Anda di halaman 1dari 5

Abu al-Aswad

Pelopor Ilmu Nahwu dan Harakat al-Qur'an

"Alangkah baiknya Nahwu yang engkau contohkan!"

Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib

Ia dikenal dengan ad-Duali atau ad-DaiIy. Seorang alim dan mulia yang pernah menjabat
sebagai hakim wilayah Bashrah. Menurut cerita yang paling masyhur, nama aslinya Zalim bin
Amr. la lahir pada masa kenabian.

la mendapatl«an hadits dari generasi shahabat seperti Umar, Ali, Ubay bin Ka'ab, Abu
Dzar, Abdullah bin Mas'ud, Zubair bin Awwam dan beberapa shahabat lainnya.

Menurut Abu Umar ad-Daniy, ia belajar al-Qur'an pada Utsman binAffan dan Ali bin Abi
Thalib. Selanjutnya ia mengajarkannya kepada anaknya Abu Harb dan Nashr bin Ashim al-
Laitsi, Humran bin A'yun dan Yahya bin Ya'mur. Lalu Humran berguru al-Qur'an pada Abu Harb
bin Abu al-Aswad.

Dalam bidang hadits, banyak ulama besar meriwayatkan hadits darinya, seperti anaknya
sendiri, Yahya bin Ya'mur; Ibnu Buraidah, Umar budak Ghufran dan lainnya.

Ahmad al-Ajli berkomentar tentang Abu al-Aswad, "la seorang yang tsiqah dan dikenal
sebagai orang pertama yang mengkaji ilmu Nahwu."

Menurut sejarawan al-Waqidi, ia masuk Islam ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa


Sallam masih hidup. Sejarawan lain mencatat, ia ikut dalam Perang Jamal dalam barisan Ali bin
Abi Thalib.

Ali memberikan mandat kepadanya untuk meletakkan dasar-dasar ilmu Nahwu karena ia
mendengar banyak kasus Lahu (kesalahan pengucapan bahasa Arab karena pengaruh dialek
asing), Abu al-Aswad memperlihatkan teori dan dasar yang dituangkannya, hingga Ali berkata,
“Alangkah baiknya contoh (= dalam bahasa Arab disebut Nahwu—pen) yang engkau
contohkan!" Mulai saat itu, hasil pekerjaannya itu dinamakan "Ilmu Nahwu."
1
Konon Abu al-Aswad adalah sastrawan untuk keluarga Ubaidillah bin Ziyad, salah
seorang gubernur pada pemerintahan Ali bin Abi Thalib. Ibnu Da'ab mengutip bahwa Abu al-
Aswad pernah datang pada Muawiyah setelah Ali terbunuh. la dipersilakan dan diberi hadiah
yang banyak.

Menurut Muhammad bin Salam al-Jumahi, Abu al-Aswad adalah orang pertama yang
meletakkan teori dan dasar pembahasan Fail (Subyek), Maf'ul (Obyek), Mudhaf (Frase) dan
harakat Rafa', Nashab,Jar dan Jazm. Lalu teori ini diteruskan dan dilanjutkan Oleh Yahya bin
Ya'mur.

Abu Ubaidah mengatakan, "Abu al-Aswad belajar ilmu Bahasa Arab dari Ali bin Abi
Thalib. Lalu ia mendengar ada seseorang yang membaca salah satu ayat:
‫هّٰللا‬
‫س ْولُ ٗه‬
ُ ‫ش ِر ِكيْنَ ەۙ َو َر‬ ْ ۤ ‫اَنَّ َ بَ ِر‬
ْ ‫ي ٌء ِّمنَ ا ْل ُم‬

“Bahwa sesunuuhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang Musyrikin, " (QS. at-
Taubah: 3).

Lalu ia bergumam, "Saya tak menyangka permasalahan orang-orang sampai pada batas
seperti ini." la pun berkata pada Ziyad—sang gubernur, "Carikan untukku kitab (al-Qur'an) yang
jelas." Lalu ia pun memberikannya. Abu al-Aswad berkata padanya, "Apabila engkau melihatku
membuka mulutku untuk mengucapkan fathah) pada suatu huruf, maka berilah satu titik di
atasnya. Apabila engkau melihatku menggabungkan mulutku (membaca dhammah) maka berilah
titik di depan huruf tersebut. Jika saya membaca kasrah, maka berilah titik di bawahnya. Lalu
jika saya mengikutkan sesuatu pada suatu huruf dengan bacaan ghunnah (berdengung) maka
jadikan satu titik yang ada menjadi dua titik." Inilah langkah besar Abu al-Aswad.

Sementara itu, al-Mubarrid menceritakan, al-Mazini memberitakannya kepada kami,


"Sebab utama diletakkannya bab-bab pembahasan ilmu Nahwu adalah putri Abu al-Aswad Yang
berkata kepadanya, "Aduh panasnya!"

Abu al-Aswad menimpali, "Tanah yang subur dengan debu Yang panas."

Sang putri berkata, "Sesungguhnya saya kagum dengan sifat kerasnya!"

Abu al-Aswad berkata, banyak orang telah salah dalam pengucapan bahasanya?"

2
Lalu ia memberitahukan permasalahan ini kepada Khalifah Ali bin Abi Thalib. Lalu Ali
memberikan prinsip-prinsip dasar ilmu Nahwu yang mesti ia

Ianjutkan. la menjadi orang pertama yang memberikan titik pada mushaf al-

Qur'an. Ilmu Nahwu yang ia kaji, lalu ditularkan kepada 'Anbasah al-Fiil. Kemudian ia
menularkannya pada Maimun al-Aqran, lalu berlanjut pada Abdullah bin Abu Ishaq al-
Khadhrami, lalu kepada Isa bin Umar. Dari Isa, ilmu ini diteruskan oleh al-Khalil bin Ahmad,
dari al-Khalil kepada Sibawaih, dari Sibawaih kepada Said al-Akhfasy."

Ya'qub al-Khadhrami mengatakan, Said bin Salam al-Bahili memberitahukan pada kami,
dari ayahnya dari kakeknya bahwa Abu al-Aswad berkata, "Saya berkunjung menemui Ali dan
melihatnya sedang tertegun. Saya pun bertanya padanya, ''Apa gerangan yang engkau pikilkan
wahai Amirul Mukminin?" Ali menjawab, ''Saya mendengar di wilayahmu banyak orang yang
keliru berbahasa. Maka saya ingin menyusun satu buku tentang prinsip-prinsip pokok bahasa
Arab."

Saya bérkata padanya, "Apabila saya melaksanakan pekerjaan ini maka engkau telah
menghidupi kami." Setelah beberapa hari, saya pun mendatanginya. la memberikan catatan-
catatan besar tentang semua itu padaku. Kalam berkisar tentang isim,fi'il dan huruf: Isim adalah
kata yang memberitakan tentang sesuatu yang bernama. Fi'il adalah kata yang menggambarkan
aktivitas sesuatu yang bernama. Sedang huruf adalah kata yang memberitakan pengertian yang
bukan merupakan bentuk isim maupun fi'il. Kemudian Ali berkata kepadaku, 'Tambahkan dan
kajilah kembali.' Maka saya mengumpulkan banyak hal lalu saya menunjukkan padanya.

Menurut cerita Umar bin Syabbah, dari Hayyan bin Bisyr, dari Yahya bin Adam dari Abu
Bakar, dari Ashim, bahwa Abu al-Aswad datang menemui Ziyad dan berkata, "Saya
memperhatikan banyak orang-orang Arab yang berinteraksi dengan orang-orang non-Arab
sehingga dialek dan bahasa mereka berubah. Apakah engkau mengizinkanku untuk membuat
aturan-aturan dasar agar bangsa Arab dapat mengevaluasi perkataan dan pembicaraan mereka?"

Ziyad menjawab, "Tidak!" Hingga datanglah seseorang kepada Ziyad dan berkata,
“Ashlahallahu al-Amir, Tuwuffiya Abaana wa Taraka (=Ayah kami meninggal dunia dan

3
meninggalkan banyak anak)." Padahal, ungkapan yang seharusnya adalah “Tuwuffiya Abuuna
wa taaraka Baniina. "Maka Ziyad pun berkata, "Panggilkan Abu al-Aswad." Setelah tiba, Ziyad
pun berkata, "Buatlah aturan-aturan pokok yang tadinya saya larang engkau melakukannya!"

Menurut al-Jahizh, Abu al-Aswad adalah tokoh terdepan di tengah masyarakat. la


diperhitungkan di kalangan para ulama ahli fiqh, penyair, pakar hadits, politisi, perwira,
pembesar, cendekiawan, pakar Nahwu, cekatan dalam menjawab persoalan dalam barisan
pendukung Ali.

Dalam Tarikh Dimasyq disebutkan bahwa nama asli Abu al-Aswad adalah Zalim bin Amr
bin Zalim. Menurut sebuah versi, Zalim bin Amr bin Sufyan. Menurut versi lainnya, ia adalah
Utsman bin Amr. la menjabat hakim di wilayah Bahsrah pada masa Ali.

Al-Hazimi mengatakan, Abu al-Aswad ad-Duali, berasal dari kabilah Dul bin Hanifah bin
Lujaim. Sementara Abu al-Yaqzhan mengatakan, keluarga Dul berasal dari Bakr bin Wail.
Jumlah mereka sangat banyak, di antaranya adalah Farwah bin Nafatsah, pemimpin sebagian
wilayah Syam pada masa Jahiliyyah.

Sedangkan Yunus beranggapan bahwa ad-Dual adalah seorang wanita dari suku Kinanah.
Mereka berasal dari rombongan Abu al-Aswad. Adapun Bani Adiy bin ad-Dual berjumlah sangat
besar di wilayah Hijaz. Di antara mereka ini, terdapat Amr bin Jandal, ayah dari Abu al-Aswad
Zalim. Sedangkan ibunya berasal dari keluarga Abd ad-Dar bin Qushay.

Menurut Abu Muhammad bin Qutaibah, ad-Dul berasal dari keluarga besar Hanifah.
Sedang ad-Dail berasal dari BaniAbdul-Qais. Lalu ad-Dul berasal dari Kinanah. Di antara
mereka terdapatlah Abu al-Aswad ad-Du'ali.

Menurut Abu Ali al-Ghassani, Abu al-Aswad ad-Du'ali berasal dari Du'al, sebuah
perkampungan dari Suku Kinanah.

Isa bin Umar berkata, "Sebenarnya dengan bacaan kasrah, banyak orang menyebutnya
ad-Diil."

Ibnu Faris mengatakan bahwa ad-Du'ali adalah sebuah kabilah dari suku Kinanah.
Sedangkan ad-Du'il dengan bacaan kasrah pada huruf hamzah adalah keluarga dari Abd al-Qays.
Menurut Abu Abdullah al-Bukhari, ad-Dail berasal dari Bani Hanifah, sedangkan kabilah ad-

4
Duul berasal dari suku Kinanah. Menurut Muhammad bin Salam al-Jumahi, ejaan yang tepat
adalah Abu al-Aswad ad-Du'ili. Sedang menurut al-Mubarrid, ejaan yang betul adalah Abu
alAswad ad Du'ali, dari kata ad-Du'il yang berarti hewan. Mereka tidak membacanya kasrah (ad-
Du'il) agar tidak ada kasrah yang berurutan sebagaimana dalam kata an-Namir, sehingga dibaca
an-Namariy.

Ibnu Habib juga mengatakan, penggunaan kata "ad-Dail", juga dalam konteks nama
Abdul-Qays, lyad dan al-Azd bermuara pada pernyataan al-Hazimi bahwa nama Abul-Aswad ad-
Daili, juga ad-Diliy, ad-Duali dan ad-Du'ly.

Menurut Ibnu as-Sayyid, ad-DuiI (dengan kasrah) tidak ditemukan perbedaan berkaitan
dengan nama Abu al-Aswad.

Ibnu Makula dan al-Hazimi berpendapat bahwa Farwah bin Nufatsah berasal dari ad-Dul.
Ia adalah seorang dari keIuarga Judzam. Sedangkan Judzam dan ad-Dul bertemu nasabnya pada
Saba' bin Yasyjub.

Menurut Yahya bin Ma'in, Abu al-Aswad wafat karena endemi tha'un yang mewabah
pada 69 H. Inilah pendapat yang benar. Ada juga yang mengatakan bahwa ia wafat sebelum
wabah itu. Tidak benar kalau ada yang mengatakan ia meninggal di masa pemerintahan Umar
bin Abdil Aziz.

Abu al-Aswad wafat dalam usia 85 tahun.

Anda mungkin juga menyukai