Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH AKIDAH AKHLAK

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
ANISA TRIA AZHARI SIMAMORA
XII IIK 3
Biografi Ahmad bin Hanbal

Awal mula Menuntut Ilmu

Ilmu yang pertama kali ditinggali adalah Al Qur'an hingga dia hafal pada usia 15 tahun, dia
juga bijak baca-tulis dengan sempurna hingga dikenal sebagai orang yang terindah
tulisannya. Lalu, dia mulai konsentrasi berupaya bisa ilmu hadits di awal umur 15 tahun itu
pula. Dia telah mempelajari Hadits sejak kecil dan untuk mempelajari Hadits ini dia pernah
pindah atau merantau ke Syam (Syiria), Hijaz, Yaman dan negara-negara lainnya sehingga
dia kesudahannya menjadi tokoh ulama yang bertakwa, saleh, dan zuhud. Abu Zur'ah
mengatakan bahwa kitabnya yang sebanyak 12 buah sudah dihafalnya di luar kepala. Dia
menghafal sampai sejuta hadits.

Kondisi fisik

Muhammad bin ‘Abbas An-Nahwi menuturkan cerita, Saya pernah melihat Imam Ahmad bin
Hambal, ternyata Badan dia tidak terlalu tinggi juga tidak terlalu pendek, wajahnya tampan,
di jenggotnya masih hadir yang hitam. Dia senang berpakaian tebal, berwarna putih dan
bersorban serta memakai kain. Yang lain mengatakan, “Kulitnya berwarna coklat (sawo
matang)”

Keluarga

Dia menikah pada umur 40 tahun dan mendapatkan keberkahan yang melimpah. Dia
melahirkan dari istri-istrinya anak-anak yang shalih, yang mewarisi ilmunya, seperti
Abdullah dan Shalih. Bahkan keduanya sangat banyak meriwayatkan ilmu dari bapaknya.

Kecerdasan

Putranya yang bernama Shalih mengatakan, Ayahku pernah menuturkan cerita, “Husyaim
berpulang waktu saya berusia dua puluh tahun, kala itu saya telah hafal apa yang kudengar
darinya”. Abdullah, putranya yang lain mengatakan, Ayahku pernah menyuruhku, “Ambillah
kitab mushannaf Waki’ mana saja yang kamu kehendaki, lalu tanyakanlah yang kamu mau
tentang matan nanti kuberitahu sanadnya, atau sebaliknya, kamu tanya tentang sanadnya
nanti kuberitahu matannya”.

Abu Zur’ah pernah ditanya, “Wahai Abu Zur’ah, siapakah yang semakin kuat hafalannya?
Anda atau Imam Ahmad bin Hambal?” Dia menjawab, “Ahmad”. Dia masih ditanya,
“Bagaimana Anda tahu?” dia menjawab, “Saya mendapati di anggota depan kitabnya tidak
tercantum nama-nama perawi, karena dia hafal nama-nama perawi tersebut, sedangkan saya
tidak mampu melakukannya”. Abu Zur’ah mengatakan, “Imam Ahmad bin Hambal hafal satu
juta hadits”.
Pujian Ulama

Abu Ja’far mengatakan, “Ahmad bin Hambal manusia yang sangat pemalu, sangat akbar dan
sangat patut pergaulannya serta kesopanannya, banyak berfikir, tidak terdengar darinya
kecuali mudzakarah hadits dan menyebut orang-orang shalih dengan penuh hormat dan
tenang serta dengan ungkapan yang indah. Bila berjumpa dengan manusia, karenanya dia
sangat ceria dan menghadapkan wajahnya untuknya. Dia sangat rendah hati terhadap guru-
gurunya serta menghormatinya”. Imam Asy-Syafi’i bercakap, “Ahmad bin Hambal imam
dalam delapan hal, Imam dalam hadits, Imam dalam Fiqih, Imam dalam bahasa, Imam dalam
Al Qur’an, Imam dalam kefaqiran, Imam dalam kezuhudan, Imam dalam wara’ dan Imam
dalam Sunnah”. Ibrahim Al Harbi memujinya, “Saya melihat Abu Abdillah Ahmad bin
Hambal seolah Allah gabungkan padanya ilmu orang-orang terdahulu dan orang-orang
belakangan dari berbagai disiplin ilmu”.

Kezuhudannya

Dia memakai peci yang dijahit sendiri. Dan kadang dia keluar ke tempat kerja membawa
kampak untuk memainkan pekerjaan dengan tangannya. Kadang juga dia pergi ke warung
memainkan pembelian seikat kayu bakar dan benda/barang lainnya lalu membawa dengan
tangannya sendiri. Al Maimuni pernah berujar, “Rumah Abu Abdillah Ahmad bin Hambal
sempit dan kecil”.

Wara’ dan menjaga harga diri

Abu Isma’il At-Tirmidzi mengatakan, “Datang seorang lelaki membawa uang sebanyak
sepuluh ribu (dirham) untuk dia, namun dia menolaknya”. Hadir juga yang mengatakan,
“Hadir seseorang memberikan lima ratus dinar untuk Imam Ahmad namun dia tidak mau
menerimanya”. Juga pernah hadir yang memberi tiga ribu dinar, namun dia juga tidak mau
menerimanya.

Tawadhu’ dengan kebaikannya

Yahya bin Ma’in bercakap, “Saya tidak pernah melihat orang yang seperti Imam Ahmad bin
Hambal, saya berkawan dengannya selama lima puluh tahun dan tidak pernah menjumpai dia
membanggakan sedikitpun kebaikan yang hadir padanya untuk kami”. Dia (Imam Ahmad)
mengatakan, “Saya mau bersembunyi di lembah Makkah hingga saya tidak dikenal, saya
diuji dengan popularitas”. Al Marrudzi bercakap, “Saya belum pernah melihat orang fakir di
suatu majlis yang semakin akbar kecuali di majlis Imam Ahmad, dia perhatian terhadap orang
fakir dan perkiraan kurang perhatiannya terhadap pandai dunia (orang kaya), dia bijaksana
dan tidak acak-acak terhadap orang fakir. Dia sangat rendah hati, begitu tinggi ketenangannya
dan sangat memuka kharismanya”. Dia pernah bermuka masam karena hadir seseorang yang
memujinya dengan mengatakan, “Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan atas
perbuatan yang berjasamu untuk Islam?” dia mengatakan, “Jangan begitu tetapi katakanlah,
semoga Allah membalas kebaikan terhadap Islam atas perbuatan yang berjasanya untukku,
siapa saya dan apa (jasa) saya?!”

Sabar dalam menuntut ilmu

Tatkala dia pulang dari tempat Abdurrazzaq yang hadir di Yaman, hadir seseorang yang
melihatnya di Makkah dalam kondisi sangat letih dan capai. Lalu dia mengajak cakap,
karenanya Imam Ahmad mengatakan, “Ini semakin ringan dibandingkan faidah yang saya
dapatkan dari Abdirrazzak”.

Hati-hati dalam berfatwa

Zakariya bin Yahya pernah berdialog untuk dia, “Berapa hadits yang mesti ditinggali oleh
seseorang hingga bisa menjadi mufti? Apakah cukup seratus ribu hadits? Dia menjawab,
“Tidak cukup”. Hingga kesudahannya dia bercakap, “Apakah cukup lima ratus ribu hadits?”
dia menjawab. “Saya harap demikian”.

Kelurusan aqidahnya sebagai standar kebenaran

Ahmad bin Ibrahim Ad-Dauruqi mengatakan, “Siapa saja yang kamu ketahui mencela Imam
Ahmad karenanya ragukanlah agamanya”. Sufyan bin Waki’ juga bercakap, “Ahmad di sisi
kami adalah cobaan, barangsiapa mencela dia karenanya dia adalah orang fasik”.

Masa Fitnah

Pemahaman Jahmiyyah belum berani terang-terangan pada masa khilafah Al Mahdi, Ar-
Rasyid dan Al Amin, bahkan Ar-Rasyid pernah mengancam akan membunuh Bisyr bin
Ghiyats Al Marisi yang mengatakan bahwa Al Qur’an adalah makhluq. Namun dia terus
bersembunyi pada masa khilafah Ar-Rasyid, baru setelah dia wafat, dia menampakkan
kebid’ahannya dan menyeru manusia untuk kesesatan ini.

Di masa khilafah Al Ma’mun, orang-orang jahmiyyah sukses menjadikan ajaran jahmiyyah


sebagai nasihat resmi negara, di selang nasihatnya adalah menyatakan bahwa Al Qur’an
makhluk. Lalu penguasa pun memaksa seluruh rakyatnya untuk mengatakan bahwa Al
Qur’an makhluk, terutama para ulamanya. Barangsiapa mau menuruti dan tunduk untuk
nasihat ini, karenanya dia selamat dari siksaan dan penderitaan. Untuk yang menolak dan
bersikukuh dengan mengatakan bahwa Al Qur’an Kalamullah bukan makhluk karenanya dia
akan mencicipi cambukan dan pukulan serta kurungan penjara.

Karena beratnya siksaan dan parahnya penderitaan banyak ulama yang tidak kuat
menahannya yang kesudahannya mengucapkan apa yang dituntut oleh penguasa zhalim
meski cuma dalam lisan saja. Banyak yang membisiki Imam Ahmad bin Hambal untuk
menyembunyikan keyakinannya supaya selamat dari segala siksaan dan penderitaan, namun
dia menjawab, “Bagaimana kalian menyikapi hadits “Sesungguhnya orang-orang sebelum
Khabbab, yaitu sabda Nabi Muhammad hadir yang digergaji kepalanya namun tidak
membuatnya berpaling dari agamanya”. HR. Bukhari 12/281. lalu dia menegaskan, “Saya
tidak peduli dengan kurungan penjara, penjara dan rumahku sama saja”.

Ketegaran dan ketabahan dia dalam menghadapi cobaan yang menderanya digambarkan oleh
Ishaq bin Ibrahim, “Saya belum pernah melihat seorang yang masuk ke penguasa semakin
tegar dari Imam Ahmad bin Hambal, kami waktu itu di mata penguasa hanya seperti lalat”.

Di waktu menghadapi terpaan fitnah yang sangat dahsyat dan deraan siksaan yang luar biasa,
dia masih berpikir jernih dan tidak emosi, tetap mengambil pelajaran meski datang dari orang
yang semakin rendah ilmunya. Dia mengatakan, “Semenjak terjadinya fitnah saya belum
pernah mendengar suatu kalimat yang semakin mengesankan dari kalimat yang diucapkan
oleh seorang Arab Badui untukku, “Wahai Ahmad, bila anda terbunuh karena kebenaran
karenanya anda mati syahid, dan bila anda selamat karenanya anda hidup mulia”. Karenanya
hatiku lebih kuat”.

Pandai hadits sekaligus juga Pandai Fiqih

Ibnu ‘Aqil bercakap, “Saya pernah mendengar hal yang sangat ajaib dari orang-orang bodoh
yang mengatakan, “Ahmad bukan pandai fiqih, tetapi hanya pandai hadits saja. Ini adalah
puncaknya kebodohan, karena Imam Ahmad benar pendapat-pendapat yang didasarkan pada
hadits yang tidak dikenal oleh kebanyakan manusia, bahkan dia semakin unggul dari
seniornya”.
Bahkan Imam Adz-Dzahabi bercakap, “Demi Allah, dia dalam fiqih sampai derajat Laits,
Malik dan Asy-Syafi’i serta Abu Yusuf. Dalam zuhud dan wara’ dia menyamai Fudhail dan
Ibrahim bin Adham, dalam hafalan dia setara dengan Syu’bah, Yahya Al Qaththan dan Ibnul
Madini. Tetapi orang bodoh tidak mengetahui kadar dirinya, bagaimana mungkin dia
mengetahui kadar orang lain!!

Guru

Imam Ahmad bin Hambal berguru untuk banyak ulama, banyaknya semakin dari dua ratus
delapan puluh yang tersebar di berbagai negeri, seperti di Makkah, Kufah, Bashrah, Baghdad,
Yaman dan negeri lainnya. Di selang mereka adalah:

Ismail bin Ja’far

Abbad bin Abbad Al-Ataky

Umari bin Abdillah bin Khalid

Husyaim bin Basyir bin Qasim bin Dinar As-Sulami

Imam Syafi'i

Waki’ bin Jarrah

Ismail bin Ulayyah

Sufyan bin ‘Uyainah

Abdurrazaq

Ibrahim bin Ma’qil

Murid-murid Ahmad bin Hanbal

Umumnya pandai hadits pernah berupaya bisa untuk imam Ahmad bin Hambal, dan berupaya
bisa untuknya juga ulama yang pernah menjadi gurunya, yang sangat menonjol adalah:

Imam Bukhari

Muslim
Abu Daud

An-Nasa'i

Tirmidzi

Ibnu Majah

Imam Asy-Syafi'i

Putranya, Shalih bin Imam Ahmad bin Hambal

Putranya, Abdullah bin Imam Ahmad bin Hambal

Keponakannya, Hambal bin Ishaq

Kewafatan Ahmad bin Hanbal

Setelah sakit sembilan hari, dia Rahimahullah menghembuskan napas terakhirnya di pagi hari
Jum’at bertepatan dengan tanggal dua belas Rabi’ul Awwal 241 H pada umur 77 tahun.
Jenazah dia dihadiri delapan ratus ribu pelayat lelaki dan enam puluh ribu pelayat perempuan.

Karya tulis

Ahmad bin Hanbal menulis kitab al-Musnad al-Kabir yang termasuk sebesar-besarnya kitab
"Musnad" dan sebaik patut karangan dia dan sebaik patut penelitian Hadits. Dia tidak
memasukkan dalam kitabnya selain yang dibutuhkan sebagai hujjah. Kitab Musnad ini hadir
pokoknya semakin dari 25.000 hadits.

Di selang karya Imam Ahmad adalah ensiklopedia hadits atau Musnad, disusun oleh anaknya
dari ceramah (kajian-kajian) - himpunan semakin dari 40 ribu hadits juga Kitab ash-Salat dan
Kitab as-Sunnah.

Karya-Karya Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah

Kitab Al Musnad, karya yang sangat menakjubkan karena kitab ini hadir pokoknya semakin
dari dua puluh tujuh ribu hadits.

Kitab at-Tafsir, namun Adz-Dzahabi mengatakan, “Kitab ini telah hilang”.

Kitab an-Nasikh wa al-Mansukh


Kitab at-Tarikh

Kitab Hadits Syu'bah

Kitab al-Muqaddam wa al-Mu'akkhar fi al-Qur`an

Kitab Jawabah al-Qur`an

Kitab al-Manasik al-Kabir

Kitab al-Manasik as-Saghir

Menurut Imam Nadim, kitab berikut ini juga merupakan tulisan Imam Ahmad bin Hanbal

Kitab al-'Ilal

Kitab al-Manasik

Kitab az-Zuhd

Kitab al-Iman

Kitab al-Masa'il

Kitab al-Asyribah ‫اﻞ‬

Kitab al-Fadha'il

Kitab Tha'ah ar-Rasul

Kitab al-Fara'idh

Kitab ar-Radd ala al-Jahmiyyah

Anda mungkin juga menyukai