Anda di halaman 1dari 5

Kisah Singkat 7 Orang Cucu Nabi Muhammad SAW

1. Umamah Binti Abu al-Ash

Pertama, bernama Umamah binti Abu al-Ash yang merupakan putri Zainab binti Muhammad
dengan Abu al-Ash. Adapun Zainab sendiri merupakan putri tertua Nabi Muhammad SAW
dari istri pertama, Khadijah binti Khuwailid. 

Berdasarkan sebuah riwayat, Umamah merupakan cucu yang suka digendong oleh Nabi
Muhammad SAW dan Nabi juga tidak segan untuk membawanya dalam berbagai
kesempatan. Umamah sendiri merupakan perempuan yang lembut, cerdas serta keibuan. 

Setelah dewasa, Umamah binti Abu al-Ash lalu dinikahi oleh Ali bin Abu Thalib setelah istri
beliau yang bernama Fatimah binti Muhammad wafat.

Pernikahan ini terjadi pada masa khalifah Umar bin Khattab dan ada riwayat yang
menyebutkan bahwa keputusan ini adalah wasiat dari Fatimah.

Dalam riwayat tersebut, dikatakan bahwa sebelum wafat, Fatimah Az Zahra berwasiat supaya
suaminya, Ali bin Abi Thalib untuk menikahi Umamah sepeninggal diri beliau.

Dari pernikahan ini, Umamah binti Abu al-Ash dan Ali bin Abi Thalib memiliki seorang
putra yang dinamakan dengan Muhammad al-Wusto.

Setelah Ali bin Abi Thalib juga wafat, Umamah kemudian menikah dengan Al-Mughirah bin
Naufal Al-Harits yang masih merupakan sahabat Nabi Muhammad dan Ali bin Abi Thalib
sendiri. Pernikahan ini juga terjadi atas wasiat yang sudah disampaikan Ali bin Abi Thalib
sebelum beliau wafat. 

2. Hasan bin Ali

 Mendamaikan Dua Kelompok Islam yang Bertikai

Hasan bin Ali merupakan cucu Nabi Muhammad SAW, putra dari Fatimah binti Muhammad
dengan Ali bin Abi Thalib. Pada awalnya, ayah beliau ingin memberi nama Harb yang
artinya perang. Namun, Nabi Muhammad SAW memberi nama Hasan. 

Disebutkan bahwa Hasan bin Ali mempunyai banyak keutamaan. Bahkan Nabi Muhammad
SAW sendiri menyebut beliau sebagai sayyid yang artinya tuan atau pemimpin yang akan
mendamaikan dua kelompok masyarakat Islam yang tengah bertikai. 

Hal tersebut terjadi usai Ali bin Abi Thalib wafat, dan pada saat itu pertikaian dengan
Muawiyah berkecamuk dan Hasan menjadi khalifah menggantikan Ali bin Abi Thalib.

Hal ini membuat pengikut Muawiyah merasa tidak puas dan Hasan dengan sukarela
kemudian mundur dari jabatan khalifah. 
Posisi khalifah kemudian diganti oleh Muawiyah itu sendiri. Tidak hanya itu, Hasan juga
berhasil memberikan pengertian kepada para pengikut setia Ali bin Abi Thalib yang membuat
dua kelompok ini bisa didamaikan. 

 Dicemooh Oleh Pendukungnya Sendiri

Pada saat Hasan menjabat sebagai khalifah, Muawiyah sebenarnya mendatangi beliau dan
meminta beliau untuk menyerahkan jabatan khalifah kepadanya. Sebab, menurut Muawiyah,
hanya dia yang berhak memimpin umat Islam. 

Hasan dengan lapang dada menyerahkan jabatan khalifah terseburt namun dengan sejumlah
syarat. Syarat tersebut diantaranya adanya kepemimpinan akan kembali pada Hasan setelah
Muawiyah tiada. 

Selain itu, Muawiyah tidak boleh menuntut apapn pada penduduk Irak, Hijaz dan Madinah
atas apa saja yang sudah terjadi saat Ali bin Abi Thalib masih memimpin, dan selanjutnya
beliau juga meminta supaya Muawiyah membayar utang-utangnya. 

Secara resmi, cucu Nabi Muhammad SAW ini mengundurkan diri dan keputusan ini sangat
ditentang oleh penduduk Kuffah.

Mereka sangat menyayangkan keputusan beliau dan bahkan menuduh beliau sebagai
pengkhianat sekaligus dicap sebagai orang yang telah menghinakan kaum muslimin. 

 Diracun Oleh Istrinya Sendiri

Hasan wafat akibat diracun oleh Ja’dah binti Asy’ats bin Qais yang merupakan istrinya
sendiri. Ja’dah berperilaku demikian karena sudah termakan rayuan Yazid bin Muawiyah
yang mengatakan bahwa ia akan menjadikan Ja’dah istri apabila Hasan wafat. 

Ja’dah meletakkan racun mematikan dalam makanan yang akan dikonsumsi oleh Hasan.
Melihat saudaranya yang sakit, Husein mendesak Hasan supaya memberitahu perihal orang
yang telah tega melakukan hal keji itu kepada beliau. 

Akan tetapi, Hasan enggan untuk memberitahu saudaranya dan beliau berpesan bahwa
setelah beliau wafat, jenazahnya ingin dikuburkan dengan dengan Nabi Muhammad SAW.
Sayangnya, Gubernur Madinah yang berkuasa pada saat itu melarangnya dan hampir saja
terjadi kontak senjata. 

Pertikaian ini kemudian dilerai oleh Abu Hurairah dan Hasan pada akhirnya dikuburkan di
Baqi. Beliau dikubur berdekatan dengan kuburan sang ibunda, yakni Fatimah binti
Muhammad SAW. 

3. Husain bin Ali

Husain merupakan saudara Hasan yang artinya juga merupakan putra khalifah keempat,
yakni Ali bin Abi Thalib dengan Fatimah Az-Zahra. Beliau sangat dimuliakan oleh umat
Islam bahkan termasuk oleh Muawiyah, khalifah yang menggantikan Hasan. 
Muawiyah tidak hanya memuliakan Husain bin Ali namun juga sangat memperhatikan
kehidupan beliau beserta saudaranya. Disebutkan juga bahwa Muawiyah sering memberikan
hadiah kepada beliau dan juga saudaranya. 

Namun, pada saat khalifah Muawiyah digantikan oleh Yazid bin Muawiyah, anaknya, Husain
dan juga Ibnu Zubair termasuk dalam golongan yang tidak mau berbai’at.

Penolakan ini bahkan sudah terjadi saat Yazid ditetapkan sebagai calon pengganti Muawiyah
dan Muawiyah sendiri masih belum wafat. 

Penolakan ini membuat Husain dan Ibnu Zubair keluar dari Madinah dan menuju Mekkah.
Keduanya kemudian menetap di kota tersebut.

Lebih lanjut lahi, penduduk Irak mengirimi beliau banyak surat yang isinya adalah membujuk
beliau agar menjadi pemimpin mereka. 

Bahkan dari sebagian surat tersebut, ada yang menyatakan kegembiraannya karena
Muawiyah sudah wafat. Nabi Muhammad SAW sendiri sudah pernah menceritakan perihal
Husain yang akan wafat dalam kondisi terbunuh. 

Hal ini juga benar-benar terjadi dengan Husain yang dibunuh secara zhalim dalam
perjalanannya menuju Irak. Namun mengenai usia berapa beliau terbunuh, para ulama
berselisih pendapat.

Ada yang menyebutkan beliau terbunuh pada usia 58 tahun, 60 tahun, 56 tahun dan 55 tahun.

4. Zainab Binti Ali

Zainab binti Ali juga merupakan cucu Nabi Muhammad SAW dari pasangan Fatimah Az-
Zahra dengan Ali bin Abi Thalib.

Beliau merupakan anak ketiga setelah Hasan dan juga Husain. Zainab binti Ali dikenal
sebagai wanita yang berkarakter mulia, punya banyak ide serta menguasai ilmu bahasa. 

Setelah dewasa, beliau menikah dengan sepupunya yang bernama Abdullah bin Ja’far. Dari
pernikahan ini, lahir beberapa orang putra dan putri yang kemudian diberi nama Muhammad,
Ali, Abbas, kemudian Ummi Kultsum dan juga ‘Aunal Akbar. 

Pernah suatu ketika Nabi Muhammad SAW mendekap Zainab dan beliau menangis. Melihat
hal tersebut, Fatimah bertanya mengapa Nabi Muhammad SAW menangis seperti itu.

Nabi menjawab bahwa setelah beliau tiada kelak, Zainab akan mendapatkan musibah yang
bermacam-macam. 

Mendengar penuturan sang ayah, Fatimah ikut menangis. Hal ini terjadi dengan Zainab yang
menjadi salah satu saksi tragedi Karbala. Tragedi tersebut membuat kedua putranya syahid
termasuk saudaranya, Husain. 

Zainab kemudian bertindak sebagai penanggung jawab dalam rombongan tawanan. Beliau
berupaya keras agar kebutuhan kaum perempuan serta anak-anak terpenuhi.
Bahkan beliau turut melindungi keluarga Husain beberapa bulan kemudian pada saat mereka
dipenjara oleh dinasti Umayyah. 

Begitu banyaknya ujian yang dihadapi tidak membuat Zainab marah. Beliau sangat tegar
menghadapi ujian-ujian tersebut. Bahkan, beliau disebutkan sebagai wanita yang memiliki
sisi kesabaran dan juga sisi ketekunan.

5. Ummu Kultsum Binti Ali

 Dinikahi Umar bin Khattab

Ummu Kultsum juga merupakan cucu Nabi Muhammad SAW dari putri beliau Fatimah
dengan Ali bin Abi Thalib. Ummu Kultsum adalah anak bungsu yang lahir pada tahun ke-6
Hijriah. Beliau memang masih sempat berjumpa dengan Nabi Muhammad SAW. 

Akan tetapi, Nabi Muhammad SAW wafat ketika Ummu Kultsum masih sangat muda.
Ummu Kultsum dikenal sebagai perempuan yang mulia, baik dari sifat maupun nasabnya.

Karena kemuliaan beliau ini, Umar bin Khattab lalu menikahi beliau pada saat menjabat
sebagai khalifah pengganti Abu Bakar. 

Ummu Kultsum dinikahi oleh Umar bin Khattab dengan mahar yang besarnya 40.000 dirham
sebagai bentuk penghormatan. Dari pernikahan ini, lahirlah dua orang anak yang kemudian
diberi nama Zaid bin Umar dan Ruqayyah binti Umar. 

Akan tetapi, kedua putra dan putrinya tersebut meninggal dunia dan tahun 23 Hijriah
kemudian, Ummu Kultsum kembali menghadapi kenyataan pahit, yaitu Umar bin Khattab
wafat. Beliau wafat setelah ditikam Abu Lukluk ketika mengimami sholat Subuh. 

 Dinikahi Aun bin Ja’far, Abdullah bin Ja’far dan Muhammad bin Ja’far

Meninggalnya Umar bin Khattab membuat Ummu Kultsum menjadi janda yang bahkan pada
saat itu usia beliau masih belum mencapai 20 tahun. Sepeninggal Umar bin Khattab, beliau
dinikahi oleh Aun bin Ja’far bin Abi Thalib, yang masih merupakan sepupu. 

Hanya saja, Aun bin Ja’far juga wafat yang membuat Ummu Kultsum kembali menjadi
janda. Setelah menjadi janda, beliau juga menikah lagi dengan saudara sepupu yang lain yang
bernama Abdullah bin Ja’far bin Abi Thalib. 

Akan tetapi, Abdullah juga tutup usia sehingga Ummu Kultsum menjadi janda untuk yang
ketiga kalinya. Setelah menjadi janda kembali, Ummu Kultsum menikah dengan Muhammad
bin Ja’far bin Abi Thalib yang juga merupakan saudara sepupu yang lain. 

Namun, Ummu Kultsum wafat mendahului suami yang keempat ini dan dari pernikahan-
pernikahan yang berlangsung dengan tiga orang setelah Umar bin Khattab ini, Ummu
Kultsum tidak dikaruniai anak. 

6. Abdullah bin Umar


Abdullah bin Umar merupakan cucu Nabi Muhammad SAW yang biasa juga disebut dengan
Ibnu Umar. Beliau adalah salah seorang yang banyak meriwayatkan hadits.

Beliau merupakan putra dari Umar bin Khattab dan memang sudah sejak kecil sangat dekat
dengan nilai-nilai agama Islam. 

Saat usianya mencapai 13 tahun, Abdullah bin Umar memohon kepada sang ayah agar
diizinkan ikut dalam Perang Badar. Akan tetapi, Nabi Muhammad SAW menolak
permohonan tersebut karena usianya yang masih kecil. 

Beliau adalah seorang yang sangat mengidolakan Nabi Muhammad SAW hingga setiap
gerak-gerik Nabi Muhammad SAW diikutinya. Beliau juga merupakan orang yang sangat
tekun beribadah serta merupakan orang yang sangat suka berbagi. 

. Muhsin bin Ali

Muhsin bin Ali merupakan putra kelima pasangan Fatimah binti Muhammad SAW dengan
Ali bin Abi Thalib. Beliau merupakan putra bungsu yang saat kandungan masih berusia enam
bulan, Fatimah mengalami keguguran. Pada saat itu juga terjadi penyerangan ke rumah Ali
bin Abi Thalib. 

Kisah para cucu Nabi Muhammad SAW mengajarkan banyak keteladanan. Termasuk
diantaranya kesabaran, kesederhanaan dan gemar berbagi dengan sesama. Tentunya
keteladanan ini bisa diterapkan dalam keseharian. 

Demikian tadi ringkasan kisah dan nama cucu Nabi Muhammad SAW yang perlu kita
ketahui. Mudah-mudahan bermanfaat dan menginspirasi.

Anda mungkin juga menyukai