Anda di halaman 1dari 11

BIOGRAFI IMAM AZZAHABIE

Imam Az-Zahabi dilahirkan pada tahun 673H di Mayyafariqin Diyar Bakr,


Turkumanistan. Beliau dikenal dengan kekuatan hafalan, kecerdasan,
kewara’an, kezuhudan, kelurusan aqidah dan kefasihan lisannya.

Menuntut Ilmu dan Guru-Gurunya

An-NubalaImam Az-Zahabi menuntut ilmu sejak usia dini dan ketika


berusia 18 tahun menekankan perhatian pada dua bidang ilmu iaitu ilmu-
ilmu al-Quran dan Hadis. Beliau menempuh perjalanan yang jauh dalam
mencari ilmu ke Syria, Mesir dan Hijaz (Makkah dan Madinah). Beliau
mengambil ilmu dari para ulama di negeri-negeri tersebut.

Di antara para ulama yang menjadi guru-guru beliau ialah:

1. Ibnu Taimiyah
Yang beliau letakkan namannya paling awal di deretan guru-guru yang
memberikan ijazah pada beliau dalam kitabnya, Mu’jam asy-Syuyukh.
Beliau begitu mengagumi Ibnu Taimiyah dengan mengatakan, “Dia lebih
agung jika aku yang menyifatinya. Seandainya aku bersumpah di antara
rukun dan maqam maka sungguh aku akan bersumpah bahwa mataku
belum pernah melihat yang semisalnya. Tidak, demi Allah, bahkan dia
sendiri belum pernah melihat yang semisalnya dalam hal keilmuan.”
(Raddul Wafir , hal. 35)

2. al-Hafiz Jamaluddin Yusuf bin Abdurrahman al-Mizzi


Yang dikatakan oleh beliau, “Dia adalah sandaran kami jika kami
menemui masalah-masalah yang musykil.” (ad-Durar al-Kaminah,V:235)

3. Al-Hafiz Alamuddin Abdul Qasim bin Muhammad al-Birzali


Yang menyemangati beliau dalam belajar ilmu hadits, beliau mengatakan
tentangnya: “Dialah yang menjadikanku mencintai ilmu hadits.” (ad-Durar
al-Kaminah, III:323)

Ketiga ulama diatas adalah yang banyak memberikan pengaruh terhadap


kepribadian beliau. Adapun guru-guru beliau yang lainnya adalah
 Umar bin Qawwas,
 Ahmad bin Hibatullah bin Asakir,
 Yusuf bin Ahmad al-Ghasuli,
 Abdul Khaliq bin Ulwan,
 Zainab bintu Umar bin Kindi,

1
 al-Abrahuqi,
 Isa bin Abdul Mun’im bin Syihab,
 Ibnu Daqiqil ‘Id,
 Abu Muhammad ad-Dimyathi,
 Abul abbas azh-Zhahiri,
 ali bin Ahmad al-Gharrafi,
 Yahya bin ahmad ash-Shawwaf, at-Tauzari,
 masih banyak lagi yang lainnya.

Imam az-Zahabi memiliki Mu’jam asy-Syuyukh (Daftar Guru-Guru) beliau


yang jumlahnya mencapai 3000-an orang (adz-Dzahabi wa Manhajuhu fi
Kitabihi, Tarikhil Islam)

Murid-Muridnya

Di antara murid-murid beliau ialah


 Tajuddin as-Subki,
 Muhammad bin Ali al-Husaini,
 al-Hafiz Ibnu Katsir,
 al-Hafiz Ibnu Rajab dan masih banyak lagi selain mereka.

Pujian Para Ulama Kepadanya

Ibnu Nashruddin ad-Dimasyqi berkata, “Beliau adalah Ayat (tanda


kebesaran Allah) dalam ilmu rijal, sandaran dalam jarh wa ta’dil (ilmu kritik
hadits-red) lantaran mengetahui cabang dan pokoknya, imam dalam
qiraat, faqih dalam pemikiran, sangat paham dengan madzhab-madzhab
para imam dan para pemilik pemikiran, penyebar sunnah dan madzhab
salaf di kalangan generasi yang datang belakangan.” (Raddul Wafir, hal.
13)

Ibnu Katsir berkata, “Beliau adalah Syeikh al-Hafiz al-kabir, Pakar Tarikh
Islam, Syeikhul muhadditsin. Beliau adalah penutup syuyukh hadis dan
huffazhnya.” (al-Bidayah wa an-Nihayah, XIV:225)

Tajuddin as-Subki berkata, “Beliau adalah syaikh Jarh wa Ta’dil, pakar


Rijal, seakan-akan umat ini dikumpulkan di satu tempat kemudian beliau
melihat dan mengungkapkan sejarah mereka.” (Thabaqah Syafi’iyyah
Kubra, IX:101)

An-Nabilisi berkata, “Beliau pakar zamannya dalam hal perawi dan


keadaaan-keadaan mereka, tajam pemahamannya, cerdas, dan

2
ketenarannya sudah mencukupi dari pada menyebutkan sifat-sifat nya.”
(ad-Durar al-Kaminah, III:427)

As-Shafadi berkata, “Beliau seorang hafiz yang tidak tertandingi,


penceramah yang tidak tersaingi, mumpuni dalam hadits dan rijalnya,
memiliki pengetahuan yang sempurna tentang ‘illah dan keadaan-
keadaannya, memiliki pengetahuan yang sempurna tentang biografi
manusia. Menghilangkan ketidakjelasan dan kekaburan dalam sejarah
manusia. Beliau memiliki akal yang cerdas, benarlah nisbahnya kepada
dzahab (emas). Beliau mengumpulkan banyak bidang ilmu, memberi
manfaat yang banyak kepada manusia, banyak memiliki karya ilmiah,
lebih mengutamakan hal yang ringkas dalam tulisannya dan tidak
berpanjang lebar. Aku telah bertemu dan berguru kepadanya, dan
membaca banyak dari tulisan-tulisannya di bawah bimbingannya. Aku
tidak menjumpai padanya kejumudan, bahkan dia adalah faqih dalam
pandangannya, memiliki banyak pengetahuan tentang perkataan-
perkataan ulama, madzhab-madzahab para imam salaf dan para pemilik
pemikiran.” (al-Wafi bil Wafayat, II:163)

Di Antara Kata-Katanya

Imam Az-Zahabi berkata, “Tidak sedikit orang yang memusatkan


perhatiannya pada ilmu kalam melainkan ijtihadnya akan membawanya
kepada perkataan yang menyelisihi sunnah. Karena itulah ulama salaf
mencela setiap yang belajar ilmu-ilmu para umat sebelum Islam. Ilmu
kalam turunan dari ilmu para filosof atheis. Barangsiapa yang sengaja
ingin menggabungkan ilmu para nabi dengan ilmu para ahli filsafat
dengan mengandalkan kecerdasannya maka pasti dia akan menyelisihi
para nabi dan para ahli filsafat. Dan barangsiapa yang berjalan di
belakang apa yang dibawa oleh para rasul. Maka sungguh dia telah
menempuh jalan salaf dan menyelamatkan agama dan keyakinannya.”
(Mizanul I’tidal, III:144)

Beliau menukil perkataan ma’mar, “Dahulu dikatakan bahwa seseorang


menuntut ilmu untuk selain Allah maka ilmu itu enggan hingga semata-
mata untuk Allah.” Kemudian beliau mengomentari perkataan ma’mar
tersebut dengan mengatakan, “Ya, dia awalnya menuntut ilmu atas
dorongan kecintaan kepada ilmu, agar menghilangkan kejahilannya, agar
mendapat pekerjaan, dan yang semacamnya. Dia belum tahu tentang
wajibnya ikhlas dalam menuntutnya dan kebenaran niat di dalamnya.
Maka jika sudah mengetahuinya, dia hisab dirinya dan takut terhadap
akibat buruk dari niatnya yang keliru, maka datanglah kepada niat yang
shahih semuanya atau sebagiannya. Kadang dia bertaubat dari niatnya

3
yang keliru dan menyesal. Tanda atas hal itu ialah bahwasanya dia
mengurangi dari klaim-klaim, perdebatan, dan perasaan memiliki ilmu
yang banyak, dan dia hinakan dirinya. Adapun jika dia merasa banyak
ilmunya atau mengatakan “saya lebih berilmu dari pada Fulan; maka
sungguh celakalah dia.” (Siyar A’lam An-Nubala’, VII:17)

Beliau berkata, “Yang dibutuhkan oleh seorang hafizh adalah hendaknya


bertakwa, cerdas, mahir Nahwu, mahir ilmu bahasa, memiliki rasa malu
dan salafi.” (Siyar, XIII:380)

Beliau berkata, “Ahli hadis sekarang hendaknya memperhatikan Kutubus


Sittah, Musnad Ahmad dan Sunan Baihaqi. Dan hendaknya teliti terhadap
matan-matan dan sanad-sanadnya, kemudian tidak mengambil manfa’at
dari hal itu hingga dia bertakwa kepada Rabbnya dan menjadikan hadits
sebagai dasar agama. Kemudian ilmu bukanlah dengan banyak riwayat,
tetapi dia adalah cahaya yang Allah pancarkan ke dalam hati dan
syaratnya adalah ittiba’ (mengikuti nabi SAW-red) dan menjauhkan diri
dari hawa nafsu dan kebid’ahan.” (Siyar, XIII:323)

Beliau berkata, “Kebanyakan ulama pada zaman ini terpaku dengan taqlid
dalam hal furu’, tidak mau mengembangkan ijtihad, tenggelam dalam
logika-logika umat terdahulu dan pemikiran ahli filsafat. Dengan demikian,
bencana pun meluas, hawa nafsu menjadi hukum dan tanda-tanda
tercabutnya ilmu semakin nampak. Semoga Allah merahmati seseorang
yang mau memperhatikan kondisi dirinya, menjaga ucapannya, selalu
membaca al-Qur’an, menangis atas kejadian zaman, memperhatikan
kitab as-Sahihain dan beribadah kepada Allah sebelum ajal datang
secara tiba-tiba.” (Tadzkirah al-Huffazh, II:530)

Karya-Karyanya

Beliau memiliki sekitar 100 karya tulis, di antara karya-karya tulis itu ialah:

1. Siyar A’lam An-Nubala


2. al-‘Uluww lil ‘Aliyyil Ghaffar
3. Taariikhul Islam
4. Mukhtashar Tahdziibil Kamaal
5. Miizaanul I’tidaal Fii Naqdir Rijaal
6. Thabaqatul Huffazh
7. Al-Kaasyif Fii Man Lahu Riwaayah Fil Kutubis Sittah
8. Mukhtashar Sunan al-Baihaqi
9. Halaqatul Badr Fii ‘Adadi Ahli Badr
10. Thabaqatul Qurra’

4
11. Naba’u Dajjal
12. Tahdziibut Tahdziib
13. Tanqiih Ahaadiitsit Ta’liiq
14. Muqtana Fii al-Kuna
15. Al-Mughni Fii adh-Dhu’afaa’
16. Al-‘Ibar Fii Khabari Man Ghabar
17. Talkhiishul Mustadrak
18. Ikhtishar Taarikhil Kathib
19. Al-Kabaair
20. Tahriimul Adbar
21. Tauqif Ahli Taufiq Fi Manaaqibi ash-Shiddiq
22. Ni’mas Smar Fi Manaaqib ‘Umar
23. At-Tibyaan Fi Manaaqib ‘Utsman
24. Fathul Mathalib Fii Akhbaar Ali bin Abi Thalib
25. Ma Ba’dal Maut
26. Ikhtishar Kitaabil Qadar Lil Baihaqi
27. Nafdhul Ja’bah Fi Akhbaari Syu’bah
28. Ikhtishar Kitab al-Jihad, ‘Asakir
29. Mukhtashar athraafil Mizzi
30. At-Tajriid Fii Asmaa’ ish Shahaabah
31. Mukhtashar Tariikh Naisabuur, al-Hakim
32. Mukthashar al-Muhalla dan Tartiil Maudhuu’at, Ibn al-Jauzi

Kelebihan Kitab Siyar A'lam An-Nubala (Perjalanan Hidup Orang-Orang


Mulia)

Salah satu karya Imam Az-Zahabi yang terkenal dang sangat bermanfaat
ialah Siyar A'lam An-Nubala (Perjalanan Hidup Orang-Orang Mulia). Kitab
ini menghimpunkan biografi
para sahabat Nabi s.a.w., tabiin, tabiut tabiin, ulama, sasterawan dan
seumpamanya.

Kitab ini sangat berguna bagi sesiapa yang ingin mendalami dan
membaca kisah hidup orang-orang dan tokoh-tokoh Islam terkenal dalam
bidang masing-masing.

Di antara kelebihan-kelebihan kitab ini ialah:

1. Ketelitian penulis. Imam Az-Zahabi tidak hanya memaparkan biografi


orang yang ditulis, tetapi juga disertai dengan komentar jika
menurutnya perlu, yaitu dengan melakukan pengecekan secara detail
terhadap cerita yang dipaparkannya, baik dengan menyebutkan sisi
kekurangannya maupun monjelaskan kelebihannya jika orang-orang

5
pada umumnya mengecapnya buruk, atau berpandangan lain jika
memungkinkan, atau mengkritik perilakunya dengan kritik yang
didasarkan pada syariat. Kemudian dia berusaha mengeluarkan
penilaian secara umum terhadap orang yang ditulis biografinya itu,
disertai dengan ketelitian.
2. Ketelitian dalam menilai kepribadian manusia ini, memberikan cahaya
terang yang dapat diambil manfaatnya oleh kebangkitan Islam, yaitu
kebangkitan yang hampir memberikan hasilnya jika tidak dikotori oleh
ulah sebagian orang yang memiliki pandangan picik, yang menuduh
para ulama dan da'i sebagai orang-orang fasik, ahli bid'ah, berpaling
dari mazhab salaf, tidak berhati-hati dalam menilai orang lain, dan tidak
takut kepada Allah ketika berprasangka buruk terhadap orang lain. Ada
juga orang yang tidak bisa hidup kecuali dengan mencela orang yang
tidak sama dengannya, melupakan kebaikannya, dan
menyembunyikannya. Orang-orang seperti itulah yang disangkal
habis-habisan oleh Imam Az-Zahabi.

Adanya kajian kritis dalam kitab ini. Az-Zahabi seringkali tidak


membiarkan peristiwa sejarah berjalan tanpa kritik jika menurutnya
memang perlu dikritik dan dijelaskan. Oleh karena itu, Anda melihat beliau
terkadang menolak peristiwa yang dinilainya mungkar atau mengoreksi
peristiwa yang masih sebatas asumsi atau mendukung pendapat penulis
lain atau menjelaskan pendapatnya dalam masalah yang , perlu dirinci,
dijelaskan, dan sebagainya. Metode kritis semacam inilah yang sering
ditinggalkan oleh buku-buku sejarah dan biografi lainnya.

2. Kitab ini memuat masalah-masalah yang tidak dimuat oleh kitab-kitab


lain, karena ia memadukan informasi sejarah dengan riwayat hidup. Kitab
Al Bidayah wa An-Nihayah misalnya, memuat cerita-cerita sejarah yang
cukup luas, tetapi tidak memuat biografi para ulama, orang-orang pilihan,
para pemimpin, dan sebagainya. Begitu juga kitab Al Kamil karya Ibnu Al-
Atsir dan kitab Tarikhul Umam wa al-Muluk karya At-Tabari. Memang ada
kitab-kitab yang memuat biografi para tokoh seperti ini, namun rentetan
cerita sejarah dengan metode penyusunan yang urut tidak ditemukan di
dalamnya. Misalnya kitab Hilyah Al Auliya' dan Ath-Thabaqat karya Ibnu
Sa'ad, serta Wafayat Al 'A'yaan. Sedangkan kitab ini membahas tentang
biografi secara panjang lebar disertai dengan cerita-cerita sejarah dan
metode yang runtun, yang ditulis di sela-sela penulisan biografi seorang
tokoh, khususnya biografi para khilafah, raja, dan pemimpin.

3. Kitab As-Siyar ini mencakup sebagian besar sejarah orang-orang


penting dimata manusia. Kebanyakan mereka atau sebagian mereka,
walaupun cacat di mata syariat- tidak hanya memuat pengikut madzhab

6
fikih tertentu, raja, khalifah, pemirnpin, penyair, ahli sastera Arab, ahli
bahasa, pahlawan, satria, pemimpin perang, doktor, hakim,praktisi, dan
penganut madzhab tertentu, tetapi juga mencakup seluruh kelompok
yang disebutkan dan hampir mencakup seluruh teritorial Islam. Memang
benar biografi para ahli hadits lebih banyak disebutkan daripada tokoh-
tokoh lainnya. Hal itu karena perhatian Imam Az-Zahabi terhadap hadis,
lebih besar daripada disiplin ilmu lainnya, karena memang beliau seorang
hafiz dan mahir di dalam hadis. Akan tetapi, kebanyakan para ahli hadis
pada abad keemasan Islam dan sesudahnya adalah para ahli feqah, ahli
tafsir, orang-orang yang berperang di jalan Allah, para sasterawan, ahli
nahwu, dan tokoh-tokoh lainnya yang terkenal.

Wafatnya

Imam Az-Zahabi wafat pada malam Isnin, 3 Zulkaedah 748H, di Damsyik,


Syiria dan dimakamkan di pekuburan Bab as-Shaghir.

Semoga Allah meredhai beliau dan menempatkannya dalam keluasan


syurgaNya.

7
Biografi Imam al-Hafizh Adz-Dzahabi
Beliau adalah: al-Imam al-Hafizh, ahli sejarah Islam, Syamsuddin, Abu
Abdillah, Muhammad bin Ahmad bin Utsman bin Qaimaz bin Abdullah at-
Turkmani al-Fariqi asy-Syafi’i ad-Dimasyqi, yang terkenal dengan Adz-
Dzahabi.
Adz-Dzahabi berasal dari kata adz-dzahab yang berarti emas. Nama ini beliau
dapatkan dikarenakan ayahnya adalah seorang pengrajin emas, dan beliau
pun pernah berprofesi sebagai pengrajin emas. Yang pada akhirnya nama
inilah yang lebih dikenal hingga sekarang daripada nama asli beliau, dan
beliau memang pantas untuk digelari sebagai “emas” karena ilmu dan jasa
beliau selama hidupnya.
Kota Kelahiran dan Masa Perkembangan Adz-
Dzahabi
Beliau dilahirkan pada Rabiul Akhir 673 H/1274 M di sebuah desa bernama
Kafarbatna di dataran padang hijau Damaskus, di tengah sebuah keluarga
yang berasal dari Turkmenistan, yang ikut secara kewalian kepada kabilah
Bani Tamim, dan mereka menetap di kota Mayyafarqin dari daerah Bani Bakar
yang paling terkenal.
Adz-Dzahabi tumbuh di tengah keluarga yang cinta ilmu dan agama. Ayah
beliau bernama Ahmad bin ‘Ustman. Dia adalah orang yang baik, bertakwa,
dan cinta ilmu. Ayahnya pernah mempelajari kitab Shahih Bukhari pada tahun
666 H dari seorang guru, Miqdad bin Hibbatillah Al-Qoysi. Keluarganya
memberikan perhatian yang besar kepada beliau dengan mengirimnya
kepada para syaikh (guru besar) yang terkenal di kota Damaskus. Adz-
Dzahabi telah berhasil mendapat ijazah (rekomendasi) dari mereka semenajk
masih kecil, ketika ia beliau belum genap delapan belas tahun. Perhatiannya
terhadap ilmu sangat tinggi.
Perhatiannya bermula dari ilmu qiraah dan hadis. Hal ini ditunjang dengan
kepiawaian dan kecerdasaannya dalam berdiskusi dan memahami ilmu, serta
kemampuannya yang luar biasa untuk mengingat dan menghafal, dan cita-
citanya yang tinggi untuk bertemu para ulama dan berpetualang dalam
menuntut ilmu.
Adz-Dzahabi telah mencurahkan kesungguhan dalam menekuni kedua
disiplin ilmu itu secara langsung dari guru besar negeri Syam yang paling
masyhur pada masa itu. Beliau juga berpetualang ke Mesir, Mekah, Madinah,
dan beberapa kota lain untuk tujuan yang mulia ini, hingga ilmunya menjadi
rujukan (referensi) kaum muslimin. Nama beliau pun mulai bergaung di dunia
Islam, dan para penuntut ilmu berdatangan dari segala penjuru. Beliau pun
menjadi seorang imam dalam ilmu qiraah, penghafal hadis yang ulung, salah
seorang ulama yang unggul dalam kritik hadis, dan ternama di dalam al-Jarh
wa at-Ta’dil.
Aktivitas Keilmuan dan Kedudukan Adz-Dzahabi
Adz-Dzahabi sempat menduduki sejumlah jabatan keilmuan di kota
Damaskus, di antaranya: sebagai khatib, pengajar, dan menjadi guru besar di

8
sejumlah perguruan dalam bidang hadis, seperti Dar al-Hadis di Turbah Umm
ash-Shalih, Dar al-Hadis azh-Zhahiriyah, Dar al-Hadis wa al-Qur’an at-
Tankiziyah, dan Dar al-Hadis al-aFadhiliyah.
Kesibukan padat yang beliau jalani tidaklah menjadikan beliau terhalang untuk
melakukan penelitian dan menulis karya ilmiah. Bahkan beliau telah
meninggalkan kekayaan ilmiah yang besar dan penuh berkah, di mana kitab-
kitab dan karya tulis beliau mencapai lebih dari 200 karya dalam berbagai
disiplin ilmu: qiraat, hadis, mushthalah hadis, sejarah, biografi, akidah, ushul
fiqh, dan raqa’iq (ilmu beretika).
Di antara karya ilmiah beliau adalah:
 Tarikh al-Islam
 Siyar A’lam an-Nubala
 Mizan al-I’tidal
 Al-Ibar fi Khabar man Ghabar
 Al-Mughni fi adh-Dhu’afa
 Al-Kasyif
 Tadzkirah al-Huffazh
dan masih banyak karya yang tidak tercatat dalam tulisan singkat ini.
Pujian Para Ulama Terhadap Adz-Dzahabi
Syaikhul Islam Ibnu Hajar al-Asqalani berkata, “Aku pernah minum air
Zamzam agar aku mencapai derajat Imam adz-Dzahabi dalam menghafal”.
Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata tentang Adz-Dzahabi, “Keberadaan beliau telah
merepresentasikan para syaikh pakar dalam penghafal hadis…”
Murid beliau, Tajuddin as-Subki dalam Syadzarat adz-Dzahab berkata, “Guru
kami, Abu Abdullah adalah seorang ulama hebat yang tidak ada bandingnya.
Beliau adalah gudang perbendaharaan ilmu, tempat kembali ketika terjadi
permasalahan yang rumit, imam semua orang dalam hal hafalan, beliau ibarat
emasnya zaman secara maknawi dan literel, guru besar al-Jarh wa at-Ta’dil,
pemuka para tokoh pada setiap jalan; seakan-akan umat telah dikumpulkan
pada padang yang satu lalu beliau melihatnya mulai memberitakan dari para
rawi sebuah riwayat sebagaimana orang-orang yang hadir memberitakan…”
As-Suyuthi dalam Dzail Tadzkirah al-Huffazh berkata, “Yang ingin saya
katakan, ‘Sesungguhnya ulama-ulama hadis sekarang dalam sub disiplin kritik
rawi dan disiplin-disiplin hadis lainnya membutuhkan pada empat sosok: Imam
al-Mizzi, Imam adz-Dzahabi, Imam al-Iraqi, dan al-Hafizh Ibnu Hajar’.”
Di Antara Perkataan Al-Imam Adz-Dzahabi
Imam Adz-Dzahabi berkata, “Tidak sedikit orang yang memusatkan
perhatiannya pada ilmu kalam (filsafat islam) melainkan ijtihadnya akan
membawanya kepada perkataan yang menyelisihi sunnah. Karena itulah
ulama terdahulu mencela setiap yang belajar ilmu umat-umat sebelum Islam.
Ilmu kalam turunan dari ilmu para filsuf atheis. Barangsiapa yang sengaja
ingin menggabungkan ilmu para nabi dengan ilmu para filsuf dengan
mengandalkan kecerdasannya maka pasti dia akan menyelisihi para nabi dan
para ahli filsafat. Dan barangsiapa yang meniti jalannya para rasul, maka

9
sungguh dia telah menempuh jalan pendahulu dan menyelamatkan agama
dan keyakinannya.” (Mizanul I’tidal, III:144)
Beliau berkata, “Kebanyakan ulama pada zaman ini terpaku
dengan taqlid dalam hal furu’(cabang permasalahan), tidak mau
mengembangkan ijtihad, tenggelam dalam logika-logika umat terdahulu, dan
pemikiran ahli filsafat. Dengan demikian, bencana pun meluas, hawa nafsu
menjadi hukum dan tanda-tanda tercabutnya ilmu semakin nampak. Semoga
Allah merahmati seseorang yang mau memperhatikan kondisi dirinya,
menjaga ucapannya, selalu membaca al-Quran, menangis atas kejadian
zaman, memperhatikan kitab ash-Shahihain (Shahih Bukhari dan Shahih
Muslim), dan beribadah kepada Allah sebelum ajal datang secara tiba-tiba.”
(Tadzkirah al-Huffazh, II:530)
Wafatnya Al-Imam Adz-Dzahabi
Di akhir hidupnya Adz-Dzahabi mendapat cobaan, tujuh tahun mengalami
kebutaan. Kemudian beliau wafat malam Senin 3 Dzulqa’dah 748 H/ 1348 M,
dan dimakamkan di Bab ash-Shaghir di Damaskus.
Beberapa Pelajaran yang Dapat Dipetik Dari
Biografi Al-Imam Adz-Dzahabi
1. Peran serta orang tua terutama seorang ayah sangat berpengaruh
dalam keberhasilan anaknya.
2. Perilaku dan sikap seorang ayah menjadi modal awal bagi seorang anak
dalam menentukan tujuan hidupnya. Bila ayahnya saleh dan bertakwa,
maka anaknya pun akan meniti jalan yang telah ditempuh oleh ayahnya.
Sebagaimana ayah Adz-Dzahabi mencintai ilmu, maka imam Adz-
Dzahabi pun ikut mencintai ilmu.
3. Seorang remaja harus mempunyai tujuan dan fokus hidupnya sejak dini,
agar keberhasilan yang ia cita-citankan dapat segera terwujud.
4. Buah dari ilmu pengetahuan adalah amal dan mengajarkannya kepada
orang lain.
5. Karya tulis merupakan sarana yang terbaik dalam menyampaikan ilmu,
karena dapat terus dimanfaatkan walau penulisnya telah meninggal
puluhan abad yang lalu.
6. Kekurangan fisik yang kita miliki tidak menghalangi kita untuk berhasil.
Imam Adz-Dzahabi telah membuktikannya walaupun penglihatan beliau
telah tiada namun beliau tetap bersemangat untuk menyampaikan
ilmunya dan tetap menjadi guru besar di pergurungan tinggi hadis.
7. Semangat untuk belajar dan mengajar harus terus berkobar mulai sejak
kecil sampai berusia lanjut bahkan sampai kita meninggalkan dunia ini.
Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya yang luas kepada Imam adz-
Dzahabi, dan mengampuni kita semua dan beliau, serta mengumpulkan kita
dengan beliau di bawah bendera Nabi kita, Muhammad Shallallahu Alaihi wa
Sallam.

10
11

Anda mungkin juga menyukai