Anda di halaman 1dari 14

BIOGRAFI

IMAM ALI BIN ABI THALIB KARAMALLAHU WAJHA

Alī bin Abī Thālib (Arab: ‫ﻋﻠﻲ ﺑﻦ أﺑﻲ ﻃﺎﻟﺐ‬, Persia: ‫( )ﻋﻠﯽ ﭘﺴﺮ اﺑﻮ ﻃﺎﻟﺐ‬lahir sekitar 13 Rajab 23 SH/599
Masehi – wafat 21 Ramadan 40 Hijriah/661 Masehi) adalah khalifah keempat yang berkuasa
dan Imam Syiah pertama. Dia termasuk golongan pemeluk Islam pertama dan salah satu
sahabat utama Nabi. Secara silsilah, 'Ali adalah sepupu dari Nabi Muhammad. Pernikahan 'Ali
dengan Fatimah az-Zahra juga menjadikannya sebagai menantu Nabi Muhammad.

Ali bin Abi Thalib

‫ﻋﻠﻲ ﺑﻦ أﺑﻲ ﻃﺎﻟﺐ‬

ALI RADHIYALLAHU ANHU


KHALIFAH SUDUT PANDANG SUNNI :

Berkuasa = 20 Juni 656 – 29 Januari 661 (4 tahun, 224 hari)

Pendahulu = Utsman bin 'Affan

Penerus = Hasan bin Ali

IMAM SUDUT PANDANG SYIAH :

Berkuasa = 632–661

Penerus = Hasan bin Ali

LAHIR :

15 September 601 (13 Rajab 21 SH)

Ka'bah, Makkah, Jazirah Arab

WAFAT :

29 Januari 661 (21 Ramadan 40 H)

(usia 59)

Kufah, Mesopotamia

PEMAKAMAN :

Istana Pemerintah, Kufah (menurut Sunni)

Masjid Imam Ali, Najaf (menurut Syiah)

SUKU :

BANI HASYIM (QURAISY)

NAMA LENGKAP :

Ali Ibn Abi Thalib ( ‫) ﻋﻠﻲ اﺑﻦ أﺑﻲ ﻃﺎﻟﺐ‬

NAMA DAN TANGGAL PRIODE :

KHULAFAUR RASYIDIN : 656–661


AYAH :

Abi Thalib

IBU :

Fatimah binti Asad

PASANGAN :

1,Fathimah binti Muhammad

2,Umamah binti Abi al-Ash bin ar-Rabi'

3,Fathimah binti Hizam

4,Laila binti Mas'ud

5,Asma' binti Umais

6,Khaulah binti Ja'far

7,Ash-Shahba' binti Rabi'ah

8,Ummu Sa'id binti Urwah

ANAK - ANAK :

1,Hasan

2,Husain

3,Zainab

4,Ummu Kultsum

5,Muhsin

6,Muhammad

7,Al-'Abbas

8,Abdullah

9,Abu Bakar

10,Utsman

11,Umar
12,Ubaidillah

13,Muhammad al-Ashghar

AGAMA : ISLAM

12 IMAM ( MENURUT SYIAH )

1,Ali bin Abi Thalib

2,Hasan al-Mujtaba

3,Husain asy-Syahid

4,Ali Zainal Abidin

5,Muhammad al-Baqir

6,Ja'far ash-Shadiq

7,Musa al-Kadzim

8,Ali ar-Ridha

9,Muhammad al-Jawad

10,Ali al-Hadi

11,Hasan al-Askari

12,Muhammad al-Mahdi

Sebagai salah satu pemeluk Islam awal, Ali telah terlibat dalam berbagai peran besar sejak
masa kenabian, meski usianya terbilang muda bila dibandingkan sahabat utama Nabi yang lain.
Ali mengikuti semua perang, kecuali Perang Tabuk, pengusung panji, juga berperan sebagai
sekretaris dan pembawa pesan Nabi. Ali juga ditunjuk sebagai pemimpin pasukan pada Perang
Khaibar. Sepeninggal Nabi Muhammad, Ali diangkat sebagai khalifah atau pemimpin umat
Islam setelah Abu Bakar, Umar, dan Utsman. Dalam sudut pandang Sunni, Ali bersama tiga
pendahulunya digolongkan sebagai Khulafaur Rasyidin.Di sisi lain, kelompok Syiah memandang
bahwa 'Ali yang harusnya mewarisi kepemimpinan umat Islam begitu mangkatnya Nabi
Muhammad atas tafsiran mereka dalam peristiwa Ghadir Khum, membuat kepemimpinan tiga
khalifah sebelumnya dipandang tidak sah. Masa kekuasaan 'Ali merupakan salah satu periode
tersulit dalam sejarah Islam karena saat itulah terjadi perang saudara pertama dalam tubuh
umat Muslim yang berawal dari terbunuhnya Utsman bin 'Affan, khalifah ketiga. Terlepas dari
perbedaan pendapat mengenai status 'Ali dan hak kepemimpinannya atas umat Islam, Sunni
dan Syiah sepakat mengenai pribadinya yang saleh dan adil.
PERBEDAAN PANDANGAN MENGENAI PRIBADI ALI BIN ABI THALIB

AHLUSUNNAH (SUNNI) :

Ahlussunnah memandang Ali bin Abi Thalib sebagai salah seorang sahabat Nabi yang
terpandang. Hubungan kekerabatan Ali dan Rasulullah sangat dekat sehingga ia merupakan
seorang ahlul bait dari Nabi ‫ﷺ‬. Ahlussunnah juga mengakui Ali bin Abi Thalib sebagai salah
seorang Khulafaur Rasyidin (khalifah yang mendapat petunjuk). Sunni menambahkan nama Ali
di belakang dengan Radhiyallahu Anhu atau semoga Allah ridha padanya. Tambahan ini sama
sebagaimana yang juga diberikan kepada sahabat Nabi yang lain.

SUFI :

Sufi menambahkan nama Ali bin Abi Thalib dengan Karramallahu Wajhah atau semoga Allah
memuliakan wajahnya. Doa kaum Sufi ini sangat unik, berdasarkan riwayat bahwa dia tidak
suka menggunakan wajahnya untuk melihat hal-hal buruk bahkan yang kurang sopan
sekalipun.[butuh rujukan] Dibuktikan dalam sebagian riwayat bahwa dia tidak suka memandang
ke bawah bila sedang berhubungan intim dengan istri. Sedangkan riwayat-riwayat lain
menyebutkan dalam banyak pertempuran, bila pakaian musuh terbuka bagian bawah terkena
sobekan pedang dia, maka Ali enggan meneruskan duel hingga musuhnya lebih dahulu
memperbaiki pakaiannya, Ali bin Abi Thalib dianggap oleh kaum Sufi sebagai Imam dalam ilmu
al-hikmah (divine wisdom) dan futuwwah (spiritual warriorship). Dari dia bermunculan cabang-
cabang tarekat (thoriqoh) atau spiritual-brotherhood. Hampir seluruh pendiri tarekat Sufi, adalah
keturunan dia sesuai dengan catatan nasab yang resmi mereka miliki. Seperti pada tarekat
Qadiriyah dengan pendirinya Syekh Abdul Qadir Jaelani, yang merupakan keturunan langsung
dari Ali melalui anaknya Hasan bin Ali seperti yang tercantum dalam kitab manaqib Syekh Abdul
Qadir Jailani (karya Syekh Ja'far Barzanji) dan banyak kitab-kitab lainnya.

RIWAYAT HIDUP

KELAHIRAN & KEHIDUPAN KELUARGA :

KELAHIRAN :

Ali dilahirkan di Mekkah, daerah Hejaz, Jazirah Arab, pada tanggal 13 Rajab. Menurut sejarawan,
Ali dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya kenabian Muhammad, sekitar tahun 599 Masehi
atau 600 (perkiraan). Muslim Syi'ah percaya bahwa Ali dilahirkan di dalam Ka'bah. Usia Ali
terhadap Nabi Muhammad masih diperselisihkan hingga kini, sebagian riwayat menyebut
berbeda 25 tahun, ada yang berbeda 27 tahun, ada yang 30 tahun bahkan 32 tahun, Dia bernama
asli Assad bin Abu Thalib, bapaknya Assad adalah salah seorang paman dari Muhammad ‫ﷺ‬.
Assad yang berarti Singa adalah harapan keluarga Abu Thalib untuk mempunyai penerus yang
dapat menjadi tokoh pemberani dan disegani di antara kalangan Quraisy Mekkah, Setelah
mengetahui anaknya yang baru lahir diberi nama Assad,[butuh rujukan] Ayahnya memanggil
dengan Ali yang berarti Tinggi (derajat di sisi Allah).
KEHIDUPAN AWAL :

Ali dilahirkan dari ibu yang bernama Fatimah binti Asad, di mana Asad merupakan anak dari
Hasyim, sehingga menjadikan Ali, merupakan keturunan Hasyim dari sisi bapak dan ibu,
Kelahiran Ali bin Abi Thalib banyak memberi hiburan bagi Nabi ‫ ﷺ‬karena dia tidak punya anak
laki-laki. Uzur dan faqir nya keluarga Abu Thalib memberi kesempatan bagi Nabi ‫ ﷺ‬bersama
istri dia Khadijah untuk mengasuh Ali dan menjadikannya putra angkat. Hal ini sekaligus untuk
membalas jasa kepada Abu Thalib yang telah mengasuh Nabi sejak dia kecil hingga dewasa,
sehingga sedari kecil Ali sudah bersama dengan Muhammad.

MASA REMAJA :

Ketika Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬menerima wahyu, riwayat-riwayat lama seperti Ibnu Ishaq
menjelaskan Ali adalah lelaki pertama yang mempercayai wahyu tersebut atau orang ke 2 yang
percaya setelah Khadijah istri Nabi sendiri. Pada titik ini, Ali berusia sekitar 10 tahun, Pada usia
remaja setelah wahyu turun, Ali banyak belajar langsung dari Nabi ‫ ﷺ‬karena sebagai anak asuh,
berkesempatan selalu dekat dengan Nabi hal ini berkelanjutan hingga dia menjadi menantu
Nabi. Hal inilah yang menjadi bukti bagi sebagian kaum Sufi bahwa ada pelajaran-pelajaran
tertentu masalah ruhani (spirituality dalam bahasa Inggris atau kaum Salaf lebih suka menyebut
istilah 'Ihsan') atau yang kemudian dikenal dengan istilah Tasawuf yang diajarkan Nabi khusus
kepada dia tetapi tidak kepada Murid-murid atau Sahabat-sahabat yang lain. Karena bila ilmu
Syari'ah atau hukum-hukum agama Islam baik yang mengatur ibadah maupun kemasyarakatan
semua yang diterima Nabi harus disampaikan dan diajarkan kepada umatnya, sementara
masalah ruhani hanya bisa diberikan kepada orang-orang tertentu dengan kapasitas masing-
masing. Didikan langsung dari Nabi kepada Ali dalam semua aspek ilmu Islam baik aspek zahir
(eksterior) atau syariah dan batin (interior) atau tasawuf menggembleng Ali menjadi seorang
pemuda yang sangat cerdas, berani dan bijak.

KEHIDUPAN DI MEKKAH SAMPAI HIJRAH KE MADINAH :

Ali bersedia tidur di kamar Nabi untuk mengelabui orang-orang Quraisy yang akan
menggagalkan hijrah Nabi. Dia tidur menampakkan kesan Nabi yang tidur sehingga masuk
waktu menjelang pagi mereka mengetahui Ali yang tidur, sudah tertinggal satu malam
perjalanan oleh yang telah meloloskan diri ke Madinah bersama Abu Bakar.

KEHIDUPAN ALI DI MADINAH :

PERNIKAHAN :

Setelah masa hijrah dan tinggal di Madinah, Ali menikah dengan Fatimah az-Zahra, putri Nabi
Muhammad. Ali tidak menikah dengan wanita lain ketika Fatimah masih hidup. Tertulis dalam
Tarikh Ibnu Atsir, setelah itu Ali menikah dengan Ummu Banin binti Haram, Laila binti Mas'ud,
Asma binti Umais, Sahba binti Rabia, Umamah binti Abil Ash, Haulah binti Ja'far, Ummu Said
binti Urwah, dan Mahabba binti Imru'ul Qais.
JULUKAN :

Ketika Nabi Muhammad mencari Ali menantunya, ternyata Ali sedang tidur. Bagian atas
pakaiannya tersingkap dan debu mengotori punggungnya. Melihat itu Muhammad pun lalu
duduk dan membersihkan punggung Ali sambil berkata, "Duduklah wahai Abu Turab, duduklah."
Turab yang berarti debu atau tanah dalam bahasa Arab. Julukan tersebut adalah julukan yang
paling disukai oleh Ali.

PERTEMPURAN YANG DIIKUTI PADA MASA NABI SAW :

PERANG BADAR :

Beberapa saat setelah menikah, pecahlah perang Badar, perang pertama dalam sejarah Islam.
Di sini Ali betul-betul menjadi pahlawan disamping Hamzah, paman Nabi. Banyaknya Quraisy
Mekkah yang tewas di tangan Ali masih dalam perselisihan, tetapi semua sepaat dia menjadi
bintang lapangan dalam usia yang masih sangat muda sekitar 25 tahun.

PERANG KHANDAQ :

Perang Khandaq juga menjadi saksi nyata keberanian Ali bin Abi Thalib ketika memerangi Amar
bin Abdi Wud. Dengan satu tebasan pedangnya yang bernama dzulfikar, Amar bin Abdi Wud
terbelah menjadi dua bagian.

PERANG KHAIBAR :Setelah Perjanjian Hudaibiyah yang memuat perjanjian perdamaian antara
kaum Muslimin dengan Yahudi, dikemudian hari Yahudi mengkhianati perjanjian tersebut
sehingga pecah perang melawan Yahudi yang bertahan di Benteng Khaibar yang sangat kukuh,
biasa disebut dengan perang Khaibar. Di saat para sahabat tidak mampu membuka benteng
Khaibar, Nabi ‫ ﷺ‬bersabda :

Besok, akan aku serahkan bendera kepada seseorang yang tidak akan melarikan diri, dia akan
menyerang berulang-ulang dan Allah akan mengaruniakan kemenangan baginya. Allah dan
Rasul-Nya mencintainya dan dia mencintai Allah dan Rasul-Nya".

Maka, seluruh sahabat pun berangan-angan untuk mendapatkan kemuliaan tersebut. Namun,
tenyata Ali bin Abi Thalib yang mendapat kehormatan itu serta mampu menghancurkan benteng
Khaibar dan berhasil membunuh seorang prajurit musuh yang berani bernama Marhab lalu
menebasnya dengan sekali pukul hingga terbelah menjadi dua bagian.

PEPERANGAN LAINNYA :

Hampir semua peperangan dia ikuti kecuali perang Tabuk karena mewakili Nabi Muhammad
untuk menjaga kota Madinah.
SETELAH NABI WAFAT :

Sampai disini hampir semua pihak sepakat tentang riwayat Ali bin Abi Thalib, perbedaan
pendapat mulai tampak ketika Nabi Muhammad wafat. Syi'ah berpendapat sudah ada wasiat
(berdasar riwayat Ghadir Khum) bahwa Ali harus menjadi Khalifah bila Nabi ‫ ﷺ‬wafat. Tetapi
Sunni tidak sependapat, sehingga pada saat Ali dan Fatimah masih berada dalam suasana duka
orang-orang Quraisy bersepakat untuk membaiat Abu Bakar, Menurut riwayat dari Al-Ya'qubi
dalam kitab Tarikh-nya Jilid II Menyebutkan suatu peristiwa sebagai berikut. Dalam perjalan
pulang ke Madinah seusai menunaikan ibadah haji ( Hijjatul-Wada'), malam hari Rasulullah ‫ﷺ‬
bersama rombongan tiba di suatu tempat dekat Jifrah yang dikenal dengan nama "GHADIR
KHUM." Hari itu adalah hari ke-18 bulan Dzulhijah. Ia keluar dari kemahnya kemudia berkhutbah
di depan jamaah sambil memegang tangan Imam Ali Bin Abi Tholib r.a. Dalam khutbahnya itu
antara lain dia berkata: "Barang siapa menanggap aku ini pemimpinnya, maka Ali adalah
pemimpinnya. Ya Allah, pimpinlah orang yang mengakui kepemimpinannya dan musuhilah
orang yang memusuhinya", Pengangkatan Abu Bakar sebagai Khalifah tentu tidak disetujui
keluarga Nabi, Ahlul Bait, dan pengikutnya. Beberapa riwayat berbeda pendapat waktu pem-
bai'at-an Ali bin Abi Thalib terhadap Abu Bakar sebagai Khalifah pengganti Rasulullah. Ada yang
meriwayatkan setelah Nabi dimakamkan, ada yang beberapa hari setelah itu, riwayat yang
terbanyak adalah Ali membai'at Abu Bakar setelah Fatimah meninggal, yaitu enam bulan setelah
meninggalnya Rasulullah demi mencegah perpecahan dalam ummat. Ada yang menyatakan
bahwa Ali belum pantas untuk menyandang jabatan Khalifah karena umurnya yang masih muda,
ada pula yang menyatakan bahwa kekhalifahan dan kenabian sebaiknya tidak berada di tangan
Bani Hasyim.

SEBAGAI KHALIFAH :

Peristiwa pembunuhan terhadap Khalifah 'Utsman bin Affan mengakibatkan kegentingan di


seluruh dunia Islam yang waktu itu sudah membentang sampai ke Persia dan Afrika Utara.
Pemberontak yang waktu itu menguasai Madinah tidak mempunyai pilihan lain selain Ali bin Abi
Thalib sebagai khalifah, waktu itu Ali berusaha menolak, tetapi Zubair bin Awwam dan Talhah
bin Ubaidillah memaksa dia, sehingga akhirnya Ali menerima bai'at mereka. Menjadikan Ali satu-
satunya Khalifah yang dibai'at secara massal, karena khalifah sebelumnya dipilih melalui cara
yang berbeda-beda. Sebagai Khalifah ke-4 yang memerintah selama sekitar 5 tahun. Masa
pemerintahannya mewarisi kekacauan yang terjadi saat masa pemerintah Khalifah sebelumnya,
Utsman bin Affan. Untuk pertama kalinya perang saudara antara umat Muslim terjadi saat masa
pemerintahannya, Pertempuran Basra. 20.000 pasukan pimpinan Ali melawan 30.000 pasukan
pimpinan Zubair bin Awwam, Talhah bin Ubaidillah, dan Ummul mu'minin Aisyah binti Abu Bakar,
Istri Rasulullah. Perang tersebut dimenangkan oleh pihak Ali.Peristiwa pembunuhan Khalifah
Utsman bin Affan yang menurut berbagai kalangan waktu itu kurang dapat diselesaikan karena
fitnah yang sudah telanjur meluas dan sudah diisyaratkan (akan terjadi) oleh Nabi Muhammad
‫ ﷺ‬ketika dia masih hidup, dan diperparah oleh hasutan-hasutan para pembangkang yang ada
sejak zaman Utsman bin Affan, menyebabkan perpecahan di kalangan kaum muslim sehingga
menyebabkan perang tersebut. Tidak hanya selesai di situ, konflik berkepanjangan terjadi
hingga akhir pemerintahannya. Pertempuran Shiffin yang melemahkan kekhalifannya juga
berawal dari masalah tersebut. Ali bin Abi Thalib, seseorang yang memiliki kecakapan dalam
bidang militer dan strategi perang, mengalami kesulitan dalam administrasi negara karena
kekacauan luar biasa yang ditinggalkan pemerintahan sebelumya.

PEMBUNUHAN DI KUFAH :

Pada tanggal 19 Ramadan 40 Hijriyah, atau 27 Januari 661 Masehi, saat sholat di Masjid Agung
Kufah, Ali diserang oleh seorang Khawarij bernama Abdurrahman bin Muljam. Dia terluka oleh
pedang yang diracuni oleh Abdurrahman bin Muljam saat ia sedang bersujud ketika sholat
subuh.

Ali memerintahkan anak-anaknya untuk tidak menyerang orang Khawarij tersebut, Ali malah
berkata bahwa jika dia selamat, Abdurrahman bin Muljam akan diampuni sedangkan jika dia
meninggal, Abdurrahman bin Muljam hanya diberi satu pukulan yang sama (terlepas apakah dia
akan meninggal karena pukulan itu atau tidak). Ali meninggal dua hari kemudian pada tanggal
29 Januari 661 (21 Ramadan 40 Hijriyah).Hasan bin Ali memenuhi Qisas dan memberikan
hukuman yang sama kepada Abdurrahman bin Muljam atas kematian Ali.

KELUARGA :

ORANG TUA & MOYANG :

Ayah = 'Imran (sekitar 539 – sekitar 619). Lebih dikenal dengan nama Abu Thalib. Pemimpin
Bani Hasyim. Salah satu pelindung utama Nabi Muhammad di Makkah. Terdapat perbedaan
pendapat, utamanya antara kalangan Sunni dan Syi'ah, mengenai status keislamannya. Menurut
Sunni, Abu Thalib tidak masuk Islam sampai akhir hayatnya, sementara Syi'ah memandang
bahwa Abu Thalib adalah seorang Muslim.

 Kakek = Syaibah bin Hasyim. Lebih dikenal dengan 'Abdul Muttalib.

 Nenek = Fatimah binti Amr dari Bani Makhzum

Ibu = Fatimah binti Asad.

 Kakek — Asad bin Hasyim

 Nenek — Fatimah binti Qais

PASANGAN DAN KETURUNAN :

Ali menikahi delapan istri setelah meninggalnya Fatimah Az-Zahra :

 Fatimah (615–632). Putri bungsu Nabi Muhammad dan Khadijah binti Khuwailid.

Hasan (624–670). Menjadi khalifah selama enam atau tujuh bulan pada tahun 661.
Husain (625–680). Menikah dengan Syahrbanu, putri Yazdegerd III, Kaisar Sasaniyah
terakhir. Terbunuh dalam Pertempuran Karbala.

Zainab (626–681). Menikah dengan sepupunya, 'Abdullah bin Ja'far bin Abu Thalib.

Zainab As-Sughra (Zainab Kecil), juga dikenal dengan Ummu Kultsum. Menikah dengan
Umar bin Khattab. Mahar untuk pernikahannya sebesar 40.000 dirham[14] dan mereka hidup
sebagai suami istri pada tahun 638.[15] Tercatat Ummu Kultsum pernah memberikan
hadiah parfum kepada Permaisuri Martina, istri Kaisar Romawi Timur Heraklius. Sebagai
balasan, Martina menghadiahi kalung kepada Ummu Kulstum. Namun 'Umar yang percaya
bahwa istrinya tak seharusnya ikut campur dalam urusan kenegaraan akhirnya menyerahkan
kalung tersebut ke dalam perbendaharaan negara.[16] Dalam sudut pandang Syi'ah,
pernikahan antara Ummu Kulstum dan 'Umar adalah kisah rekaan.[17]

Muhsin. Terlahir mati.

 Khaulah binti Ja'far dari Bani Hanifah. Saat masyarakat Yamamah menolak membayar
zakat sepeninggal Nabi Muhammad, Khalifah Abu Bakar memerangi mereka. Khaulah
dan beberapa wanita lain ditawan sebagai budak dan dibawa ke Madinah. Saat sukunya
mengetahui nasib Asma, mereka mendatangi 'Ali bin Abi Thalib untuk membebaskannya
dari perbudakan dan melindungi martabat keluarganya. 'Ali kemudian membeli Asma
dan membebaskannya, kemudian menikahinya.

Muhammad bin al-Hanafiyah (637–700)

 Umamah binti Abi al-Ash bin ar-Rabi'. Ibunya adalah Zainab, putri tertua Nabi
Muhammad dan Khadijah binti Khuwailid. Ayahnya adalah Abu al-Ash bin ar-Rabi' dari
Bani Abdu Syams.

Muhammad al-Ausath

 Fatimah binti Hizam. Juga dikenal dengan Ummul-Banin. Berasal dari Bani Kilab.

Al-'Abbas

Utsman

'Abdullah

Ja'far

Laila binti Mas'ud

Ubaidillah

Abu Bakar
 Asma' binti Umais. Secara keseluruhan, Asma menikah sebanyak tiga kali dan 'Ali adalah
suami terakhirnya. Suami pertama Asma adalah saudara 'Ali sendiri, Ja'far bin Abi Thalib.
Suami keduanya adalah Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Yahya

Aun

 Ash-Shahba' binti Rabi'ah

'Umar

Ruqayyah. Dikatakan mengungsi ke anak benua India dan mendakwahkan Islam di sana
setelah Pertempuran Karbala.

 Ummu Sa'id binti Urwah

Ummul Hasan

Ramlah Kubra

 Mahabba binti Imru'ul Qais

seorang putri, meninggal ketika masih kecil

 Ummu walad

Muhammad al-Ashghar

Banyak keturunan Ali yang tewas terbunuh dalam Pertempuran Karbala. Keturunannya yang
masih ada saat ini merupakan para keturunan dari Hasan dan Husain (anak Fatimah),
Muhammad bin al-Hanafiyah (anak Khaulah), Abbas (anak Ummul Banin), dan Umar (anak
Ash-Shahba'), Keturunan Ali melalui putranya Hassan dikenal dengan Syarif, dan dari jalur
Hussein dikenal dengan Sayyid. Sebagai keturunan langsung Nabi Muhammad, mereka
dihormati oleh Sunni dan Syi'ah. Keturunan Ali secara kesuluruhan dari para istrinya dikenal
sebutan dengan Alawiyin atau Alawiyah.

WALLAHU SUBHANAHU WATA'ALA

Anda mungkin juga menyukai