Anda di halaman 1dari 2

ABDURRAHMAN BIN QASIM

Nama lengkap beliau adalah Abdurrahman bin Qasim bin Khalid bin Janadah
Abu Abdullah Al Utaqy Al Mishry. Beliau dilahirkan pada tahun 132 Hijriyah, hidup
selama 59 tahun, beliau wafat tahun 191 Hijriyah.
Beliau menggali ilmu dari para ulama', diantaranya: Malik, Bakar bin
Mudhor, Abdurrahman bin Syuraih, Nafi' bin Abi Nu'aim Al Muqri', Ibnu Uyainah,
Yazd bin Abdul Malik An Naufaly.
Ilmu yang beliau miliki diajarkan kepada beberapa orang murid, diantaranya:
Ashbagh bin Faraj, Al Harits bin Miskin, Suhnun bin Said, Said bin Isa, Isa bin
Matsrud, Muhammad bin Salamah Al Murady, Abdurrahman bin Abi Ghamr.
Muhammad bin Abdullah bin Abdul Hakam, Isa bin Hammad.
Beliau adalah salah seorang ulama' dan mufti penduduk Mesir, memiliki
banyak harta kekayaan, kekayaan tersebut tidak beliau gunakan untuk berfoya-foya
atau mengejar kesenangan dunia, melainkan beliau gunakan untuk kegiatan belajar
mengajar (karena beliau memiliki kesadaran tinggi akan pentingnya ilmu), bahkan
beliau tidak mau memberi hadiah kepada raja (pemerintah), karena raja adalah orang
kaya yang tidak pantas diberi hadiah. Beliau berkepribadian baik, sholeh, wara', dan
bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah subhanahu wa ta'ala.
Kezuhudan dan kewara'an beliau sangat menakjubkan.
Komentar ulama' tentang beliau,
Nasa'i berkata: "Dia Tsiqqah dan terpercaya". Demikian juga yang dikatakan
oleh Al Hakim dan Al Khathib.
Al Harits bin Miskin berkata: "Saya mendengar Ibnu Qasim berkata:
Allahumma Imna'id dunya minni wamna'ni minha
"Yaa Allah, hindarkanlah aku dari dunia dan hindarkanlah dunia dariku"
malik berkata ketika ada orang yang menyebut nama Ibnu Qasim:
'Aafaahullahu, matsalahu kamatsali jiraabin mamluuin miskiinin
"Perumpamaan dia adalah seperti kantong kulit yang tebal, penuh (dengan
harta), akan tetapi dia seperti orang miskin (zuhud-red)".
Suatu hari Malik ditanya oleh seseorang tentang Ibnu Wahab dan Ibnu Qasim,
maka ia berkata: "Ibnu Wahab adalah orang yang alim, dan Ibn uQasim adalah orang
yang faqih".
Asad bin Furat berkata: "Ibnu Qasim mengkhatamkan Al Qur'an dua kali
dalam sehari semalam. Ketika mengunjunginya, aku melihat dia bersemangat dalam
mengkhatamkan Al Qur'an dan dia suka dalam mengamalkan ilmu."
Diriwayatkan oleh Al Harits bin Miskin dari ayahnya ia berkata: "Ibnu Qasim
adalah orang yang faham rajin beribadah dan ilmunya sangat terkenal.".
Ath Thahawy berkata: "Saya mendengar Ibnu Qasim berkata: "Saya tidak
mendapatkan aib pada diri seseorang melainkan jika ia masuk (mendekat) kepada
pemimpin. (Jika sudah dekat) pasti ia akan menyibukkan diri untuk memenuhi
kebutuhannya".
Sa'id bin Haddad pernah mendengar Suhnun berkata: "Apabila saya
menanyakan Ibnu Qasim tentang permasalahan yang sedang dihadapinya, maka Ibnu
Qasim akan berkata bahwa ada suatu penyakit di atas kepalanya yang timbul akibat
Qiyamullail. Dan jarang sekali Ibnu Qasim menampakkan diri kepada kami kecuali
sambil berkata: "Bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya perkara (kebaikan) yang
sedikit yang diikuti dengan bertaqwa kepada Allah, akan menjadi banyak. Dan
perkara (kebaikan) yang banyak tanpa diikuti dengan ketaqwaan kepada Allah, akan
menjadi sedikit".
Sebagai seorang muslim yang mampu, maka ia berkewajiban menunaikan
rukun Islam yang kelima, yaitu haji. Suhnun bercerita tentang pengalamannya ketika
berangkat haji. Suhnun berkata: "Ketika musim haji tiba, aku menemani Ibnu Wahab,
Ays'ab ditemani oleh anaknya yang yatim, dan Ibnu Qasim ditemani oleh anaknya
(Musa)"
Ada sebuah pengalaman menarik yang dialami oleh Abu Said, ia menuturkan:
"Ketika kami menginap di sebuah masjid di kota Hijaz, kami tidur. Ibnu Qasim
berkata (seakan-akan memberi peringatan): "Wahai Abu Said! Saya bermimpi
melihat orang masuk masjid ini dari salah satu pintunya, ia menemui kita dengan
membawa baskom yang ditutupi yang berisi kepala babi. Saya memohon kepada
Allah semoga mendapat kebaikan dari mimpi tersebut.". Tak lama kemudian, kami
didatangi oleh seseorang yang membawa baskom tertutup dengan sapu tangan dan
berisi anggur yang berasal dari desa tersebut. Ia menyerahkannya kepada Ibnu Qasim
sambil berkata, "Silahkan dimakan tuan!".
"Maa ilaa dzalika min sabil!" kata Ibnu Qasim.
"Kalau demikian, berikan saja kepada sahabat anda." Kata orang tersebut.
"Bagaimana akan saya berikan kepada sahabat-sahabatku, kalau aku saja
tidak berani memakannya!" kata Ibnu Qasim.
Orang tersebut akhirnya pergi, dan Ibnu Qasim berkata kepadaku, "Itulah
ta'wil dari mimpiku, karena ada yang mengatakan bahwa desa tersebut adalah
berstatus waqaf ghashab.
Hadits yang pernah diriwayatkan oleh beliau diantaranya terdapat dalam kitab
Shahih Bukhari :8/277, 13/391, hadits nomor 3372, 3387, 4537, 4694. Juga terdapat
dalam kitab Al Muwaththa': 1/240, dan dalam Shahih Muslim hadits nomor 736.

Referensi :
1. Siyar A'lami Nubala', Adz Dzahaby, Mu'assasah Ar Risalah, Juz 9 hal.120
2. Thabaqatul Huffadz, As Suyuthy, Darul Kutub Al Ilmyah, hal.152

Anda mungkin juga menyukai