Anda di halaman 1dari 16

Abdullah bin al-Mubarak

(118-181 H)

Asep Sobari, Lc
Direktur Eksekutif INSISTS
“Dalam diri Abdullah bin al-Mubarak terhimpun hadits,
fiqh, bahasa (sastera), sejarah, kekesatriaan, kewirausahaan,
kedermawanan, dan kerinduan ketika berpisah..”

–al-Abbas bin Mush`ab


Biodata
Nama: Abdullah

Nasab Ayah: al-Mubarak bin Wadhih maula Bani Hanzhalah,


Tamim

Etnik: Turki

Lahir: Marw, 118 H

Wafat: Harit, Ramadhan 181 H

Usia: 63 tahun
Riwayat Pendidikan
al-Mubarak, ayah Abdullah adalah seorang penjaga kebun milik orang kaya
Bani Hanzhalah. Kejujuran al-Mubarak menjadi alasan sang tuan
memungutnya sebagai menantu.

Abdullah menempuh pendidikan di Kuttab Marw. Sejak kecil Abdullah


sudah dikenal sangat pandai dan memiliki hafalan yang sangat kuat.

Menginjak masa remaja, Abdullah sempat mengalami masa galau. Ia


tersadarkan lalu tersadarkan oleh ayat 16 Surah al-Hadid yang didengarnya
dalam mimpi.

Abdullah mulai melakukan rihlah, petualangan mencari ilmu, pada tahun


141 H, saat memasuki usia 23 tahun. Abdullah berhasil menguasai semua
bidang ilmu Islam, terutama tafsir, hadis, fiqih, sastra, dll.
Selama belajar, Ibn al-Mubarak menjelajah
banyak negeri, antara lain: Khurrasan, Yaman,
Syam, Bashrah, Kufah, dan Hijaz.

Ibn al-Mubarak sanggup menempuh perjalanan


dari Marw ke Rayy (lebih 1000 km) untuk
mendapatkan satu riwayat al-Hasan al-Bashri.

Selama hidupnya, Ibn al-Mubarak belajar kepada


4000 guru dan meriwayatkan ilmu dari 1000 guru.
Guru: Rabi` bin Anas al-Khurrasani, Hisyam bin
`Urwah, Isma`il bin Abu Khalid, al-A`masy,
Sulaiman at-Taimi, Humaid ath-Thawil, Yahya bin
Sai`d al-Anshari, Musa bin `Uqbah, al-Auza`i, al-
Laits bin Sa`ad, Ibn Juraij, Ma`mar, Muhammad
bin Ishaq, Sufyan ats-Tsauri, Malik bin Anas,
Syu`bah, dll.

Murid: Abu Ishaq al-Fazari, Ja`far bin Sulaiman


adh-Dhabbi, Sufyan bin `Uyainah, Abu al-Ahwash,
Fudahil bin `Iyadh, Mu`tamir bin Sulaiman, Abu
Salamah at-Tabudzaki, Nu`aim bin Hammad, Ibn
Mahdi, Ishaq bin Rahawaih, Yahya bin Ma`in, Abu
Kuraib, dll.
Apresiasi Ulama

Ahmad bin `Abdah: “Fudhail dan Sufyan -bin `Uyainah-


serta sejumlah ulama sedang duduk-duduk di Masjidil Haram.
Tidak lama kemudian tampak Ibn al-Mubarak muncul dari
sebuah jalan sempit. Sufyan berkata, ‘Dia adalah orang terhebat
di Masyriq (Timur).’ Fudhail menimpali, ‘Dia orang terhebat di
Masyriq (Timur) dan Maghrib (Barat) dan seluruh kawasan yang
terbentang di antara keduanya.” (al-Khathib al-Baghdadi, Tarikh Baghdad)

Kharijah: “Siapa di antara kalian yang ingin melihat sosok


yang mirip sahabat, maka lihatlah Abdullah bin al-
Mubarak.” (Ibn `Asakir, Tarikh Dimasyq)
Yahya bin Adam: “Menjadi kebiasaanku dari
dulu, jika aku mencari jawaban atas
permasalahan-permasalahan yang pelik lalu tidak
mendapatkannya dalam buku-buku Ibn al-
Mubarak, maka aku pasti frustasi.” (al-Mizzi, Tahdzib
al-Kamal)

Imam al-Bukhari menghafal seluruh buku karya


Ibn al-Mubarak saat berusia 16 tahun. (al-Khathib al-
Baghdadi, Tarikh Baghdad)
✤ Abdurrahman bin Mahdi: “Ibn al-Mubarak
sangat memahami ilmu yang dikuasainya (faqihan
fi `ilmihi), seorang hafizh, ahli zuhud, ahli ibadah,
kaya raya, sering berhaji, banyak berjihad, ahli
nahwu, pujangga. aku tidak pernah melihat orang
sehebat dia.” (Ibn `Asakir, Tarikh Dimasyq)
Zuhud Kaya
Fudhail bin `Iyadh berkata kepada gurunya, Ibn al-Mubarak,
“Engkau mengajari kami agar hidup zuhud, sederhana, puas
dengan apa adanya, tapi kami melihatmu datang ke tanah suci
dengan membawa banyak barang dagangan dari Khurasan,
bagaimana engkau menjelaskannya?”

Ibn al-Mubarak menjawab, “Wahai Abu Ali, aku melakukan


semua itu guna menjaga kehormatan, memuliakan diri, dan
mendukung ketaatanku kepada Tuhanku. Aku tidak mendapati
kewajiban kepada Allah —terkait harta— melainkan Aku akan
segera menunaikannya.” (al-Khathib al-Baghdadi, Tarikh Baghdad)
Kedermawanan

✤ Membagi-bagikan hartanya kepada para ulama,


pencari ilmu, dan guru di berbagai penjuru negeri
Islam dengan dorongan MENDUKUNG
penyebaran ilmu Islam. (Al-Khathib, Tarikh
Baghdad)

✤ Melunasi utang orang lain sebesar 700 dirham


dengan 7000 dirham. (Adz-Dzahabi, Siyar A`lam)
Pesan-pesan Bijak
Anugerah Terbesar

Ibn al-Mubarak ditanya, “Apakah anugerah terbesar


yang dimiliki manusia?” Ia menjawab: “Kaya ide. Jika
tidak punya, maka adab yang baik. Jika tidak punya,
maka saudara penyayang untuk diminta saran. Jika
tidak punya, maka lebih banyak diam. Jika tidak
mampu, maka segera mati saja!”

(adz-Dzahabi, Siyar A`lam)


Tinggalkan Fudhul
‫ واترك فضول الطعام توفق‬،‫ واترك فضول الكالم توفق للحكمة‬،‫اترك فضول النظر توفق للخشوع‬
‫ واترك الخوض في ذات‬،‫ واترك التجسس على عيوب الناس توفق لالطالع علي عيوب نفسك‬،‫للعبادة‬
‫اهلل توق الشك والنفاق‬

“Tinggalkan pandangan yang tidak perlu (fudhul an-nazhar) maka


engkau akan khusyu`. Tinggalkan ucapan yang tidak perlu maka
engkau akan bijak (hikmah). Tinggalkan makanan yang tidak perlu
maka engkau akan mudah beribadah. Tinggalkan mencari-cari
kesalahan (aib) orang lain, maka engkau akan mudah menyadari
kesalahan (aib) sendiri. Tinggalkanlah keinginan untuk mengetahu
terlalu jauh tentang Dzat Allah, maka engkau akan terlindungi dari
keraguan dan kemunafikan.”
Tawadhu=Takabbur
Abdullah bin Khubaiq menuturkan:

“Seseorang bertanya kepada Abdullah bin al-Mubarak,


‘Apa itu tawadhu?’ Ibn al-Mubarak menjawab,
ِ ‫األ َ ْغ ِن َي‬
‫اء‬ ْ ‫الت َّ َكبُّ ُر َع َلى‬

‘Menyombongkan diri kepada orang kaya.’”

(Ibn al-Jauzi, Shifat ash-Shafwah)


Orang Bijak
‫ فإن من‬.‫ العلماء والسلطان واإلخوان‬:‫على العاقل أن ال يستخف بثالثة‬
‫ ومن‬،‫ من استخف بالسلطان ذهبت دنياه‬،‫استخف بالعلماء ذهبت آخرته‬
‫استخف باإلخوان ذهبت مروءته‬

“Orang bijak tidak akan meremehkan tiga golongan: ulama,


penguasa, dan teman. Orang yang meremehkan ulama akan
kehilangan akhirat, orang yang meremehkan penguasa akan
kehilangan dunia, dan orang yang meremehkan teman akan
kehilangan wibawa.”

(Asy-Sya`rani, ath-Thabaqat al-Kubra)

Anda mungkin juga menyukai