan tetap menjamin tercapainya tujuan proyek.
Manajemen Risiko Investasi
 Risiko Individu
Risiko yang timbul dari proyek investasi secara individu tanpa dipengaruhi oleh
proyek yang lain.
 RISIKO PERUSAHAAN
Risiko yang diukur tanpa mempertimbangkan diversifikasi atau portofolio yang
dilakukan oleh investor
 RISIKO PASAR
Risiko yang ditinjau dari investor yang menanamkan modalnya pada investasi yang
juga dilakukan oleh perusahaan lain

Timbulnya Risiko
 Besarnya Investasi
 Penanaman Kembali Dari Cashflow
 Penyimpangan Dari Cashflow

Metode Penghitungan Risiko


 Analisis Sensitivitas
Mengevaluasi proyek investasi dengan cara menyusun estimasi cashflow dalam
berbagai kemungkinan dari optimis sampai pesimis
 Analisis Statistik
Penilaian risiko menggunakan analisis statistik.

Analisis Sensitivitas
Dalam analisis ini perlu dicari jarak atau range antara yang optimis, wajar dan
pesimis
Investasi A Investasi B
Investasi Rp. 50 juta Rp. 50 juta
Optimis 20% 22%
Wajar 17% 16%
Pesimis 14% 10%
Range 6% 12%
Dari tabel di atas range antara optimis dan pesimis investasi A lebih kecil
dibandingkan investasi B, artinya investasi A lebih kecil risikonya dibandingkan
investasi B.

Analisis Statistik
a. Risiko Arus Kas
Setiap investasi memiliki risiko. Penyimpangan dari nilai yang diharapkan dapat
diukur dengan deviasi standar.

√{ }
n n
E ( V )= ∑ V i Pi ∑ {V i−E ( V ) }
2
σ= Pi
t =1 t =1

σ =∑ ¿ ¿ ¿

CONTOH SOAL
Terdapat dua proyek investasi yang mempunyai umur ekonomis satu tahun dengan
aliran kas sbb:
INVESTASI A INVESTASI B
Probabili Cashfl Probabili Cashfl
tas ow tas ow
0,1 15.000 0,05 15.000
0,2 20.000 0,20 20.000
0,4 25.000 0,50 25.000
0,2 30.000 0,20 30.000
0,1 35.000 0,05 35.000

Nilai yang diharapkan


INVESTASI A INVESTASI B

15.000 X 0,10 = 1.500 15.000 X 0,05 = 750


20.000 X 0,20 = 4.000 20.000 X 0,20 = 4.000
25.000 X 0,40 = 10.000 25.000 X 0,50 = 12.500
30.000 X 0,20 = 6.000 30.000 X 0,20 = 6.000
35.000 X 0,10 = 3.500 35.000 X 0,05 = 1.750
25.000 25.000

Deviasi Standar
INVESTASI A INVESTASI B
2
(15.000−25.000) X 0,10 10.000.0 2
(15.000−25.000) X 0,05 5.000.00
2
00 2
0
(20.000−25.000) X 0,20 (20.000−25.000) X 0,20
5.000.00 5.000.00
2 2
(25.000−25.000) X 0,40 0 (25.000−25.000) X 0,50 0
2 2
(30.000−25.000) X 0,20 0 (30.000−25.000) X 0,20 0

(35.000−25.000)2 X 0,10 5.000.00 (35.000−25.000)2 X 0,05 5.000.00


0 0
10.000.0 5.000.00
00 0
30.000.0 20.000.0
00 00

σ =√ 30.000.000=5.477,23 σ =√ 20.000.000=4.472 ,14

Dari perhitungan di atas diketahui investasi A lebih berisiko dibandingkan investasi B

Koefisien Variasi
Koefisien variasi digunakan untuk menghitung besar kecilnya risiko yang terkandung
dalam proyek investasi.
Koefisien variasi digunakan apabila proyek investasi yang dibandingkan
menghasilkan nilai yang diharapkan tidak sama.
σ
Koefisien Variasi=
E (V )
CONTOH
Investasi X Investasi Y

E(V) Rp. 5000,- Rp. 7.500


σ Rp. 2000,- Rp. 2.500
Coeff Var 0,40 0,33
Dari perhitungan tersebut investasi X lebih berisiko dibandingkan dengan investasi Y.

b. Risiko Proyek
Aliran kas pada investasi jangka panjang bisa dibedakan menjadi dua berdasarkan
sifatnya, yakni independen dan tidak independen.

Independen artinya bila aliran kas pada tahun ke- Tidak independen artinya apabila aliran
n mengalami penurunan kas tahun ke-n mempengaruhi aliran kas
Aliran sebesar 30%, tidak akan
Kas Independen tahun ke-n +1
mempengaruhi aliran kas tahun n+1.
Penentuan proyek investasi yang dipilih dengan menentukan:
1. NPV yang diharapkan
2. Deviasi standar NPV tsb

√∑ V i2
n n
Ct
E ( PV )=∑ −I σ =
t=1 (1+r ) t=1 (1+r )2 t

CONTOH SOAL
Terdapat 2 proyek investasi A dan B yang sama-sama memiliki umur ekonomis 2
tahun, dan membutuhkan dana sebesar Rp. 700.000.000,-. Distribusi probabilitas dan
cashflow sbb:
Usulan Investasi A Usulan Investasi B
Ta Cashfl Probab Ta Cashfl Probab
hu ow ilitas hu ow ilitas
n n
1 300.00 0,10 1 200.00 0,10
0.000 0.000
0,20 0,25
350.00 300.00
0,40 0,30
0.000 0.000
0,20 0,25
400.00 400.00
0.000 0,10 0.000 0,10
450.00 500.00
2 0.000 2 0.000
0,15 0,15
500.00 600.00
0,20 0,30
0.000 0.000
0,30 0,20

400.00 0,20 300.00 0,30


0.000 0,15 0.000 0,05
450.00 400.00
0.000 0.000
500.00 500.00
0.000 0.000
550.00 600.00
0.000 0.000
600.00 700.00
0.000 0.000
Nilai Yang Diharapkan
Investasi A Investasi B
Ta V.P C Ta V.P C
hu hu
n n
1 300.00 30.000 1 200.00 20.000
0.000 .000 0.000 .000
x 0,10 x 0,10
70.000 75.000
350.00 .000 300.00 .000
0.000 0.000
160.00 120.00
x 0,20 x 0,25
0.000 0.000
400.00 400.00
90.000 125.00
0.000 0.000
.000 0.000
x 0,40 x 0,30
50.000 60.000
450.00 500.00
.000 .000
0.000 0.000
x 0,20 400.00 x 0,25 400.00
0.000 0.000
500.00 600.00
0.000 0.000
x 0,10 x 0,10
Nilai Nilai
yang yang
dihara dihara
pkan pkan
2 400.00 60.000 2 300.00 45.000
0.000 .000 0.000 .000
x 0,15 x 0,15
90.000 120.00
450.00 .000 400.00 0.000
0.000 0.000
150.00 100.00
x 0,20 x 0,30
0.000 0.000
500.00 110.00 500.00 180.00
0.000 0.000 0.000 0.000
x 0,30 x 0,20
90.000 35.000
550.00 .000 600.00 .000
0.000 0.000
500.00 480.00
x 0,20 x 0,30
0.000 0.000
600.00 700.00
0.000 0.000
x 0,15 x 0,05
Nilai Nilai
yang yang
dihara dihara
pkan pkan

Jika return yang diharapkan sebesar 15%, maka penghitungan NPV sbb
400.000.000 500.000.000
NPV A= + −700.000 .000=25.897 .720
(1+0,15)1 (1+ 0,15)2
400.000 .000 480.000.000
NPV B= 1
+ 2
−700.000.000=10.775.074
(1+0,15) (1+ 0,15)
Kesimpulannya kedua proyek investasi tsb menguntungkan dan yang paling
menguntungkan adalah Investasi A
Deviasi Standar

Deviasi Standar NPV Proyek

σ A=
√ 54.772 .0002 63.246 .0002
(1+ 0,15)
2.1
+
( 1+ 0,15)
2.2
=67.494 .029

σ B=
√ 114.018.000 2 116.619.0002
(1+ 0,15)
2.1
+
(1+0,15)
2.2
=¿ 176. 057.118 ¿

Dari perhitungan tsb menunjukkan bahwa deviasi standar untuk proyek A lebih kecil
dari Investasi proyek B

Aliran Kas yang tidak Independen


Apabila cashflow tahun pertama akan mempengaruhi tingkat keberhasilan cashflow
tahun berikutnya, maka aliran kas tersebut tidak independen. Sehingga perlu
diperhatikan koefisien korelasi antar waktu dari arus kas.
LATIHAN SOAL
Suatu perusahaan menanamkan dananya sebesar Rp. 225.000.000,- menghasilkan aliran kas
sbb:
Aliran Kas Probabilitas
Hitunglah: 200.000.00 0,15
a. NPV yang diharapkan dengan return sebesar 18% 0 0,20
250.000.00 0,35
b. Deviasi standar 0 0,20
300.000.00 0,10
c. Koefisien variasi 0
350.000.00
0
KEPUTUSAN INVESTASI400.000.00
0
Pentingnya Keputusan Investasi
• Keputusan investasi adalah keseluruhan proses perencanaan dan pengambilan
keputusan mengenai pengeluaran dana yang jangka waktu kembalinya dana tersebut
melebihi satu tahun atau berjangka panjang.
• Keputusan investasi mempunyai dimensi waktu jangka panjang, sehingga keputusan
yang diambil harus dipertimbangkan dengan baik, karena mempunyai konsekuensi
berjangka panjang pula.

Pentingnya Perencanaan Keputusan Investasi


1. Dana yang dikeluarkan untuk keperluan investasi sangat besar, dan dana tersebut
tidak bisa diperoleh kembali dalam jangka pendek
2. Perusahaan harus menunggu dalam jangka panjang untuk mendapatkan kembali dana
tersebut. Sehingga akan mempengaruhi penyediaan dana untuk keperluan lain.
3. Kesalahan peramalan atau prediksi akan berakibat pada kerugian perusahaan.
4. Karena keputusan berkaitan dengan jangka panjang maka kesalahan pengambilan
keputusan tidak dapat diperbaiki tanpa adanya kerugian yang besar.

Metode Penilaian Investasi


1. Metode Accounting Rate of Return (ARR)
2. Metode Payback Periode
3. Metode Net Present Value
4. Metode Internal Rate of Return (IRR)
5. Metode Profitability Index
Metode Accounting Rate Of Return
• Metode ini merupakan metode penilaian investasi yang mengukur seberapa besar
tingkat keuntungan dari investasi.
• Metode ini menggunakan dasar laba akuntansi, sehingga angka yang digunakan
adalah laba setelah pajak (EAT) yang dibandingkan dengan rata-rata investasi.
rata−rata EAT
ARR= x 100 %
rata−ratainvestasi

Apabila nilai ARR lebih besar dibandingkan dengan keuntungan yang disyaratkan
maka proyek investasi tersebut menguntungkan. Apabila ARR lebih kecil dari tingkat
keuntungan yang disyaratkan maka proyek tersebut tidak layak

CONTOH SOAL
Misalnya sebuah proyek investasi membutuhkan dana sebesar Rp. 400.000.000,-.
Investasi ini mempunyai umur ekonomis 3 tahun dan nilai residu Rp. 100.000.000,-.
Selama usia investasi mendapat EAT selama 3 tahun berturut-turut sebesar Rp.
60.000.000,- Rp. 80.000.000,-, Rp. 90.000.000,-. Maka ARR adalah:
rata −rata EAT
ARR= x 100 %
rata−ratainvestasi
(60.000+80.000+ 90.000)/3
ARR= x 100 %
(400.000+100.000)/ 2
ARR=30 %

Misalkan keuntungan diharapkan sebesar 22%, maka proyek tersebut layak karena
nilai ARR lebih besar daripada keuntungan yang diharapkan

Metode Accounting Rate Of Return


 Kelebihan
Sederhana dan mudah, karena hanya melihat laporan laba rugi yang ada.
 Kelemahan
Metode ini mengabaikan nilai waktu uang dan tidak memperhitungkan aliran kas
(cashflow)
Metode Payback Periode
• Payback periode adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup Kembali
pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas yang diterima.
• Apabila payback periode lebih kecil daripada target kembalinya investasi maka
investasi tersebut dikatakan layak.
• Untuk menghitung besarnya payback periode jika cashflownya selalu sama setiap
tahun adalah:
investasi
Payback Periode= x 1 th
cashflow
CONTOH SOAL
Misalnya suatu proyek membutuhkan investasi sebesar Rp. 500.000.000. Dan setiap
tahunnya menghasilkan cashflow sebesar Rp. 200.000.000. Maka Payback Periode
adalah:
investasi
Payback Periode = x 1 th
cashflow
500.000
Payback Periode = x 1 th
200.000
Payback Periode =2,5 th

Metode Payback Periode


Untuk menghitung payback periode juka cashflow setiap tahun berbeda dapat
menggunakan rumus berikut:
a−b
payback periode=n+ x 1th
c−b
Di mana:
n : Tahun terakhir dimana jumlah arus kas masih belum menutup investasi mula-mula
a : Jumlah investasi mula-mula
b : Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke-n
c : Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke-n + 1

CONTOH SOAL
Misalnya proyek investasi senilai Rp. 500.000.000,- menghasilkan cashflow selama
empat tahun. Cashflow per tahun masing-masing Rp. 150.000.000,-, Rp.
200.000.000,-, Rp. 250.000.000,-, dan Rp. 300.000.000,-. Maka payback periode
dapat dihitung sebagai berikut:
Tahun Arus Kas Arus kas kumulatif
1 150.000.000 150.000.000
2 200.000.000 350.000.000
3 250.000.000 600.000.000
4 300.000.000 900.000.000
JAWAB
a−b
payback periode=n+ x 1th
c−b
500.000−350.000
payback periode=2+ x 1th
600.000−350.000
150.000
payback periode=2+ x 1 th
250.000
payback periode =2,6 th

Metode Net Present Value


Net present value (NPV) adalah selisih antara nilai sekarang dari cashflow dengan
nilai dari investasi.

CONTOH SOAL
Misalnya proyek investasi senilai Rp. 600.000.000,- menghasilkan cashflow selama 4
tahun, masing-masing Rp. 150.000.000,- Rp. 200.000.000,-, Rp. 250.000.000,- dan
Rp. 300.000.000,-. Bila diinginkan kentungan sebesar 15%, maka NPV dapat dihitung
sebagai berikut:
TAHUN CASHFLOW DISCOUNT PRESENT
FACTOR VALUE
1 150.000.000 0,870 130.500.000
Dari perhitungan
2 200.000.000 0,756 151.200.000
tersebut
3 250.000.000 0,658 diperoleh hasil
164.500.000
NPV positif,
4 300.000.000 0,572 171.600.000
artinya proyek
TOTAL PRESENT VALUE tersebut layak
617.800.000
INVESTASI 600.000.000
NPV 17.800.000
METODE INTERNAL RATE OF RETURN
 Metode ini mencari discount rate yang dapat menyamakan antara present value dari
aliran kas dengan present value dari investasi.
 IRR adalah tingkat discount rate yang dapat menyamakan PV aliran kas dengan PV
dari investasi.
 Untuk menghitung IRR diperlukan data NPV yang menghasilkan nilai positif dan
negative. Selanjutnya dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
NPV rr
IRR=rr + x (rt−rr)
TPV rr−TPV rt

CONTOH SOAL
Menggunakan contoh perhitungan NPV sebelumnya telah ditemukan NPV positif
dengan discount rate 15%. Selanjutnya dicari NPV yang negatif dengan menaikkan
discount rate misalnya dinaikkan menjadi 20%, maka NPVnya adalah:
TAHUN CASHFLOW DISCOUNT PRESENT
FACTOR 20% VALUE
1 150.000.000 0,833 124.950.000
2 200.000.000 0,694 138.800.000
3 250.000.000 0,579 144.750.000
4 300.000.000 0,482 144.600.000
TOTAL PRESENT VALUE 533.100.000
INVESTASI 600.000.000
NPV (46.900.000)

NPV rr
IRR=rr + x (rt−rr)
TPV rr −TPV rt
17.800 .000
IRR=15 %+ x (20 %−15 % )
617.800 .000−533.100 .000
17.800 .000
IRR=15 %+ x5%
84.700 .000
IRR=16,05 %

Untuk menilai proyek tersebut layak atau tidak, dapat dibandingkan dengan tingkat
keuntungan yang disyaratkan. Jika IRR lebih besar dari keuntungan yang disyaratkan
artinya proyek tersebut layak. Namun jika IRR lebih kecil dari keuntungan yang
disyaratkan artinya proyek tersebut tidak layak.
Metode Profitability Index
• Metode ini menghitung perbandingan antara present value penerimaan dengan
present value dari investasi.
• Bila nilai profitability index lebih dari 1 maka proyek tersebut layak dijalankan.
• Biasanya metode ini digunakan untuk merangking beberapa proyek yang akan dipilih
dari beberapa alternatif yang ada. Dan yang dipilih adalah yang memiliki nilai
profitability index yang paling besar.
PV penerimaan
PI =
investasi
CONTOH SOAL
Misalkan menggunakan soal dari contoh NPV, maka bisa dihitung profitability index
sebagai berikut:
PV penerimaan
PI =
investasi
617.800 .000
PI = =1,03
600.000 .000

CONTOH SOAL 1
PT ASTINAPURA sedang mempertimbangkan untuk mendirikan suatu proyek
invetsasi. Total investasi diperkirakan sebesar Rp. 1.000.000.000,- di mana investasi
tersebut diperkirakan mempunyai usia ekonomis 6 tahun dengan nilai residu Rp.
240.000.000. Berikut pendapatan setelah pajak dan cashflow per tahun dari investasi
tersebut:
Dalam Ribuan (000)
Tahun Cashflow EAT
Buatlah analisis ARR dan Payback
Ratio dari investasi tersebut, jika
1 278.000 168.000
tingkat keuntungan diharapkan
2 293.400 183.400 sebesar 20% dan target
pengembalian investasi 4 tahun!
3 308.800 198.800
4 324.200 214.200
5 339.600 229.600
6 695.000 245.000
TEORI DAN KEBIJAKAN STRUKTUR MODAL
Struktur Modal
 Struktur modal merupakan imbangan antara modal asing atau hutang dengan modal
sendiri.
 Perubahan struktur modal dapat menyebabkan perubahan nilai perusahaan. Nilai
perusahaan dapat diukur dengan harga saham atau biaya modal yang dikeluarkan oleh
perusahaan.
Pentingnya Kebijaksanaan Struktur Modal
1. Struktur modal akan mempengaruhi biaya modal secara keseluruhan, karena masing-
masing jenis modal mempunyai biaya modal sendiri-sendiri.
2. Setiap ada perubahan Besarnya biaya modal keseluruhan akan digunakan sebagai cut
off rate pada pengambilan keputusan investasi.

Faktor Yang Dipertimbangkan


1. Kesesuaian
Jika dana dibutuhkan berjangka pendek sebaiknya menggunakan sumber dana jangka
pendek, begitu sebaliknya
2. Pengawasan
Pengawasan atau pengendalian perusahaan oleh para pemegang saham.
3. Laba atau EPS
Jika rentabilitas ekonomi lebih besar dari tingkat bunga sebaiknya memilih hutang.
Jika rentabilitas lebih rendah dari tingkat hutang lebih baik memilih modal sendiri.
4. Tingkat Risiko
Jika keuntungan perusahaan besar lebih baik memilih hutang, namun jika keuntungan
perusahaan kecil apalagi rugi maka hutang kurang baik.

1. Teori Struktur Modal


Teori struktur modal digunakan untuk mengetahui apakah perusahaan bisa
meningkatkan kemakmuran pemegang saham melalui perubahan struktur modal.

Asumsi-Asumsi
 Keuntungan yang diperoleh perusahaan dianggap konstan, artinya perusahaan tidak
mengadakan perubahan terhadap investasinya.
 Semua keuntungan perusahaan merupakan hak pemegang saham, sehingga akan
dibagikan semua ke pemegang saham.
 Hutang yang digunakan bersifat permanen, artinya jika ada hutang yang jatuh tempo
harus segera diganti dengan hutang baru
 Perusahaan dapat mengubah struktur modalnya secara langsung, misalnya mengubah
obligasi menjadi saham atau sebaliknya.

Biaya Modal
● Biaya Modal Saham
E
K e=
S
● Biaya Modal Rata-rata Tertimbang

K o =K e ( B+S S )+ K ( B+S
d
B
)
Atau
O EBIT
Ko= =
V NILAI PERUSAHAAN

O = laba bersih operasi (EBIT)


F = bunga hutang yang dibayar perusahaan
E = laba yang tersedia bagi pemilik
S = Nilai pasar modal sendiri
B = nilai pasar hutang
V = Total nilai perusahaan yakni S+B
K e = biaya modal sendiri atau return yang diharapkan

K d = biaya modal hutang atau tingkat bunga hutang

K o = biaya modal rata-rata tertimbang

● Pendekatan Tradisional
Pendekatan ini berpendapat bahwa pada pasar modal yang sempurna dan tidak ada
pajak, maka perubahan struktur modal akan mempengaruhi besarnya nilai perusahaan.
● Pendekatan Tradisional
Misalnya PT ABADI dalam beroperasi hanya menggunakan modal sendiri, dan
memperoleh keuntungan operasi sebesar Rp. 25.000.000,- per tahun. Return
diharapkan dari pemilik adalah sebesar 20% per tahun. Dengan data tsb dapat kita
hitung nilai perusahaan dan biaya modal sbb:

O EBIT Rp 25jt
F Bunga -
E Laba untuk pemegang saham Rp 25jt
Ke Biaya modal sendiri 0,20
S Nilai pasar modal sendiri Rp 125jt
B Nilai pasar hutang -
V Nilai pasar perusahaan Rp 125jt
Ko Biaya modal perusahaan 0,20
0,2 (125/125) + 0 (0/125)

Jika perusahaan akan mengganti sebagian modalnya dengan hutang. Biaya hutang
yang diminta oleh kreditur sebesar 16%. Bunga yang harus dibayarkan atas
penggunaan hutang tsb adalah Rp. 10.000.000,-. Karena sebagian dananya dibiayai
dengan hutang, berarti perusahaan semakin berisiko, sehingga tingkat keuntungan
yang diharapkan adalah 22%. Maka nilai perusahaan dan biaya modal dapat dihitung
sbb:

O EBIT Rp 25jt
F Bunga Rp 10jt
E Laba untuk pemegang saham Rp 15jt
Ke Biaya modal sendiri 0,22
S Nilai pasar modal sendiri Rp 68,18jt
B Nilai pasar hutang Rp 62,50jt
V Nilai pasar perusahaan Rp130,68jt
Ko Biaya modal perusahaan 0,191
0,22 (68,18/130,68) + 0,16 (62,5/130,68)

B = F/Kd
● Dari perhitungan di atas terlihat bahwa terjadi penurunan biaya modal dari 0,20
menjadi 0,191. dengan demikian perusahaan menjadi lebih baik dengan struktur
modal tsb.
● Jika perusahaan memiliki 5000 lembar saham, maka sebelum perubahan struktur
harga per lembar saham adalah 125.000.000/5000 = 25.000. setelah perubahan
struktur adalah 130.680.000 /5000 = 26.136

Pendekatan Modigliani Dan Miller


● Pendekatan tradisional dibantah oleh Franco Modigliani dan Merton H Miller.
Menurut mereka tidak ada hubungannya antara nilai perusahaan dan biaya modal
dengan struktur modalnya, karena adanya proses abritase.
● Proses arbitase akan membuat harga saham atau nilai perusahaan baik yang
menggunakan hutang maupun tidak menggunakan hutang akan sama.
● Proses arbitase muncul karena investor bersifat rasional, artinya investor lebih
menyukai investasi yang sama tetapi menghasilkan keuntungan yang lebih besar atau
dengan investasi yang lebih kecil menghasilkan keuntungan yang sama.

● Misalkan ada dua perusahaan yang identik, PT ABADI dalam operasionalnya tidak
menggunakan hutang dan hanya menggunakan modal sendiri, dan PT AGUNG yang
sebagian menggunakan hutang.

EBIT PT ABADI PT AGUNG


Bunga Rp 25,00 jt Rp 25,00 jt
Laba untuk pemegang saham - Rp 10,00 jt
Biaya modal sendiri Rp 25,00 jt Rp 15,00 jt
Nilai Pasar Modal sendiri 0,20 0,22
Nilai Pasar Hutang Rp 125 jt Rp 68,18 jt
Nilai pasar perusahaan 0 Rp 62,50 jt
Biaya modal perusahaan Rp 125 jt Rp 130,68 jt
0,20 0,191

● Tn. Rifki mempunyai saham perusahaan PT AGUNG yang menggunakan hutang


sebanyak 20%.
● Artinya kekayaan TN. Rifki sebesar 20% x Rp. 68,18jt = Rp. 13,64 jt.
● Tn Rifki ingin menjual saham PT AGUNG untuk dibelikan saham PT ABADI yang
tidak menggunakan hutang.
● Tn. Rifki menjual saham dan akan menerima dana Rp 13,64 jt
● Selanjutnya Tn. Rifki akan meminjam uang sebesar Rp 12,5 jt dengan bunga sama
16%. Sehingga Tn Rifki memiliki dana sebesar Rp 13,64 jt + Rp 12,5 jt =26,14 jt
● Membeli 20% saham PT ABADI senilai 20% x Rp 125jt = Rp 25 jt
● Sisa dana Rp 26,14 jt – Rp 25 jt = Rp 1,14 jt

 Keuntungan Tn Rifki ketika mempunyai saham PT AGUNG


20% x Rp 15 jt = Rp 3 jt

 Keuntungan jika mempunyai 20% saham PT ABADI


Keuntungan saham = 20% x Rp 25 jt = Rp 5 jt
Bunga yang dibayar = 16% x Rp 12,5 jt = Rp 2 jt
Keuntungan bersih = Rp 3 jt
Sehingga, pembelian saham PT ABADI Tn Rifki mendapatkan keuntungan yang
sama dengan bila tetap memiliki saham PT AGUNG yakni Rp 3 jt, namun bisa
menghemat investasi sebesar Rp 1,14 jt. Artinya, dengan investasi yang lebih rendah
bisa menghasilkan keuntungan yang sama.

Struktur Modal Jika Ada Pajak


Menurut Modigliani dan Miller apabila ada pajak, maka perubahan struktur modal
menjadi relevan. Karena bunga yang dibayarkan berfungsi sebagai pengurang pajak.
Perusahaan yang menggunakan hutang akan membayar pajak lebih kecil
dibandingkan dengan perusahaan yang tidak menggunakan hutang.

EBIT PT ABADI PT AGUNG


Bunga Rp 25 jt Rp 25 jt
Laba untuk pemegang saham - Rp 10 jt
Pajak 30% Rp 25 jt Rp 15 jt
EAT Rp 7,5 jt Rp 4,5 jt
Rp 17,5 jt Rp 10,5 jt

Sehingga, perusahaan yang menggunakan hutang membayar pajak lebih sedikit


dibandingkan dengan perusahaan yang tidak menggunakan hutang.
Menurut MM karena perusahaan yang menggunakan hutang mendapat penghematan
pajak, maka nilai perusahaan yang menggunakan hutang lebih besar dibandingkan
nilai perusahaan yang tidak menggunakan hutang.

Menghitung Nilai Perusahaan


● Untuk menghitung nilai perusahaan yang menggunakan hutang (V L) :
V L=V U + PV penghematan pajak

Penghematan pajak setahun


PV penghematan pajak=∑
Kd

V L = Nilai perusahaan yang menggunakan hutang


EBIT (1−T )
V U = Nilai perusahaan yang tidak menggunakan hutang VU =
K eu
K d = Biaya hutang

Jika biaya modal sendiri PT ABADi yang tidak menggunakan hutang sebesar 20%
dan biaya hutang (Kd) sebesar 16%, maka nilai perusahaan PT ABADI adalah:
Rp 17,5 jt
V u= =Rp87,5 jt
0,20
Rp 3 jt
PV penghematan pajak= =Rp18,75 jt
0,16
V L=V U + PV penghematan pajak =87,5+18,75=Rp106,25 jt

Biaya mdoal masing-masing perusahaan sebagai berikut:

EBIT PT ABADI PT AGUNG


Bunga Rp 25 jt Rp 25 jt
Laba pemegang saham - Rp 10 jt
Pajak 30% Rp 25 jt Rp 15 jt
EAT Rp 7,5 jt Rp 4,5 jt
Biaya hutang Rp 17,50 jt Rp 10,5 jt
Nilai hutang - 0,16
Biaya modal sendiri - Rp 62,5 jt
Nilai modal sendiri 0,20 0,24
Nilai perusahaan Rp 87,50 jt Rp 43,75 jt
Biaya modal perusahaan Rp 87,50 jt Rp 106,25 jt
0,20 0,167

Biaya modal perusahaan PT AGUNG dapat dihitung:


Ko = EBIT (1-T)/V
Ko = 25 jt (1-0,3)/ 106,25 = 16,47%

MM berpendapat bahwa perusahaan akan meningkatkan nilai perusahaan jika


menggunakan hutang sebesar-besarnya.
Hal ini tentu memunculkan berbagai kritik.
LATIHAN SOAL
Perusahaan TRAKINDO diperkirakan akan mendapatkan EBIT sebesar 50.000.000.
perusahaan mempunyai aktiva sebesar 500.000.000 dengan beberapa alternatif
struktur modal sbb:
Hutang Bunga Return diharapkan
100.000.000 10% 15%
200.000.000 11% 16%
300.000.000 12% 17%
a. Hitunglah nilai pasar perusahaan dan biaya modal masing-masing struktur modal
b. Tentukan struktur modal optimal
ANALISIS BREAK EVEN POINT
Analisis break even point adalah analisis terhadap hubungan antara unsur-unsur yang
membentuk laba, yakni perilaku biaya dalam kaitannya dengan hasil penjualan.

Jenis Biaya Kaitannya Dengan Volume Penjualan


1. Biaya Variabel
Biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume penjualan.
2. Biaya Semivariabel
Biaya yang jumlah totalnya berubah tidak sebanding dengan perubahan volume
penjualan.
3. Biaya semifixed
Biaya yang tetap untuk tingkat volume penjualan tertentu dan berubah secara konstan
pada volume penjualan tertentu
4. Biaya Tetap
Biaya yang jumlah totalnya tetap.
Analisis Bep
Break even point adalah suatu kondisi di mana pada periode tersebut perusahaan tidak
mendapat keuntungan dan juga tidak menderita kerugian.
 Jika penghasilan dikurangi biaya variabel lebih kecil dari biaya tetap maka
perusahaan dalam kondisi rugi.
 Jika penghasilan dikurangi biaya variabel lebih besar dari biaya tetap maka
perusahaan dalam kondisi laba.
Asumsi Dasar Analisis Bep
1. Biaya harus bisa dipisahkan ke dalam dua jenis biaya yakni biaya variabel dan tetap,
dan biaya semi variabel harus dialokasikan dalam dua jenis biaya tersebut.
2. Harga jual per unit tidak berubah selama periode analisis.
3. Perusahaan hanya memproduksi satu macam barang, bila menghasilkan berbagai
macam barang, perimbangan penghasilan masing-masing barang harus tetap.
Metode Perhitungan Bep
 Pendekatan Grafik
Menggambarkan unsur-unsur biaya dan penghasilan ke dalam suatu gambar grafik.
 Pendekatan Matematik
Penhitungan titik impas (BEP) dengan pendekatan matematik baik atas dasar unit
ataupun atas dasar rupiah.

Pendekatan Grafik
Perusahaan AR-RIFKI menjual satu macam barang dengan harga per unit Rp
25.000,-. Biaya variabel yang dikeluarkan sebesar Rp. 15.000,- dan biaya tetapnya
selama satu tahun sebesar Rp. 300.000.000,-.
Maka perhitungan Biaya dan penghasilan sbb :

Q Biaya Biaya Total Penghasil


(uni Variabel Tetap Biaya an
t)

0 0 300.000. 300.000. 0
000 000
10. 150.000. 300.000. 450.000. 250.000.0
000 000 000 000 00
30. 450.000. 300.000. 750.000. 750.000.0
000 000 000 000 00
40. 600.000. 300.000. 900.000. 1.000.000
000 000 000 000 .000

Grafik BEP dapat digambarkan sbb:

 BEP terjadi ketika garis total biaya berpotongan dengan garis penghasilan.
 Sebelah kanan merupakan daerah laba dan sebelah kiri adalah daerah rugi.
Pendekatan Matematik
BEP terjadi ketika penghasilan = biaya, maka BEP dapat dirumuskan sbb:
BEP dalam unit BEPdalam rupiah
BT BT
BEPUnit = BEP Rp=
P−V V
1−
P

CONTOH...
Dari contoh pada pendekatan grafik sebelumnya,
Perusahaan AR-RIFKI menjual satu macam barang dengan harga per unit Rp
25.000,-. Biaya variabel yang dikeluarkan sebesar Rp. 15.000,- dan biaya tetapnya
selama satu tahun sebesar Rp. 300.000.000,-.
BT
BEP Rp=
BT V
BEPUnit = 1−
P−V P
300.000 .000 300.000.000
BEPUnit = =30.000unit BEP Rp=
25.000−15.000 15.000
1−
25.000
¿ 750.000 .000

Margin of Safety
 Margin of safety adalah batas penurunan penjualan yang bisa ditolerir agar
perusahaan tidak menderita kerugian.
 Misalnya margin of safety ditemukan sebesar 30% artinya realisasi penjualan
dipertahankan jangan sampai turun lebih dari 30%, karena jika turun lebih dari 30%
maka perusahaan akan menderita kerugian, sedang jika penurunan sampai 30%
perusahaan dalam kondisi break even (impas).
anggaran penjualan−BEP
margin of safety= x 100 %
anggaran penjualan

Misalnya pada contoh di atas dianggarkan sebesar Rp 1.000.000.000,-. Maka margin


of safetynya:
1.000 .000 .000−750.000 .000
margin of safety= x 100 %=25 %
1.000.000 .000
Perubahan Titik Break Even
1. Perubahan harga jual
Kenaikan harga jual akan menurunkan titik BEP.
2. Perubahan biaya variabel unit
Kenaikan biaya variabel akan menggeser garis total biaya ke atas sehingga titik BEP
akan naik
3. Perubahan biaya tetap
Kenaikan biaya tetap akan menggeser garis biaya tetap ke atas sehingga BEP akan
naik.

Manfaat Analisis BEP


1) Perencanaan Penjualan atau Produksi
2) Perencanaan harga jual normal
3) Titik tutup pabrik

Perencanaan Penjualan atau Produksi


Rencana produksi dan penjualan bisa direncanakan dengan menggunakan konsep
BEP. Penjualan yang direncanakan perusahaan tentunya disertai dengan target laba
yang diinginkan. Sehingga rencana penjualan (penjualan minimal) adalah:
PM = biaya variabel + Biaya Tetap + Laba
BT +laba BT +laba
PM unit = PM Rp=
P−V V
1−
P

CONTOH SOAL
PT MIRANDA sedang merencanakan penjualan untuk tahun 2023 yang akan datang.
Perusahaan memiliki kapasitas normal sebanyak 50.000 unit dalam setahun. Pada
tahun 2023 nanti perusahaan akan bekerja pada kapasitas 30.000 unit, dengan biaya
per unit sbb:
Biaya bahan baku Rp 7000,-
Biaya tenaga kerja langsung Rp 5000,-
Biaya overhead pabrik variabel Rp 4000,-
Biaya overhead pabrik tetap Rp 5500,-
Biaya komersial variabel Rp 2000,-
Biaya komersial tetap Rp 2500,-
Harga jual ditentukan Rp 30.000,- per unit
a. Berapa BEP?
b. Berapa besar penjualan minimal jika target laba:
1. Rp 180.000,-
2. 15% penjualan
3. 25% biaya variabel

JAWAB :
Biaya variabel per unit = 7000 + 5000+4000 +2000 = 18.000
Biaya tetap total = (5500 + 2500) x 30.000 = 240.000
Harga per unit = 30.000
1. BEP
BT
BEP Rp=
BT V
BEPUnit = 1−
P−V P
240.000 .000 240.000.000
BEPUnit = BEP Rp=
30.000−18.000 18.000
1−
30.000
¿ 20.000 unit
¿ Rp 600.000.000

1. PM bila laba Rp 180.000.000


BT +laba
PM Rp=
V
1−
P
240.000 .000+ 180.000.000
PM Rp= =Rp 1.050 .000.000 ,−¿
18.000
1−
30.000
Penjualan minimal jika laba 15% dari penjualan
BT +laba
PM Rp=
V
1−
P
240.000.000+ 0,15 x
x= =960.000 .000
18.000
1−
30.000
Penjualan minimal jika laba 25% dari Biaya variabel:
Jika penjualan minimal sebanyak Q unit maka labanya adalah 0,25(18.000 Q)
240.000 .000+0,25(18.000 Q)
Q= =32.000unit
30.000−18.000

Jika aggaran penjualan Rp 960.000.000,- seperti keadaan soal 2b , maka margin of


safety:
Anggaran Penjualan−BEP
Margin Of Safety= X 100 %
Anggaran Penjualan
960.000 .000−600.000 .000
Margin Of Safety= X 100 %=37,5 %
960.000.000

Perencanaan Harga Jual Normal


Seorang manajer keuangan harus menetapkan harga jual produk. Harga jual harus bisa
menutup semua biaya dan target keuntungan. Apabila tidak bisa menutup target laba
maka apalagi biaya yang dikeluarkan maka perusahaan dalam kondisi rugi.

CONTOH SOAL
Perusahaan DONGGALA merencanakan harga jual bagi produknya untuk tahun
2023. proyeksi penjualan tahun 2023 sebesar 50.000 unit, biaya variabel per unit Rp
25.000, biaya tetap setahun Rp 600.000.000,-. Bila target laba 2023 sebesar Rp
400.000.000,- berapa perusahaan harus menjual produknya per unit?
V = Rp 25.000
BT = Rp 600.000.000
Laba = Rp 400.000.000
Q = 50.000 unit
BT +laba
PM unit =
P−V
600.000 .000+400.000 .000
50.000=
P−25.000
P = Rp. 45.000
Maka harga per unit yang harus ditetapkan sebesar Rp 45.000,- agar mendapatkan
keuntungan yang diinginkan.
Titik Tutup Pabrik
o Jika kondisi perusahaan menunjukkan biaya total melebihi penjualan totalnya, artinya
perusahaan beroperasi dibawah titik BEP.
o Apakah perusahaan sebaiknyaditutup atau tetap dipertahankan?

o Apabila penerimaan penghasilan masih bisa menutup biaya variabel dan biaya tetap
tunai (gaji, promosi, sewa gedung) maka perusahaan masih bisa berjalan meskipun
tidak bisa menutup biaya tetap tidak tunai (penyusutan).
o Analisis yang digunakan untuk menghitung titik tutup pabrik adalah analisis shut
down point.
BIAYA TETAP TUNAI
SDP=
RASIO KONTRIBUSI MARGIN
o Jika penerimaan penjualan masih lebih tinggi dari shut down point sebaiknya
perusahaan tetap beroperasi, tapi bila penjualan sudah lebih kecil dari shut down point
sebaiknya perusahaan ditutup, karena sudah tidak bisa membayar gaji atau sewa.
CONTOH SOAL
Perusahaan ABC menjual produknya dengan harga Rp 20.000 per unit, biaya variabel
Rp 12.000,- per unit, dan biaya tetap sebesar Rp 300.000.000,- dan 60% merupakan
biaya tetap tunai. Maka:
BT BT
BEP Rp= BEPUnit =
V P−V
1−
P
300.000 .000
300.000.000 BEPUnit =
BEP Rp= 20.000−12.000
12.000
1− ¿ 37.500 unit
20.000
¿ Rp .750.000 .000

Pada kondisi BEP secara akuntansi perusahaan tidak laba atau rugi, namun secara
cashflow perusahaan mendapat laba tunai sebesar biaya tetap tidak tunai, yakni:
Penjualan 750.000.000
Biaya variabel 450.000.000
Biaya tetap tunai 180.000.000
(60%x300jt)
630.000.000
Laba tunai 120.000.000

BIAYA TETAPTUNAI
S DP=
RASIO KONTRIBUSI MARGIN
60 % x 300.000.000
SDP=
12.000
1−
20.000
¿ 450.000 .000

Pada saat SDP, secara akuntansi perusahaan mengalami kerugian tetapi sebenarnya
perusahaan hanya tidak menerima laba tunai, seperti perhitungan berikut:
Penjualan 450.000.000
Biaya variabel 270.000.000
Biaya tetap tunai 180.000.000
450.000.000
Laba tunai 0

LATIHAN SOAL
PT YUDHATAMA tahun 2023 berencana memproduksi barang jadi sebanyak 40.000
unit. Rencana biaya yang akan dikeluarkan dalam rangka memproduksi barang sbb:
Biaya bahan baku Rp 480.000.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp 320.000.000
Biaya overhead pabrik variabel Rp 240.000.000
Biaya overhead pabrik tetap Rp 300.000.000
Biaya operasi variabelRp 160.000.000
Biaya operasi tetap Rp 60.000.000
Harga produk tersebut ditetapkan sebesar Rp 50.000,- per unit
1. Hitung BEP
2. Hitung besarnya penjualan minimal bila diinginkan laba
a. Rp 240.000.000,-
b. 10% dari penjualan
1. Margin of safety bila anggaran penjualan Rp 1.250.000.000

Anda mungkin juga menyukai