Anda di halaman 1dari 5

Kisah hidup Imam As syafii

Assalamu’alaikum Warahmatullahhi Wabarakatuh.

Alhamdulillah segala puji bagi Allah. Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Yang
membalas doa hamba-hamba-Nya, apabila kita berdoa dan mengingat-Nya.

Pertama-tama marilah kita panjatkan puja dan puji kehadiran Allah SWT yang mana telah
mempertemukan kita dalam dengan keadaan sehat wal afiat. Sholawat serta salam tak lupa
mari kita junjung tinggi kepada Baginda Nabi Muhammad SAW bersama ahlul baitnya, juga
kepada guru-guru kami, orang tua kami saudara kami, pemimpin-pemimpin kami, muslimin
dan muslimat, yang terdahulu juga yang akan datang.

Tema kultum pada sore kali ini tentang biografi salah satu imam besar di dunia , yaitu Imam
Syafi’i, Nama asli Imam Syafi’i adalah Muhammad bin Idris bin Abbas bin Utsman bin
Syafi’i Bin Saib Bin Abdu Yazid Bin Hasyim Bin Abdul Muthalib bin Abdi Manaf.

Imam Syafi’i adalah berasal dari keturunan arab Quraisy. Nasabnya terkait dengan Nabi
Muhammad saw.

Terlahir di Kota Gaza Palestina pada bulan Rajab 150 Hijrah. Ada yang mengatakan pada
malam ia dilahirkan itu Imam Abu Hanifah (Imam Hanafi) meninggal dunia akibat diracun
oleh Khalifah Abu Ja’far al-Mansur dari Bani Abbasiyah saat Imam Hanafi berada dalam
penjara. Ia dipenjara, disiksa dan dirotan karena tidak mau bekerja sama kepada Khalifah
Bani Abbasiyah yang lalim itu dengan menolak tawaran untuk menjadi Hakim kerajaannya.

Imam Syafi’i menghafal Al-Quran saat berumur 9 tahun.Beliau menghafal Kitab al-Muwatta
‘yang ditulis oleh Imam Malik (Mazhab Maliki) selama 10 tahun. Ia memiliki kecerdasan dan
daya ingat yang sangat luar biasa.Dibenarkan memberikan fatwa sendiri oleh gurunya pada
usia 15 tahun saat mengajar di Masjidil Haram.

Sebelum melahirkan dia, ibunya bermimpi melihat sebuah bintang keluar dari perutnya lalu
naik ke langit.Lalu bintang itu pecah lalu jatuh berserakan jatuh ke bumi.Cahaya dari bintang
pecah yang jatuh itu menerangi seluruh muka bumi.Ibunya terkejut bila mengetahui suaminya
juga mengalami mimpi yang sama yaitu dia melihat ada sebuah bintang yang keluar dari
perut istrinya.

Imam Syafi’i penentang praktek bid’ah. Dikatakannya, semua hal yang dilakukan melanggar
Quran dan sunnah atau ijma ‘ulama adalah bid’ah yang keji dan sesat! Sedangkan setiap hal
atau kebaikan yang tidak melanggar sedikit pun dari semua itu adalah bid’ah yang terpuji.
Imam Syafi’i berpegang pada paham Ahli Sunnah Wal Jamaah seperti juga 3 orang Imam
Mazhab lainnya yang terkenal seperti Imam Hanafi, Imam Maliki dan Iman Ahmad Bin
Hambal (mazhab Hambali). Paham Ahli Sunnah Wal Jamaah ini dicetuskan oleh ulama
sebelu mereka yaitu Syeikh Abu Hasan Asyaari dan Syeikh Abu Mansur al-Maturidi.

Imam Syafi’i juga melarang taklid, baik taklid kepada dirinya sendiri ataupun kepada siapa
saja. Beliau selalu berpesan: “Janganlah mereka-reka dalam hal agama memakai pakai taklid
saja pada kata maupun tindakan yang tidak disertai dengan keterangan ataupun alasan dari
Quran dan hadis”. Beliau juga berpesan: “Setiap hal yang saya katakan padahal kata
Rasulullah bertentangan dengan perkataan saya, Rasulullah itulah lebih utama harus dituruti”
Antara pujian atau pandangan ulama-ulama lain terhadap Imam Syafi’i adalah:

Imam Malik bekas gurunya pernah berkata:

“Tidak ada lagi keturunan Quraisy yang lebih pandai dari Imam Syafi’i”

Imam Ahmad Bin Hambal berkata:

“Wahai anakku, Imam Syafi’i itu seperti matahari bagi dunia dan seperti kesehatan bagi
tubuh.”

Beliau juga berkata:

“Saya belum paham tentang ilmu hadits kecuali setelah belajar dengan Imam Syafi’i”.

Kata Imam Ahmad lagi:

“Setiap anggota hadis yang memegang tinta adalah berhutang budi kepada Imam Syafi’i”

Imam Muhammad al-Hakam berkata:

“Saya belum bertemu seorang yang lebih mengetahui, cerdik akalnya, lebih cerdas
pikirannya, lebih cermat amalannya, lebih fasih lidahnya dari Imam Syafi’i”.

Beliau berkata lagi:

“Saya belum bertemu seorang yang lebih mengetahui mengenai usul Fiqah selain dari Imam
Syafi’i”

Menyelusuri perjalanan hidup dan proses pembelajaran Imam Syafi’i sangat menarik
sekali.Ayah beliau meninggal sewaktu Imam Syafi’i masih kecil, ada riwayat yang
mengatakan saat ia masih dalam kandungan ibunya lagi. Gurunya yang pertama secara
informal adalah ibunya sendiri. Ibunya mengajarkan dia mengenal huruf dan mengaji al-
Qur’an. Setelah berumur 9 tahun ia sudah bisa menghafal Al-Quran.

Bila ibunya membawa Imam Syafi’i untuk berguru dengan Imam Ismail Kustantani, seorang
guru ilmu Al-Quran yang terkenal waktu itu, Imam Ismail awalnya menolak karena Imam
Syafi’i baru berusia 9 tahun sedangkan dia hanya menerima orang menjadi muridnya setelah
berumur 12 tahun.Namun setelah dia menguji hafalan dan ingatan Imam Syafi’i tentang Al-
Qur’an, ia sangat tertarik dengan ingatan dan suara Imam Syafi’i yang merdu lalu terus
mengambil Imam Syafi’i menjadi muridnya.Apabila Imam Ismail ada urusan lain, Imam
Syafi’i juga disuruh menggantikan tempatnya mengajar disitu!

Imam Syafi’i juga sangat meminati syair dan puisi, ia pernah berguru dengan Mas’ab bin
Zubair seorang penyair terkenal.Dalam waktu 3 bulan saja, Imam syafie mampu menghafal
10.000 rangkap syair Bani Huzail. Pernah suatu kali Imam Syafi’i memasuki pertandingan
syair atas desakan teman-temannya, lalu mengalahkan gurunya Mas’ab pula.
Imam Syafi’i berguru pula dengan Imam Sufyan Ainiah dalam ilmu hadis sehingga menjadi
ahli dalam bidang hadis dan diberi kepercayaan oleh gurunya untuk mengajar
menggantikannya saat ketiadaannya.

Setelah itu Imam Syafi’i berguru pula dengan Imam Muslim al-Zanji dalam bidang Feqah
pula.Akhirnya dia diakui oleh gurunya dan diizinkan mengajar serta memberikan fatwa
pula.Namun Imam Syafi’i masih merasakan kurang ilmunya lalu dalam diam ia mulai
membaca dan menghafal kitab Muwatta ‘yang dikarang Imam Malik bin Anas pula.

Imam Syafi’i juga pernah belajar ilmu perang dan memainkan senjata dengan gurunya yaitu
Amiruddin, seorang bekas tentera.Selepas itu Imam Syafi’i terkenal sebagai seorang pemanah
yang handal.

Imam Syafi’i pernah bepergian ke Madinah yang berlangsung selama 8 hari dengan naik unta
sambil sempat mengkhatamkan Al-Quran sebanyak 16 kali untuk menemukan dan berguru
dengan Imam Malik yang saat itu menjabat Mufti Kota Madinah.Imam Syafi’i belajar dari
Malik selama 8 bulan.

Setelah itu Imam Syafi’i merantau pula ke Iraq untuk belajar dengan anak murid Imam
Hanafi yaitu Imam Muhammad al-Hassan dan Imam Abu Yusof.Beliau telah menghafal
Kitab al-Awsat karangan Imam Hanafi dalam 3 hari saja telah mengejutkan kedua orang
gurunya itu karena biasanya murid -murid mereka yang lain membutuhkan waktu paling
kurang 1 tahun untuk menghafalnya.

Imam Syafi’i juga belajar ilmu firasat dengan Maulana Arif di Yaman. Di Yaman ia menikah
dengan wanita bernama Hamidah dari keturunan Khalifah Utsman bin Affan. Mereka
dikaruniai 3 orang anak.

Saat di Najran, Imam Syafi’i difitnah oleh Gubernur as-Saud yaitu Gubernur Najran
kononnya Imam Syafi’i sedang menghasut rakyat untuk memusuhi dan menjatuhi pemerintah
Bani Abbasiyah yang diperintah oleh Khalifah Harun ar-Rashid. Akibat dari fitnah tersebut
Imam Syafi’i dan anak muridnya telah ditangkap, tangan dan kaki mereka dirantai. Mereka
juga dipaksa berjalan kaki dari Najran ke Kota Kufah.

Namun dengan izin Allah Imam Syafi’i terlepas dari hukuman oleh Khalifah dan orang yang
memfitnah mendapat hukuman yang setimpal. Diantara ayat Al-Quran yang dibacakan oleh
Imam Syafi’i, yang membuat hati dan jiwa raga Khalifah Harun ar-Rashid terpesona adalah
Firman ALLAH swt dari Surah al-Hujurat, ayat 6 yang berarti:

“Hai orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita,
periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum
tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”

Itulah diantara liku-liku perjalanan yang ditempuh oleh Imam Syafi’i dalam menuntut ilmu.
Banyak guru dan tempat beliau belajar yang tidak disebutkan disini. Ia sangat mencintai ilmu.
Pernah suatu masa Imam Malik memuji beliau dengan berkata:

“Jika ada orang yang bahagia karena ilmunya, inilah orangnya!”


sambil merujuk kepada Imam Syafi’i. Terkait dengan penggunaan ilmu pula Imam Syafi’i
pernah mengatakan:

“Siapa yang mempelajari Quran, besar harga dirinya.Siapa yang mempelajari hadis, tinggi
martabatnya.Siapa yang mempelajari bahasa, lembut hatinya.Siapa yang mempelajari ilmu
hisab, tajam pandangannya dan siapa yang tidak memelihara dirinya, tidak berarti ilmunya”.

Karena kecintaan beliau yang begitu mendalam terhadap ilmu, jadi tidak heran jika Imam
Syafi’i telah menulis 142 buah kitab selama hayatnya.

Imam Syafi’i meninggal dunia setelah waktu isyak, malam jumaat 28 Rajab tahun 204 Hijrah
(tahun 820 M) di rumah Abdullah bin Hakam saat berumur 54 tahun di bumi Mesir.
Jenazahnya dikuburkan di kuburan Bani Zaharah.

Saat Abu Ali al-Hasan menjadi perdana menteri Irak, ia memerintahkan kepala tentara Mesir
Badr bin Abdullah menggali dan memindahkan kuburan Imam Syafi’i ke Baghdad. Setelah
digali mereka menemukan batu bata yang tersusun membentengi liang lahat Imam Syafi’i.
Setelah mereka memecahkan batu-bata itu, mereka terkejut karena tercium bau yang sangat
harum dari dalam liang lahat itu malah ada beberapa orang dari mereka yang pingsan. Bila
hal ini diketahui oleh perdana menteri Irak itu, maka ia pun membatalkan terus usaha
memindahkan kuburan itu. Pada tahun 608 Hijriyah, sebuah Kubah telah dibangun. Tidak
lama kemudian sebuah masjid didirikan disitu dengan nama Masjid Imam Syafi’i. Makam
Ulama ini terus dikunjungi orang sampai kini.

Antara kata-kata menarik Imam Syafi’i:

1.Tuntutlah ilmu sebanyak mungkin karena ia dapat menjaga dan membuat kamu cemerlang
di dunia dan akhirat.Ia juga praktek para Nabi, Rasul dan orangsaleh.

2.Marah adalah salah satu antara panah-panah setan yang mengandung racun. Jadi hindari ia
supaya kamu dapat mengalahkan setan dan bala tentaranya.

3.Hati adalah Raja dalam diri. Jadi, lurus dan betulkan ia agar kekaisaran pemerintah dirimu
tegak di atas al-haq yang tidak disertai oleh iringan-iringan pasukan kebathilan.

[Artikel diatas saya sunting dari buku: Imam Syafi’i Pejuang Kebenaran; ditulis oleh Abdul
Latip Talib]

Dibawah ini saya siarkan 10 pesanan Imam Syafi’i untuk renungan kita bersama:

Sebelum Imam Shafie meninggal, ia sempat mengajak sahabat-sahabatnya agar membuat


perubahan jiwa ke arah yang lebih baik. Ia menyebut bahwa barangsiapa yang ingin
meninggalkan dunia dalam kondisi aman, maka lakukanlah 10 hal:

1. Hak kepada diri, yaitu dengan mengurangi tidur, mengurangi makan, mengurangi
percakapan dan berpada-pada dengan rezeki yang ada.

2. Hak kepada Malaikat maut, yaitu menqada’kan segala kewajiban yang tertinggal, yaitu
dengan meminta maaf dari orang yang dizalimi, membuat persiapan untuk mati dan merasa
cinta kepada ALLAH SWT
3. Hak ke kubur yaitu membuang tabiat suka menabur fitnah, memperbanyak shalat tahajjud
dan membantu orang yang dizalimi.

4. Hak kepada Malaikat Munkar dan Nakir, yaitu jangan berkata dusta, sering berkata benar,
meninggalkan maksiat dan memberi nasihat.

5. Hak kepada Mizan, yaitu menahan kemarahan, banyakkan berzikir, ikhlas dalam praktek
dan sanggup menanggung kesulitan.

6. Hak kepada titian sirat, yaitu buang tabiat suka mengumpat, wara ‘, bantu orang beriman
dan hidup dalam suasana berjamaah.

7. Hak kepada Malaikat Malik, yaitu menangis lantaran takut kepada Allah swt,
memperbanyak sedekah, membuat kebaikan kepada orang tua dan memperbaiki akhlak.

8. Hak kepada Malaikat Ridwan, penjaga surga, yaitu ridha kepada qadha ‘Allah SWT, sabar
menerima bala’ dan bertobat.

9. Hak kepada Rasulullah saw, yaitu dengan sering bersalawat kepada beliau, berpegang
kepada sunnahnya dan bersaing mencari keuntungan dalam beribadah.

10. Hak kepada ALLAH, yaitu mengajak manusia kepada kebaikan, mencegah manusia dari
melakukan kemungkaran, membenci apapun maksiat dan tidak melakukan kejahatan.

Anda mungkin juga menyukai