Anda di halaman 1dari 21

BIOGRAFI

IMAM ABU
HANIFAH
Nama Anggota Kelompok :

1. Chelsea V.A.P
2. Dzuria Khusnita
3. Hana Fitria Fatmala
4. Tera
5. Zahra
Nu’man bin Tsabit bin Marzuban atau Abu
Hanifah lahir di kota Kufah pada tahun 80
H/699 H dan wafat di kota Baghdad pada
tahun 150 H/767 M . Beliau tumbuh di dalam
keluarga yang shaleh dan kaya. Ayahnya,
Tsabit merupakan seorang pedagang sutra
yang masuk Islam masa pemerintahan
Khulafaur Rasyidin.
Sejak kecil beliau sudah hafal al-Qur’an
dan menghabiskan waktunya untuk
terus-menerus mengulangi hafalan agar
tidak lupa. Pada bulan Ramadan, Abu
Hanifah bahkan bisa mengkhatamkan al-
Qur’an berkali-kali.
Imam Abu Hanifah pernah pergi dari Kufah menuju
Makkah untuk menunaikan ibadah haji dan
berziarah ke kota Madinah. Dalam perjalanan ini,
beliau berguru kepada, Atha` bin Abi Rabah, ulama
terbaik di kota Makkah dari generasi tabi’in.
Jumlah total guru Imam Abu Hanifah adalah tak
kurang dari 4000 orang guru. Di antaranya 7 orang
dari sahabat Nabi, 93 orang dari kalangan tabi’in,
dan sisanya dari kalangan tabi’ at-tabi’in.
Imam Hanafi dikenal sebagai
ulama yang terbuka. Sikap
terbukanya ini tertanam karena
beliau terbiasa hidup dengan
kelompok yang berbeda. Beliau
mau belajar dengan siapa pun,
semisal tokoh dari mu'tazilah dan
syi'ah.
Beliau hidup masa kekuasaan
Bani Umayyah selama 5 tahun
dan Abbasiyah 18 tahun. Beliau
pernah ditawari menjadi hakim,
namun beliau menolaknya. Hal
tersebut membuatnya dipenjara
dan dicambuk hingga akhirnya
beliau keluar dari penjara dan
wafat.
Imam Hanafi mempunyai nama lengkap Abu
Hanifah Nu’man bin Sabit. Ia lahir di Kufah
pada tahun 669M dan meninggal di Baghdad
tahun 776M.
Kelebihan Imam Hanafi yaitu dikenal rajin dan
teliti dalam bekerja serta fasih berbahasa,
menjauhi hidup bermewah mewahan
meskipun ia anak seorang saudagar kaya.
Hartanya lebih banyak didermakan daripada
untuk kepentingan sendiri.
Imam Hanafi banyak berguru dari kalangan
tabi’in, misalnya Ata bin Abi Rabah, Imam Nafi
Maula bin Amr dan Imam Hammad bin Abi
Sulaiman. Selain menguasai ilmu fikih, Imam
Hanafi juga mendalami ilmu hadits dan ilmu tafsir.
Dasar dasar yang digunakan oleh Imam Hanafi
dalam menetapkan hukum adalah Al Qur’an, sunah
Rasulullah saw., fatwa dari sahabat, qiyas, ihtisan,
ijma’ dan urf.
Dasar dasar tersebut dikenal sebagai Madzhab
Hanafi. Beberapa karya tulis Imam Hanafi adalah
• Al-Faraid (membahas masalah waris),
• Asy-Syurut(membahas perjanjian), dan
• Al Fiqh Al Akbar (Membahas Ilmu Kalam)
Kisah Imam Abu Hanifah Yang
Perlu Diteladani
A. Saling Memuji Dan
Berbaik Sangka
Ketika Imam Malik berkata, “Saya merasa tidak punya apa-
apa ketika Bersama Abu Hanifah, sesungguhnya ia benar-benar
ahli fikih wahai orang Mesir, wahai Al-aits”Kemudian Al-Laits
pun menceritakan ucapan pujian Imam Malik kepada Imam Abu
Hanifah. Lalu beliau menjawab, “Bagus sekali ucapan Imam
Malik Terhadap anda”. Dan beliau menambahkan, “Demi
Allah, saya belum pernah Melihat orang yang lebih cepat
memberikan jawaban yang benar dan zuhud Serta sempurna
melebihi Imam Malik”.
B. Bersikap Terbuka Dan mau
menerima kritikan
Imam Abu Hanifah merupakan seorang yang tidak menganggap
bahwa Pendapat-pendapat selain dirinya adalah salah. Bahkan
beliau sering Mengatakan:
‫ فمن جاءنا بأحسن من قولنا‬،‫ وهو أحسن ما قدرنا عليه‬،‫قولنا هذارأي‬
‫فهو‬
‫أولى بالصواب منا‬
Apa yang aku sampaikan ini adalah sekedar pendapat. Ini yang
dapat aku usahakan semampuku. Jika ada pendapat yang lebih baik
dari ini, ia lebih patut diambil.”Beliau juga pernah ditanya, “Tuan
Abu Hanifah, apakah fatwa yang anda sampaikan telah sungguh-
sungguh benar, tak ada keraguan lagi?”. Beliau pun menjawab:
‫ي لعلهالباطل الذي ال شكفيه‬T‫“وهلال ال أدر‬Demi Allah, aku
tidak tahu, barangkali keliru sama sekali”Kedua
pernyataan Imam Abu Hanifah ini membuktikan bahwa
beliau merupakan orang yang terbuka dan toleransi.
Beliau pun bersedia mencabut atau meralat pendapatnya
jika keliru dan beliau menyampaikan terima kasih kepada
yang mengkoreksinya. Beliau juga tak merasa harga
dirinya jatuh karena mengakui hal itu.
C. Keberanian menegakkan
kebenaran
Imam Hanafi adalah seorang hamba Allah yang bertakwa dan soleh,
seluruh waktunya lebih banyak diisi dengan amal ibadah. Jika beliau
berdoa matanya bercucuran air mata demi mengharapkan ridho Allah
SWT.Walaupun demikian, orang-orang yang berjiwa jahat selalu
berusaha untuk menganiaya beliau. Sifat keberanian beliau adalah
berani menegakkan dan mempertahankan kebenaran. Untuk
kebenaran, ia tidak takut sengsara atau apa bahaya yang akan
diterimanya.Dengan keberaniannya itu, beliau selalu mencegah orang-
orang yang melakukan perbuatan munkar, kerana menurut Imam
Hanafi kalau kemunkaran tidak dicegah, bukan orang yang berbuat
kejahatan saja yang akan merasakan akibatnya, melainkan semuanya,
termasuk orang-orang yang baik yang ada di tempat tersebut.
D. Aktivitasnya Dalam Mencari
Ilmu
Beliau disibukkan dengan mencari “atsar/hadits” dan juga
melakukan rihlah untuk mencari hal itu. Dan beliau ahli dalam bidang
fiqih, mempunyai kecermatan dalam berpendapat, dan dalam
permasalahan-permasalahan yang samar/sulit maka kepada beliau akhir
penyelesaiannya. Beliau sempat bertemu dengan Anas bin Malik tatkala
datang ke Kufah dan belajar kepadanya, beliau juga belajar dan
meriwayat dari ulama lain seperti Atha’ bin Abi Rabbah yang
merupakan syaikh besarnya, Asy-Sya’bi, Adi bin Tsabit, Abdurrahman
bin Hurmuj al-A’raj, Amru bin Dinar, Thalhah bin Nafi’, Nafi’ Maula
Ibnu Umar, Qotadah bin Di’amah, Qois bin Muslim, Abdullah bin
Dinar, Hamad bin Abi Sulaiman guru fiqihnya, Abu Ja’far Al-Baqir,
Ibnu Syihab Az-Zuhri, Muhammad bin Munkandar, dan masih banyak
lagi.
Dan ada yang meriwayatkan bahwa beliau sempat bertemu
dengan 7 sahabat.Pada masa remajanya, dengan segala
kecemerlangan otaknya Imam Hanafi telah menunjukkan
kecintaannya kepada ilmu pengetahuan, terutama yang berkaitan
dengan hukum islam, kendati beliau anak seorang saudagar kaya
namun beliau sangat menjauhi hidup yang bermewah mewah,
begitu pun setelah menjadi seorang pedagang yang sukses,
hartanya lebih banyak didermakan ketimbang untuk kepentingan
sendiri. Disamping kesungguhannya dalam menuntut ilmu fiqh,
beliau juga mendalami ilmu tafsir, hadis, bahasa arab dan ilmu
hikmah, yang telah mengantarkannya sebagai ahli fiqh, dan
keahliannya itu diakui oleh ulama ulama di zamannya, seperti
Imam Hammad bin Abi Sulaiman yang mempercayakannya
untuk memberi fatwa dan pelajaran fiqh kepada murid muridnya.
E. Kesungguhannya Memegang Sunah Nabi

Imam Abu Hanifah berkata: “Apa-apa yang datang dari


Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam wajib bagi mata dan
kepala untuk mengikutinya, dan yang datang dari para
sahabat maka kami akan memilihnya, dan yang datang dari
selain mereka, maka mereka laki-laki kami pun laki-laki”.
Maksudnya jika sebuah permasalahan terhenti pada
pendapat tabi’in, tidak ada hadits, tidak pula perkataan
sahabat, maka Beliau akan berijtihad sebab Beliau juga
laki-laki yang memiliki kemampuan sebagaimana mereka.
F. Akhlak Dan Ibadahnya

• Asad bin Amru berkata:”Bahwa Abu Hanifah


Rahimahullah melakukan shalat isya dan subuh dengan
sekali wudhu selama 40 tahun”
• Al-Qadhi Abu Yusuf menceritakan:Ketika saya
sedang berjalan bersama Abu Hanifah, saya mendengar
seseorang berkata kepada yang lain, “Inilah Abu
Hanifah, dia tidak pernah tidur malam.” Lalu Abu
Hanifah berkata, “Demi Allah, Dia tidak membicarakan
tentang aku dengan apa-apa yang aku tidak pernah
lakukan.” Maka Beliau senantiasa menghidupkan
malam dengan penuh kerendahan dan banyak berdoa.
Imam Abdullah bin Al-Mubarak berkata: “Saya
belum pernah melihat seorang laki-laki yang lebih
berwibawa di majelisnya, dan tidak ada yang lebih
bagus diam dan sabarnya dibanding Abu Hanifah”.
• Al-Mutsanna bin Raja’ berkata: “Abu Hanifah
telah bersumpah kepada Allah dengan sebenar-
benarnya bahwa dia akan bersedekah dengan dinar,
yaitu jika dia telah membelanjakan sejumlah
uangnya untuk keluarganya, maka dia akan
menyedekahkan uang sebanyak itu pula”.

Anda mungkin juga menyukai