1
Kunyah adalah sebutan yang diawali dengan kata Abu atau Ummu, dan ini termasuk Adab Islam yang
terpuji, bahkan ketika seseorang belum punya anak.
2
Salah satu kota di Irak, sebelah selatan kota Bagdad sekitar 156 KM darinya, kota ini pernah menjadi ibu
kota kekhilafahan di masa Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu.
3
Beliau adalah Khalifah kelima diantara para Khalifah Bani Umayyah.
4
Tarikh Bagdad (13/ 326), lihat pula kitab Abu Hanifah an-Nu’man Imamul Aimmah al-Fuqaha karya Wahby
Sulaiman Gawiji, hal. 48
2|Page
Abu Abdillah bin Ahmad bin Kidam berkata: “Allah telah menjawab
do’anya, Allah subhanahu wa ta'ala menjadikannya khalifah di muka bumi,
orang yang memiliki pengikut terbanyak di muka bumi dalam agama, dan
manusia mengekor kepadanya dalam masalah Fiqih”.5
Imam asy-Syafii rahimahullah berkata:
َّ من أراد أن
يتبحر في الفقه فهو عيال على أبي حنيفة
“Barang siapa hendak berwawasan luas dalam masalah Fiqih, maka –
pastinya – ia mengekor kepada Abu Hanifah”.6
Beliau pernah melihat Anas bin Malik sebagaimana disebutkan oleh
ad-Dzahabi dalam Siar, ini menunjukan bahwa beliau termasuk golongan
Tabi’in.
Faidah:
1. Tingginya kedudukan do’a.
2. Dahulu Kufah adalah tempat berkumpulnya para ulama.
3. Imam Abu Hanifah masuk generasi Tabiin, diantara generasi mulia
dalam agama Islam.
---&&&---
5
Muqaddimatu Ta’lim karya al-Muhaddits al-Faqih Mas’ud bin Syaibah as-Sindi, lihat kitab pula kitab Abu
Hanifah an-Nu’man Imamul Aimmah al-Fuqaha karya Wahby Sulaiman Gawiji, hal. 48
6
Al-Khatib dalam Tarikh Bagdad (15/ hal. 473)
3|Page
7
Seorang Tabiin, beliau ulama Hadits dan Fiqih seumur dengan Imam Hasan al-Bashri, wafat di Kufah pada
tahun 103 H.
8
Uqudul Juman fi Manaqib Imam Abu Hanifah an-Nu’man oleh Muhammad bin Yusuf bin Ali bin Yusuf ad-
Dimasqi, lihat pula kitab Abu Hanifah an-Nu’man Imamul Aimmah al-Fuqaha karya Wahby Sulaiman Gawiji,
hal. 49
4|Page
9
Dibawakan oleh Imam al-Kurduri dalam kitabnya Manaqib Imam Abu Hanifah, lihat pula kitab Abu Hanifah
an-Nu’man Imamul Aimmah al-Fuqaha karya Wahby Sulaiman Gawiji, hal. 50
10
Manaqib Imam Abi Hanifah karya Ibnul Bazzazi (1/ 121) lihat pula kitab Abu Hanifah an-Nu’man Imamul
Aimmah al-Fuqaha karya Wahby Sulaiman Gawiji, hal. 50
5|Page
Fawaid:
1. Kata-kata itu memberikan pengaruh yang sangat besar.
2. Jadilah pembuka kebaikan !
3. Imam Abu Hanifah seorang Imam Ahlus Sunnah, yang mendebat
kelompok bid’ah.
4. Ilmu Kalam ditinggalkan oleh beliau, karena tidak memberikan
manfaat apa-apa.
11
12
Seorang Tabiin yang masyhur dengan keilmuannya di bidang Fiqih, Hadits dan Qira’ah.
6|Page
13
Hal itu karena bapaknya melihat bahwa Hammad berkhidmat kepada manusia, padahal berkhidmat
kepada para ulama adalah kemuliaan.
14
Abu Hanifah an-Nu’man oleh Wahbi Sulaiman Gawaji, hal. 40
15
Hayatul Imam Abi Hanifah oleh Sayyid Afifi, hal. 27. Lihat dalam Abu Hanifah an-Nu’man oleh Wahbi
Sulaiman Gawaji, hal. 41
7|Page
16
Membersihkan kapas dari biji-bijinya.
17
Lihat dalam Abu Hanifah an-Nu’man oleh Wahbi Sulaiman Gawaji, hal. 55-56
8|Page
Ibnul Hasan – salah seorang murid beliau – pernah berkata: “Abu Hanifah
senantiasa mendorong kami untuk mempelajari Fiqih dan melarang kami
dari Ilmu kalam”18.
Ibnu Abdil Barr meriwayatkan dalam kitabnya al-Intiqa, bahwa Imam
Abu Hanifah berkata:
َ ْ َ َْ ََ َ ْ ََ َّ ُ َ َّ ُ َ ْ َ َ آخذ بك
ابِ ت ك
ِ ي ف ِ د جِ أ مل امف سلم و ه
ِ ي ل ع هللا صلى ه
ِ الل ل ِ و س ر ة
ِ ن س ب
ِ ف د ج ِ أ فمالم هللا اب ت ِِ
ُ ُ َ َ
ْ الله صلى هللا َع َل ْيه َوسلم أ َخ ْذ ُت ب َق ْول أ َّ ُ ُ َّ ُ َّ
ص َح ِاب ِه آخذ ِب َق ْو ِل َم ْن ِ ِ ِ ِ الل ِه والفى سنة َرسو ِل
َ َ َ َ ْ َ ْ َ ْ
ِشئ ُت ِم ْن ُه ْم َوأ َد ُع َم ْن ِشئ ُت ِم ْن ُه ْم َوال أخ ُر ُج ِم ْن ق ْوِل ِه ْم ِإلى ق ْو ِل غ ْي ِر ِه ْم
“Aku mengambil dari Kitabullah, jika tidak aku dapatkan maka dari
Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, jika aku tidak
mendapatkannya dalam Kitabullah dan Sunnah Rasulullah maka aku ambil
dari perkataan shahabatnya, aku mengambil perkataan siapa saja yang aku
mau diantara mereka, dan aku meninggalkan perkataan siapa saja yang aku
mau diantara mereka, aku tidak keluar dari perkataan mereka menuju
perkataan selain mereka”19.
Demikianlah manhaj (cara beragama) Imam Abu Hanifah yang sangat
jelas. Adapun perkataan bahwa Imam Abu Hanifah mendahulukan Qiyas
daripada Nash, maka itu adalah tuduhan yang tidak disertai bukti, bahkan
beliau sendiri berkata:
كذب وهللا وافترى علينا من يقول إننا نقدم القياس على النص وهل يحتاج بعد النص
إلى القياس
“Demi Allah, dia berdusta dan mengatakan sesuatu atas nama kami
tanpa bukti. Siapa yang mengatakan bahwa kami mendahulukan Qiyas di
atas nash? dan apakah seseorang butuh Qiyas setelah adanya Nash?”20.
Beliau pun berkata:
18
Dzammul Kalam karya Imam al-Harawi ( 5/221)
19
Al-Intiqa karya Imam Ibnu abdil Barr (hal. 142)
20
Al-Mizanul Kubra karya as-Sya’rani (1/ 65)
9|Page
ليس ألحد أن يقول برأيه مع كتاب هللا تعالى وال مع سنة رسول هللا صلى هللا عليه وسلم
وال مع ما أجمع عليه الصحابة
“Tidak seorang pun berbicara dengan pendapatnya sendiri sementara
masalah tersebut ada dalam al-Qur’an, tidak pula sementara ada dalam
Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, tidak pula sementara ada
dalam kesepakatan para shahabat”.21
Diantara perkara yang menunjukan akidah beliau adalah sebagai
berikut:
املأمور به ما استفيد من قوله، ال ينبغي ألحد أن يدعو هللا إال به والدعاء املأذون فيه
وهلل األسماء الحسنى فادعوه بها وذروا الذين يلحدون في أسمائه سيجزون ما: تعالى
كانوا يعملون
“Tidak dibenarkan bagi seseorang berdo’a kepada Allah kecuali
dengan menyebut-Nya, dan do’a yang diizinkan bahkan diperintah adalah
yang diambil dari firman-Nya (Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka
bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan
tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam
(menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan
terhadap apa yang telah mereka kerjakan)”22.
Ini masuk dalam bahasan Tauhid Uluhiyyah, yakni bahwa berdo’a
hanya dibenarkan dengan menyebut nama-Nya bukan nama mahluk seperti
sebagian orang yang bertawassul dengan yang sudah meninggal.
Beliau pun berkata:
، وغضبه ورضاه صفتان من صفاته بال كيف، ال يوصف هللا تعالى بصفات املخلوقين
ورضاه، غضبه عقوبته: وال يقال، وهو يغضب ويرض ى، وهو قول أهل السنة والجماعة
ونصفه كما وصف نفسه، ثوابه
21
Ukudul Juman Fi Manakibil Imam al-A’zham karya Muhammad ash-Shalihi (hal. 175)
22
Ad-Durrul Mukhtar (6/ 396)
10 | P a g e
“Allah ta’ala tidak disifati dengan sifat mahluk. Marah dan ridho-Nya
adalah dua sifat diantara sifat-sifat-Nya tanpa kita harus menetapkan
Kaifiyyah (wujud nyatanya bagi Allah), inilah pendapat Ahlus Sunnah wal
Jama’ah. Allah marah dan ridha, dan tidak boleh dikatakan bahwa yang
dimaksud dengan marah adalah hukuman-Nya dan yang dimaksud dengan
ridha adalah pahala dari-Nya, kita hanya mensifati-Nya sebagaimana Allah
mensifati diri-Nya”23.
Perkataan di atas menunjukan akidah beliau dalam masalah asma was
sifat, yakni mensifati Allah sebagaimana yang Allah dan Rasul-Nya sifati
tanpa mentakwil, tanpa mentasybih, tanpa menentukan kaifiyyah (wujud
nyatanya bagi Allah), juga tanpa menta’thil.
Bahkan beliau pun berkata:
وكذا من قال إنه على العرش، من قال ال أعرف ربي في السماء أم في األرض فقد كفر
وال أدري العرش أفي السماء أم في األرض
“Barang siapa mengatakan, aku tidak tahu Rabku apakah dia di langit
atau di bumi, maka sungguh dia telah kafir. Demikian pula orang yang
berkata, Allah ada di atas arasy akan tetapi aku tidak tahu dimana Arasy,
apakah di langit atau di bumi”.24
23
Al-Fiqhul Absath (hal 56)
24
Al-Fiqhul Absath (46), disebutkan pula oleh ad-Dzahabi dalam kitabnya al-Uluw (101-102)
11 | P a g e
diantara shahabat yang pernah beliau jumpai adalah Anas bin Malik dan
Abdullah bin Harits bin Jaz’u az-Zubaidi.
Diantara guru-guru beliau adalah Ibrahim an-Nakhai, Hammad bin Abi
Sulaiman, Atha bin Abi Rabah, Ikrimah, Amir as-Sya’bi, dan yang lainnya.
Selanjutnya tentang murid-muridnya:
Al-Khatib al-Bagdadi menyebutkan dalam kitab Tarikhnya dengan
sanadnya sampai kepada Abu Karomah, beliau berkata: Pernah aku berada
di majlis Waqi bin Jarrah (guru Imam asy-Syafii), lalu seseorang berkata: ‘Abu
Hanifah keliru’, lalu Waqi berkata: “Bagaimana Abu Hanifah bersalah
sementara bersamanya ada orang seperti Abu Yusuf , Muhammad Ibnul
Hasan, dan Zufar dalam Qiyas dan Ijtihadnya, bersamanya ada Yahya bin
Zakaria Ibni Abi Zaidah, Hafhs bin Gayyats, juga Hibban dan Mandal
keduanya ahli dalam masalah hadits, bersamanya ada al-Qasim bin Ma’an
bin Abdirrahman bin Abdillah bin Mas’ud yang ahli dalam ilmu bahasa dan
Nahwu, bersamanya ada Dawud ath-Thai dan Fudhail bin Iyad dalam
masalah kewara’an, bersamanya ada Abdullah Ibnul Mubarak dalam
masalah Tafsir, hadits dan sejarah. Bagaimana beliau keliru sementara
orang-orang seperti mereka ada di sekelilingnya, mereka semuanya
memujinya, dan kalau lah keliru niscaya mereka akan meluruskannya”.25
Imam Abu Hanifah kulitnya coklat keputih-putihan, badannya kurus
dan agak tinggi dengan wajahnya yang tampan. Berbicara sangat baik dan
fasih, pilih-pilih dalam berpakain dan senang memakai minyak wangi,
diketahui ketika dia datang dan pergi.
Hammad putra Imam Abu Hanifah berkata: “Sungguh Abu Hanifah
rahimahullah, orangnya tinggi, berkulit coklat, bagus pakaiannya26, tampan
wajahnya, indah penampilannya, banyak pakai minyak wangi yang diketahui
ketika dia datang dan keluar dari rumah sebelum terlihat orangnya”27.
Adapun terkait dengan akhlaq beliau, maka sungguh akhlaq adalah
cerminan hati dan akidah seseorang. Beliau seorang ulama besar yang
25
Tarikh Bagdad (14/ 250)
26
Yakni pakaiannya bagus dan mahal, demikianlah jika kita mampu untuk membelinya maka lakukanlah.
27
Qalaid Uqudid Durar (27-29)
12 | P a g e
28
lihat kitab Abu Hanifah an-Nu’man Imamul Aimmah al-Fuqaha karya Wahby Sulaiman Gawiji, hal. 82
29
Manaqib al-Muwaffaq al-Makki (2/ 148)