Anda di halaman 1dari 11

A.

Biografi Imam Hambali


Nama lengkap Imam Hambali adalah ‫ابو عبد هللا احمد بن محمد بن حنبل بن هالل بن اسد بن ادريس‬
‫دادى‬..‫روزى البغ‬..‫يبان الم‬..‫ازن ابن ش‬..‫ط بن م‬..‫وف بن قاس‬..‫د هللا بن انس بن ع‬..‫ان بن عب‬.‫د هللا بن حي‬..‫ابن عب‬.- Dan beliau
dilahirkan di Baghdad pada tahun 780-855 M, beliau juga merupakan murid dari Imam
Syafi’I [2]. Beliau dibesarkan oleh ibunya lantaran sang ayah meninggal di masa mudanya,
pada usia 16 tahun, keinginannya yang besar membuatnya belajar Al Qur’an dan ilmu-ilmu
agama lainya kepada ulama-ulama yang ada di Baghdad, dan setiap kali mendengar ada
ulama terkenal di suatu tempat, beliau rela menempuh perjalanan jauh dan waktu yang cukup
lama untuk menimba ilmu dari sang ulama, beliau mengunjungi para ulama terkenal di
berbagai tempat, seperti Bashrah, Syam, Kufah, Yaman, Mekkah dan Madinah, beberapa
gurunya antara lain : Hammad bin Khalid, Ismail bin Aliyah, Muzaffar bin Mudrik, Walin
bin Muslim dan Musa bin Thariq. Kecintaanya terhadap ilmulah yang membuat beliau tidak
menikah di usia muda, namun beliau menikah pada di usia 40 tahun.
Kepandaian Imam Hambali dalam ilmu hadis tak diragukan lagi, menurut putra
sulungnya Abdullah bin Ahmad bahwa Imam Hambali telah hafal 700.000 hadis di luar
kepala. Hadis sebanyak itu kemudian diseleksinya secara ketat dan ditulis kembali dalam
kitabnya Al Musnad berjumlah 40.000 hadis berdasarkan susunan nama-nama sahabat yang
meriwayatkan. Dengan kemampuan dan kepandaiannya, mengundang banyak tokoh ulama
yang berguru kepadanya yang melahirkan banyak ulama dan pewaris hadis terkenal semisal
Imam Bukhari, Imam Muslim dan Imam Abu Daud.
1. Awal Mula Menuntut Ilmu
Ilmu yang pertama kali dikuasai adalah Al Qur’an hingga beliau hafal pada
usia 15 tahun, beliau juga mahir baca-tulis dengan sempurna hingga dikenal sebagai
orang yang terindah tulisannya. Lalu beliau mulai konsentrasi belajar ilmu hadits di
awal umur 15 tahun itu pula. Beliau telah mempelajari Hadits sejak kecil dan untuk
mempelajari Hadits ini beliau pernah pindah atau menjadi tokoh ulama yang
bertakwa, saleh, dan zuhud. Abu Zur'ah mengatakan bahwa kitabnya yang sebanyak
12 buah sudah beliau hafal di luar kepala. Belaiu menghafal sampai sejuta hadits.
Imam Syafi'i mengatakan tetang diri Imam Ahmad sebagai berikut :
"Setelah saya keluar dari Baghdad, tidak ada orang yang saya tinggalkan di
sana yang lebih terpuji, lebih shaleh dan yang lebih berilmu daripada Ahmad bin
Hambal"
Abdur Rozzaq Bin Hammam yang juga salah seorang guru beliau pernah
berkata,"Saya tidak pernah melihat orang se-faqih dan se-wara' Ahmad Bin Hanbal".
2. Keadaan fisik Imam Hambali
Muhammad bin ‘Abbas An-Nahwi bercerita, Saya pernah melihat Imam
Ahmad bin Hambal, ternyata Badan beliau tidak terlalu tinggi juga tidak terlalu
pendek, wajahnya tampan, di jenggotnya masih ada yang hitam. Ia senang berpakaian
tebal, berwarna putih dan bersorban serta memakai kain. Yang lain mengatakan,
“Kulitnya berwarna coklat (sawo matang)”.

3. Kecerdasan Imam Hambali


Putranya yang bernama Shalih mengatakan, Ayahku pernah bercerita,
“Husyaim meninggal dunia saat saya berusia dua puluh tahun, kala itu saya telah hafal
apa yang kudengar darinya”. Abdullah, putranya yang lain mengatakan, Ayahku
pernah menyuruhku, “Ambillah kitab mushanaf Waki’ mana saja yang kamu
kehendaki, lalu tanyakanlah yang kamu mau tentang matan nanti kuberitahu
sanadnya, atau sebaliknya, kamu tanya tentang sanadnya nanti kuberitahu matannya”.
Abu Zur’ah pernah ditanya, “Wahai Abu Zur’ah, siapakah yang lebih kuat
hafalannya? Anda atau Imam Ahmad bin Hambal?” Beliau menjawab, “Ahmad”. Ia
masih ditanya, “Bagaimana Anda tahu?” beliau menjawab, “Saya mendapati di bagian
depan kitabnya tidak tercantum nama-nama perawi, karena beliau hafal nama-nama
perawi tersebut, sedangkan saya tidak mampu melakukannya”. Abu Zur’ah
mengatakan, “Imam Ahmad bin Hambal hafal satu juta hadits”.

4. Pujian ‘Ulama terhadap Imam Hambali


Abu Ja’far mengatakan, “Ahmad bin Hambal manusia yang sangat pemalu,
sangat mulia dan sangat baik pergaulannya serta adabnya, banyak berfikir, tidak
terdengar darinya kecuali mudzakarah hadits dan menyebut orang-orang shalih
dengan penuh hormat dan tenang serta dengan ungkapan yang indah. Bila berjumpa
dengan manusia, maka ia sangat ceria dan menghadapkan wajahnya kepadanya. Ia
sangat rendah hati terhadap guru-gurunya serta menghormatinya”. Imam Asy-Syafi’i
berkata, “Ahmad bin Hambal imam dalam delapan hal, Imam dalam hadits, Imam
dalam Fiqih, Imam dalam bahasa, Imam dalam Al Qur’an, Imam dalam kefaqiran,
Imam dalam kezuhudan, Imam dalam wara’ dan Imam dalam Sunnah”. Ibrahim Al
Harbi memujinya, “Saya melihat Abu Abdillah Ahmad bin Hambal seolah Allah
gabungkan padanya ilmu orang-orang terdahulu dan orang-orang belakangan dari
berbagai disiplin ilmu”.

5. Kezuhudan Imam Hambali


Beliau memakai peci yang dijahit sendiri. Dan kadang beliau keluar ke tempat
kerja membawa kampak untuk bekerja dengan tangannya. Kadang juga beliau pergi
ke warung membeli seikat kayu bakar dan barang lainnya lalu membawa dengan
tangannya sendiri. Al Maimuni pernah berujar, “Rumah Abu Abdillah Ahmad bin
Hambal sempit dan kecil”.

6. Wara’ dan menjaga diri


Abu Isma’il At-Tirmidzi mengatakan, “Datang seorang lelaki membawa uang
sebanyak sepuluh ribu (dirham) untuk beliau, namun beliau menolaknya”. Ada juga
yang mengatakan, “Ada seseorang memberikan lima ratus dinar kepada Imam Ahmad
namun beliau tidak mau menerimanya”. Juga pernah ada yang memberi tiga ribu
dinar, namun beliau juga tidak mau menerimanya.

7. Tawadlu’ dengan kebaikannya dan kesabaran dalam mencari ilmu


Yahya bin Ma’in berkata, “Saya tidak pernah melihat orang yang seperti Imam
Ahmad bin Hambal, saya berteman dengannya selama lima puluh tahun dan tidak
pernah menjumpai dia membanggakan sedikitpun kebaikan yang ada padanya kepada
kami”. Beliau (Imam Ahmad) mengatakan, “Saya ingin bersembunyi di lembah
Makkah hingga saya tidak dikenal, saya diuji dengan popularitas”. Al Marrudzi
berkata, “Saya belum pernah melihat orang fakir di suatu majlis yang lebih mulia
kecuali di majlis Imam Ahmad, beliau perhatian terhadap orang fakir dan agak kurang
perhatiannya terhadap ahli dunia (orang kaya), beliau bijak dan tidak tergesa-gesa
terhadap orang fakir. Ia sangat rendah hati, begitu tinggi ketenangannya dan sangat
memuka kharismanya”. Beliau pernah bermuka masam karena ada seseorang yang
memujinya dengan mengatakan, “Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan atas
jasamu kepada Islam?” beliau mengatakan, “Jangan begitu tetapi katakanlah, semoga
Allah membalas kebaikan terhadap Islam atas jasanya kepadaku, siapa saya dan apa
(jasa) saya?!”
Tatkala beliau pulang dari tempat Abdurrazzaq yang berada di Yaman, ada
seseorang yang melihatnya di Makkah dalam keadaan sangat ldtih dan capai. Lalu ia
mengajak bicara, maka Imam Ahmad mengatakan, “Ini lebih ringan dibandingkan
faidah yang saya dapatkan dari Abdurrazzak”.

B. Guru-Guru dan Murid-Murid Imam Hambali


Imam Ahmad bin Hambal berguru kepada banyak ulama, jumlahnya lebih dari dua
ratus delapan puluh yang tersebar di berbagai negeri, seperti di Makkah, Kufah, Bashrah,
Baghdad, Yaman dan negeri lainnya. Di antara mereka adalah:

1. Ismail bin Ja’far

2. Abbad bin Abbad Al-Ataky

3. Umari bin Abdillah bin Khalid

4. Hasyim bin Basyir bin Qasim bin Dinar As-Sulami

5. Imam Syafi'i

6. Waki’ bin Jarrah

7. Ismail bin Ulayyah

8. Sufyan bin ‘Uyainah

9. Abdurrazaq

10. Ibrahim bin Ma’qil

11. Hasym bin Basyir bin Abi Khazim Al-Wasithi

Dan murid-muridnya antara lain :

1. Shalih ibn Ahmad ibn Hambali

2. Abdullah Ibn Ahmad ibn Hambali

3. Ahmad ibn Muhammad ibn Hani Abu Bakar


4. Abdul Malik ibn Abd Al-Hamid

5. Ahmad ibn Muhammad ibn Al-Hajjaj

C. Sumber hukum Madzhab Hambali


Dalam pengambilan sumber hukum, Imam Hambali menjadikan lima dasar sebagai berikut.
1. Al Qur’an dan Sunnah.
Jika ia menemukan nash (maka Al-qur’an / As-Sunnah) ia akan
menggunakannya dalam berfatwa dan tidak menggunakan yang lain, tidak
mendahulukan pendapat sahabat daripada hadits shahih, atau amalan penduduk
madinah atau yang lainnya. Tidak pula logika, qiyas, atau ketidak tahuan akan adanya
nash yang menentangnya yaitu apa yang dinamakan ijma’.

2. Fatwa Sahabat.
Imam Ahmad bin Hambal menjadikan fatwa sahabat sebagai standar hukum
yang nomor 3 setelah Al-Qur’an dan As-Sunnah, karena menurut Imam bin Hambal
fatwa sahabat diambil dari hadits sahih. Dalam hal ini ulama yang banyak
mengeluarkan fatwa adalah “ Umar bin khaatab, ‘Ali bin Abi Thalib, ‘Abdullah bin
abi mas’ud, ‘Abdullah bin bin Abbas, Zaid bin sabit sayidah ‘Aisyah (ummul
mu’miniin)” serta sahabat yang sedikit memberikan fatwa adalah Abu Bakar As-sidiq,
‘Usman bin ‘Affan mu’ad bin Jabal al-anshari, Sa’ad bin abi Waqasy, Talkhah bin
‘Ubaidillah, Zubair binn ‘Awam, ‘Abdulah bin Umar bin al-‘as, dan Salman al-
Farisi”.
Namun diantara kesekian banyaknya sahabat yang paling banyak mengeluarkan
fatwanya adalah ‘Umar bin Khatab dan ‘Ali bin Abi Thalib, karena mereka bredua
merupakan hakim dari orang muslim pada waktu itu maka tidak heran bila banyak
sekali fatwa yang dikeluarkan oleh mereka

3. Qiyas
Jika tidak ada nash dari Al Qur’an dan Sunnah, atau pendapat sahabat atau
hadits mursal atau hadits dhaif maka beliau baru mengambil qiyas, tapi dalam hal ini
Imam Hambali hanya mengambil qias yang berasal dari ulama terdahulu.
Selain itu juga beliau menggunakan Hadits mursal dan hadits dhaif jika tidak
ada dalil lain yang menguatkannnya dan di dahulukan dari pada qiyas. Adapun hadits
dhaif menurut imam hambali bukanlah haits batil atau munkar, atau ada perawinya
yang dituduh dusta serta tida boleh diambil haditsnya. Namun yang beliau maksud
kandungan hadits dhaif adalah orang yang belum mencapai derajat tsiqqah, tetapi
tidak sampai dituduh berdusta dan jika memang demikian maka ia pun bagian dari
hadits yang shahih.

4. Istiskhab
Maksudnya adalah melangsungkan keberlakuan ketentuan hukum yang ada
sehingga terdapat ketentuan dalil yang mengubahnya. Istiskhab yang dimaksud baik
berupa istiskhab ‘aqli (melangsungkan keberlakuan hukum akal mengenai kebolehan
atau bebas asal pada saat tidak dijumpai dalil yang mengubahnya), maupun istiskhab
syar’i (melangsungkan keberlakuan hukum syara’ berdasarkan suatu dalil dan tidak
ada dalil yang mengubahnya) [6]

5. Syad adz-Zara’i
Maksudnya adalah menghambat, menghalangi dan menyumbat segala hukum
yang menuju kepada kerusakn atau maksiat.Tujuan dari metode ini adalah untuk
menarik kemaslahatan dan menjauhi karusakan. Pada awalnya perbuatan yang
dimaksud tidak memiliki hukum, tapi apabila di biarkan akan menjerumuskan
manusia perbuatan dosa, seperti permainan yang lazimnya berujung pada perjudian
[7]

D. Metode Ijtihad Imam Hambali


Metode yang dikembangkan oleh Ahmad bin Hambal adalah metode dialektika hal ini
dapat kita lihat cara beliau menjelaskan tentang suatu hukum, Fiqih Imam Ahmad
menjelaskan tentang syarat-syarat penegakan sanksi potong tangan. Dari sisi pelaku
pencurian, syarat-syarat yang meski dipenuhi adalah pencurinya sudah mukallaf, dapat
memilih, merdeka, dan budak pemilik, meskipun Syubhat. Sedangkan syarat dari segi benda
adalah benda yang dicurinya berupa harta dan sudah mencapai nishab. Menurut Ahmad ibn
Hambal, nishab harta curian yang pencurinya harus dikenai sanksi potong tangan adalah ¼
dinar atau 3 Dirham.
Dalam bidang pemerintahan Imam Ahmad berpendapat bahwa khalifah yang
memimpin adalah dari kalangan Quraisy sedangkan taat kepada khalifah adalah mutlak.
Imam Ahmad berpendapat :

“Mendengarkan dan taat kepada para imam dan amirul mu’minin (adalah wajib), baik ia
seorang yang baik maupun Fajir”

Dalam bidang Mu’amalah, terutama tentang Khiyar al-Majlis. Imam Ahmad


berpendapat bahwa jual beli belum dianggap lazim (meskipun telah terjadi ijab dan qabul)
apabila penjual dan pembeli masih dalam satu ruangan yang di tempat itu akad dilakukan.
Apabila keduanya atau salah satunya tidak di tempat itu lagi (berpisah) maka akad sudah
lazim. Alasannya adalah hadist riwayat Nafi’ dan ‘Abdullah ibn Umar r.a yang menyatakan
bahwa nabi Muhammad Saw bersabda :

“Setiap penjual dan pembeli mempunyai hak khiyar (pilih) selama keduanya belum berpisah“

Selanjutnya, tokoh yang membaharui dan melengkapi pemikiran Madzhab Hambali,


terutama di bidang Mu’amalah adalah Syeikh al-Islam Taqiyudin Ibnu Taimiyah (wafat 728
H) dan Ibn Al-Qayim al-Jauziyyah (Wafat 751 H) murid ibnu Taimiyyah. Tadinya pengikut
Madzhab Hambali tidak begitu banyak, setelah dikembangkan oleh dua tokoh tersebut maka
madzhab Hambali menjadi semarak terlebih setelah dikembangkan lagi oleh Muhammad bin
Abdul Wahab (wafat 1206 H). dan kini menjadi Madzhab resmi pemerintah Kerajaan Saudi
Arabia.

E. Penulisan Madzhab Imam Hambali


Imam Hambali tidak pernah menuliskan madzhabnya, bahkan beliau tidak suka jika
ada yang menulis pendapat dan fatwanya. Kalaupun ada, paling hanya berupa catatan kecil
khusus untuknya yang memuat beberapa masalah fiqih dan tidak ditulis ulang oleh orang
lain karena ia berpendapat bahwa yang boleh ditulis hanyalah Al Qur’an dan sunnah agar ia
tetap menjadi referensi utama masyarakat untik mempelajari hukum taklif.
Salah seorang muridnya yang bernama Ishaq Al Kusaj pernah menulis pendapatnya
kemudian menyebarkan di Khurasan. Mengetahui hal tersebut, Imam Hambali menunjukkan
ketidaksukaannya dan berkata,”saksikan bahwa saya sudah menarik kembali pendapat saya.”
Oleh karena itu, kalangan yang berjasa menuliskan madzhab Imam Hambali adalah murid-
muridnya. Merekalah yang mengumpulkan pendapat dan fatwa sang imam, lalu
menyusunnya sesuai dengan urutan bab fiqih. Adapun orang pertama yang menyebarkan
madzhab imam hambali adalah putranya yang bernama Shalih bin Ahmad bin Hanbal (wafat
290 H). Beliau menyebarkan madzhab ayahnya dengan cara mengirimkan surat kepada orang
yang bertanya dengan jawaban yang pernah disampaikan oleh ayahnya, beliau pernah
menjabat sebagai hakim, menukil pendapat ayahnya dan diterapkan langsung.

Putra Imam Hambali yang bernama Abdulloh bin Ahmad (wafat 266 H) juga
melakukan hal yang sama dengan mengumpulkan kitab Al musnad dan menyusunnya serta
menukilkan fiqih sang ayah, walaupun beliau lebih banyak meriwayatkan hadits. Beberapa
murid imam hambali yang bergiat menulis madzhab dan menyebarkannya antara lain: Abu
bakar Al Asyram, Abdul Malik Al Maimuni, Abu bakar Al Mawaruzi.

Di samping mereka, masih ada lagi para fuqoha’ yang menjadi murid Imam Hambali.
Mereka menulis dan mengumpulkan pendapat sang imam kemudian membuat penjelasan.
Salah satu di antara mereka adalah Umar bin Ali bin Husain al Hazmi (wafat 234 H) yang
menulis kitab monumental, Mukhtashar Al Khiraqi yang lebih lanjut disyarahi oleh ibnu
qudamah menjadi kitab Al Mughni.

Setelah mereka datanglah dua imam besar yang mengafilisasikan diri pada madzhab Imam
Ahmad, yaitu Ahmad Taqiyuddin Ibnu Taimiyah (wafat 728 H) dan Ibnu al Qoyyim al
Jauziyah (wafat 751 H). Keduanya dikenal sebagai orang yang menisbahkan diri pada
madzhab hambali, baik dalam dasar maupun kaidahnya

Awal perkembangannya, mazhab Hambali berkembang di Bagdad, Irak dan Mesir


dalam waktu yang sangat lama. Pada abad XII mazhab Hambali berkembang terutama pada
masa pemerintahan Raja Abdul Aziz As Su’udi. Mazhab ini dianut kebanyakan penduduk
Hejaz, di pedalaman Oman dan beberapa tempat sepanjang Teluk Persia dan di beberapa kota
Asia Tengah. Dan masa sekarang ini menjadi mazhab resmi pemerintahan Saudi Arabia dan
mempunyai penganut terbesar di seluruh Jazirah Arab, Palestina, Siria dan Irak.

F. Perkataan Imam Hambali


Imam Ahmad adalah salah seorang Imam yang paling banyak mengumpulkan sunnah
dan paling berpegang teguh kepadanya. Sehingga dia membenci penulisan buku-buku yang
memuat cabang-cabang (furuq) dan pendapat. Oleh kerana itu dia berkata:

1. “Janganlah engkau mengikuti aku dan jangan pula engkau mengikuti Malik, Syafi’i,
Auza’i dan Tsauri, tetapi ambillah dari mana mereka mengambil.” (Al-Fulani, 113 dan Ibnul
Qayyim di dalam Al-I’lam, 2/302)

2. “Pendapat Auza’i, pendapat Malik, dan pendapat Abu Hanifah semuanya adalah
pendapat, dan ia bagiku adalah sama, sedangkan alasan hanyalah terdapat di dalam atsar-atsar
(hadits-hadits. Red.)” (Ibnul Abdl Brr di dalam Al-Jami`, 2/149)

3. “Barang siapa yang menolak hadits Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wasallam, maka
sesungguhnya dia telah berada di tepi kehancuran.” (Ibnul Jauzi, 182).

Allah berfirman: “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga
mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian
mereka tidak merasa di dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap keputusan yang kamu
berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya” (An-Nisa:65), dan firman-Nya: “Maka
hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa
adzab yang pedih. ” (An-Nur:63).

G. Wafatnya Imam Hambali


Setelah sakit sembilan hari, beliau menghembuskan napas terakhirnya di pagi hari
Jum’at bertepatan dengan tanggal dua belas Rabi’ul Awwal 241 H pada umur 77 tahun.
Jenazah beliau dihadiri delapan ratus ribu pelayat lelaki dan enam puluh ribu pelayat
perempuan.

H. Karya Imam Hambali


Beliau menulis kitab al-Musnad al-Kabir yang termasuk sebesar-besarnya kitab
"Musnad" dan sebaik baik karangan beliau dan sebaik baik penelitian Hadits.Ia tidak
memasukkan dalam kitabnya selain yang dibutuhkan sebagai hujjah. Kitab Musnad ini berisi
lebih dari 25.000 hadits.
Di antara karya Imam Ahmad adalah ensiklopedia hadits atau Musnad, disusun oleh
anaknya dari ceramah (kajian-kajian) - kumpulan lebih dari 40 ribu hadits juga Kitab ash-
Salat dan Kitab as-Sunnah. Adapun beberapa karangannya adalah :

1. Kitab Al Musnad, karya yang paling menakjubkan karena kitab ini memuat lebih dari
dua puluh tujuh ribu hadits.

2. Kitab at-Tafsir, namun Adz-Dzahabi mengatakan, “Kitab ini hilang”.

3. Kitab an-Nasikh wa al-Mansukh

4. Kitab at-Tarikh

5. Kitab Hadits Syu'bah

6. Kitab al-Muqaddam wa al-Mu'akkhar fi al-Qur`an

7. Kitab Jawabah al-Qur`an

8. Kitab al-Manasik al-Kabir

9. Kitab al-Manasik as-Saghir

Menurut Imam Nadim, kitab berikut ini juga merupakan tulisan Imam Ahmad bin
Hanbal

1. Kitab al-'Ilal

2. Kitab al-Manasik

3. Kitab az-Zuhd

4. Kitab al-Iman

5. Kitab al-Masa'il

6. Kitab al-Asyribah

7. Kitab al-Fadha'il

8. Kitab Tha'ah ar-Rasul

9. Kitab al-Fara'idh

10. Kitab ar-Radd ala al-Jahmiyyah. [9]

Anda mungkin juga menyukai