Anda di halaman 1dari 41

Di bawah ini diceritakan tentang sepuluh sahabat Rasullullah SAW yang telah dijamin masuk surga disertai penjelasan

tentang nasab dan keluarga mereka. Sumber artikel diambil dari www.islamhouse.com 1. Abu Bakar as Siddiq ra Nama aslinya adalah Abdullah bin abi Quhafah. Ayahnya, Abu Quhafah yang nama aslinya adalah Usman bin Amir bin Amr bin Kab bin Sad bin Taim bin Murrah bin Kab bin Luai bin Ghalib atTaimiy al Qurosy, bertemu silisilah/keturunan dengan Rasulullah saw di Murrah bin Kab. Ibu Abu Bakar adalah Ummul Khair Salma binti Shokhr bin Amir bin Kab bin Sad bin Taim bin Murrah. Usia beliau 63 tahun, sama seperti Rasulullah saw. Dia termasuk orang yang pertama masuk islam. Manusia terbaik setelah Rasulullah saw. Mengemban kekhilafahan selama 2,5 tahun. Riwayat-riwayat lain menyebutkan 2 tahun 4 bulan kurang 1 hari; 2 tahun;20 bulan Putera-puterinya 1. Abdullah, awal masuk islam sehingga termasuk sahabat. Di saat Rasulullah saw dan Abu Bakar bersembunyi di dalam goa menghindari kejaran kafir Quraisy, ia pernah masuk goa itu juga. Dia terkena anak panah di Thaif, meninggal di saat ayahnya mengemban khilafah. 2. Asma, pemilik dua ikat pinggang. Istri Zubeir bin Awwam. Hijrah ke Madinah di saat mengandung Abdulllah bin Zubeir. Sehingga Abdullah merupakan orang islam pertama yang lahir setelah hijrah. Ibu Asma adalah Qutailah binti Abdul Uzza berasal dari Bani Luay meninggal dalam keadaan kafir. 3. dan 4. Aisyah binti as-Siddiq, istri Nabi. Ia memiliki saudara seayah dan seibu yaitu Abdurrahman bin Abu Bakar, yang berada di barisan kaum musyrikin pada perang Badar, namun setelah itu ia masuk islam. Ibu Aisyah adalah Ummu Ruman binti Amir bin Uaimir bin Abdu Syams bin Attab bin Udzinah bin Subai bin Duhman bin al Harits. Masuk islam, dan ikut hijrah ke madinah dan wafat di zaman Rasulullah saw. Cucu Abu Bakar: Abu Atik Muhammad bin Abdurrahman lahir di zaman Rasulullah saw, termasuk sahabat. Sehingga kami tidak tahu keluarga lain (selain Abu Bakar) yang dengan empat keturunan, semuanya tergolong sahabat (ayah Abu Bakar-Abu Bakar- AbdurrahmanAbu Atik) 5. Muhammad bin Abu Bakar. Lahir pada zaman haji wada. Meninggal di Mesir dan dikuburkan di sana. Ibunya adalah Asma binti Umais al Khotsamiyyah. 6. Ummu Kultsum binti Abu Bakar. Lahir setelah Abu Bakar wafat. Ibunya adalah Habibah, riwayat lain menyebutkan Fakhitah binti Kharijah bin Zaid bin Abu Zuhair al Anshari. Ia dinikahi Thalhah bin Ubaidillah.

Keenam putera-puteri Abu Bakar adalah sahabat Nabi, kecuali Ummu Kultsum. Sementara Muhammad lahir masih zaman Nabi. Abu Bakar wafat pada tanggal 27 Jumadil Akhir 13H. 2. Abu Hafs Umar bin Khatab ra Umar bin Khattab bin Nufail bin Abdil Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qurth bin Razakh bin Adiyy bin Kab bin Luai bin Ghalib. Bertemu silisilah/keturunan dengan Rasulullah saw di Murrah bin Kab. Ibunya adalah Khantamah binti Hasyim. Riwayat lain menyebutkan binti Hisyam bin al Mughirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzum. Umar masuk Islam di Mekah, dan mengikuti seluruh peperangan bersama Rasulullah saw Putera-puterinya 1. Abu Abdurrahman Abdullah. Masuk Islam pada awal datangnya Islam. Berhijrah bersama ayahnya. Dan dia termasuk sahabat pilihan. 2. Hafshah, istri Nabi saw. Ibu Hafshah adalah Zaenab binti Mathun. 3. Ashim bin Umar. Lahir pada zaman Rasulullah saw. Ibunya adalah Ummu Ashim Jamilah binti Tsabit bin Abi al Aqlah. 4 dan 5. Zaid al Akbar bin Umar, dan Ruqayyah putri Ummu Kultsum binti Ali bin Abi Thalib. 6. Zaid al Ashghar dan Abdullah, keduanya putera Ummu Kultsum binti Jarwal al Khuzzai. 7 dan 8. Abdurrahman al Akbar bin Umar dan Abdurrahman al Ausath, Abu Syahmah yang didera akibat minum khomr. Ibunya adalah Ummu Walad yang juga disebut Lahyah. 9. Abdurrahman al Ashghar bin Umar. Ibunya adalah Ummu Walad yang juga disebut Fakihah. 10. Iyadh bin Umar. Ibunya adalah Atikah binti Zaid bin Amr bin Nufail. 11. Abdullah al Ashghar bin Umar. Ibunya adalah Saidah binti Rafi al Anshariyyah. Dari Bani Amr bin Auf. 12. Fathimah binti Umar. Ibunya adalah Ummul Hakim binti Harits bin Hisyam. 13. Ummul Walid binti Umar. Tetapi kebenaran masih perlu diteliti lagi. 14. Zaenab binti Umar. Saudara Abdurrahman al Ashghar bin Umar. Umar mengemban kekhalifahan selama 10 tahun 6,5 bulan. Terbunuh pada akhir DzulHijjah 23 Hijriyah, pada usia 63 tahun sesuai dengan usia Rasulullah saw. Akan tetapi ada perselisihan pendapat tentang usia beliau ini.

3. Abu Abdullah Ustman bin Affan ra Ia adalah cucu dari Abu al Ash bin Umayyah bin Abdu Syams bin Abdu Manaf. Nasab keturunannya bertemu dengan Rasulullah saw di Abdu Manaf, yang merupakan kakek ke lima. Nama ibunya adalah Arwa binti Kuraiz bin Rabiah bin Habib bin Abdi Syams bin Abdu Manaf. Sementara ibunya adalah putri Ummul Hakim al Baidha binti Abdul Muthalib. Utsman masuk Islam pada awal datangnya Islam di Mekah. Melakukan hijrah 2 kali (Habasayah dan Medinah). Menikahi 2 puteri Rasulullah saw. Mengemban kekhilafahan selama 12 tahun kurang 10 hari. Ada riwayat menyebutkan kurang12 hari. Terbunuh pada 18 Dzul Hijjah tahun ke-35 Hijriah bada Ashar. Saat itu ia sedang puasa. Ia meninggal pada usia 82 tahun. Putera-puterinya: 1. Abdullah al Akbar, dilahirkan oleh Ruqayyah, puteri Rasulullah saw. Meninggal dunia pada usia 6 tahun. Rasulullah saw ikut masuk liang lahat saat penguburannya. 2. Abdullah al Ashghar, dilahirkan oleh Fakhitah binti Azwan, saudari Utbah. 3, 4, 5 dan 6. Umar, Khalid, Aban dan Maryam. Mereka dilahirkan oleh Ummu Amr binti Jundab bin Amr bin Humamah dari kabilah Azd daerah Daus. 7, 8 dan 9. Al Walid, Said dan Ummu Amr. Mereka dilahirkan oleh Fatimah binti Walid bin Abdu Syams bin Mughirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzum. 10. Abdul Malik. Dia tidak mempunyai keturunan. Meninggal dunia tatkala telah dewasa. Dia dilahirkan oleh Ummul Banin binti Uyainah bin Hisn bin Hudzaifah bin Zaid. 11, 12, 13. Aisyah, Ummu Aban dan Ummu Amr. Mereka dilahirkan oleh Ramlah binti Syaibah bin Rabiah. 14,15,16. Ummu Khalid, Arwa dan Ummu Aban as Sughra. Mereka dilahirkan oleh Nailah binti Farafishah bin Ahwas bin Amr bin Tsalabah bin Harits bin Hisn bin Dhamdham bin Adyy bin Janab bin Kalb bin Wabrah. 4. Abu al Hasan Ali bin Abi Thalib ra Dia adalah cucu Abdul Mutthalib, sepupu Rasulullah saw. Dia dilahirkan oleh Fatimah binti Asad bin Hasyim bin Abdi Manaf. Fatimah adalah wanita Bani Hasyim pertama yang melahirkan keturunan dari Bani Hasyim. Masuk Islam di Mekah lalu hijrah ke Madinah dan wafat pada zaman Rasulullah saw. Ali bin Abi Thalib menikah dengan Fatimah puteri Rasulullah saw. Kemudian lahirlah Hasan, Husein dan Muhassin dari pernikahan ini. Tetapi Muhassin wafat tatkala masih kecil. Putera-puterinya yang lain

1. Muhammad bin Hanafiah. Ia dilahirkan oleh Khaulah binti Jafar, dari Bani Hanifah. 2 dan 3. Umar bin Ali dan saudarinya Ruqayyah al Kubro. 4. Al Abbas al Akbar bin Ali, disebut juga as-Saqa. Ia terbunuh bersama Husein. 5, 6, 7, 8. Usman, Jafar, Abdullah dan Banu Ali. Mereka saudara seayah dan seibu al Abbas al Akbar. Adapun ibu mereka adalah Ummul Banin al Kilabiyah. 9 dan 10. Ubaidullah dan Abu Bakar. Mereka tidak punya keturunan. Mereka dilahirkan oleh Laila binti Masud anNahsyaliyyah. 11. Yahya bin Ali. Meninggal saat masih kecil. Lahir dari Asma binti Umais. 12. Muhammad bin Ali alAshghar. Ibunya adalah seorang budak yang bernama Daraj. 13 dan 14. Ummul Hasan dan Ramlah. Mereka dilahirkan Ummu Sad binti Urwah bin Masud ats Tsaqofi. 15,16,17,18,19,20,21,22,23,24,25. Zaenab as Sughra, Ummu Kultsum as Sughra, Ruqayyah as Sughra, Ummu Hani, Ummul Kiram, Umu Jafar (nama aslinya Jumanah), Ummu Salamah, Maimunah, Khadijah, Fatimah, dan Umamah. Mereka ini dilahirkan dari para ibu yang berbeda-beda. Ali mengemban kekhilafahan selama 4 tahun 7 bulan lebih beberapa hari. Ada beberapa pendapat berbeda mengenai hari. Ia mati terbunuh saat usianya 63 tahun. Ada beberapa riwayat lain menyebutkan 53 tahun, 58 tahun, 57 tahun. Pada saat itu disebut tahun Jamaah, tahun 40 H. 5. Abu Muhammad Thalhah bin Ubaidillah ra Ia cucu Usman bin Amr bin Kab bin Sad bin Taim bin Murrah bin Kab bin Luayy bin Ghalib. Bertemu silisilah/keturunan dengan Rasulullah saw di Murrah bin Kab. Ibu Thalhah adalah Shabah binti Khadrami, saudari al Ala bin Khadrami. Nama aslinya al Khadrami adalah Abdullah bin Abbad bin Akbar bin Auf bin Malik bin Uwaif bin Khazraj bin Iyadh bin Sidq. Ibunya masuk Islam dan wafat dalam Islam. Thalhah masuk islam pada awal datangnya islam di Mekah. Turut serta dalam Perang Uhud dan peperangan setelahnya. Dia tidak turut dalam Perang Badar karena saat itu ia di Syam untuk berdagang. Tetapi Rasulullah saw memberikannya harta rampasan perang Badar dan menetapkannya sebagai ahli Badar. Putera-puterinya: 1 dan 2. Muhammad asSajjad dan Imran. Muhammad asSajjad terbunuh bersama ayahnya. Kedua putera tersebut dilahirkan Hamnah binti Jahsy. 3. Musa bin Thalhah. Dilahirkan Khaulah binti Qoqo bin Mabad bin Zurarah.

4,5,6. Yakub, Ismail, Ishaq. Mereka dilahirkan Ummu Aban binti Utbah bin Rabiah. 7 dan 8. Zakaria dan Aisyah. Dilahirkan Ummu Kultsum binti Abu Bakar as Shiddik ra. 9. Ummu Ishaq binti Thalhah. Dilahirkan Ummul Haris binti Qasamah bin Handzalah at Thaiyyah. Seluruh putera puteri Thalhah 11 orang. 2 anak yang lain ada riwayat yang menyebutkan Usman dan Shalih, namun riwayat ini kurang kuat. Thalhah terbunuh pada Perang Jamal pada tahun 36 H. Saat itu ia berusia 62 tahun. 6. Abu Ubaidillah Zubair bin Awwam ra Ia cucu Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushayy bin Kilab. Nasab keturunannya bertemu dengan Rasulullah saw di Qushayy bin Kilab, yang merupakan kakek ke lima. Ibunya: Shafiyyah binti Abdul Mutthalib, bibi Rasulullah saw. Masuk Islam dan Hijrah ke Madinah. Zubair berhijrah dua kali (Habasayah dan Medinah).dan ia shalat dua kiblat (sebelum dirubah menghadap kabah, dahulu kaum muslimin shalat menghadap masjidil Aqsa). Ia adalah orang yang pertama kali menghunus pedangnya di perang fi sabilillah. Ia disebut Hawaryy Rasulullah saw. Putera-Ppterinya: 1. Abdulllah, ia merupakan orang islam pertama yang lahir setelah hijrah. 2,3,4,5,6,7,8. Al Mundzir,Urwah,Ashim, al Muhajir, Khadijah al Kubro, Ummul Hasan, Aisyah. Kedelapan anak tersebut dilahirkan Asma binti Abu Bakar ra. 8,10,11,12,13. Khalid, Amr, Habibah, Saudah, Hindun. Mereka dilahirkan Ummu Khalid binti Khalid bin Said bin al Ash. 14,15,16. Mushab, Hamzah, Ramlah. Mereka dilahirkan Rabbab binti Unaif al Kalbiyyah. 17,18,19. Ubaidah, Jafar, Hafshah, mereka dilahirkan Zaenab binti Bisyr dari Bani Qais bin Tsalabah. 20. Zaenab binti Zubair. Ia dilahirkan Ummu Kultsum binti Uqbah bin Abi Muaith. 21. Khadijah asShughra. Ia dilahirkan alJalal binti Qais dari Bani Asad bin Khuzaimah. Seluruh putera puteri Zubeir 21 orang. Ia terbunuh pada Perang Jamal pada tahun 36 H. Saat itu ia berusia 67 tahun. Riwayat lain 66 tahun. 7. Saad bin Abi Waqas ra

Nama Abi Waqas adalah Malik bin Uhaib bin Abdi Manaf bin Zuhrah bin Kilab. Bertemu silisilah/keturunan dengan Rasulullah saw di Kilab bin Murrah. Ibunya: Hamnah binti Sufyan bin Umayyah bin Abdu Syams bin Abdi Manaf. Saad masuk Islam pada awal datangnya Islam di Mekah. Ia berkata: Saya adalah orang ketiga yang masuk Islam Turut serta dalam Perang Badar dan seluruh peperangan setelahnya bersama Rasulullah saw. Ia adalah orang yang pertama kali melontarkan anak panahnya di perang fi sabilillah. Adapun lontaran anak panahnya diarahkan pada sebuah pasukan yang di dalamnya terdapat Abu Sofyan. Pertemuan 2 pasukan itu terjadi dekat Rabigh di awal tahun pertama Rasulullah saw datang di Madinah. Putera-puterinya: 1. Muhammad, ia dibunuh al Hajjaj. 2. Umar, dibunuh al Muhtar bin Abi Ubaid. 3 dan 4. Amir dan Musab. Mereka berdua meriwayatkan hadist. 5,6,7. Umair, Shalih, Aisyah, mereka Bani Sad. Wafat di istananya di Aqiq, yang jaraknya 10 mil dari Madinah. Lalu jenazahnya dipikul ke Madinah. Itu terjadi tahun 55 H. saat itu ia berusia 70 tahun lebih. Ia merupakan orang yang terakhir meninggal diantara 10 orang yang mendapat kabar gembira masuk surga. 8. Abu al Awar Said bin Zaid bin Amr ra Ia cucu Nufail bin Abdul Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qurt bin Razah bin Adyy bin Kab bin Luayy bin Ghalib. Bertemu silisilah/keturunan dengan Rasulullah saw di Kab bin Luayy. Ibunya: Fatimah binti Bajah bin Umayyah bin Khuwailid, dari Bani Mulaih dari Khuzaah. Said bin Zaid adalah sepupu Umar bin Khatthab ra, dan menikah dengan saudara Umar, Ummu Jamil binti Khattab. Ia masuk Islam pada awal datangnya islam di Mekah. Namun ia tidak turut dalam Perang Badar. Di antara puteranya adalah Abdullah, seorang penyair. Zubeir bin Bakkar berkata: Said anaknya sedikit, dan di antara mereka tinggal di luar Madinah. Said meninggal tahun 51 H. Saat itu ia tengah berusia lebih dari 70 tahun. 9. Abu Muhammad Abdurrahman bin Auf bin Abdi Auf ra Ia cucu Ibnu Abd bin al Haris bin Zuhrah bin Kilab. Bertemu silisilahnya dengan Rasulullah saw di Kilab bin Murrah. Ibunya bernama as Syifa. Riwayat lain menyebutkan alAnqabinti Auf bin Abdul Harits bin Zuhrah. Ia masuk Islam dan hijrah.

Abdurrahman bin Auf masuk Islam pada awal datangnya Islam di Mekah. Turut serta dalam Perang Badar dan seluruh peperangan setelahnya bersama Rasulullah saw. Dalam riwayat sahih disebutkan bahwa Rasulullah saw pernah menjadi makmum shalat padanya saat Perang Tabuk. Putera-puterinya: 1. Salim al Akbar, meninggal sebelum datangnya Islam. 2. Ummul Qasim, lahir pada zaman Jahiliyah. 3. Muhammad, lahir setelah datangnya Islam. Dengan nama ini Abdurrahman dijuluki Abu Muhammad 4,5,6. Ibrahim, Humaid dan Ismail. Mereka dilahirkan Ummu Kultsum binti Uqbah bin Abi Muaith bin Abi Amr bin Umayyah bin Abdu Syams bin Abdi Manaf. Ummu Kultsum termasuk wanita yang hijrah dan salah seorang yang telah baiat pada Rasulullah saw. Dan seluruh putera Abdurrahman yang lahir darinya, menjadi perawi hadist. Urwah bin Abdurrahman, terbunuh di Afrika. Ia dilahirkan Nuhairah binti Hani bin Qabishah bin Masud bin Syaban. Halim al Asghar, terbunuh di Afrika. Ia dilahirkan Sahlah binti Suhail bin Amr. Ia saudara seibu Muhammad bin Abu Hudhaifah bin Utbah. Abdullah al Akbar, terbunuh di Afrika. Ibunya dari bani Abdil Ashal. Abu Bakar bin Abdurrahman dan Abu Salamah al Fakih, ia Abdullah al Ashghar. Ibunya adalah Tumadhir binti al Ashbagh alKalbiyyah. Ia wanita dari Bani Kalbiy pertama yang dinikahi lelaki Quraisy. Abdurrahman bin Abdurrahman dan Musab bin Abdurrahman. Mushab pernah menjadi tawanan polisi Marwan bin Hakam di Madinah. Abdurrahman meninggal di Madinah, dan dimakamkan di Baqi tahun 32 H saat kekhalifahan Usman bin Affan. Usman ikut menyolati jenazahnya. Ia wafat pada usia 72 tahun. 10. Abu Ubaidah Amir bin Abdullah bin al Jarrah ra Ia cucu Hilal bin Uhaib bin Dhabbah bin al Harrits bin Fihr bin Malik. Dilahirkan Ummu Ghanm binti Jabir bin Abdul Uzza bin Amir bin Umairah bin Wadiah bin Al Harits bin Fihr. Dalam riwayat lain: Umaimah binti Ghanm bin Jabir bin Abdul Uzza. Bertemu silisilah/keturunan dengan Rasulullah saw di Fihr bin Malik. Abu Ubaidah masuk Islam pada awal datangnya Islam di Mekah, sebelum Rasulullah saw masuk Darul Arqam. Turut serta dalam Perang Badar dan beberapa peperangan setelahnya bersama Rasulullah SAW. Pada saat Perang Uhud, ia mencabut dua gelang (dari rajutan baju besi) yang menancap di wajah Rasulullah saw dengan gigi depannya. Akibatnya, tanggallah 2 giginya.

Keturunan Abu Ubaidah ra, hanya 2 putera, yaitu Yazid dan Umar. Namun mereka meninggal, dan tak terdapat lagi penerus generasi Abu Ubaidah. Abu Ubaidah ra. wafat karena wabah penyakit thaun amwas pada tahun 18 H. Ia dimakamkan di Ghour Baisan di Desa Amta. Saat itu usianya 58 tahun. Muadz bin Jabal ra. ikut menshalati jenazahnya. Ada riwayat lain menyebutkan Amr bin Ash pun ikut. Pada saat Perang Badar Abu Ubaidah membunuh ayahnya yang saat itu masih kafir. Karena peristiwa ini Allah menurunkan ayat: Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, Sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. meraka Itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. dan dimasukanNya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. mereka Itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung. Sumber : http://suryadhie.wordpress.com Kata kunci: sirah shahabat Sebelumnya: Buku : Sejarah Hidup Nabi Muhammad SAW Selanjutnya : Prakata

Abu Bakar Ash-Shiddiq


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Langsung ke: navigasi, cari Khalifah Ar-Rasyidin

Abu Bakar
Khalifah Islam Ke-1
Abdullah bin Abi Quhaifah Mekkah, Jazirah Arab (Sekarang Saudi Arabia) 23 Agustus 634

Lahir

Meninggal Tempat peristirahatan

Madinah, Jazirah Arab

Nama panggilan Dikenal karena Agama

'Abu Bakar Ash-Shiddiq' Sahabat Nabi Muhammad Islam

"Abu Bakar" beralih ke halaman ini. Untuk kegunaan lain dari Abu Bakar, lihat Abu Bakar (disambiguasi).

Abu Bakar (bahasa Arab: Abu Bakr ash-Shiddiq) (lahir: 572 , wafat: 23 Agustus 634/21 Jumadil Akhir 13 H) termasuk di antara mereka yang paling awal memeluk Islam. Setelah Nabi Muhammad wafat, Abu Bakar menjadi khalifah Islam yang pertama pada tahun 632 hingga tahun 634 M. Lahir dengan nama Abdullah bin Abi Quhafah, ia adalah satu diantara empat khalifah yang diberi gelar Khulafaur Rasyidin atau khalifah yang diberi petunjuk. .

Daftar isi
[sembunyikan]

1 Nama 2 Kehidupan sebelum Muhammad 3 Era bersama Nabi o 3.1 Memeluk Islam 3.1.1 Penyiksaan oleh Quraisy 4 Menjadi Khalifah 5 Perang Ridda 6 Ekspedisi ke utara 7 Qur'an 8 Kematian

[sunting] Nama
Nama lengkapnya adalah 'Abd Allah ibn 'Utsman bin Amir bi Amru bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib bin Fihr al-Quraishi at-Tamimi'. Bertemu nasabnya dengan nabi SAW pada kakeknya Murrah bin Ka'ab bin Lu'ai. Dan ibu dari abu Bakar adalah Ummu al-Khair salma binti Shakhr bin Amir bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim yang berarti ayah dan ibunya sama-sama dari kabilah bani Taim. Abu Bakar adalah ayah dari Aisyah, istri Nabi Muhammad. Nama yang sebenarnya adalah Abdul Ka'bah (artinya 'hamba Ka'bah'), yang kemudian diubah oleh Muhammad menjadi Abdullah (artinya 'hamba Allah'). Muhammad memberinya gelar Ash-Shiddiq (artinya 'yang berkata benar') setelah Abu Bakar membenarkan peristiwa Isra Miraj yang diceritakan oleh Muhammad kepada para pengikutnya, sehingga ia lebih dikenal dengan nama "Abu Bakar ash-Shiddiq".

[sunting] Kehidupan sebelum Muhammad


Abu Bakar dilahirkan di kota Mekkah dari keturunan Bani Tamim (Attamimi), sub-suku bangsa Quraisy. Beberapa sejarawan Islam mencatat ia adalah seorang pedagang, hakim dengan kedudukan tinggi, seorang yang terpelajar serta dipercaya sebagai orang yang bisa menafsirkan mimpi.

[sunting] Era bersama Nabi


Ketika Muhammad menikah dengan Khadijah binti Khuwailid, ia pindah dan hidup bersama Abu Bakar. Saat itu Muhammad menjadi tetangga Abu Bakar. Sama seperti rumah Khadijah, rumahnya juga bertingkat dua dan mewah[rujukan?]. Sejak saat itu mereka berkenalan satu sama lainnya. Mereka berdua berusia sama, pedagang dan ahli berdagang.

[sunting] Memeluk Islam


Dalam kitab Hayatussahabah, bab Dakwah Muhammad kepada perorangan, dituliskan bahwa Abu bakar masuk Islam setelah diajak oleh Nabi[1] Abubakar kemudian [dakwah|mendakwahkan] ajaran Islam kepada Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Saad bin Abi Waqas dan beberapa tokoh penting dalam Islam lainnya. Istrinya Qutaylah binti Abdul Uzza tidak menerima Islam sebagai agama sehingga Abu Bakar menceraikannya. Istrinya yang lain, Um Ruman, menjadi Muslimah. Juga semua anaknya kecuali 'Abd Rahman bin Abu Bakar, sehingga ia dan 'Abd Rahman berpisah. [sunting] Penyiksaan oleh Quraisy Sebagaimana yang juga dialami oleh para pemeluk Islam pada masa awal. Ia juga mengalami penyiksaan yang dilakukan oleh penduduk Mekkah yang mayoritas masih memeluk agama nenek moyang mereka. Namun, penyiksaan terparah dialami oleh mereka yang berasal dari golongan budak. Sementara para pemeluk non budak biasanya masih dilindungi oleh para keluarga dan sahabat mereka, para budak disiksa sekehendak tuannya. Hal ini mendorong Abu Bakar membebaskan para budak tersebut dengan membelinya dari tuannya kemudian memberinya kemerdekaan. Ketika peristiwa Hijrah, saat Nabi Muhammad SAW pindah ke Madinah (622 M), Abu Bakar adalah satu-satunya orang yang menemaninya. Abu Bakar juga terikat dengan Nabi Muhammad secara kekeluargaan. Anak perempuannya, Aisyah menikah dengan Nabi Muhammad beberapa saat setelah Hijrah.

[sunting] Menjadi Khalifah


Selama masa sakit Rasulullah SAW saat menjelang ajalnya, dikatakan bahwa Abu Bakar ditunjuk untuk menjadi imam salat menggantikannya, banyak yang menganggap ini sebagai indikasi bahwa Abu Bakar akan menggantikan posisinya. Segera setelah kematiannya, dilakukan musyawarah di kalangan para pemuka kaum Anshar dan Muhajirin di Madinah, yang akhirnya menghasilkan penunjukan Abu Bakar sebagai pemimpin baru umat Islam atau khalifah Islam pada tahun ((632)) M.

Apa yang terjadi saat musyawarah tersebut menjadi sumber perdebatan. Penunjukan Abu Bakar sebagai khalifah adalah subyek yang sangat kontroversial dan menjadi sumber perpecahan pertama dalam Islam, dimana umat Islam terpecah menjadi kaum Sunni dan Syi'ah. Di satu sisi kaum Syi'ah percaya bahwa seharusnya Ali bin Abi Thalib (menantu nabi Muhammad) yang menjadi pemimpin dan dipercayai ini adalah keputusan Rasulullah SAW sendiri sementara kaum sunni berpendapat bahwa Rasulullah SAW menolak untuk menunjuk penggantinya. Kaum sunni berargumen bahwa Muhammad mengedepankan musyawarah untuk penunjukan pemimpin.sementara muslim syi'ah berpendapat bahwa nabi dalam hal-hal terkecil seperti sebelum dan sesudah makan, minum, tidur, dll, tidak pernah meninggal umatnya tanpa hidayah dan bimbingan apalagi masalah kepemimpinan umat terahir. Banyak hadits yang menjadi rujukan dari kaum Sunni maupun Syi'ah tentang siapa khalifah sepeninggal Rasulullah saw, serta jumlah pemimpin islam yang dua belas. Terlepas dari kontroversi dan kebenaran pendapat masing-masing kaum tersebut, Ali sendiri secara formal menyatakan kesetiaannya (berbai'at) kepada Abu Bakar dan dua khalifah setelahnya (Umar bin Khattab dan Usman bin Affan). Kaum sunni menggambarkan pernyataan ini sebagai pernyataan yang antusias dan Ali menjadi pendukung setia Abu Bakar dan Umar. Sementara kaum syi'ah menggambarkan bahwa Ali melakukan baiat tersebut secara pro forma, mengingat ia berbaiat setelah sepeninggal Fatimah istrinya yang berbulan bulan lamanya dan setelah itu ia menunjukkan protes dengan menutup diri dari kehidupan publik.

[sunting] Perang Ridda


Segera setelah suksesi Abu Bakar, beberapa masalah yang mengancam persatuan dan stabilitas komunitas dan negara Islam saat itu muncul. Beberapa suku Arab yang berasal dari Hijaz dan Nejed membangkang kepada khalifah baru dan sistem yang ada. Beberapa di antaranya menolak membayar zakat walaupun tidak menolak agama Islam secara utuh. Beberapa yang lain kembali memeluk agama dan tradisi lamanya yakni penyembahan berhala. Suku-suku tersebut mengklaim bahwa hanya memiliki komitmen dengan Nabi Muhammad SAW dan dengan kematiannya komitmennya tidak berlaku lagi. Berdasarkan hal ini Abu Bakar menyatakan perang terhadap mereka yang dikenal dengan nama perang Ridda. Dalam perang Ridda peperangan terbesar adalah memerangi "Ibnu Habib al-Hanafi" yang lebih dikenal dengan nama Musailamah Al-Kazab (Musailamah si pembohong), yang mengklaim dirinya sebagai nabi baru menggantikan Nabi Muhammad SAW. Musailamah kemudian dikalahkan pada pertempuran Akraba oleh Khalid bin Walid.

[sunting] Ekspedisi ke utara


Setelah menstabilkan keadaan internal dan secara penuh menguasai Arab, Abu Bakar memerintahkan para jenderal Islam melawan kekaisaran Bizantium dan Kekaisaran Sassanid. Khalid bin Walid menaklukkan Irak dengan mudah sementara ekspedisi ke Suriah juga meraih sukses.

[sunting] Qur'an
Abu Bakar juga berperan dalam pelestarian teks-teks tertulis Al Qur'an. Dikatakan bahwa setelah kemenangan yang sangat sulit saat melawan Musailamah dalam perang Ridda, banyak penghafal Al Qur'an yang ikut tewas dalam pertempuran. Umar lantas meminta Abu Bakar untuk mengumpulkan koleksi dari Al Qur'an. oleh sebuah tim yang diketuai oleh sahabat

Zaid bin Tsabit, mulailah dikumpulkan lembaran-lembaran Al-quran dari para penghafal AlQuran dan tulisan-tulisan yang terdapat pada media tulis seperti tulang, kulit dan lain sebagainya,setelah lengkap penulisan ini maka kemudian disimpan oleh Abu Bakar. setelah Abu Bakar meninggal maka disimpan oleh Umar bin Khaththab dan kemudian disimpan oleh Hafsah, anak dari Umar dan juga istri dari Nabi Muhammad SAW. Kemudian pada masa pemerintahan Usman bin Affan koleksi ini menjadi dasar penulisan teks al Qur'an yang dikenal saat ini.

[sunting] Kematian
Abu Bakar meninggal pada tanggal 23 Agustus 634 di Madinah karena sakit yang dideritanya pada usia 61 tahun. Abu Bakar dimakamkan di rumah putrinya Aisyah di dekat masjid Nabawi, di samping makam Nabi Muhammad.
Khulafaur Rasyidin (632661) Digantikan oleh: Umar bin Khatta

Umar bin khattab

Umar bin Khtttab adalah salah seorang sahabat nabi dan khalifah kedua setelah wafatnya Abu Bakar As-Sidiq. Jasa dan pengaruhnya terhadap penyebaran Islam sangat besar hingga Michael H. Heart menempatkannya sebagai orang paling berpengaruh nomor 51 sedunia sepanjang masa. Beliau lahir di Mekah dari Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy dengan nama lengkap Umar bin Khattab bin Nafiel bin abdul Uzza. Keluarga Umar tergolong keluarga kelas menengah, ia bisa membaca dan menulis yang pada masa itu merupakan sesuatu yang jarang. Umar juga dikenal karena fisiknya yang kuat dimana ia menjadi juara gulat di Mekkah. Umar tumbuh menjadi pemuda yang disegani dan ditakuti pada masa itu. Wataknya yang keras membuatnya mendapat julukan Singa Padang Pasir. Ia juga amat keras dalam membela agama tradisional bangsa Arab yang menyembah berhala serta menjaga adat-istiadat mereka. Bahkan putrinya dikubur hidup-hidup demi menjaga kehormatan Umar. Dikatakan bahwa pada suatu saat, Umar berketetapan untuk membunuh Muhammad SAW. Saat mencarinya, ia berpapasan dengan seorang muslim (Nuaim bin Abdullah) yang kemudian memberi tahu bahwa saudara perempuannya juga telah memeluk Islam. Umar terkejut atas pemberitahuan itu dan pulang ke rumahnya. Di rumah Umar menjumpai bahwa saudaranya sedang membaca ayat-ayat Al Quran (surat Thoha), ia menjadi marah akan hal tersebut dan memukul saudaranya. Ketika melihat saudaranya berdarah oleh pukulannya ia menjadi iba, dan kemudian meminta agar bacaan tersebut dapat ia lihat. Ia kemudian menjadi sangat terguncang oleh isi Al Quran tersebut dan kemudian langsung memeluk Islam pada hari itu juga. Sebagai seorang petinggi militer dan ahli siasat yang baik, Umar sering mengikuti berbagai peperangan yang dihadapi umat Islam bersama Rasullullah Saw. Ia ikut terlibat pada perang Badar, Uhud, Khaybar serta penyerangan ke Syria. Setelah wafatnya Rasullullah Saw., beliau merupakan salah satu shabat yang sangat terpukul dengan

kejadian tersebut. Ia bahkan pernah mencegah dimakamkannya Rasullullah karena yakin bahwa nabi tidaklah wafat, melainkan hanya sedang tidak berada dalam tubuh kasarnya, dan akan kembali sewaktu-waktu. Namun setelah dinasehati oleh Abu Bakar, Umar kemudian sadar dan ikut memakamkan Rasullullah. Pada masa Abu Bakar menjabat sebagai khalifah, Umar merupakan salah satu penasehat kepalanya. Kemudian setelah meninggalnya Abu Bakar pada tahun 634, atas wasiat Abu Bakar Umar ditunjuk menggantikannya dan disetujui oleh seluruh perwakilan muslim saat itu. Selama masa jabatannya, khalifah Umar amat disegani dan ditakuti negara-negara lain. Kekuatan Islam maju pesat, mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium). Umar dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi gaya hidup dan penampilan para penguasa di jaman itu, ia tetap hidup sebagaimana saat para pemeluk Islam masih miskin dan dianiaya. Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun keempat kekhalifahannya, Umar mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung saat peristiwa hijrah. Umar syahid setelah ditikam oleh Abu Lukluk, seorang budak asal Persia yang dendam atas kekalahan Persia terhadap Islam pada suatu subuh saat Umar sedang mengerjakan shalat. Umar meninggal pada 25 Dzulhijjah 23 H dan selanjutnya digantikan oleh Utsman bin Affan.

Umar bin Khattab


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Langsung ke: navigasi, cari Khalifah Islam Ke-2

Umar
Khalifah Ar-Rasyidin
Umar bin Khattab Mekkah, Jazirah Arab (Sekarang Saudi Arabia) 7 November 644

Lahir

Meninggal Tempat peristirahatan Dikenal karena Agama

Madinah, Jazirah Arab

Sahabat Nabi Muhammad Islam

Umar bin Khattab bin Nafiel bin Abdul Uzza atau lebih dikenal dengan Umar bin Khattab (581 - November 644) (bahasa Arab: ) adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad yang juga adalah khalifah kedua Islam (634-644). Umar juga merupakan satu diantara empat orang Khalifah yang digolongkan sebagai Khalifah yang diberi petunjuk Khalifah Ar-Rasyidin. Umar dilahirkan di kota Mekkah dari suku Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy, suku terbesar di kota Mekkah saat itu. Ayahnya bernama Khattab bin Nufail Al Shimh Al Quraisyi dan ibunya Hantamah binti Hasyim. Umar memiliki julukan yang diberikan oleh Muhammad yaitu Al-Faruk yang berarti orang yang bisa memisahkan antara kebenaran dan kebatilan. Keluarga Umar tergolong dalam keluarga kelas menengah, ia bisa membaca dan menulis, yang pada masa itu merupakan sesuatu yang langka. Umar juga dikenal karena fisiknya yang kuat dimana ia menjadi juara gulat di Mekkah. Sebelum memeluk Islam, Umar adalah orang yang sangat disegani dan dihormati oleh penduduk Mekkah, sebagaimana tradisi yang dijalankan oleh kaum jahiliyah Mekkah saat itu, Umar juga mengubur putrinya hidup-hidup sebagai bagian dari pelaksanaan adat Mekkah yang masih barbar. Setelah memeluk Islam di bawah Muhammad, Umar dikabarkan menyesali perbuatannya dan menyadari kebodohannya saat itu sebagaimana diriwayatkan dalam satu hadits "Aku menangis ketika menggali kubur untuk putriku. Dia maju dan kemudian menyisir janggutku". Umar juga dikenal sebagai seorang peminum berat, beberapa catatan mengatakan bahwa pada masa pra-Islam, Umar suka meminum anggur. Setelah menjadi seorang Muslim, ia tidak menyentuh alkohol sama sekali, meskipun belum diturunkan larangan meminum khamar (yang memabukkan) secara tegas.

Daftar isi
[sembunyikan]

1 Memeluk Islam 2 Kehidupan di Madinah 3 Kematian Muhammad 4 Masa kekhalifahan Abu Bakar 5 Menjadi khalifah 6 Kematian 7 Catatan kaki 8 Lihat pula 9 Referensi 10 Pranala luar

[sunting] Memeluk Islam


Ketika Muhammad menyebarkan Islam secara terbuka di Mekkah, Umar bereaksi sangat antipati terhadapnya, beberapa catatan mengatakan bahwa kaum Muslim saat itu mengakui bahwa Umar adalah lawan yang paling mereka perhitungkan, hal ini dikarenakan Umar yang

memang sudah mempunyai reputasi yang sangat baik sebagai ahli strategi perang dan seorang prajurit yang sangat tangguh pada setiap peperangan yang ia lalui. Umar juga dicatat sebagai orang yang paling banyak dan paling sering menggunakan kekuatannya untuk menyiksa pengikut Muhammad. Pada puncak kebenciannya terhadap ajaran Muhammad, Umar memutuskan untuk mencoba membunuh Muhammad, namun saat dalam perjalanannya ia bertemu dengan salah seorang pengikut Muhammad bernama Nu'aim bin Abdullah yang kemudian memberinya kabar bahwa saudara perempuan Umar telah memeluk Islam, ajaran yang dibawa oleh Muhammad yang ingin dibunuhnya saat itu. Karena berita itu, Umar terkejut dan pulang ke rumahnya dengan dengan maksud untuk menghukum adiknya, diriwayatkan bahwa Umar menjumpai saudarinya itu sedang membaca Al Qur'an (surat Thoha), ia semakin marah akan hal tersebut dan memukul saudarinya. Ketika melihat saudarinya berdarah oleh pukulannya ia menjadi iba, dan kemudian meminta agar bacaan tersebut dapat ia lihat, diriwayatkan Umar menjadi terguncang oleh apa yang ia baca tersebut, beberapa waktu setelah kejadian itu Umar menyatakan memeluk Islam, tentu saja hali iang selama ini selalu membelanyani membuat hampir seisi Mekkah terkejut karena seseorang yang terkenal paling keras menentang dan paling kejam dalam menyiksa para pengikut Muhammad kemudian memeluk ajaran yang sangat dibencinya tersebut, akibatnya Umar dikucilkan dari pergaulan Mekkah dan ia menjadi kurang atau tidak dihormati lagi oleh para petinggi Quraisy yang selama ini diketahui selalu membelanya.

[sunting] Kehidupan di Madinah


Pada tahun 622 M, Umar ikut bersama Muhammad dan pemeluk Islam lain berhijrah (migrasi) (ke Yatsrib (sekarang Madinah) . Ia juga terlibat pada perang Badar, Uhud, Khaybar serta penyerangan ke Syria. Ia menjadi salah Pada tahun 625, putrinya (Hafsah) menikah dengan Nabi Muhammad. Ia dianggap sebagai seorang yang paling disegani oleh kaum Muslim pada masa itu karena selain reputasinya yang memang terkenal sejak masa praIslam, juga karena ia dikenal sebagai orang terdepan yang selalu membela Muhammad dan ajaran Islam pada setiap kesempatan yang ada bahkan ia tanpa ragu menentang kawan-kawan lamanya yang dulu bersama mereka ia ikut menyiksa Muhammad dan para pengikutnya.

[sunting] Kematian Muhammad


Pada saat kabar kematian Muhammad pada 8 Juni 632 M (12 Rabiul Awal, 10 Hijriah) di Madinah sampai kepada umat Muslim secara keseluruhan, Umar dikabarkan sebagai salah seorang yang paling terguncang atas peristiwa itu, ia menghambat siapapun memandikan atau menyiapkan jasadnya untuk pemakaman. Akibat syok yang ia terima, Umar berkeras bahwa Muhammad tidaklah wafat melainkan hanya sedang tidak sadarkan diri, dan akan kembali sewaktu-waktu. [1] Abu Bakar yang mendengar kabar bergegas kembali dari Madinah, Ia menjumpai Umar sedang menahan Muslim yang lain dan lantas mengatakan (|cquote! :"Saudara-saudara! Barangsiapa mau menyembah Muhammad, Muhammad sudah mati. Tetapi barangsiapa mau menyembah Allah, Allah hidup selalu tak pernah mati."! |) Abu Bakar seang mengingatkan kepada para pemeluk Islam yang sedang terguncang, termasuk Umar saat itu, bahwa Muhammad, seperti halnya mereka, adalah seorang manusia

biasa, Abu Bakar kemudian membacakan ayat dari Al Qur'an [2] yan mencoba untuk mengingatkan mereka kembali kepada ajaran yang diajarkan Muhammad yaitu kefanaan makhluk yang diciptakan. Setelah peristiwa itu Umar menyerah dan membiarkan persiapan penguburan dilaksanakan.

[sunting] Masa kekhalifahan Abu Bakar


Pada masa Abu Bakar menjabat sebagai khalifah, Umar merupakan salah satu penasehat kepalanya. Ssetelah meninggalnya Abu Bakar pada tahun 634, Umar ditunjuk untuk menggantikan Abu Bakar sebagai khalifah kedua dalam sejarah Islam.

[sunting] Menjadi khalifah


Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat. Islam mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium). Saat itu ada dua negara adi daya yaitu Persia dan Romawi. Namun keduanya telah ditaklukkan oleh kekhalifahan Islam dibawah pimpinan Umar. Sejarah mencatat banyak pertempuran besar yang menjadi awal penaklukan ini. Pada pertempuran Yarmuk, yang terjadi di dekat Damaskus pada tahun 636, 20 ribu pasukan Islam mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu dan mengakhiri kekuasaan Romawi di Asia Kecil bagian selatan. Pasukan Islam lainnya dalam jumlah kecil mendapatkan kemenangan atas pasukan Persia dalam jumlah yang lebih besar pada pertempuran Qadisiyyah (th 636), di dekat sungai Eufrat. Pada pertempuran itu, jenderal pasukan Islam yakni Sa`ad bin Abi Waqqas mengalahkan pasukan Sassanid dan berhasil membunuh jenderal Persia yang terkenal, Rustam Farrukhzad. Pada tahun 637, setelah pengepungan yang lama terhadap Yerusalem, pasukan Islam akhirnya mengambil alih kota tersebut. Umar diberikan kunci untuk memasuki kota oleh pendeta Sophronius dan diundang untuk salat di dalam gereja (Church of the Holy Sepulchre). Umar memilih untuk salat ditempat lain agar tidak membahayakan gereja tersebut. 55 tahun kemudian, Masjid Umar didirikan ditempat ia salat. Umar melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol dari dekat kebijakan publik, termasuk membangun sistem administrasi untuk daerah yang baru ditaklukkan. Ia juga memerintahkan diselenggarakannya sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638, ia memerintahkan untuk memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Medinah. Ia juga memulai proses kodifikasi hukum Islam. Umar dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi gaya hidup dan penampilan para penguasa di zaman itu, ia tetap hidup sangat sederhana. Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat kekhalifahannya, Umar mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung saat peristiwa hijrah.

[sunting] Kematian

Umar bin Khattab dibunuh oleh Abu Lukluk (Fairuz), seorang budak pada saat ia akan memimpin salat Subuh. Fairuz adalah orang Persia yang masuk Islam setelah Persia ditaklukkan Umar. Pembunuhan ini konon dilatarbelakangi dendam pribadi Abu Lukluk (Fairuz) terhadap Umar. Fairuz merasa sakit hati atas kekalahan Persia, yang saat itu merupakan negara digdaya, oleh Umar. Peristiwa ini terjadi pada hari Rabu, 25 Dzulhijjah 23 H/644 M. Setelah kematiannya jabatan khalifah dipegang oleh Usman bin Affan. Semasa Umar masih hidup Umar meninggalkan wasiat yaitu[rujukan?]:
1. Jika engkau menemukan cela pada seseorang dan engkau hendak mencacinya, maka cacilah dirimu. Karena celamu lebih banyak darinya. 2. Bila engkau hendak memusuhi seseorang, maka musuhilah perutmu dahulu. Karena tidak ada musuh yang lebih berbahaya terhadapmu selain perut. 3. Bila engkau hendak memuji seseorang, pujilah ALLAH SWT. Karena tiada seorang manusia pun lebih banyak dalam memberi kepadamu dan lebih santun lembut kepadamu selain ALLAH SWT. 4. Jika engkau ingin meninggalkan sesuatu, maka tinggalkanlah kesenangan dunia. Sebab apabila engkau meninggalkannya, berarti engkau terpuji. 5. Bila engkau bersiap-siap untuk sesuatu, maka bersiplah untuk mati. Karena jika engkau tidak bersiap untuk mati, engkau akan menderita, rugi ,dan penuh penyesalan. 6. Bila engkau ingin menuntut sesuatu, maka tuntutlah akhirat. Karena engkau tidak akan memperolehnya kecuali dengan mencarinya.

[sunting] Catatan kaki


1. ^ (Hayatu Muhammad, M Husain Haikal) 2. ^ "Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur." (surat Ali 'Imran ayat 144)

Utsman bin Affan


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Langsung ke: navigasi, cari Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia
Merapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke dalam paragraf atau wikifikasi artikel. Setelah dirapikan, tolong hapus pesan ini.

Utsman bin Affan (bahasa Arab: 21 / 656 475 , Dzulhijjah 35 H; umur 8182 tahun)[1] adalah sahabat Nabi Muhammad SAW yang termasuk Khulafaur Rasyidin yang ke-3. Utsman adalah seorang yang saudagar yang kaya tetapi sangatlah dermawan. Ia juga berjasa dalam hal membukukan Al-Qur'an.

Ia adalah khalifah ketiga yang memerintah dari tahun 644 (umur 6970 tahun) hingga 656 (selama 1112 tahun). Selain itu sahabat nabi yang satu ini memiliki sifat yang sangat pemalu. Utsman bin Affan adalah sahabat nabi dan juga khalifah ketiga dalam Khulafaur Rasyidin. ia dikenal sebagai pedagang kaya raya dan ekonom yang handal namun sangat dermawan. Banyak bantuan ekonomi yang diberikannya kepada umat Islam di awal dakwah Islam. Ia mendapat julukan Dzunnurain yang berarti yang memiliki dua cahaya. Julukan ini didapat karena Utsman telah menikahi puteri kedua dan ketiga dari Rasullah Saw yaitu Ruqayah dan Ummu Kaltsum.

Daftar isi
[sembunyikan]

1 Kelahiran 2 Kematian 3 Referensi 4 Pranala luar

[sunting] Kelahiran
Usman bin Affan lahir pada 574 Masehi dari golongan Bani Umayyah. Nama ibunya adalah Arwa binti Kuriz bin Rabiah. ia masuk Islam atas ajakan Abu Bakar dan termasuk golongan As-Sabiqun al-Awwalun (golongan yang pertama-tama masuk Islam). Rasulullah Saw sendiri menggambarkan Utsman bin Affan sebagai pribadi yang paling jujur dan rendah hati di antara kaum muslimin. Diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa Aisyah bertanya kepada Rasulullah Saw, Abu Bakar masuk tapi engkau biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus, lalu Umar masuk engkau pun biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus. Akan tetapi ketika Utsman masuk engkau terus duduk dan membetulkan pakaian, mengapa? Rasullullah menjawab, Apakah aku tidak malu terhadap orang yang malaikat saja malu kepadanya? Pada saat seruan hijrah pertama oleh Rasullullah Saw ke Habbasyiah karena meningkatnya tekanan kaum Quraisy terhadap umat Islam, Utsman bersama istri dan kaum muslimin lainnya memenuhi seruan tersebut dan hijrah ke Habasyiah hingga tekanan dari kaum Quraisy reda. Tak lama tinggal di Mekah, Utsman mengikuti Nabi Muhammad Saw untuk hijrah ke Madinah. Pada peristiwa Hudaibiyah, Utsman dikirim oleh Rasullah untuk menemui Abu Sofyan di Mekkah. Utsman diperintahkan Nabi untuk menegaskan bahwa rombongan dari Madinah hanya akan beribadah di Ka'bah, lalu segera kembali ke Madinah, bukan untuk memerangi penduduk Mekkah. Pada saat Perang Dzatirriqa dan Perang Ghatfahan berkecamuk, dimana Rasullullah Saw memimpin perang, Utsman dipercaya menjabat walikota Madinah. Saat Perang Tabuk, Utsman mendermakan 1000 ekor unta dan 70 ekor kuda, ditambah 1000 dirham sumbangan pribadi untuk perang Tabuk, nilainya sama dengan sepertiga biaya perang tersebut. Utsman bin Affan juga menunjukkan kedermawanannya tatkala membeli mata air yang bernama Rumah dari seorang lelaki suku Ghifar seharga 35.000 dirham. Mata air itu ia wakafkan

untuk kepentingan rakyat umum.[2] Pada masa pemerintahan Abu Bakar, Utsman juga pernah memberikan gandum yang diangkut dengan 1000 unta untuk membantu kaum miskin yang menderita di musim kering. Setelah wafatnya Umar bin Khattab sebagai khalifah kedua, diadakanlah musyawarah untuk memilik khalifah selanjutnya. Ada enam orang kandidat khalifah yang diusulkan yaitu Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdul Rahman bin Auf, Saad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah. Selanjutnya Abdul Rahman bin Auff, Saad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah mengundurkan diri hingga hanya Utsman dan Ali yang tertinggal. Suara masyarakat pada saat itu cenderung memilih Utsman menjadi khalifah ketiga. Maka diangkatlah Utsman yang berumur 70 tahun menjadi khalifah ketiga dan yang tertua, serta yang pertama dipilih dari beberapa calon. Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram 24 H. Utsman menjadi khalifah di saat pemerintah Islam telah betulbetul mapan dan terstruktur. ia adalah khalifah kali pertama yang melakukan perluasan masjid al-Haram (Mekkah) dan masjid Nabawi (Madinah) karena semakin ramai umat Islam yang menjalankan rukun Islam kelima (haji). ia mencetuskan ide polisi keamanan bagi rakyatnya; membuat bangunan khusus untuk mahkamah dan mengadili perkara yang sebelumnya dilakukan di masjid; membangun pertanian, menaklukan Syiria, Afrika Utara, Persia, Khurasan, Palestina, Siprus, Rodhes, dan juga membentuk angkatan laut yang kuat. Jasanya yang paling besar adalah saat mengeluarkan kebijakan untuk mengumpulkan Al-Quran dalam satu mushaf. Selama masa jabatannya, Utsman banyak mengganti gubernur wilayah yang tidak cocok atau kurang cakap dan menggantikaannya dengan orang-orang yang lebih kredibel. Namun hal ini banyak membuat sakit hati pejabat yang diturunkan sehingga mereka bersekongkol untuk membunuh khalifah.

[sunting] Kematian
Khalifah Utsman kemudian dikepung oleh pemberontak selama 40 hari dimulai dari bulan Ramadhan hingga Dzulhijah. Beliau diberi 2 ulimatum oleh pemberontak, yaitu mengundurkan diri atau dibunuh. Meski Utsman mempunyai kekuatan untuk menyingkirkan pemberontak, namun ia berprinsip untuk tidak menumpahkan darah umat Islam. Utsman akhirnya wafat sebagai syahid pada bulan Dzulhijah 35 H ketika para pemberontak berhasil memasuki rumahnya dan membunuh Utsman saat sedang membaca Al-Quran. Persis seperti apa yang disampaikan Rasullullah Saw perihal kematian Utsman yang syahid nantinya. peristiwa pembunuhan usman berawal dari pengepungan rumah usman oleh para pemberontak selama 40 hari.usman wafat pada hari Jumat 18 Dzulhijjah 35 H.[3] Ia dimakamkan di kuburan Baqi di Madinah.

Ali bin Abi Thalib


Al bin Ab Thlib (Arab: , Persia: )166 995( ) adalah salah seorang pemeluk Islam pertama dan juga keluarga dari Nabi Muhammad. Menurut Islam Sunni, ia adalah Khalifah terakhir dari Khulafaur Rasyidin. Sedangkan Syi'ah berpendapat bahwa ia adalah Imam sekaligus Khalifah pertama yang dipilih oleh Rasulullah Muhammad SAW. Uniknya meskipun Sunni tidak mengakui konsep Imamah mereka setuju memanggil Ali dengan sebutan Imam, sehingga

Ali menjadi satu-satunya Khalifah yang sekaligus juga Imam. Ali adalah sepupu dari Muhammad, dan setelah menikah dengan Fatimah az-Zahra, ia menjadi menantu Muhammad == Riwayat Hidup == === Kelahiran & Kehidupan Keluarga === ==== Kelahiran ==== Ali dilahirkan di [[Mekkah]], daerah [[Hejaz]], [[Jazirah Arab]], pada tanggal 13 [[Rajab]]. Menurut sejarawan, Ali dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya kenabian Muhammad, sekitar tahun [[599]] Masehi atau [[600]](perkiraan). Muslim [[Syi'ah]] percaya bahwa Ali dilahirkan di dalam [[Ka'bah]]. Usia Ali terhadap Nabi [[Muhammad]] masih diperselisihkan hingga kini, sebagian riwayat menyebut berbeda 25 tahun, ada yang berbeda 27 tahun, ada yang 30 tahun bahkan 32 tahun.

Beliau bernama asli '''Haydar''' bin [[Abu Thalib]], paman [[Muhammad|Nabi Muhammad SAW]]. Haydar yang berarti ''Singa'' adalah harapan keluarga [[Abu Thalib]] untuk mempunyai penerus yang dapat menjadi tokoh pemberani dan disegani di antara kalangan [[Quraisy]] [[Mekkah]].

Setelah mengetahui sepupu yang baru lahir diberi nama ''Haydar'',{{cn}} Nabi SAW memanggil dengan '''Ali''' yang berarti ''Tinggi''(derajat di sisi Allah).

==== Kehidupan Awal ==== Ali dilahirkan dari ibu yang bernama [[Fatimah binti Asad]], dimana [[Asad bin Hsyim|Asad]] merupakan anak dari [[Hasyim bin 'Abd al-Manaf|Hasyim]], sehingga menjadikan Ali, merupakan keturunan [[Hasyim bin 'Abd al-Manaf|Hasyim]] dari sisi bapak dan ibu.

Kelahiran [[Ali bin Abi Thalib]] banyak memberi hiburan bagi Nabi SAW karena beliau tidak punya anak laki-laki. Uzur dan faqir nya keluarga [[Abu Thalib]] memberi kesempatan bagi Nabi SAW bersama istri beliau [[Khadijah binti Khuwailid|Khadijah]] untuk mengasuh Ali dan menjadikannya putra angkat. Hal ini sekaligus untuk membalas jasa kepada [[Abu Thalib]] yang telah mengasuh Nabi sejak beliau kecil hingga dewasa, sehingga sedari kecil Ali sudah bersama dengan [[Muhammad]].

Dalam biografi asing (Barat), hubungan Ali kepada [[Muhammad|Nabi Muhammad SAW]] dilukiskan seperti Yohanes Pembaptis ([[Nabi Yahya]]) kepada [[Yesus]] ([[Nabi Isa]]). Dalam riwayat-riwayat [[Syi'ah]] dan sebagian riwayat [[Sunni]], hubungan tersebut dilukiskan seperti [[Nabi Harun]] kepada [[Nabi Musa]].

=== Masa Remaja === Ketika Nabi Muhammad SAW menerima wahyu, riwayat-riwayat lama seperti [[Ibnu Ishaq]] menjelaskan Ali adalah lelaki pertama yang mempercayai wahyu tersebut atau orang ke 2 yang percaya setelah [[Khadijah binti Khuwailid|Khadijah]] istri Nabi sendiri. Pada titik ini Ali berusia sekitar 10 tahun.

Pada usia remaja setelah wahyu turun, Ali banyak belajar langsung dari Nabi SAW karena sebagai anak asuh, berkesempatan selalu dekat dengan Nabi hal ini berkelanjutan hingga beliau menjadi menantu Nabi. Hal inilah yang menjadi bukti bagi sebagian kaum Sufi bahwa ada pelajaran-pelajaran tertentu masalah ruhani (spirituality dalam bahasa Inggris atau kaum Salaf lebih suka menyebut istilah 'Ihsan') atau yang kemudian dikenal dengan istilah [[Tasawuf]] yang diajarkan Nabi khusus kepada beliau tapi tidak kepada Murid-murid atau Sahabat-sahabat yang lain.

Karena bila ilmu [[Syari'ah]] atau hukum-hukum agama Islam baik yang mengatur ibadah maupun kemasyarakatan semua yang diterima Nabi harus disampaikan dan diajarkan kepada umatnya, sementara masalah ruhani hanya bisa diberikan kepada orang-orang tertentu dengan kapasitas masing-masing.

Didikan langsung dari Nabi kepada Ali dalam semua aspek ilmu Islam baik aspek zhahir (exterior) atau syariah dan bathin (interior) atau tasawuf menggembleng Ali menjadi seorang pemuda yang sangat cerdas, berani dan bijak.

=== Kehidupan di Mekkah sampai Hijrah ke Madinah === Ali bersedia tidur di kamar Nabi untuk mengelabui orang-orang [[Quraisy]] yang akan menggagalkan hijrah Nabi. Beliau tidur menampakkan kesan Nabi yang tidur sehingga masuk waktu menjelang pagi mereka mengetahui Ali yang tidur, sudah tertinggal satu malam perjalanan oleh Nabi yang telah meloloskan diri ke Madinah bersama [[Abu Bakar]].

=== Kehidupan di Madinah === ==== Perkawinan ==== Setelah masa hijrah dan tinggal di [[Madinah]], Ali dinikahkan Nabi dengan putri kesayangannya [[Fatimah az-Zahra]] yang banyak dinanti para pemuda. Nabi menimbang Ali yang paling tepat dalam banyak hal seperti Nasab keluarga yang se-rumpun ([[Bani Hasyim]]), yang paling dulu mempercayai

ke-nabi-an [[Muhammad]] (setelah [[Khadijah binti Khuwailid|Khadijah]]), yang selalu belajar di bawah Nabi dan banyak hal lain.

==== Julukan ==== Ketika Muhammad mencari Ali menantunya, ternyata Ali sedang tidur. Bagian atas pakaiannya tersingkap dan debu mengotori punggungnya. Melihat itu Muhammad pun lalu duduk dan membersihkan punggung Ali sambil berkata, "Duduklah wahai ''Abu Turab'', duduklah." ''Turab'' yang berarti [[debu]] atau [[tanah]] dalam [[bahasa Arab]]. Julukan tersebut adalah julukan yang paling disukai oleh Ali.

==== Pertempuran yang diikuti pada masa Nabi saw ==== ===== Perang Badar ===== Beberapa saat setelah menikah, pecahlah perang Badar, perang pertama dalam sejarah Islam. Di sini Ali betul-betul menjadi pahlawan disamping [[Hamzah bin Abdul-Muththalib|Hamzah]], paman Nabi. Banyaknya [[Quraisy]] [[Mekkah]] yang tewas di tangan Ali masih dalam perselisihan, tapi semua sepakat beliau menjadi bintang lapangan dalam usia yang masih sangat muda sekitar 25 tahun.

===== Perang Khandaq ===== Perang Khandaq juga menjadi saksi nyata keberanian Ali bin Abi Thalib ketika memerangi Amar bin Abdi Wud . Dengan satu tebasan pedangnya yang bernama dzulfikar, Amar bin Abdi Wud terbelah menjadi dua bagian.

===== Perang Khaibar ===== Setelah Perjanjian Hudaibiyah yang memuat perjanjian perdamaian antara kaum Muslimin dengan Yahudi, dikemudian hari Yahudi mengkhianati perjanjian tersebut sehingga pecah perang melawan Yahudi yang bertahan di Benteng Khaibar yang sangat kokoh, biasa disebut dengan perang Khaibar. Di saat para sahabat tidak mampu membuka benteng Khaibar, Nabi saw bersabda: :''"Besok, akan aku serahkan bendera kepada seseorang yang tidak akan melarikan diri, dia akan menyerang berulang-ulang dan Allah akan mengaruniakan kemenangan baginya. Allah dan RasulNya mencintainya dan dia mencintai Allah dan Rasul-Nya".''

Maka, seluruh sahabat pun berangan-angan untuk mendapatkan kemuliaan tersebut. Namun, temyata [[Ali bin Abi Thalib]] yang mendapat kehormatan itu serta mampu menghancurkan benteng

Khaibar dan berhasil membunuh seorang prajurit musuh yang berani bernama Marhab lalu menebasnya dengan sekali pukul hingga terbelah menjadi dua bagian.

===== Peperangan lainnya ===== Hampir semua peperangan beliau ikuti kecuali perang Tabuk karena mewakili nabi [[Muhammad]] untuk menjaga kota [[Madinah]].

=== Setelah Nabi wafat === Sampai disini hampir semua pihak sepakat tentang riwayat Ali bin Abi Thalib, perbedaan pendapat mulai tampak ketika Nabi [[Muhammad]] wafat. [[Syi'ah]] berpendapat sudah ada wasiat (berdasar riwayat [[Ghadir Khum]]) bahwa Ali harus menjadi Khalifah bila Nabi SAW wafat. Tetapi [[Sunni]] tidak sependapat, sehingga pada saat Ali dan Fatimah masih berada dalam suasana duka orangorang Quraisy bersepakat untuk membaiat [[Abu Bakar]].

Menurut riwayat dari Al-Ya'qubi dalam kitab Tarikh-nya Jilid II Menyebutkan suatu peristiwa sebagai berikut. Dalam perjalan pulang ke Madinah seusai menunaikan ibadah haji ( Hijjatul-Wada'),malam hari Rasulullah saw bersama rombongan tiba di suatu tempat dekat Jifrah yang dikenal denagan nama "GHADIR KHUM." Hari itu adalah hari ke-18 bulan Dzulhijah. Ia keluar dari kemahnya kemudia berkhutbah di depan jamaah sambil memegang tangan Imam Ali Bin Abi Tholib r.a.Dalam khutbahnya itu antara lain beliau berkata : "Barang siapa menanggap aku ini pemimpinnya, maka Ali adalah pemimpinnya.Ya Allah, pimpinlah orang yang mengakui kepemimpinannya dan musuhilah orang yang memusuhinya"

Pengangkatan Abu Bakar sebagai Khalifah tentu tidak disetujui keluarga Nabi [[Ahlul Bait]]dan pengikutnya. Beberapa riwayat berbeda pendapat waktu pem-bai'at-an [[Ali bin Abi Thalib]] terhadap [[Abu Bakar]] sebagai [[Khalifah]] pengganti [[Rasulullah]]. Ada yang meriwayatkan setelah Nabi dimakamkan, ada yang beberapa hari setelah itu, riwayat yang terbanyak adalah Ali mem-bai'at [[Abu Bakar]] setelah [[Fatimah az-Zahra|Fatimah]] meninggal, yaitu enam bulan setelah meninggalnya [[Rasulullah]] demi mencegah perpecahan dalam ummat

Ada yang menyatakan bahwa Ali belum pantas untuk menyandang jabatan [[Khalifah]] karena umurnya yang masih muda, ada pula yang menyatakan bahwa ''kekhalifahan'' dan ''kenabian'' sebaiknya tidak berada di tangan [[Bani Hasyim]].

=== Sebagai khalifah === Peristiwa pembunuhan terhadap Khalifah [[Utsman bin Affan]] mengakibatkan kegentingan di seluruh dunia Islam yang waktu itu sudah membentang sampai ke Persia dan Afrika Utara. Pemberontak yang waktu itu menguasai Madinah tidak mempunyai pilihan lain selain [[Ali bin Abi Thalib]] sebagai khalifah, waktu itu Ali berusaha menolak, tetapi [[Zubair bin Awwam]] dan [[Talhah bin Ubaidillah]] memaksa beliau, sehingga akhirnya Ali menerima bai'at mereka. Menjadikan Ali satu-satunya Khalifah yang dibai'at secara massal, karena khalifah sebelumnya dipilih melalui cara yang berbeda-beda.

Sebagai Khalifah ke-4 yang memerintah selama sekitar 5 tahun. Masa pemerintahannya mewarisi kekacauan yang terjadi saat masa pemerintah [[Khalifah]] sebelumnya, [[Utsman bin Affan]]. Untuk pertama kalinya perang saudara antara umat Muslim terjadi saat masa pemerintahannya, [[Perang Jamal]]. 20.000 pasukan pimpinan Ali melawan 30.000 pasukan pimpinan [[Zubair bin Awwam]], [[Talhah bin Ubaidillah]], dan [[Ummul mu'minin]] [[Aisyah binti Abu Bakar]], janda [[Rasulullah]]. Perang tersebut dimenangkan oleh pihak Ali.

Peristiwa pembunuhan Khalifah [[Utsman bin Affan]] yang menurut berbagai kalangan waktu itu kurang dapat diselesaikan karena fitnah yang sudah terlanjur meluas dan sudah diisyaratkan (akan terjadi) oleh Nabi Muhammad SAW ketika beliau masih hidup, dan diperparah oleh hasutan-hasutan para pembangkang yang ada sejak zaman [[Utsman bin Affan]], menyebabkan perpecahan di kalangan kaum muslim sehingga menyebabkan perang tersebut. Tidak hanya selesai di situ, konflik berkepanjangan terjadi hingga akhir pemerintahannya. [[Perang Shiffin]] yang melemahkan kekhalifannya juga berawal dari masalah tersebut.

[[Ali bin Abi Thalib]], seseorang yang memiliki kecakapan dalam bidang militer dan strategi perang, mengalami kesulitan dalam administrasi negara karena kekacauan luar biasa yang ditinggalkan pemerintahan sebelumya. Ia meninggal di usia 63 tahun karena pembunuhan oleh [[Abdrrahman bin Muljam]], seseorang yang berasal dari golongan [[Khawarij]] (pembangkang) saat mengimami salat subuh di masjid [[Kufah]], pada tanggal [[19 Ramadhan]], dan Ali menghembuskan napas terakhirnya pada tanggal [[21 Ramadhan]] tahun 40 [[Hijriyah]]. Ali dikuburkan secara rahasia di [[Najaf]], bahkan ada beberapa riwayat yang menyatakan bahwa ia dikubur di tempat lain.

Thalhah Bin Ubaidillah


I. Pendahuluan Kemurahan dan kedermawanan Thalhah bin Ubaidillah patut kita contoh dan kita teladani. Dalam hidupnya ia mempunyai tujuan utama yaitu bermurah dalam pengorbanan jiwa. Thalhah bin Ubaidillah merupakan salah seorang dari delapan orang yang pertama masuk Islam, dimana saat itu satu orang bernilai seribu orang.

Sejak awal keislamannya hingga akhir hidupnya ia tidak pernah mengingkari janji. Janjinya selalu tepat. Ia juga dikenal sebagai orang jujur, tidak pernah menipu apalagi berkhianat. Thalhah masuk Islam melalui anak pamannya, Abu Bakar Assiddiq ra. II. Mengucapkan Dua Kalimat Syahadat Dengan disertai Abu Bakar Assiddiq, Thalhah pergi menemui Rasulullah SAW. Setelah berhasil berjumpa dengan Rasulullah SAW, Thalhah mengungkapkan niatnya hendak ikut memeluk Dinul haq, Islam. Maka Rasulullah SAW menyuruhnya mengucapkan dua kalimat syahadat. Setelah menyatakan keislamannya di hadapan Muhammad SAW. Thalhah dan Abu Bakar ra. pun pergi. Tapi di tengah jalan mereka dicegat oleh Nofal bin Khuwalid yang dikenal dengan Singa Quraisy, yang terkenal kejam dan bengis. Nofal kemudian memanggil gerombolannya untuk menangkap mereka. Ternyata Thalhah dan Abu Bakar tidak hanya ditangkap saja, mereka diikat dalam satu tambang. Semua itu dilakukan Nofal sebagai siksaan atas keislaman Thalhah. Oleh karena itulah Thalhah dan Abu Bakar ra. dijuluki Alqori-nain atau dua serangkai. Dan sesudah masuk Islam Thalhah selalu mendampingi Rasulullah SAW. Riwayat hidup Thalhah merupakan hembusan angin yang harum dalam rangkaian sejarah yang agung penuh keteladanan. Oleh karena itu alangkah patutnya bila kita menerapkan sejarah lama untuk masa kini dan merintis jalan yang pernah ditempuh pendahulu kita serta beriman sebagaimana mereka beriman, jujur, ikhlas dan setia seperti yang mereka lakukan dan berjihad sebagaimana mereka berjihad. Nasib agama kita akan membaik bila kita menempuhnya dengan cara yang ditempuh para pendahulu kita, sebagaimana yang Allah firmankan: Sesungguhnya pada yang demikian itu benarbenar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya sedang dia menyaksikannya. (QS. Qoof : 37) Thalhah adalah seorang lelaki yang gagah berani, tidak takut menghadapi kesulitan, kesakitan dan segala macam ujian lainnya. Ia orang yang kokoh dalam mempertahankan pendirian meskipun ketika di jaman jahiliyah. Ketika pergi ke Syam ia singgah sebentar di Bushra. Di situ ia mendengar ada seorang pastur yang sedang mencari orang berasal dari Mekah. Mengetahui hal itu maka Thalhah segera mendekati pastur itu. Ternyata pastur itu mempertanyakan seorang lelaki bernama Ahmad bin Abdillah bin Abdul Muthalib di Mekah, karena kini sudah saatnya dia muncul. Setelah pulang dia bertemu dengan Abu Bakar dan masuk Islam sesudah Utsman bin Affan. Sewaktu perang Badar, Thalhah tidak ikut bertempur di medan laga karena pada waktu itu ia diberi tugas khusus oleh Rasulullah SAW sebagai pengintai kafilah Quraisy yang tengah menuju daerah Alhaura. III. Perang Uhud

Bila diingatkan tentang perang Uhud, Abu Bakar ra. selalu teringat pada Thalhah. Pada waktu itu akulah orang pertama yang menjumpai Rasulullah SAW. Ketika melihat aku dan Abu Ubaidah, baginda berkata kepada kami: Lihatlah saudaramu ini. Pada waktu itu aku melihat tubuh Thalhah terkena lebih dari tujuh puluh tikaman atau panah dan jari tangannya putus. Bagi bangsa Quraisy perang Uhud merupakan tindak balas atas kekalahannya sewaktu perang Badar. Pada awal pertempuran Uhud kaum muslimin telah memperoleh kemenangan. Pasukan kafir Quraisy kocar-kacir dan mundur dari medan perang. Tapi ketika kaum muslimin melihat mereka mundur, para pemanah yang bertugas di bukit menutup jalur belakang segera berlari turun. Mereka kemudian mengumpulkan barang-barang peninggalan musuh. Mereka mengira pertempuran telah berakhir. Ternyata pasukan musuh menerobos melalui jalur belakang. Pasukan kaum muslimin benar-benar telah lengah sehingga mereka dapat dipukul dari dua arah, maka mendadak mereka menjadi panik dan tak tahu harus berbuat apa. Peristiwa ini akibat dari kesalahan pasukan pemanah yang ditugaskan oleh Rasulullah SAW untuk melindungi pasukan muslimin dari serangan musuh yang berasal dari belakang. Pertempuran sengitpun terjadilah. Kaum musyrikin benar-benar ingin membalas dendam. Mereka masing-masing mencari orang yang pernah membunuh keluarga mereka sewaktu perang Badar. Mereka berniat akan membunuh dan memotong-motongnya dengan sadis. Semua musyrikin berusaha mencari Rasulullah SAW. Dengan pedang-pedangnya yang tajam dan mengkilat mereka terus mencari Rasulullah SAW. Mereka amat gemas, benci dan penasaran karena sewaktu hijrah ke Madinah, mereka tidak berhasil menemukan Muhammad. Kini, pada saat perang Uhud, mereka dengan dendam membara terus mencarinya. Tetapi kaum muslimin melindungi Rasulullah SAW. Mereka melindungi baginda Rasulullah SAW dengan tubuhnya dan dengan segala daya. Mereka rela terkena sabetan, tikaman pedang dan anak panah. Tombak dan panah menghujam mereka, tetapi mereka tetap bertahan melawan kaum musyrikin Quraisy. Hati-hati mereka berucap dengan teguh, Aku korbankan ayah ibuku untuk engkau ya Rasulullah. Salah satu diantara mujahid yang melindungi nabi SAW dengan tulus ikhlas adalah Thalhah. Ia berperawakan tinggi kekar. Ia ayunkan pedangnya ke kanan dan ke kiri. Ia melompat ke arah Rasulullah yang tubuhnya telah berdarah. Dipeluknya tubuh baginda dengan tangan kiri dan dadanya. Sementara pedang yang ada di tangan kanannya ia ayunkan ke arah lawan yang mengelilinginya seperti laron yang tidak mempedulikan maut. Alhamdulillah, Rasulullah selamat. Peristiwa ini merupakan pelajaran dan pengalaman pahit yang tidak terlupakan. Itulah sekilas uraian tentang keteguhan dan pengorbanan Thalhah melindungi Rasul-Nya. Thalhah memang merupakan seorang pahlawan dalam barisan tentara perang Uhud. Ia siap berkorban membela Nabi SAW. Ia memang patut ditempatkan pada barisan depan karena Allah telah

menganugerahkan kepada dirinya tubuh yang kuat dan kekar, keimanan yang teguh dan keikhlasan pada agama Allah. Akhirnya kaum musyrikin pergi meninggalkan medan perang. Mereka mengira Rasulullah SAW telah tewas. Alhamdulillah, Rasulullah SAW selamat walaupun dalam keadaan menderita luka-luka. Baginda dipapah oleh Thalhah menaiki bikit yang ada di ujung medan pertempuran. Tangan, tubuh dan kakinya diciumi oleh Thalhah seraya berkata, Aku tebus engkau ya Rasulullah dengan ayah ibuku. Nabi SAW tersenyum dan berkata, Engkau adalah Thalhah kebajikan. Di hadapan para sahabat Nabi SAW bersabda, Keharusan bagi Thalhah adalah memperoleh.. Yang dimaksud Nabi SAW adalah memperoleh surga. Sejak peristiwa Uhud itulah Thalhah mendapat julukan Burung Elang dari Uhud. IV. Ketika Thalhah Hijrah Pada waktu hijrah ke Madinah, Rasulullah SAW pergi dengan Abu Bakar ra., sedangkan Ruqayah, putri Rasulullah SAW pergi bersama suaminya, Utsman ra. Adapun Zainab, putri sulung Rasulullah SAW tidak hijrah karena ia menetap di Mekah bersama suaminya Abul Ash ibnu Arrabi yang masih kafir. Adapun Ummu Khaltum dan Fatimah tengah menunggu orang yang akan menemani dan mengawal mereka sehingga bisa selamat sampai di kota Madinah. Dan Thalhah mendapat kehormatan untuk menyertai mereka. Pengawalan khalifah diserahkan kepada Zaid bin Haritsah dan Usamah bin Zaid. Kafilah berangkat ke Madinah. Mereka yang ikut serta dalam rombongan itu antara lain Fatimah, Ummu Khaltum dan istri Rasulullah SAW ummul mukmu\inin yaitu Saudah binti Zumah dan Ummu Aiman ra. V. Thalhah yang Dermawan Pernahkah anda melihat sungai yang airnya mengalir terus menerus mengairi daratan dan lembah? Begitulah Thalhah bin Ubaidillah. Ia adalah salah seorang dari kaum muslimin yang kaya raya, tapi pemurah dan dermawan. Istrinya bernama Suda binti Auf. Pada suatu hari istrinya melihat Thalhah sedang murung dan duduk termenung sedih. Melihat keadaan suaminya, sang istri segera menanyakan penyebab kesedihannya, dan Thalhah menjawab, Uang yang ada di tanganku sekarang ini begitu banyak sehingga memusingkanku. Apa yang harus kulakukan? Maka istrinya berkata, Uang yang ada di tanganmu itu bagi-bagikanlah kepada fakir miskin. Maka dibagi-bagikannyalah seluruh uang yang ada di tangan Thalhah tanpa meninggalkan sepeser pun. Assaib bin Zaid pun berkata tentang Thalhah. Katanya, Aku berkawan dengan Thalhah baik dalam perjalanan maupun sewaktu bermukim. Aku melihat tidak ada seorangpun yang lebih dermawan dari dia terhadap kaum muslimin. Ia mendermakan uang, sandang dan pangannya.

Jabir bin Abdullah pun bertutur, Aku tidak pernah melihat orang yang lebih dermawan dati Thalhah walaupun tanpa diminta. Oleh karena itu patutlah jika dia dijuluki Thalhah si dermawan, Thalhah si pengalir harta, Thalhah kebaikan dan kebajikan. VI. Wafatnya Thalhah Sewaktu terjadi pertempuran Al Jamal, Thalhah bertemu dengan Ali ra. Ali memperingatkannya agar ia mundur ke barisan paling belakang. Sebuah panah mengenai betisnya maka dia segera dipindahkan ke Basra dan tak berapa lama kemudian karena lukanya yang cukup dalam, ia wafat. Thalhah wafat pada usia enam puluh tahun dan dikubur di suatu tempat dekat padang rumput di Basra. Rasulullah SAW pernah berkata pada para sahabat ra. Orang ini termasuk yang gugur dan barang siapa senang melihat seorang syahid berjalan di atas bumi maka lihatlah Thalhah. Hal ini juga dikatakan Allah dalam firman-Nya: Diantara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah, maka diantara mereka ada yang gugur, dan diantara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak merubah janjinya. (QS. Al Ahzab : 23)

Zubair bin Awwam bin Khuwailid


Janjinya kepada Nabi selalu ia tepati. Atas petunjuk Nabi ia berbakti. Dialah sang pembela sejati. Kata dan perbuatannya bagai merpati. Di jalan Nabi, ia berjalanMembela kebenaran sebagai tujuan. Jika api peperangan sudah menyalaDialah penunggang kuda tiada duaDialah pejuang tak kenal menyerah. Dengan Rasul, masih keluargaTerhadap Islam, selalu membela. Pedangnya selalu siagaKala Rasul dihadang bahayaDan Allah tak ingkar pada janji-NyaMemberi pahala tiada terkira. (Hasan bin Tsabit). Di usia 15 tahun, dia termasuk golongan assabiqunal awwalun yang masuk dalam Islam, ia sebagai perintis perjuangan di rumah Arqom. Di usia yang masih belia, ia telah diberi petunjuk, cahaya, dan kebaikan. Ahli peunggang kuda yang hebat dikenal memiliki keberanian, bahkan ahli sejarah menyebutkan bahwa ialah yang menghunuskan pedang pertama untuk membela Islam. Tak hanya itu, ia juga merupakan pebisnis sukses dengan kekayaan yang melimpah ruah. Dan semuanya ia dermakan untuk kepentingan Islam. Pada masa awal, jumlah muslimin masih sangat sedikit, terdengar kabar bahwa Rasulullah terbunuh. Zubair langsung menghunus pedangnya dan berkeliling kota Makkah. Ia mengecek kabar tersebut, jika kabar itu benar, maka ia akan memenggal orang-orang kafir Qurays atau ia sendiri yang gugur.

Lalu Rasulullah bertemu dengannya di suatu tempat, dan Zubair menceritakan maksudnya. Mendengar hal itu, Rasulullah berdoa agar Zubair selalu diberi kebaikan dan pedangnya selalu diberi kemenangan. Sesusai perang Uhud, pasukan Qurays dalam perjalanan ke Makkah dan berencana menyerang Madinah. Zubair dan Abu Bakar diperintah Rasulullah memimpin kaum muslimin mengejar mereka agar mereka menganggap kaum muslimin masih memiliki kekuatan, sehingga kafir Quraisy tidak berfikir untuk menyerang Madinah. Abu Bakar dan Zubair membawa 70 tentara muslim. Sekalipun Abu Bakar dan Zubair sebenarnya sedang mengikuti satu pasukan yang menang perang dan berjumlah jauh lebih besar, namun kecerdikan dan siasat yang dipergunakan keduanya berhasil mengecoh mereka. Mereka menyangka bahwa pasukan yang dipimpin Abu Bakar dan Zubair adalah pasukan perintis dan di belakang pasukan ini masih ada pasukan yang jauh lebih besar. Tentu saja ini membuat mereka takut. Mereka pun mempercepat langkah menuju Makkah. Di perang Yarmuk, Zubair memerankan satu pasukan tersendiri. Ketika banyak prajuritnya yang lari ketakutan melihat jumlah pasukan Romawi yang begitu banyak, ia berteriak, Allaahu Akbar, lalu menyerbu pasukan Romawi sendirian dengan pedangnya. Ketika pengepungan terhadap bani Quraidzah sudah berjalan lama tanpa membawa hasil, Rasulullah menugaskan Zubair dan Ali bin Abi Thalib. Keduanya berdiri di depan benteng musuh yang kuat dan berkata, Demi Allah, mari kita rasakan apa yang dirasakan hamzah. Atau, akan kita buka benteng mereka. Keduanya melompat ke dalam benteng. Dengan kecerdasannya, ia berhasil membuat takut orang-orang yang berada dalam benteng dan berhasil membuka pintu benteng sehingga pasukan Islam berhamburan menyerbu ke dalam benteng. Di perang hunain, suku Hawazin yang dipimpin Malik bin Auf menderita kekalahan yang memalukan. Tidak bisa menerima kekalahan yang diderita, Malik beserta beberapa prajuritnya bersembunyi di sebuah tempat, mengintai pasukan Islam, dan bermaksud membunuh para panglima Islam. Ketika Zubair mengetahui kelicikan Malik, ia langsung menyerang ,ereka seorang diri dan berhasil mengobrak-abrik mereka. Rasulullah sangat sayang kepada Zubair, beliau bahkan pernah menyatakan kebanggannya atas perjuangan Zubair. Setiap Nabi mempunyai pembela dan pembelaku adalah Zubair bin AwwamMeski begitu, Zubair tak luput dari siksaan ketika memutuskan membela Islam. Ketika ia memutuskan mengucap kalimat syahadat, pamannya yang dahulu menyayanginya selalu menyiksa Zubair. Kebenciannya membuncah tak terkira. Naufil sang paman, membungkus badan Zubair menggunakan kasur, kemudian menyalakan api disekelilingnya. Ketika asap mencekik napasnya, pamannya memaksanya untuk kembali ke ajaran nenek moyang.Namun Zubair menolak seraya mengatakan, Tidak mungkin saya melepaskan keimanan saya atas Allah SWT. Jika aku mati, aku harus mati dalam keadaan muslim dan bukan sebagai orang kafir.

Pada saat perang Jamal berkecamuk, dan ia mengetahui duduk permasalahannya, ia melakukan sholat. Di saat itulah musuh Allah menguntitnya dan menikam Zubair saat melakukan sholat. Ketika khalifah Ali mengetahui pembunuh Zubair, ia langsung berseru, Katakanlah kepada pembunuh Zubair, bahwa orang yang membunuh Zubair tempatnya di neraka. Ketika pedang Zubair ditunjukkan kepada Ali, ia menciumnya. Lalu ia menangis dan berkata, Demi Allah, sekian lama pedang ini melindungi Nabi dari marabahaya. Zubair bin Awwan meninggal 33 tahun setelah hijrah. Tubuh dipenuhi bekas luka sabetan pedang dan tusukan tombak akibat perang. Lukanya sebagai bukti keberanian dah kepahlawannya yang tidak pernah absen perang bersama Rasul. Suatu ketika Rasulullah SAW berkata, Zubair dan Thalhah akan menjadi tetanggaku di Surga. Saad bin Abi Waqas, Sang Penakluk Persia di saat menjelang wafatnya

Rasulullah salallhau alaihi wasallam mengucapkan dalam doanya untuk Sad,

Ya Allah, tepatkan lemparan panahnya dan kabulkan doanya.* Amirul Muminin al-Faruq Umar bin al-Khaththab radhiyallahuanhu menunggang kudanya dalam suatu rombongan para sahabatnya, dan dia memutuskan untuk memimpin pasukan Islam dalam suatu peperangan yang menentukan melawan Persia yang ber-agama Majusi yang benci terhadap Islam dan kaum muslimin. Beliau menyerahkan pemerintahan sementara atas kota Madinah kepada Imam Ali bin Abi Thalib radhiyallahuanhu. Tetapi sebelum meninggalkan Madinah, sebagian sahabat berpendapat agar al-Faruq kembali ke Madinah (Ibu Kota Khilafah) dan menunjuk orang lain untuk kepentingan ini. Pendapat ini diprakarsai oleh Abdurrahman bin Auf radhiyallahuanhu. Penyebabnya ialah kekhawatiran mereka terhadap al-Faruq dan melindunginya. Siapakah yang lengah terhadap al-Faruq?! Al-Faruq memahami pendapat ini, dan bertanya kepada para sahabatnya, Menurut kalian, siapakah yang akan kami utus ke Irak? Semuanya diam berpikir. Tiba-tiba Abdurrahman bin Auf radhiyallahuanhu berteriak, Aku mendapatkannya. Umar bertanya, Siapakah dia? Abdurrahman menjawab, Singa yang ganas dengan cakarnya, Sad bin Malik az-Zuhri. Yaitu Sad bin Abi

Waqqash. Siapakah Sad bin Abi Waqqash? Siapakah Singa yang ganas dengan cakar-cakarnya? Siapakah orang ini yang ketika datang kepada Rasulullah Salallahu alaihi wasallam, sedangkan beliau di tengah para sahabatnya, maka beliau menghormati dan mencandainya seraya berkata,

Ini pamanku, maka hendaklah seseorang memperlihatkan paman-nya kepadaku. (HR. al-Hakim, 3/ 498) Ia adalah Sad bin Abi Waqqash. Pamannya bernama Uhaib bin Manaf, paman Sayyidah Aminah ibunda Rasulullah Salallahu alaihi wasallam. Ia masuk Islam pada saat berusia 17 tahun, dan keislamannya tergolong awal. Ia bercerita tentang dirinya, Suatu hari datang padaku, dan aku adalah orang ketiga dari tiga orang yang per-tama kali masuk Islam. Ia adalah orang pertama yang memanah dalam Islam, dan orang pertama yang terkena panah juga. Ia juga satu-satunya orang yang diberi tebusan oleh Rasulullah pada saat perang Uhud dengan kedua ibu bapaknya. Ali bin Abi Thalib mengatakan, Aku pernah mendengar beliau Salallahu alaihi wasallam bersabda pada hari perang Uhud, Aku tidak pernah mendengarr Rasulullah Salallahu alaihi wasallam memberikan tebusan kepada seseorang dengan kedua orang tuanya kecuali Sad, Panahlah, wahai Sad Tebusanmu adalah ayah dan ibuku.( HR. at-Tirmidzi, no. 3755) Ia memiliki dua senjata ampuh yaitu panah dan doanya. Rasulullah pernah mendoakan untuknya dengan doa ini,

Ya Allah, tepatkan lemparan anak panahnya, dan kabulkanlah doanya.( HR. al-Hakim, 3/ 500 dan al-Kanz, no. 36644) Ketika ia mengumumkan keislamannya, ibunya berusaha menghalanginya dan menyatakan mogok makan dan minum. Sad tidak peduli serta tidak menjual keimanannya dan agama-nya dengan sesuatu pun bahkan kehidupan ibunya sekalipun. Ketika ibunya hampir mati, ia pergi untuk menjenguknya, setelah sebagian sahabatnya mencegahnya karena khawatir hatinya men-jadi lunak ketika melihat keadaan ibunya. Ini suatu pemandangan yang mampu mencairkan batu cadas. Tetapi ia berkata kepada ibunya, Engkau tahu, demi Allah, wahai ibu. Seandainya engkau punya seratus nyawa lalu nyawa tersebut keluar satu persatu, aku tetap tidak akan meninggalkan agamaku ini karena sesuatu pun. Makanlah jika engkau suka, atau tidak makan. Sejak itu-lah ibunya meninggalkan tekadnya itu. Apabila Sad mendengar Rasulullah Salallahu alaihi wasallam memberi nasihat dan berkhutbah kepada para sahabatnya, maka kedua mata beliau mengalirkan air mata hingga nyaris air matanya memenuhi pangkuannya. Rasulullah Salallahu alaihi wasallam memandang wajah-wajah sahabatnya, dan berkata kepada mereka,

Akan muncul di hadapan kalian sekarang seorang dari ahli surga.( HR. at-Tirmidzi, no. 3747, dengan lafazh yang semakna ) Beberapa saat kemudian, Sad bin Abi Waqqash radhiyallahuanhu muncul di hadapan mereka. Menjelang perang Qadisiyyah, setelah delegasinya kembali dari Rustum untuk mengabarkan kepadanya bahwa yang dipilih adalah perang, maka kedua matanya penuh dengan air mata. Sebenarnya ia menginginkan agar perang diundurkan sementara waktu atau dimajukan sedikit, karena sakit yang menimpanya cukup parah. Bisul-bisul memenuhi tubuhnya sehingga tidak dapat duduk. Ketika ia pergi dan berdiri di tengah pasukannya untuk memberikan orasi, ia memulai orasinya dengan sebuah ayat al-Quran. Allah Subhanahu Wataala berfirman,Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hambaKu yang shalih. (Al-Anbiya: 105) Kemudian ia shalat Zhuhur bersama pasukan, lalu bertakbir empat kali, kemudian memerintahkan para prajurit dengan ucapan, Mari kita menuju keberkahan Allah. Pasukan Persia pun berjatuhan seperti lalat, dan berjatuhan pula bersama mere-ka kaum Majusi serta para penyembah api. Pada suatu hari, pada tahun 54 H, dan usia Sad telah mencapai 80 tahun; Di sana, di rumahnya, di Aqiq, ia bersiap untuk berjumpa Allah Subhanahu Wataala. Putranya meriwayatkan kepada kita detik-detik terakhir kehidupannya. Katanya, Kepala ayah di pangkuanku pada saat sekarat, maka aku pun menangis. Ayah bertanya, Apa yang membuatmu menangis, wahai putraku? Sesungguhnya Allah tidak akan mengadzabku selamanya dan aku termasuk ahli surga. Karena Rasulullah Salallhu alaihi wasallam telah memberi kabar gembira kepadanya dengan surga. Kalau begitu, untuk apa takut?! Ia ingin berjumpa Allah Subhanahu Wataala dengan membawa kenangan paling indah yang telah dikumpulkannya dengan agamanya dan dicapainya berkah Rasulullah. Ia mengisyaratkan tangannya ke lemari, lalu mereka membukanya. Kemudian mereka mengeluarkan darinya sebuah selendang usang. Lalu ia memerintahkan kepada keluarganya agar mengkafaninya dengan kain tersebut, seraya berkata, Sungguh aku bertemu kaum musyrikin dengan membawa selendang itu pada perang Badar. Dan sungguh aku telah menyimpannya untuk hari ini. Di atas pundak kaum laki-laki, dipikullah ke Madinah sesosok jasad akhir Muhajirin dalam keadaan sudah mati, untuk disemayamkan di tengah golongan yang suci yaitu para sahabat-nya yang lebih dahulu berpulang ke haribaan Allah Subhanahu Wataala. Jasad-jasad mereka yang keras mendapat ketentraman di tanah al-Baqi. Said bin Zaid Jan 22, '07 5:35 PM untuk semuanya

Said bin Zaid

Said bin Zaid bin Amru bin Nufail Al Adawi atau sering juga disebut sebagai Abul A'waar RA lahir di Mekah 22 tahun sebelum Hijrah. Beliau termasuk sepuluh orang yang diberi kabar gembira akan masuk surga oleh Nabi SAW. Ayah Said bernama Zaid bin Amru bin Nufail. Beliau tidak suka dan tidak pernah mau mengijuti ajaran jahiliyah. Beliau, yang diberi gelar Hanif, adalah penyelamat juga bayi perempuan. Bila ada anak yang hendak dibunuh masa itu, Zaid akan mengambilnya sebagai anak angkat. Beliau juga tak pernah menyekutukan Allah, juga tak pernah menggunakan apa pun sebagai perantaranya dengan Allah. Beliau pernah mempelajari agama Yahudi dan Nasrani, tapi masih juga tak puas, sampai akhirnya beliau bertemu dengan seorang rahib yang memberi tahu bahwa Allah akan mengirimkan seorang Nabi dari kalangan bangsa Arab. Oleh karena itu beliau memutuskan untuk kembali ke Mekah. Di tengah jalan beliau terbunuh oleh kawanan perompak sehingga tak sempat kembali ke Mekah. Tapi doanya agar Allah tidak menghalangi anaknya masuk Islam sebagaimana beliau terhalang, makbul. Said bin Zaid masuk Islam bersama istrinya Fathimah binti Khatab RA sebelum usia 20, mereka termasuk ash-shabiquunal awwalun (golongan yang pertama-tama memeluk agama Islam). Istrinya adalah adik Umar bin Khatab RA (dikenal sebagai Ummu Jamil, tapi berbeda dengan Ummu Jamil istri Abu Lahab yang dilaknat dalam Quran). Said bin Zaid pernah diikat oleh Umar RA sebelum umar masuk Islam, dan dipaksa keluar Islam. Bersama dengan istrinya dia juga pernah dipukul oleh Umar RA. Said RA adalah seorang sahabat yang berkesempatan mengikuti semua peperangan yang disertai Rasulullah SAW kecuali perang Badar. Pada saat itu dia diperintahkan Rasulullah SAW untuk berjaga di pantai Laut Merah bersama Talhah RA dan mengintai rombongan orang Quraish yang kembali dari Syria. Saat itu beliau berjumpa dengan rombongan Abu Sufyan yang hendak kembali ke Mekah. Ketika beliau kembali ke Madinah, Rasulullah SAW beserta semua sahabat sudah bertolak ke Badar. Tapi beliau juga ikut dalam penaklukan negeri Syam (Suriah dan sekitarnya), sebelum meninggal di Madinah. Contoh keberanian Said bin Zaid RA antara lain adalah dalam perang Yarmuk, bertindak bijak dengan merangkak perlahan- lahan di atas tanah, dan jatuhkan musuh yg di atas kuda dgn menggunakan lembing. Di masa pemerintahan Bani Umayah, Arwa binti Aus menuduh Said bin Zaid RA merampas tanahnya yang saling berbatasan. Tuduhan tersebut disebarkan kepada kaum muslimin. Kemudian dia mengadu kepada Marwan bin Hakam, gubernur Madinah ketika itu. Marwan mengirim beberapa petugas untuk menanyakan kepada Said tentang tuduhan wanita tersebut. Kata Said RA, "Dia menuduh saya menzaliminya (merampas tanahnya yang berbatasan dengan tanah saya), bagaimana mungkin saya menzaliminya, padahal saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda : "Siapa yang mengambil tanah orang lain walaupun sejengkal, nanti di hari kiamat Allah akan memikulkan tujuh lapis bumi di atas lehernya."

"Wahai Allah ! Dia menuduh saya menzaliminya. Seandainya tuduhan itu palsu,butakanlah matanya dan ceburkan dia ke sumur yang dipersengketakannya dengan saya. Buktikanlah kepada kaum muslimin sejelas-jelasnya bahwa tanah itu adalah hak saya dan bahwa saya tidak pernah menzaliminya." Tidak berapa lama kemudian, terjadi banjir yang belum pernah terjadi seperti itu sebelumnya. Maka terbukalah tanda batas tanah Sa'id RA dan tanah Arwa yang mereka perselisihkan. Kaum muslimin memperoleh bukti, Said RA yang benar, sedangkan tuduhan wanita itu palsu. Hanya sebulan antaranya sesudah itu, wanita tersebut menjadi buta. Ketika dia berjalan meraba-raba di tanah yang dipersengketakannya, diapun jatuh ke dalam sumur. Kata 'Abdullah bin 'Umar RA, "Memang, ketika kami masih kanak-kanak, kami mendengar orang berkata bila mengutuk orang lain, "Dibutakan Allah kamu seperti Arwa". Pada masa pemilihan khalifah selepas Umar RA. Umar RA membuat daftar nama-nama 10 sahabat yang dijamin masuk surga untuk calon- calon khalifah, yaitu: 1. Abu Bakar RA (sudah meninggal), 2. Umar RA (khalifah ketika itu), 3. Usman bin Affan RA, 4. Ali bin Abi Tholib RA, 5. Saad bin Abi Waqqas RA, 6. Zubair bin Awwam RA, 7. Abdul Rahman bin 'Auf RA, 8. Talhah bin Ubaidillah RA, 9. Abu Ubaidah Jarrah RA (sudah meninggal) 10. Said bin Zaid RA

Dari daftar 10 orang ini, Umar RA mengambil semua sebagai calon kecuali Said bin Zaid RA. Said bin Zaid RA dilantik jadi pengawas bersama Abdullah ibn Umar RA. Hal ini disebabkan karena Umar RA tak menginginkan Said bin Zaid RA dan Abdullah ibn Umar RA jadi calon. Said bin Zaid RA sendiri ialah adik iparnya, dan Abdullah adalah anaknya. Subhanallah! Ketaqwaan Umar RA untuk menghindari nepotisme / kronisme. Contoh tawadhuk (rendah diri) Said bin Zaid RA:

Dari Abdul Rahman Bin Humaid, dari bapaknya : Sesungguhnya Said Bin Zaid pernah menceritakan kepadanya mengenai satu kumpulan , dengan katanya : Pernah Baginda RasululLah s.a.w bersabda : 10 orang yang akan memasuki syurga iaitu (1)Abu Bakar , (2)- Umar, (3)-Utsman , (4)- Ali , (5)- Zubair , (6)-Tolhah , (7)-Abdul Rahman , (8) ? Abu Ubaidah , (9) Saad Bin Abu Waqqas ~ Beberapa orang lalu mengira-ngira jumlah semua yang dijanjikan dengan surga itu. Siapa lagi kah yang seorang? Lalu mereka bertanya pada Said bin Zaid: "Demi Allah wahai Abu A'War! Siapakah orang yang ke sepuluh itu? Maka Said bin Zaid pun menjawab, "Bukankah kalian sendiri telah bersumpah bahwa Abu A'war itu pun ada di kalangan yang dijanjikan surga?" ? Imam Abu 'Isa (At-Tirmidzie) menyatakan : "Abu A'awar itu sendiri adalah Said Bin Zaid Bin 'Amru" . ( Hadist Sahih riwayat Imam At-Tirmidzie , di dalam Kitab Al-Manaqib : 3681 ) dan hadist seperti ini diriwayatkan juga oleh Imam Abu Dawud RH di dalam Kitab As-Sunnah : 4031 dan juga Imam Ahmad ? Musnad Al-Ansar : 21, 088 ) Diceritakan oleh Said bin Zaid RA: AbdurRahman bin al-Akhnasberkata bahwa ketika beliau berada di dalam mesjid, seseorang menyebut-nyebut Ali RA. Maka Said bin Zaid bangkit dan berkata "Saya berkata Demi Allah sepuluh orang akan masuk surga, Rasulullah SAW akan masuk surga, Abu Bakar akan masuk surga, Umar akan masuk surga, Usman akan masuk surga, Ali akan masuk surga, Talhah akan masuk surga, Zubair bin Al Awwam akan masuk surga, Saad bin Malik akan masuk surga, dan Abdurrahman bin Auf akan masuk surga. Jika ingin saya bisa menyebutkan yang kesepuluh. Orang-orang bertanya, siapa dia? siapa dia? Dia terdiam, sehingga mereka bertanya lagi, siapa dia? Beliau berkata, dia adalah Said bin Zaid". (Sunan Abu Daud, Book 35, Number 4632) Said bin Zaid RA meninggal di Madinah pada umur 73 tahun, 51 tahun sesudah Hijrah. Saad ibn Abi Waqqas dan Abdullah ibn Umar RA yang menolong masukkan jenazahnya ke dalam liang lahat. Abdurrahman bin Auf May 3, 2004. Dikirim dalam Uncategorized | Comments Off Adalah sosok yang sangat bersegera dalam berinfak. Dialah Abdurrahman bin auf, putih kulitnya, lebat rambutnya, banyak bulu matanya, mancung hidungnya, panjang gigi taringnya yang bagian atas, panjang rambutnya sampai menutupi kedua telinganya, panjang lehernya, serta lebar kedua

bahunya. Dilahirkan selang sepuluh tahun setelah tahun Gajah. Pada masa jahiliyah memiliki nama Abu Amru. Setelah masuk Islam, kemudian Rasulullah sholallahu alaihi wa salam menggantinya dengan Abdurrahman. Lengkapnya ialah Abdurrahman bin Auf bin Abdi bin Al Harits bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah bin Kaab bin Luaiy. Kuniyahnya ialah Abu Ahmad. Dia termasuk assabiqun al awwalun, dan tergolong diantara sepuluh orang yagn dijanjikan Rasulullah masuk surga. Abdurrahmah bin Auf masuk Islam atas ajakan Abu Bakar Ash Shiddiq, yaitu sebelum Rasulullah tinggal di rumah Al Arqam. Sebagaimana kaum muslimin yang lainnya, ia juga mendapatkan tekanan-tekanan dari kaum Quraisy, yang semakin lama semakin keras. Ketika Allah mengijinkan Rasulullah untuk hijrah ke Madinah, ia termasuk orang yang turut serta dalam rombongan tersebut. Di madinah beliau dipersaudarakan oleh Rasulullah dengan sahabat Saad bin Rabi Al Anshari Saad bin Rabi berkata kepada saudaranya, Abdurrahman, Wahai saudaraku, aku memiliki dua kebun, pilihlah mana yang engkau suka, lalu ambillah. Abdurrahman menjawab, Semoga Allah memberikan berkah kepada harta dan keluargamu. Akan tetapi, tunjukanlah kepadaku pasar. Dia adalah sahabat yang pandai berdagang dan sangat ulet. Maka mulailah ia menjual dan membeli. Selang beberapa saat ia sudah mengumpulkan keuntungan dari perdagangannya. Disamping itu, ia juga sosok pejung yang pemberani. Ia mengikuti peperangan-peperangan bersama Rasulullah. Pada waktu perang Badr, ia berhasil membunuh salah satu dari musuh-musuh Allah, yaitu Umair bin Utsman bin Kaab At Taimi. Keberaniannya juga nampak tatkala perang Uhud, medan dimana banyak diantara kaum muslimin yang lari, namun ia tetap ditempatnya dan terus berperang Sehingga diriwayatkan, ia mengalami luka-luka sekitar dua puluh sekian luka. Akan tetapi perjuangannya di medan perang masih lebih ringan, jika dibanding dengan perjuangannya dalam harta yang dimilikinya. Keuletannya berdagang serta doa dari Rasulullah, menjadikan perdagangannya semakin berhasil, sehingga ia termasuk salah seorang sahabat yang kaya raya. Kekayaan yang dimilikinya, tidak menjadikannya lalai. Tidak menjadi penghalang untuk menjadi dermawan. Diantara kedermawanannya, ialah tatkala Rasulullah ingin melaksanakan perang Tabuk. Yaitu sebuah peperangan yang membutuhkan banyak perbekalan. Maka datanglah Abdurrahman bin Auf dengan membawa dua ratus uqiyah emas dan menginfakkannya di jalan allah. Sehingga berkata Umar bin Khattab, Sesungguhnya aku melihat, bahwa Abdurrahman adalah orang yang berdosa karena dia tidak meninggalkan untuk keluarganya sesuatu apapun. Maka bertanyalah Rasulullah kepadanya, Wahai Abdurrahman, apa yang telah engkau tinggalkan untuk keluargamu? Dia menjawab, Wahai Rasulullah, aku telah meninggalkan untuk mereka lebih banyak dan lebih baik dari yang telah aku infakkan. Apa itu? tanya Rasulullah. Abdurrahman menjawab, Apa yang dijanjikan oleh allah dan RasulNya berupa rizki dan kebaikan serta pahala yang banyak. Suatu ketika datanglah kafilah dagang Abdurrahman di kota Madinah, terdiri dari tujuh ratus onta yang membawa kebutuhan-kebutuhan. Tatkala masuk ke kota Madinah, terdengarlah suara hiruk

pikuk. Maka berkata Ummul Mukminin, Suara apakah ini? Maka dijawab, Telah datang kafilah Abdurrahman bin Auf. Ummul Mukminin berkata, Sungguh aku mendengar Rasulullah bersabda, Aku melihat Abdurrahman masuk surga dengan keadaan merangkak. Ketika mendengarkan berita tersebut, Abdurrahman mengatakan, Aku ingin masuk surga dengan keadaan berdiri. Maka diinfakkanlah kafilah dagang tersebut. Beliau juga terkenal senang berbuat baik kepada orang lain, terutama kepada Ummahatul Mukminin. Setelah Rasulullah wafat, Abdurrahman bin Auf selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka. Mneyertainya apabila mereka berhaji, yang ini merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi Abdurrahman. Dia juga pernah memberikan kepada mereka sebuah kebun yagn nilainya sebanyak empat ratus ribu. Puncak dari kebaikannya kepada orang lain, ialah ketika ia menjual tanah seharga empat puluh ribu dinar, yang kemudian dibagikannya kepada Bani Zuhrah dan orang-orang fakir dari kalangan muhajirin dan Anshar. Ketika Aisyah mendapatkan bagiannya, ia berkata, Aku mendengar Rasulullah bersabda, tidak akan memperhatikan sepeninggalku, kecuali orang-orang yang bersabar. Semoga Allah memberinya air minum dari mata air Salsabila di surga. Diantara keistimewaan Abdurrahman bin Auf, bahwa a berfatwa tatkala Rasulullah masih hidup. Rasulullah juga pernah shalat di belakangnya pada waktu perang tabuk. Ini merupakan keutamaan yang tidak dimiliki orang lain. Abdurrahman bin Auf, juga termasuk salah seorang sahabat yang mendapatkan perhatian khusus dari Rasulullah. Terbukti tatkala terjadi suatu masalah antara dia dan Khalid bin Walid, maka Rasulullah bersabda, Wahai Khalid, janganlah engkau menyakiti salah seorang dari Ahli Badr (yang mengikuti perang Badr). Seandainya engkau berinfak dengan emas sebesar gunung Uhud, maka tidak akan bisa menyamai amalannya. Disamping memiliki sifat yang pemurah dan dermawan, ia juga sahabat yang faqih dalam masalah agama. Berkata Ibnu Abbas: Suatu ketika kami duduk-duduk bersama Umar bin Khattab. Maka Umar berkata, apakah engkau pernah mendegnar hadits dari Rasulullah yang memerintahkan seseorang apabila lupa dalam shalatnya, dan apa yang dia perbuat? Aku menjawab, Demi Allah, tidak pernah wahai Amirul Mukminin. Apakah engkau pernah mendengarnya? Dia menajawab, Tidak pernah, demi Allah. Tatkala kami sedang demikian, datanglah Abdurrahman bin Auf dan berkata, Apa yang sedang kalian lakukan? Umar menjawab, Aku bertanya kepada Ibnu Abbas, kemudian ia menyebutkan pertanyaannya. Abdurrahman berkata, aku pernah mendengarkan tentang hal itu dari Rasulullah. Apa yang engkau dengar wahai Abdurrahman? Maka ia menjawab, Aku mendengar Rasulullah bersabda, apabila lupa salah seorang diantara kalian di dalam shalatnya, sehingga tidak tahu apakah ia menambah atau mengurangi, apabila ragu satu rakaat atau dua rakaat, maka jadikanlah satu rakaat, dan apabila ia ragu dua rakaat atau tiga rakaat, maka jadikanlah dua rakaat, dan apabila ia ragu tiga rakaat atau empat rakaat, maka jadikanlah tiga rakaat, sehingga keraguannya di dalam menambah, kemudian sujud dua kali dan dia dalam keadaan duduk sebelum salam, kemudian salam.

Itulah beberapa keutamaan Abdurrahman bin Auf, dan masih banyak lagi keutamaan-keutamaan yang lainnya. Apabila dalam suatu majlis, kesederhanaan yang dimiliki Abdurrahman, menjadikan manusia susah untuk membedakan, mana yang miskin dan mana yang kaya. Melimpahnya harta yang dimilikinya, itu semua karena doa dari Rasulullah sholallahu alaihi wa salam dan merupakan ujian berat dari Allah. Beliau wafat dan meninggalkan banyak harta untuk para ahli warisnya. Terbilang meninggalkan seribu onta, seratus kuda, tiga ribu ekor kambing Juga meninggalkan emas dan perak yang semuanya dibagikan kepada ahli warisnya. Sungguh berbahagia Abdurrahman bin Auf, orang yang dijamin masuk surga oleh Rasulullah. Diantara sahabat yang ikut membawa jenazahnya ialah Saad bin Abi Waqqas. Juga dishalati oleh Utsman bin Affan, serta ikut mengiringinya sahabat Ali bin Abi Thalib. Semoga allah merahmati sahabat Abdurrahman bin Auf. Sumber pengambilan: Abu Aminah, Abdurrahman bin Auf, Rubrik Sakhshiyah Majalah Assunnah edisi 02/Tahun VII/1424H/2003M, hal 59-60

== keterangan:

Abdurrahman bin Auf Masuk Surga dengan merangkak?

Berkata Aisyah: Aku pernah mendengan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Qod roaitu abdurrahman bin Auf yad khulul jannata habwan *Sesungguhnya aku melihat Abdurrahman bin Auf masuk surga dengan merangkak.

Diriwayatkan oleh AHmad (6/115) dari jalan Umarah, dari Tsabit, dari Anas, dari Aisyah.

Sanad hadit tersebut dlaif, karena di sanadnya ada Umarah bin Zaadzaan Ash Shaidalaaniy Abu Salamah Al Bashri; beliau seorang rawi yang lemah hafalannya. Ibnu Hajar dalam Taqrib menyatkan bahwa beliau Shaduqun (orang yang benar), akan tetapi sering salah.

Demikian penjelasan Ust. Abdul Hakim bin Amir Abdat dalam buku Hadits-hadits Dlaif dan Maudlu jilid 1; Darul Qolam, Cet 1. 2003 M, hal.116-117

Allahu Alam. Semoga bermanfaat. Kisah Sahabat Nabi: Abu Ubaidah bin Jarrah, Orang Kuat yang Terpercaya Kamis, 23 Juni 2011 16:45 WIB REPUBLIKA.CO.ID, Nama lengkapnya Amir bin Abdullah bin Jarrah Al-Fihry Al-Quraiys, namun lebih dikenal dengan Abu Ubaidah bin Jarrah. Wajahnya selalu berseri, matanya bersinar, ramah kepada semua orang, sehingga mereka simpati kepadanya. Di samping sifatnya yang lemah lembut, dia sangat tawadhu dan pemalu. Tapi bila menghadapi suatu urusan penting, ia sangat cekatan bagai singa jantan. Abdullah bin Umar pernah berkata tentang orang-orang yang mulia. "Ada tiga orang Quraiys yang sangat cemerlang wajahnya, tinggi akhlaknya dan sangat pemalu. Bila berbicara mereka tidak pernah dusta. Dan apabila orang berbicara, mereka tidak cepat-cepat mendustakan. Mereka itu adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq, Utsman bin Affan, dan Abu Ubaidah bin Jarrah." Abu Ubaidah termasuk kelompok pertama sahabat yang masuk Islam. Dia masuk Islam atas ajakan Abu Bakar Ash-Shiddiq, sehari setelah Abu Bakar masuk Islam. Waktu menemui Rasulullah SAW, dia bersama-sama dengan Abdurrahman bin Auf, Utsman bin Mazh'un dan Arqam bin Abi Arqam untuk mengucapkan syahadat di hadapan beliau. Oleh sebab itu, mereka tercatat sebagai pilar pertama dalam pembangunan mahligai Islam yang agung dan indah. Dalam kehidupannya sebagai Muslim, Abu Ubaidah mengalami masa penindasan yang kejam dari kaum Quraiys di Makkah sejak permulaan sampai akhir. Dia turut menderita bersama kaum Muslimin lainnya. Walau demikian, ia tetap teguh menerima segala macam cobaan, tetap setia membela Rasulullah SAW dalam tiap situasi dan kondisi apa pun. Dalam Perang Badar, Abu Ubaidah berhasil menyusup ke barisan musuh tanpa takut mati. Namun tentara berkuda kaum musyrikin menghadang dan mengejarnya. Kemana pun ia lari, tentara itu terus mengejarnya dengan beringas. Abu Ubaidah menghindar dan menjauhkan diri untuk bertarung dengan pengejarnya. Ketika si pengejar bertambah dekat, dan merasa posisinya strategis, Abu Ubaidah mengayunkan pedang ke arah kepala lawan. Sang lawan tewas seketika dengan kepala terbelah. Siapakah lawan Abu Ubaidah yang sangat beringas itu? Tak lain adalah Abdullah bin Jarrah, ayah kandungnya sendiri! Abu Ubaidah tidak membunuh ayahnya, tapi membunuh kemusyrikan yang bersarang dalam pribadi ayahnya. Berkenaan dengan kasus Abu Ubaidah ini, Allah SWT berfirman: "Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripadaNya. Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka

kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung." (QS Al-Mujaadalah: 23) Ayat di atas tidak membuat Abu Ubaidah besar kepala dan membusungkan dada. Bahkan menambah kokoh imannya kepada Allah dan ketulusannya terhadap agama-Nya. Orang yang mendapatkan gelar "kepercayaan umat Muhammad" ini ternyata menarik perhatian orang-orang besar, bagaikan magnet yang menarik logam di sekitarnya. Pada suatu ketika, utusan kaum Nasrani datang menghadap Rasulullah seraya berkata, "Wahai Abu Qasim, kirimlah kepada kami seorang sahabat anda yang pintar menjadi hakim tentang harta yang menyebabkan kami berselisih sesama kami. Kami senang menerima putusan yang ditetapkan kaum Muslimin." "Datanglah sore nanti, saya akan mengirimkan kepada kalian 'orang kuat yang terpercaya'," kata Rasulullah SAW. Umar bin Al-Khathab berujar, "Aku ingin tugas itu tidak diserahkan kepada orang lain, karena aku ingin mendapatkan gelar 'orang kuat yang terpercaya'." Selesai shalat, Rasulullah menengok ke kanan dan ke kiri. Umar sengaja menonjolkan diri agar dilihat Rasulullah. Namun beliau tidak menunjuknya. Ketika melihat Abu Ubaidah, beliau memanggilnya dan berkata, "Pergilah kau bersama mereka. Adili dengan baik perkara yang mereka perselisihkan!" Abu Ubaidah berangkat bersama para utusan tersebut dengan menyandang gelar "orang kuat yang terpercaya". Abu Ubaidah selalu mengikuti Rasulullah berperang dalam tiap peperangan yang beliau pimpin, hingga beliau wafat. Dalam musyawarah pemilihan khalifah yang pertama (Al-Yaum Ats-Tsaqifah), Umar bin Al-Khathab mengulurkan tangannya kepada Abu Ubaidah seraya berkata, "Aku memilihmu dan bersumpah setia, karena aku pernah mendengar Rasulullah bersabda, 'Sesungguhnya tiap-tiap umat mempunyai orang kepercayaan. Dan orang paling dipercaya dari umat ini adalah engkau." Abu Ubaidah menjawab, "Aku tidak mau mendahului orang yang pernah disuruh Rasulullah untuk mengimami kita shalat sewaktu beliau hidupAbu Bakar Ash-Shiddiq. Walaupun sekarang beliau telah wafat, marilah kita imamkan juga dia." Akhirnya mereka sepakat untuk memilih Abu Bakar menjadi khalifah pertama, sedangkan Abu Ubaidah diangkat menjadi penasihat dan pembantu utama khalifah. Setelah Abu Bakar wafat, jabatan khalifah pindah ke tangan Umar bin Al-Khathab. Abu Ubaidah selalu dekat dengan Umar dan tidak pernah menolak perintahnya. Pada masa pemerintahan Umar, Abu Ubaidah memimpin tentara Muslimin menaklukkan wilayah Syam (Suriah). Dia berhasil

memperoleh kemenangan berturut-turut, sehingga seluruh wilayah Syam takluk di bawah kekuasaan Islam, dari tepi sungai Furat di sebelah timur hingga Asia kecil di sebelah utara. Abu Ubaidah meninggal dunia karena terkena penyakit menular yang mewabah di Syam. Menjelang wafatnya, ia berwasiat kepada seluruh prajuritnya, "Aku berwasiat kepada kalian. Jika wasiat ini kalian terima dan laksanakan, kalian tidak akan sesat dari jalan yang baik, dan senantiasa dalam keadaan bahagia. Tetaplah kalian menegakkan shalat, berpuasa Ramadhan, membayar zakat, dan menunaikan haji dan umrah. Hendaklah kalian saling menasihati sesama kalian, nasihati pemerintah kalian, dan jangan biarkan mereka tersesat. Dan janganlah kalian tergoda oleh dunia. Walaupun seseorang berusia panjang hingga seribu tahun, dia pasti akan menjumpai kematian seperti yang kalian saksikan ini." Kemudian dia menoleh kepada Mu'adz bin Jabal, "Wahai Muadz, sekarang kau yang menjadi imam (panglima)!" Tak lama kemudian, ruhnya meninggalkan jasad untuk menjumpai Tuhannya.

Anda mungkin juga menyukai