Anda di halaman 1dari 20

BIOGRAFI ULAMA-ULAMA SALAF

(1). Al-IMAM AZ-ZUHRI

Biografi

Namanya: Muhammad bin Muslim bin Abdillah bin Syihab bin Abdillah bin Al-Harits bin Zuhrah bin Kitab
bin Murrah bin Kaab bin Luay bin Ghalib.

Dia adalah seorang Imam yang luas ilmunya, al-Hafizh di zamannya, Abu Bakar Al-Qurasy Az-Zuhri al-
Madani. Dia bertempat tinggal di Syam.

Kelahirannya. Duhaim dan Ahmad bin Shaleh berkata, Dia lahir pada tahun 50 Hijriyah, Khulaifah bin
Khayyat berkata, Dia dilahirkan pada tahun 51 Hijriyah. [1]

Sifat-sifatnya: Muhammad bin Yahya bin Abi Umar dari Sufyan berkata, aku pernah melihat Az-Zuhri
dengan rambut dan jenggotnya yang berwarna kemerah-merahan.

Adz-Dzahabi berkata, Dia adalah orang yang terhormat dan senang memakai pakaian militer,
mempunyai perangai yang baik dalam pemerintahan Bani Umayyah.[2]

Senjungan Para Ulama terhadapnya

Dari Amr bin Dinar, dia berkata, Aku belum pernah melihat seorang pun yang lebih mendalami ilmu
hadits dari Ibnu Syihab.[3]

Umar bin Abdul Aziz bertanya, apakah kalian mau menemui Ibnu Syihab (Imam Az-Zuhri)? mereka
menjawab, Kami akan melakukannya. Dia berkata, Temuilah dia, karena sesungguhnya tidak ada yang
tersisa saat ini orang yang lebih tahu tentang sunnah Rasulullah Saw daripadanya.
Dari Ad-Darawardi dia berkata, sesungguhnya orang yang pertama kali menyusun dan membukukan
ilmu pengetahuan adalah Ibnu Syihab (Imam Az-Zuhri).

Dari Ahmad bin Hambal, dia berkata, az-Zuhri adalah orang yang paling kompeten dalam hadits dan
yang paling baik sanadnya.[4]

Sebab-sebab keunggulannya di Bidang Ilmu Pengetahuan

a). Kekuatan kekuatannya Hafalannya

Adz-Dzahabi berkata, Dari kehebatan hafalan Az-Zuhri adalah dia menghafal Al-Quran dalam 80
malam. Hal ini dikisahkan darinya oleh keponakannya Muhammad bin Abdillah.[5]

Dari Abdurrahman bin Ishaq dari Az-Zuhri, dia berkata, Aku sama sekali belum pernah mengulangi
sebuah hadits dan juga tidak ragu dalam menghafalnya kecuali hanya satu saja, kemudian aku
menanyakannya kepada temanku dan ternyata hadits itu memang seperti yang telah aku hafal.[6]

b). Dia menulis Semua Apa yang Didegarnya

Dari Abdurrahman bin Abi Az-Zinad dari ayahnya, dia berkata, Aku saat itu sedang melakukan Thawaf
bersama dengan Ibnu Syihab. Ibn Syihab membawa selembar kertas dan papan tulis, dia berkata Dan
kami tertawa bersama karenanya.

Dalam sebuah riwayat disebutkan, kami saat itu sedang belajar dan menulis tentang halal dan haram
dan ibn Syihab. Ibnu Syihab membawa selembar kertas dan papan tulis, dia berkata, Dan kami tertawa
bersama-sama karenanya.[7]

c). Selalu Mengulang dan Mempelajarinya


Dari Al-AuzaI dari Az-Zuhri, dia berkata, Ilmu pengetahuan sirna karena penyakit lupa dan tidak
mempelajarinya.

Dari Yakub bin Abdirrahman, dia berkata, Sesungguhnya Az-Zuhri pernah menuntut ilmu kepada
Urwah dan yang lain, kemudian dia membangunkan seorang budak perempuannya yang masih tertidur,
lalu dia berkata kepadanya. si Fulan sedang begini, begini. Si budak itu berkata, Apa ini? dia
kemudian berkata, Aku telah tahu bahwa kamu tidak dapat memanfaatkannya, akan tetapi aku sudah
mendengar dan aku ingin mengingatnya (mempelajarinya)[8]

d). Sering Berteman dan Mendekati kepada Orang yang Berilmu Serta Memberikan Sedikit Banyak
Pengabdian Kepada Mereka

Dari malik bin Anas dari Az-Zuhri, dia berkata, Aku pernah mengabdi kepada Ubaidillah bin Abdillah bin
Utbah, hingga suatu ketika aku ingin menemaninya keluar dan aku menunggunya di balik pintunya. Dia
berseru, siapa yang mengetuk pintu? seorang budak perempuannya berkata, pembantu anda! sang
pembantu mengira bahwa aku adalah pembantuhnya, walaupun aku hanya mengambdi kepadanya
hingga mengambilkan air wudhu untuknya.[9]

e). Memuliakan Orang yang berilmu

Dari Sufyan, dia berkata, Aku pernah mendengar Az-Zuhri mengatakan, Si Fulan telah
memberitahukan, dia ini seorang yang peduli dengan ilmu pengetahuan, dia tidak mengatakan, Dia
seorang yang berilmu pengetahuan.[10]

f). Berusaha untuk melakukan hal-hal yang dapat membantu hafalan dan menghindari kelupaan

Dari Ibn Wahb dari Al-Laits, Dia berkata bahwa Ibn Syihab pernah berkata, Aku belum pernah
menghafal sesuatu pun lalu begitu saja. Dia tidak senang makan buah apel dan sering meminum madu.
Dia mengatakan bahwa meminum madu akan membantu daya ingatan.[11]

4. Kemurahan hati dan kemuliannya


Ibnu Syihab berkata, Wahai Fulan, pijatlah aku seperti biasanya, dan akan aku lipatkan upahmu seperti
yang kamu ketahui. Dia senang memberikan makan kepada banyak orang yang membutuhkan dan
member mereka minuman madu.[12]

5. Guru dan Murid-muridnya

Guru-gurunya: Dia meriwatkan dari Sahl bin Saad, Anas bin Malik dan dia bertemu dengan mereka
berdua ini di Damaskus. Dia juga meriwayatkan dari As-Saib dari Yazid, Abdullah bin Tsalabah bin
Sughair, Mahmud bin Ar-Rabi, Mahmud bin Lubaid, dll[13]

Murid-muridnya: Adz-Dzahabi berkata, beberapa orang yang meriwayatkan darinya antara lain; Atha
bin Abi Rabah, dia lebih tua darinya dan meninggal dunia dua puluh-an lebih dulu sebelum dia
meninggal. Amr bin Dinar, Amr bin Syuaib, Qatadah bin Duamah, Zaid bin Aslam, Thaifah, Manshur bin
Al-Mutamir, Ayyub As-Sakhtiani dll[14]

6. Dari Mutiara perkataannya

Dari Yunus, dia berkata, Az-Zuhri berkata, Takutlah kamu dari membelenggu kitab. Aku bertanya,
apa belenggunya? dia berkata, menggudangkannya (tanpa dibaca).

Dari Az-Zuhri dia berkata, kami bersama-sama belajar menuntut ilmu dari seseorang dan kami lebih
senang mempelajari akhlaknya dari mempelajari ilmunya.[15]

(2). Umar Bin Abdul Aziz

a). Biografi
Namanya: Umar bin Abdul Aziz bin Marwan bin Al-Hakam bin Abi Al-Ash bin Umayyah bin Abdisyams
bin Abdimanaf bin Qushay bin Kilab. Dia adalah seorang imam, Al-Hafizh, al-Allamah, seorang mujtahid,
ahli ibadah dan seorang pemimpin kaum muslimin sejati. [16]

Kelahirannya: Umar bin Abdul Aziz dilahirkan di Hilwan, nama sebuah daerah di Mesir. Ayahnya seorang
pemimpin daereh di sana tahun 61 atau 63 Hijriyah. Ibunya bernama Ummu Ashim binti Ashim bin
Umar bin al-Khathab.[17]

b). Awal Mula Kektifannya Menuntut Ilmu dan Memegang Jabatan Kekhalifahan

As-Suyuthi berkata, Dia telah hafal keseluruhan al-Quran dalam umur yang masih kecil. Ayahnya
mengirimnya ke Madinah agar bias belajar di sana. Dia berbeda dengan Ubaidillah bin Abdullah dalam
masalah ilmu pengetahuan. Ketika ayahnya meninggal dunia, khalifah Abdullah Malik bin Marwan
memintanya untuk pergi ke Damaskus dan kemudian menikah-kannya dengan puterinya yang bernama
Fathimah.[18]

c). Komitmennya terhadap Sunnah Rasulullah

Dari Ziyad bin Mikhraq, dia berkata, Aku pernah mendengar Umar bin abdul Aziz berkhutbah di
hadapan warganya kalaulah bukan karena Sunnah yang aku hidupkan, atau bidah yang aku
pecundangi, niscaya aku akan menjadi hina dan tidak bias hidup mulia dan terhormat.[19]

d). Guru dan Murid-muridnya

Guru-gurunya: Amir bin Saad bin Abi Waqqash, Abdullah bin Ibrahim bin Qarizh ada yang menyebutnya
Ibrahim bin Abdullah bin Qarizh, Ada yang menyebutnya Ibrahim bin Abdullah bin Qarizh, Abdullah bin
Jafar bin Abi Thalib, urwah bin Az-Zubair, Uqbah bin Amir Al-Juhani, dll[20]

Murid-muridnya: Adz-Dzahabi berkata, Di Antara para perawi yang meriwayatkan hadits darinya
antara lain; Abu Salamah (juga salah seorang gurunya), Abu Bakar bin Hazm, raja bin Haiwah, ibnu al-
Munkadir, Az-Zuhri, Anbasah bin zaid, Ayyub As-Sakhtiani, dll[21]
e). Umar bin Abdul Aziz meninggal dunia di Dir Samaan, pada tanggal 10 atau 5 bulan Rajab tahun 101
Hijriyah. Saat itu dia genap berusia 39 tahun lebih enam bulan. [22]

(3). Muhammad Bin Idris Asy-SyafiI Nashir al-Haq wa As-Sunnah

(a). Biografi

Namanya: Muhammad bin Idris bin Al-Abbas bin Utsman bin SyafiI bin As-Saib bin Ubaid bin Abdi Yazid
bin Hasyim bin Al-Muthalib bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Kaab bin Luaai bin
Ghalib. Nama panggilannya adalah Abu Abdillah.

Imam An-Nawawi berkata, ketahuilah bahwa sesungguhnya Imam asy-SyafiI adalah termasuk manusia
pilihan yang mempunyai akhlak mulia dan mempunyai peran yang sangat penting dalam sejarah Islam.

Pada diri Imam Asy-SyafiI terkumpul berbagai macam kemuliaan karunia Allah, di antaranya; nasab yang
suci bertemu dengan nasab dan garis keturunan yang sangat baik-. Semua ini merupakan kemulian
paling tinggi yang tidak ternilai dengan meteri.

Kelahiran dan pertumbuhannya: Tepat lahir Asy-SyafiI sebagaimana dikatakan Adz-Dzahabi adalah
Gaza. Ayahnya meninggal dalam usia muda, sehingga Muhammad bin Idris Asy-SyafiI menjadi yatim
dalam asuhan ibunya. Karena ibunya khwatir terlantar, maka Asy-SyafiI akhirnya diajak ibunya pindah
ke kampung halaman ibunya di Mekkah supaya dia dapat tumbuh di sana. Pada waktu pindah itu, Asy-
SyafiI baru berumur dua tahun.[23]

(b). Awal Menuntut Ilmu dan Kecerdasannya

Dari Abu Nuaim dengan sanad periwayatannya dadi Abu bakr bin Idris, juru tulis Imam Al-Humaidi, dari
Iamam Asy-Syafii, dia berkata, Aku adalah seorang yatim di bawah asuhan ibuku. Ibuku tidak
mempunyai dana guna membayar seorang guru untuk mengajariku. Namun, seorang guru telah
mengizinkan diriku belajar dengannya ketika ia mengajar yang lain.
Tatkala aku selesai dari mengkhatamkan Al-Quran, aku lalu masuk masjid untuk mengikuti pelajaran
yang disampaikan para ulama. Dalam pengajian itu, aku hafalkan hadits dan permasalahan-
permasalahan agama. Waktu itu, aku masih tinggal di mekkah di suku Khaif. [24]

Al-Baihaqi dengan sanadnya dari Musab bin Abdillah Az-Zabiri, dia berkata, Imam SyafiI memulai
aktivitas keilmuannya dengan belajar syair, sejarah dan sastra. Setelah itu, dia baru menekuni dunia
fikih.[25]

Sebab keterkaitan Asy-SyafiI terhadap fiqih bermula dari suatu ketika dia berjalan dengan mengendarai
binatang, sedang di belakangnya kebetulan sekretaris Ubay sedang mengikutinya.

(c). Sanjungan Para Ulama Terhadapnya

Abu Nuaim Al-Hafizh berkata, Di antara ulama terdapat imam yang sempurna, berilmu dan
mengamalkannya, mempunyai kemuliaan yang tinggi, berakhlak mulia dan darmawan. Ulama demikian
ini adalah cahaya di waktu gelap yang menjelaskan segala kesulitan dan ilmunya menerangi belahan
bumi dari bagian Timur samapai Barat.

Imam Asy-SyafiI selain telah memilki ilmu dan mengamalkannya, dia juga memiliki kemulian yang
agung, yaitu garis nasabnya dekat dengan Rasulullah Saw.[26]

(d). Keteguhannya Mengikuti Sunnah dan Celaannya Terhadap Ahli Bidah

Dari Abu Jafar at-Tirmizi, ia mengatakan, ketika aku ingin menulis kitab tentang pemikiran, tiba-tiba
dalam tidur aku bermimpi bertemu Rasulullah Saw. Aku bertanya kepada beliau , Ya Rasulullah, apakah
aku perlu menulis pemikiran Imam Asy-Syafii? Maka beliau bersabda,Sesungguhnya itu bukan
pemikiran. Akan tetapi, itu adalah bantahan terhadap orang-orang yang menentang sunnah-
sunnahku.[27]

(e). Guru-guru dan murid-muridnya


Guru-gurunya: Al-Hafizh berkata, Imam Asy-SyafiI berguru kepada Muslim bin Khalid Az-Zanji, Imam
Malik bin Anas, Ibrahim bin Saad, Said bin Salim al-Qaddah, Ad-Darawardi, Abdul Wahab Ats-Tsaqafi,
Ibn Ulyah, Sufyan bin Uyainah, dll

Murid-muridnya: Sulaiman bin Dawud al-Hasyimi, Abu Bakar Abdullah bin Az-Zubair al-Humaidi, Ibrahim
bin Al-Mundzir al-Hizami, Imam Ahmad bin Hambal, Abu Yaqub yusup bin Yahya Al-Buwaithi, dll[28]

(f) Karya-karyanya

Al-Baihaqi dalam Manaqib Asy-SyafiI mengatakan bahwa Imam Asy-SyafiI telah menghasilkan sekitar
140an kitab, baik dalam Ushul maupun dalam Furu (cabang). [29]

(g). kata mutiara-mutiaranya

Ilmu bukanlah sesuatu yang dihafal, tetapi ilmu adalah sesuatu yang ada manfaatnya. Tanda Sahabat
yang baik adalah yang mau menerima dan menutupi kekurangan yang lain, dan mau memaafkan
kesalahan.

(h). Sakit dan Meninggalnya

Dia menderita penyakit yang kronis, sampai darah-darahnya mengalir ketika dia sedang menaiki
kendaraanya. Aliran darag itu berceceran samapai memenuhi celana, kendaraan dan telapak kakinya.

Ar-Rabi bin Sulaiman berkata, Imam Asy-SyafiI meninggal pada malam jumat setelah magrib. Pada
waktu itu, aku sedang berada di sampingnya. Jasadnya di makamkan pada hari jumat setelah Ashar, hari
terakhir di bulan Rajab. Ketika kami pulang dari mengiring janazahnya, kami melihat hilal bulan syaban
204 Hijriyah. [30]
(4). Malik Bin Anas Imam Dar al-Hijrah

(a). Biogarafi

Nama lengkapnya: adalah Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amir bin Amr bin Al-Harits bin Ghaiman bin
Khutsali bin Amr bin Al-Harits al-Ashbahi Al-Humairi, Abu Abdullah Al-Madani dan merupakan Imam Dar
Al-Hijrah. [31]

Kelahirannya: Adz-Dzahabi berkata, Menurut pendapat yang lebih shahih,Imam Malik lahir pada tahun
93 Hijriyah, yaitu pada tahun dimana Anas, pembantu Rasulullah, Meninggal. Malik tumbuh di dalam
keluarga yang bahagia dan berkecukupan. [32]

(b). Mulai Menuntut Ilmu dan Sanjungan Para Ulama terhadapnya

Adz-Dzahabi berkata, Malik mulai menuntut ilmu ketika umurnya menginjak belasan tahun, sedang
malik mulai memberikan fatwa dan memberikan keterangan tentang hokum ketika umurnya 21 tahun.
Dan, orang-orang telah mengambil hadits darinya di saat dia masih mudah belia. Orang-orang dari
berbagai penjuru sudah mulai menuntut ilmu kepadanya sejak pada akhir kekuasaan Abu Jafar Al-
Manshur. Dan orang-orang mulai ramai menuntut ilmu kepadanya ketika pada zaman khalifah Ar-Rasyid
sampai Malik meninggal. [33]

(c). Kemuliaan Jiwanya dan penghormatannya Terhadap Hadits Nabi

Dari Ibn Uwais, dia berkata, Jika Malik ingin menceritakan sebuah hadits maka dia berwudhu terlebih
dahulu, merapikan jenggotnya, duduk dengan tenang dan sopan, kemudian dia baru berbicara.[34]

(d). guru dan murid-muridnya

An-Nawawi berkata, Al-Imam Abu Al-Qasim Abdul Malik bin Zaid bin Yasin Ad-Daulaqi dalam kitab ar-
Risalah Al-Mushannafah fi Bayani Subulissunnah Al-Musyarrafah , Malik mengambil hadits dari
Sembilan ratus orang guru, yaitu tiga ratus orang dari generasi Tabiin dan enam ratus orang dari
generasi Tabi tabiin.

Orang-orang yang meriwayatkan dari Malik adalah Ibnu Al-Mubarak, Yahya bin Said Al-Qathathan,
Muhammad bin Al-Hasan, Ibnu Wahab, Maan bin Isa, As-SyafiI, Abdurrahman bin Mahdi, dll[35]

(e).Karya-karyanya

Al-Muwaththa karangan imam Malik dan Keunggulannya, Al-Qadhi Abu Bakar bin Al-Arabi berkata, Al-
Muwaththa adalah dasar utama dan inti dari kitab-kitab hadits, sedang karya Al-Bukhari adalah dasar
kedua, dan dari keduanya muncul kitab yang menjadi penyempurna, seperti karya Imam Muslim dan At-
Tirmidzi. [36]

Imam Malik mengarang Al-Muwaththa bertujuan untuk mengumpukan hadits-hadits shahih yang
berasal dari Hijaz, dan di dalamnya disertakan pendapat-pendapat dari para sahabat, tabiin dan
tabitabiin.

(f). Meninggalnya

Al-Qanabi berkata, Aku mendengar orang-orang berkata Malik berusia 89 tahun, dan dia meninggal
pada tahun 179 Hijriyah.[37]

(5). Ahmad Bin Hambal Imam Ahlu Sunnah

(a). Biografi

Nama lengkapnya: Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hambal bin Hilal bin Asad bin Idris bin
Abdillah bin Hayyan bin Abdillah bin Anas bin Auf bin Qasath bin Mazin bin Syaiban bin Qasith bin
Hanab bin Qushay bin Dami bin Judailah bin Asad bin Rabiah bin Nazzar bin Mad bin Adnan.
Kelahirannya: ibunya mengandungnya di Moro, kemudian pergi ke Baghdad lalu melahirkan Ahmad bin
Hambal pada bulan Rabiul Awal tahun 164 Hijriyah.

Ayah Imam Ahmad bin Hambal (yang bernama0 Muhammad adalah seorang walikota daerah Sarkhas
dan salah seorang anak penyeru Daulah Abbasiyah. Muhammad meninggal pada usia tiga puluh tahun
pada tahun 179 Hijriyah. [38]

(b). Awal menuntut Ilmu dan perjalanan Menuntut Ilmunya

Abu Nuaim berkata, Dari Abul Fadhl dari ayahku, dia mengatakan, Aku mulai mencari hadits ketika
aku berumur enan belas tahun. Ketika Husyaim meninggal, maka usiaku sudah mencapai dua puluh
tahun. Pertama kali aku mendegar hadits dari Husyaim tahun 179 Hijriyah yang pada tahun ini juga, Ibnu
Mubarak dating untuk terakhir kalinya sehingga aku pun menghadiri halaqah (majelis) pengajiannya.
Orang-orang berkata, Dia keluar ke Thurthus dan meninggal di sana pada tahun 181 Hijriyah.[39]

(c). Sanjungan Para Ulama Terhadapnya

Abu Yala Al-Mushil berkata, Aku telah mendengar Ahmad bin Ibrahim Ad-Dauraqi berkata, kalau
kalian mendendar ada orang menyebut Ahmad bin Hambal dengan buruk, maka demi agama Islam,
kalian harus mencela orang tersebut.[40]

(d). guru dan murid-muridnya

Guru-gurunya: Sebagaimana disebutkan Al-Khathib di antara guru-gurunya adalah: Ismail bin Ulaiyah,
Husyaim bin Busyair, Hammad bin Khalid Al-Khayyad, Manshur bin Salamah Al-KhazaI, Al-Muzhaffar bin
Khalid Al-Khayyad, Manshur bin Salamah Al-KhazaI, Al-Muzhaffar bin Mudrak, Utsman bin Umar bin
Faris, dll
Murid-muridnya: Di antara orang yang meriwayatkan hadits dari Ahmad antara lain; kedua anaknya
yang bernama Shaleh dan Abdullah, seorang anak paman Imam Ahmad yang bernama Hambal bin Ishaq,
Al-Hasan bin Ash-Shabbah Al-Bazzar, Muhammad bin Ishaq Ash-Shaghani dll[41]

(e). Sakit dan Meninggalnya

Shaleh berkata, Ketika hari pertama bulan Rabiul Awal tahun 241 Hijriyah, hari Sabtu ayahku
merasakan deman yang tinggi sehingga ketika tidur dia susah sekali bernafas. Aku sudah mengetahui
penyakit yang dikeluhkannya karena aku selalu merawatnya ketika kambuh. Pada malam Jumat, tanggal
12 Rabiul Awal tepatnya selang dua jam setelah siang hari tampak, ayahku menghembuskan nafas
terakhirnya.[42]

(f). Karya-karyanya

Dia berpesan kepada anaknya yang bernama Abdullah, hendaklah hadits-hadits dalam kitab karyaku Al-
Musnad Ini. Sesungguhnya ia akan menjadi imam dan rujukan bagi manusia.

(6). Muhammad bin Ismail Al-bukhari, Syaikh Al- Muhaddistin

(a) Biografi

Kelahiran dan besarnya. Imam Al-bukhari lahir disalah satu kota dari wilayah Kharusan, tepatnya
didaerah yang bernma Bukhara. Bukhara adalah kota tua yang indah dari sekian kota yang berda
diwilayah Wara An-nahar. Sebelum Islam masuk kesana, Bukhara merupakan ibukota Samaniyin. Ahli
sejarah sepakat bahwa Islam masuk kesana pada masa pemerintahan Daulah Umayyah.

Al-hafizh, Imam Al-bukhori lahir dibukhara pada hari jumat setelah sholat jumat dilaksanakan,
tepatnya pda tanggal 13 syawal tahun 194 Hijriyah. [43]

(b) Awal Menuntut Ilmu dan semangatnya yang tinggi


Ayahnya adalah seorang ulama besar dalam bidang hadist dan ibunya seorang hamba sholeh yang taat
beribadah. Oleh karena itu sebagian Ulama mnegatakan bahwa imam Al-buhkori terlahir dari tempat
keilmuan dan disusui tetek kemulyaan, sehingga tidak mengherankan apabila muncul sosok imam
Bukhori yang brillian sedemikain rupa. [44]

(c) Guru-gurunya dan Thabaqah Mereka

Jafar bin Muhammad Al_Qaththan Aku telah mendengar Imam Al-Buhkori berkata, aku telah menulis
hadist dari seribu guru bahkan lebih banyak lagi yang kesemua adalah ulama. Aku tidak memperoleh
satu hadist pun kecuali aku telah memiliki sanadnya.[45]

Guru-guru Imam Albukhori menurut Al-hafizh terkalasifikasi menjadi lima tingkatan yaitu:

Tingkatan Pertama; Orang yang menerima hadist dari tabiin. mereka yang termasuk dalam kelas ini
anatara lain: Muhammad bin Abdillah Al-Anshari yang memperoleh hadist dari Humaid; Maki bin
Ibrahim dari Yazid bin Abi Ubaid, dll.

Tingkatan Kedua; Orang lain yang semasa dengan kelompok pertama, akan tetapi mereka tidak
mendengar dari kelompok tabiin yang tsiqah. Orang yang termasuk dalam kelompok ini antara lain;
Adam bin Abi Iyas, Abu Mashar Abdul Ala bin Mashar, Said bin Abi Maryam, Ayyub bin Sulaiman bin
Bilal, dll.

Tingkatan Ketiga; ini merupakan tingkatan paling tengah diantara sekian banyak guru-guru Imam Al-
bukhari. Mereka yang termasuk dalam klasifikasi tingkatan ini tidak bertemu para tabiin. oleh karena,
mereka hanya mendapatkan hadist dari kelompok Tabi Attabiin. mereka termasuk dalam kategori ini
antara lain; Sulaiman bin Harb, Kutai bin Said, Nuaim bin Ahmad, dll.[46]

(d) Sanjungan para Ulama terhadapnya.


Qutaibah bin Said berkata, aku pernah duduk bersama ahli piqih, orang-orang Zuhud dan hamba yang
ahli ibadah. Akan tetapi, semenjak aku berakal, maka aku belum pernah melihat orang yang seperti
Muhammad bin Ismail pada masanya.

Dari syaik imam Al-bukhori juga yang bernama Ismail bin Abi Uwais. Suatu ketika Imam Al-bukhori
memilih hadist-hadist yang shoheh dari kitab Ismail bi Abi Uwais dan Imam Al-bukhori menasakh hadist-
hadistnya. Setelah selesai, maka Ismail bin Abi Uwais dengan bangga berkata, Hadist-hadist ini adalah
hasil pilihan Muhammad bin Ismail dari semua hadist riwayatku.

(e) Murid-muridnya

Telah disebutkan didepan bahwa guru Imam Al-bukhori berjumlah 1080 orang kesemuanya adalah ahlu
sunnah waljamaah. Adapun murid-murid Imam Al-bukhori: Muslim bin Hajjaj, Abu Isa At-Tirmidzi, An-
nasaI, Ad-Darimi, Muhammad bin Nashr Al-Marwazi, Abu Hatim Ar-Razi, dll.

(f) Karya-karya Imam Al-Bukhari

Karya-karya Imam Al-Bukhori diantaranya adalah: Al-Jami Ash-Shahih, At-Tarikh Al-Kabir, At-Tarihk Al-
Ausath, At-Tarihk Ash- Shaghir, dll.[47]

(g) Meninggalnya

Adz-Dzahabi berkata, Ibnu Adi berkata, aku telah mendengar Al-Hasan bin Al-Husain Al-Bazzaz Al-
Bukhori berkata, Imam Al-bukhori meninggal pada malam Sabtu pada saat idul Fitri diwaktu sholat
isya. Kemudian jasadnya dikuburka hari itu juga setela sholat dzuhur. Imam Al-Bukhori meninggal pada
tahun 256 Hijriyah dalam usia 62 tahun kurang 13 hari. [48]

(7). Imam Muslim bin Al-Hajjaj An-Naisaburi

(a) Biografi
Nama lengkapnya: adalah Muslim bin Hajjaj bin Muslim bin Wardi bin Kawisyadz Al-Qusyairi An-
Naisaburi.

Kelahirannya: Adz-Dzahabi berkata, Imam Muslim lahir pada tahun 204 Hijriyah dan aku mengira dia
lahir sebelum tahun tersebut. [49]

(b) Sanjungan para Ulama terhadapnya

Ahmad bi Salamah berkata, aku telah melihat Abu Zurah dan Abu Hatim mendatangi Imam Muslim
untuk mengetahui hadist shoheh yang diriwayatkan beberapa syehk dimasa mereka.[50]

(c) Guru dan Murid-muridnya

Guru-gurunya: Al-Khathib Al-Baghdadi berkata, Imam Muslim telah melakukan perjalanan rihlah ke
Irak, Hijaz Syam dan Mesir. Guru-gurunya antara lain: Yahya bin Yahya, An-Nasaburi, Qutaibah bin Said,
Ishaq bin Rahawaih, Ahmad bin Hambal, dll.

Murid-muridnya: Adz- Dzahabi berkata, Orang-orang yang meriwiyatkan hadist dari Imam Muslim
antara lain; At- Termidzi dalam kitab Al-Jami telah meriwayatkan satu hadist dari Imam Muslim, Ibrhim
bin Abi Thalib, Al-Husain bin Muhammad bin Al-Qubani, Ali bin Al-Husain Al-Junaid Ar-Razi, Ibnu
Khusaimah, dll.[51]

(d) Meninggalnya

Imam Adz-Dzahabi berkata, Imam Muslim meninggalb pada bulan Rajab tahun 261 Hijriyah di Naisabur.
Ketika ia meninggal usianya mencapai lebih dari 50-an tahun.[52]

[1] Sirah Alam An-Nubala karya Adz-Dzahabi. Cet. Ar-Risalah 5/ 326.


[2] Tarikh Al-Islam karya adz-Dzahabi, ditahqiq Dr. Abdussalam Tadammuri. Cet. Dar Al-Kitab Al-Arabi.

[3] Hilyah Al-Auliya karya Abu Nuaim Al-Ashbihani. Cet. Maktabah As-Saadah.

[4] Sirah Alam An-Nubala karya Adz-Dzahabi.5/334.

[5] Tadzkirah Al-Huffazh karya Adz-Dzahabi. Cet. Dar Al-Fikr Al-Arabi 1/110.

[6] Tadzkirah Al-Huffazh karya Adz-Dzahabi. 1/111.

[7] Tahdzib Al-Kamal karya Jamaluddin Al-Mizzi. Cet. Dar Ar-Risalah. 26/433.

[8] Tarikh Al-Islam karya Adz-Dzahabi, ditahqiq Dr.Abdulssalam Tadammuri.

[9] Hilyah Al-Auliya karya Abu Nuaim Al-Ashbihani. 3/362.

[10] Hilyah Al-Auliya karya Abu Nuaim Al-Ashbihani.3/262.

[11] Sirah Alam An-Nubala karya Adz-Dzahabi. 5/332.

[12] Sirah Alam An-Nubala karya Adz-Dzahabi. 5/371.

[13] Sirah Alam An-Nubala karya Adz-Dzahabi. 5/327.

[14] Sirah Alam An-Nubala karya Adz-Dzahabi. 5/327-328.


[15] Tarikh Al-Islam karya Adz-Dzahabi. 8/247.

[16] Sirah Alam An-Nubala karya Adz-Dzahab. 5/114.

[17] Tarikh Al-Khulafa Karya As-Suyuthi. Cet. Al-Maktabah At-Tijariyah. Hlm. 288.

[18] Tarikh Al-Khulafa. 299-230.

[19] Sirah Umar bin Abdul Aziz, karya Ibnu Jauzi hlm, 97.

[20] Tahdzib Al-Kamal. 21-434.

[21] Sirah Alam An-Nubala. 5/114-115.

[22] Tarikh Al-Khulafa.hlm 246.

[23] Imam An-Nawawi Tahdzib Al-Asma wa al-lughat, Darul Kutub al-Ilmiyah, 49/1.

[24] Abu Nuaim Al-Asfahani, hilyah Al-Auliyah wa Thabaqat Al-Ashfiya, Cet As-Saadah 9/73.

[25] Manaqib Asy-SyafiI karya Al-Baihaqi dengan tahkik As-Sayyid Ahmad Shaqar, 1/96.

[26] Hilyah Al-Auliya, 9/63-64.


[27] Hilyah Al-Auliya. 9/100.

[28] Tahdzib At-Tahdzib, karya Ibnu Hajar Al-Asqalani, 9/23-24.

[29] Manaqib Asy-SyafiI karya Al-Baihaqi, 1/245-246.

[30] Tahdzib Al-Asmawa Al-Lughat 1/53-57.

[31] Tahdzib Al-Kamal, Jamaluddin Al-Mizzi, cek. Ar-Risalah 27/28.

[32] Hilyah Al-Auliya, 6/330.

[33] Sirah Alam An-Nubala, 8/57.

[34] Shafwah Ash-Shafwah, 2/178.

[35] Tarikh Al-Islam karya Adz-Dzahabi,11/318-319.

[36] Diambil dari ringkasan Muqaddimah, Prof. Muhammad Fuad Abdul Baqi.

[37] Ringkasan dari Siyar Alam An-Nubala, 8/130132.

[38] Abu Yaman Majid Ad-Din Muhammad bin Abdurrahman Al-Ulaimi,1/7.

[39] Hilyah Al-Auliya wa Thabaqat Al-Ashfiya karya Abu Nuaim Al-Ashfahani, 9/163.
[40] Tarikh Baghdad, 4/508.

[41] Tahdzib Al-Kamal 440-444.

[42] Tarikh Al-Islam, 241-250.

[43] Ibnu Hajar, Taghligh At-Taliq, Dar Ammar, Al-Maktabah Al-islami, 5/385.

[44] Muqaddimah Al-Qasthani Cet. Al-Majlis Al-Aala li Asy-Syuun Al-Islamiyah 125.

[45] Tarikh Baghdad, 2/4.

[46] Thabaqat Asy-Syafiiyah al-kubrah karya tajuddin as-Subki, 2/222.

[47] Tahzib Al-Asma wa al-Lughat, 1/78.

[48] Tarikh Baghdad, 2/34.

[49] Siyar Alam an-Nubala, 12/566.

[50] Tarikh Baghdad, 13/101.

[51] Tarikh Al-Islam, 20/183-184.


[52] Al-Jarh wa At-Tadil karya Ibnu Abi Hatim. Cet. Muassasah Al-Kutub Ats-Tsaqafiyah, 4/102.

Anda mungkin juga menyukai