Anda di halaman 1dari 14

Muhammad bin al-Hasan

asy-Syaibani
(132-189 H)

Asep Sobari, Lc
Direktur Eksekutif INSISTS
“Sepasang mataku tidak pernah melihat orang sehebat
Muhammad bin al-Hasan. Tidak ada wanita yang
melahirkan orang yang lebih hebat daripada Muhammad
bin al-Hasan di masanya.”

–Imam asy-Syafi`i (w. 204 H)


“Aku tidak pernah menjumpai orang yang lebih paham
tentang Alqur’an daripada Muhammad bin al-Hasan.”

–Abu `Ubaid al-Qasim bin Sallam (w. 224 H)


“Muhammad bin al-Hasan termasuk orang paling jenius
di seantero jagat raya.”

–Adz-Dzahabi (w. 748 H)


Biodata
Nama: Muhammad

Nasab: al-Hasan bin Farqad maula Bani Syaiban

Panggilan: Abu Abdullah

Lahir: Wasith, 131 H

Wafat: Rayy, 189 H

Usia: 58 tahun

Profesi: Hakim Raqqah di masa Harun ar-Rasyid


Riwayat Pendidikan
Keluarga Muhammad bin al-Hasan berasal dari Jazar. Orang tuanya
menetap di Syam (Ghauthah Damaskus), namun Muahammad tumbuh
di Kufah lalu pindah dan tinggal di Baghdad.

Sang ayah, al-Hasan bin Farqad adalah seorang tentara dan kaya raya.
Kehidupan yang nyaman dan budaya ilmu yang sangat kuat di Kufah
menjadi faktor pendukung proses pendidikan Muhammad bin al-Hasan
hingga menjadi ulama besar.

Muhammad bin al-Hasan menuturkan, “Ayah meninggalkan warisan


untukku sebesar 30,000 dirham. Sebanyak 15,000 dirham aku habiskan
untuk belajar Nahwu dan puisi. Sisanya, 15,000 dirham aku habiskan
untuk belajar Hadis dan Fiqih.” (al-Khathib al-Baghdadi, Tarikh Baghdad)
Muhammad bin al-Hasan menyerap dua madrasah fiqh pada
masanya, yaitu Madrasah Kufah dan Madrasah Madinah. Adz-
Dzhahabi menyebut, Muhammad bin al-Hasan berguru selama tiga
tahun kepada Imam Malik.

Muhammad bin al-Hasan berguru kepada Imam Abu Hanifah


selama empat tahun, mulai tahun 147 H, pada usia 16 tahun.

Guru: Abu Hanifah, Abu Yusuf, Malik bin Anas, Sufyan ats-Tsauri,
Ibn Juraij al-Makki, Mis`ar bin Kidam, Malik bin Mighwal,
Abdurrahman al-Auza`i, Umar bin Dzarr al-Hamadani, Muhill bin
Muhriz adh-Dhabbi, Zufar bin al-Hudzail, Daud ath-Tha’i, dll.

Murid: Muhammad bin Idris asy-Syafi`i, Abu `Ubaid al-Qasim


bin Sallam, Syu`aib al-Kaisani, Abu Sulaiman al-Jauzjani, Khalaf
bin Ayyub, Ibrahim al-Marwazi, Abu Ya`la ar-Razi, Asad bin al-
Furat, Hisyam bin Ubaidullah, Ahmad bin Hafsh (faqih Bukhara),
`Amr bin Abu `Amr al-Harrani, Ali bin Muslim ath-Thusi, dll.
Karya Tulis
1. al-Jami` al-Kabir (‫)الجامع الكبير‬

2. al-Ashl aw al-Mabsuth (‫)األصل أو املبسوط‬

3. al-Jami` ash-Shaghir (‫)الجامع الصغير‬

4. as-Siyar al-Kabir (‫)السير الكبير‬

5. al-Atsar (‫)اآلثار‬

6. al-Kasb (‫)الكسب‬

7. al-Hujjah `ala Ahl al-Madinah (‫)الحجة على أهل املدينة‬

8. al-Makharij fi al-Hiyal (‫)املخارج في الحيل‬


Ilmu Ekonomi
Kitab al-Kasb yang ditulis oleh Muhammad bin
al-Hasan menjelang wafat menunjukkan
perhatiannya yang begitu besar terhadap isu
ekonomi.

Kitab al-Kasb dapat dikatakan sebagai karya


pemikiran yang membahas isu ekonomi secara
spesifik. Buku ini dikenalkan oleh as-Sarakhsi pada
bagian akhir kitab al-Mabsuth.
Zuhud & Bisnis
Muhammad bin al-Hasan pernah ditanya, “Mengapa engkau tidak
menulis buku tentang zuhud?” Ia menjawab, “Sudah terpenuhi
dengan kitab al-Buyu` (jual beli).” Dalam redaksi lain, “Aku sudah
menulis kitab al-Buyu`.”

As-Sarakhsi menjelaskan, maksudnya, “Aku telah menjelaskan


dalam kitab al-Buyu` segala sesuatu tentang halal dan haram.
Zuhud tidak lain adalah menjauhi segala yang haram dan menjaga
agar selalu mendapatkan yang halal.”

(Dr. Ali Ahmad an-Nadawi, al-Imam Muhammad bin al-Hasan asy-


Syaibani, hal. 170)
Sebagai Hakim
Muhammad bin al-Hasan menjabat sebagai hakim dua kali
di masa Harun ar-Rasyid. Jabatan pertama sebagai Hakim
Raqqah namun kemudian dicopot. Kali kedua menjabat
Hakim Agung menggantikan gurunya, Abu Yusuf.

Muhammad bin al-Hasan tidak suka menjadi pejabat. Ia


menerima jabatan hakim Raqqah setelah dipaksa dan
diancam oleh Yahya bin Khalid al-Barmaki, pejabat elit
Harun ar-Rasyid. “Fa lam yazal yukhawwifu Muhammadan hatta
waliya qadha’a ar-Raqqah.” (Dr. Ali Ahmad an-Nadawi, al-Imam Muhammad
bin al-Hasan asy-Syaibani, hal. 230)
Membiyai Murid
Asad bin Furat, seorang pelajar dari Maghrib, setelah berguru
kepada Imam Malik di Madinah melanjutkan petualangan ke
Kufah dan berguru kepada Muhammad bin al-Hasan asy-
Syaibani.

Asad bin Furat sempat ditampung di dalam rumah


Muhammad bin al-Hasan dan menjadi murid privatnya.
Muhammad bin al-Hasan pernah memberinya bekal sebanyak
80 dinar. (Dr. Ali Ahmad an-Nadawi, al-Imam Muhammad bin al-Hasan asy-Syaibani,
hal. 234)

Note: 80 dinar = Rp. 320 juta.


Abu `Ubaid al-Qasim bin Sallam menuturkan
bahwa dirinya melihat Muhammad bin al-Hasan
memberi uang kepada muridnya, asy-Syafi`i,
sebanyak 50 dinar. Sebelum itu asy-Syafi`i juga
menerima darinya sebanyak 50 dirham. Kala itu,
Muhammad bin al-Hasan berkata kepada asy-
Syafi`i, “Idza isytahaiya al-`ilma fa-lzam, Jika engkau
haus ilmu, maka fokuslah.” (Adz-Dzahabi, Siyar A`lam an-
Nubala)
Wafat

Pada tahun 189 H Muhammad bin al-Hasan, sebagai


Hakim Agung, menemani perjalanan Harun ar-Rasyid
ke Rayy bersama Abu al-Hasan Ali al-Kisa’i, salah satu
‘pemilik’ qiraat.

Muhammad bin al-Hasan dan al-Kisa’i meninggal


dalam waktu berdekatan dalam perjalanan ini. Setelah
memakamkan mereka berdua, Harun ar-Rasyid
berkata, “Aku mengubur fiqih dan bahasa Arab di
Rayy.” (Ibn Taghri Bardi, an-Nujum az-Zahirah)

Anda mungkin juga menyukai