Anda di halaman 1dari 43

Al-Hablul Matiin

Fi `Alaqoh Saadatinal `Alawiyyin bil Jami` Ash-Shahih wa Mua`llifihil Imam


Muhammad bin Isma`il Al Bukhari Imamil Muhadditsin

Tali yang erat dalam hubungan antara Saadah Bani `Alawi dengan kitab Al-Jami`
Ash-Shahih dan pengarangnya Al Imam Muhammad bin Isma`il Al Bukhari, Imam
Para Muhaddits

Oleh:
Asy-Syarif Ahmad bin Novel bin Salim bin Ahmad bin Jindan

1
2
‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
‫الحمد هلل رب العاملين و الصالة و السالم على سيد املرسلين و قائد الغر املحجلين سيدنا‬
‫محمد و على آله و صحبه و التابعين أما بعد‬

Alhamdulillah, segala puji syukur kehadirat Allah Tuhan semesta alam. Shalawat
serta salam tercurahkan kepada Pemimpin para rasul. Pendahulu para pemilik cahaya.
Sayyidina Muhammad. Dan para keluarga, sahabat, dan penerusnya.
Amma ba`du
Berikut ini adalah sekelumit tentang Al Imam Al Bukhari dan kitab Shahih-nya
serta hubungan erat Bani `Alawi dengan keduanya.
Kami melihat bahwa pendokumentasian tentang jalinan hubungan erat antara
mereka dengan Imam agung ini dan kitabnya yang mulia adalah hal yang sangat penting.
Tatkala kami menelaah biografi mereka, kami dapatkan bahwa mereka sangat antusias
terhadap Al Imam Al Bukhari dan kitab Shahih-nya, bahkan kami dapatkan hingga
sekarang setiap kali masuk bulan Rajab mereka mulai membaca dan menelaah Shahih Al
Bukhari. Majelis-majelis seperti ini mereka adakan dibanyak tempat. Ditambah lagi ketika
musibah melanda umat, kami lihat mereka berlindung dengan keberkahan pembacaan
Shahih Al Bukhari dengan harapan agar dapat mengangkat musibah dan bala yang turun.
Hal ini menunjukkan kepada kita betapa eratnya ikatan antara mereka dengan Al Imam
Bukhari beserta Shahih-nya. Oleh karena ini maka hal ini perlu sekali untuk
didokumentasikan, dicatat, dan ditelusuri dan dikumpulkan data-data ilmiyahnya dari
berbagai sumbernya hingga dapat diabadikan untuk manfaatkan kajian ilmiyah ini oleh
halayak ramai. Bertolak darinya, maka saya malangkah maju untuk memulai
pendokumentasian tersebut dengan memohon pertolongan dan bimbingan dari Allah.
Kemudian, rangkuman ini saya susun dengan beberapa beberapa bagian (fashl)
berikut ini:
1. Biografi singkat Al Imam Al Bukhari
2. Sekelumit tentang Shahih Al Bukhari
3
3. Sekelumit tentang Saadah Bani `Alawi dan Thariqah mereka
4. Hubungan antara Saadah Bani `Alawi dengan Shahih Al Bukhari
5. Beberapa untaian sya`ir tentang Al Bukhari dan Shahih-nya
6. Rantaian sanad para `Alawiyyin dalam kitab Shahih Al Bukhari
7. Majelis-majelis pembacaan Ash-Shahih

Kami mengharap dari Allah taufiq, pertolongan, dan penjagaan-Nya. Dan agar
dijadikan rangkuman ini bermanfa`at dan penuh berkah. Allah ta`ala Maha Berkuasa atas
yang dikehendaki-Nya dan Maha Mengabulkan doa hamba-Nya. Shalawat Allah selalu
dihanturkan kepada Sayyidina Muhammad, keluarga dan shahabatnya. Serta para tabi`in
penerus mereka dengan ihsan hingga hari kiamat. Dan segala puji bagi Allah diawal,
diakhir, dzahir dan batin. Dengan ini kami mulai pembahasan ini. Hanya kepada Allah
saya meminta bantuan dan bertawakkal. Allah Subhanahu wa ta’ala Yang Maha
Menunjukkan jalan.

4
Biografi Al Imam Al Bukhari

Beliau adalah: Abu `Abdillah, Muhammad bin Isma`il bin Ibrahim bin Al-
Mughirah bin Bardizbah Al-Ju`fi. Lahir pada hari jum`at selepas shalat jum`at tanggal 13
syawwal tahun 194 hijriyah di Bukhara. Al-Mustanir bin `Atiq berkata: "Muhammad bin
Isma`il sendiri telah mengeluarkan catatan tulisan ayahnya tentang tanggal kelahirannya.
Dan kabar ini didapati dari beberapa jalur periwayatan".
Kakeknya bernama Bardizbah (nama persia) Az-Zarra`. Begitulah dipanggil oleh
penduduk Bukhara. Ia memang asli persia menganut agama kaumnya hingga anaknya Al-
Mughirah kelak masuk islam ditangan Al-Yamaan Al-Ju`fi. Dan ia hijrah ke Bukhara hingga
dinisbatkan kepadanya (nama Al-Ju`fi) yang berupa nisbah wala` (kebebasan) mengikuti
pendapat yang mengatakan bahwasanya setiap orang yang masuk islam atas sebab
seseorang maka (yang masuk islam ini) akan mendapatkan nisbah dari namanya (wala`).
Maka ia dinamakan Al-Ju`fi dikarenakan sebab tersebut.
Berkata Al Imam Ibnu Hajar Al ‘Asqolaani: Adapun anaknya yang bernama
Ibrahim bin Al-Mughirah, kami belum menemukan kabar dan biografinya.
Adapun Isma`il bin Ibrahim, ayah Al Imam Al Bukhari, sesungguhnya beliau
telah mengambil riwayat dari Hammad bin Zaid dan Malik. Sebagaimana para periwayat
`Iraq mengambil riwayat dari beliau. Sang anak-pun Al Imam Al Bukhari menyebutkan
tentangnya di dalam kitabnya yang berjudul At-Tarikh Al-Kabir, sebagaimana berikut ini:
‫إسماعيل بن إبراهيم بن املغيرة سمع من مالك و حماد بن زيد و صافح ابن املبارك‬
"Isma`il bin Ibrahim bin Al-Mughirah. telah mendengar (riwayat) dari Malik, Hammad bin
Zaid, dan menjabat tangan Ibn Al Mubarak.
Isma`il wafat sedangkan anaknya Al Imam Al Bukhari masih kecil. Ia tumbuh
dibawah asuhan ibunya. Kemudian ia menunaikan haji bersama ibunya dan saudaranya
yang bernama Ahmad yang lebih tua darinya. Ia-pun tinggal di Mekkah dan menuntut
ilmu, sedangkan Ahmad saudaranya pulang kembali ke Bukhara dan tinggal di sana
hingga wafat.
5
Al Imam Al Bukhari pernah berkata : "Aku sudah diilhamkan menghafal hadits
semenjak aku (belajar) membaca dan menulis" Maka ia ditanya: "Berapa umurmu pada
saat tersebut?" Ia menjawab : "Sepuluh tahun atau dibawahnya".
Al Imam Al Bukhari berkata: "Aku mengunjungi Syam, Mesir dan Al-Jazirah dua
kali. Bashrah empat kali. Tinggal di Hijaz enam tahun. Dan aku tidak dapat menghitung
berapa kali aku memasuki kota Kufah dan Baghdad bersama para muhadditsin".
Hasyid bin Isma`il berkata: "Al Imam Al Bukhari dulu bersama denganku
menimba ilmu dari para masyaikh Bashrah ketika ia masih anak-anak. Setiap kali ia hadir
pelajaran, ia tidak pernah menulis hingga berlalu beberapa hari, sehingga kami
menegurnya setelah 16 hari. Ia-pun berkata: "Kalian ini terlalu mengurusiku! Coba buka
buku catatan kalian" Kami-pun membuka buku kami yang sudah tertulis lebih dari lima
belas ribu hadits di dalamnya. Lalu Al Imam Al Bukhari-pun membacakan semuanya dari
hafalannya! Hingga akhirnya kami yang mengkoreksi tulisan kami dan membetulkan serta
menyamakan catatan kami dengan bertumpu kepada hafalannya".
Muhammad bin Al-Azhar As-Sajastani berkata: "Dulu saya belajar di majlis
Sulaiman bin Harb. Dan saya lihat Al Bukhari ikut mendengar namun tidak mencatat.
Suatu saat ada yang berbisik mengatakan: "Kenapa dia tidak menulis dan mencatat?"
Dijawab: "Ketika nanti dia pulang ke Bukhara, baru dia akan menulis dan mencatat di sana
dari hafalannya".

Kehidupan, Perangai, Zuhud, dan Kemuliaan lain dari Al Imam Al Bukhari

Ghunjar meriwayatkan dengan sanadnya bahwa pernah Muhammad bin


Isma`il dibawakan barang dagangan oleh Abu Hafs. Maka para pedagang berkumpul
padanya dimalam hari ingin membeli barang tersebut dengan untung 5000 dirham.
Setelah setuju, Al Imam Al Bukhari menyuruh mereka pulang terlebih dahulu karena
sudah malam. Keesokan harinya datang para pedagang lainnya yang yang ingin membeli
barang tersebut dengan menawarkan keuntungan 10.000 dirham. Maka Al Imam Al
6
Bukhari-pun menolak mereka seraya berkata: "Saya sudah berniat semalam untuk
memberikannya kepada pembeli pertama" Ia juga berkata: "Saya tidak ingin membatalkan
niat dan tekad saya".
Warraaq Al Bukhari berkata: "Saya pernah mendengar Al Imam Al Bukhari
berkata "Saya tidak akan punya musuh kelak di akhirat". Saya-pun berkata kepadanya:
"Tetapi, sebagian orang mengkritik kitab "At-Tarikh" yang engkau tulis, bahwa di
dalamnya terdapat ghibah dan gunjingan terhadap orang-orang!". Al Imam Al Bukhari
menjawab: "Sesungguhnya saya hanya meriwayatkan dari orang lain (dalam kitab
tersebut), dan bukanlah suatu perkataan yang saya buat sendiri. Nabi shallallahu `alaihi
wa sallam pernah bersabda:
‫بئس أخو العشيرة‬
"Ia adalah sejelek-jeleknya anggota kabilah".
Warraaq Al Bukhari juga berkata: "Saya pernah mendengar Al Imam Al Bukhari
berkata: "Saya tidak pernah (berghibah) menggunjing seorang-pun sama sekali semenjak
saya mengetahui bahwa menggunjing itu haram".
Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata: "Kami temukan dalam penilaian Al Bukhari
terhadap orang-orang, bahwa ia sangat berhati-hati, teliti dan menjaga diri. Hal ini dapat
ditemukan oleh peneliti yang merenungkan komentarnya dalam bidang "al-jarh wat
ta`dil" (ilmu penilaian kepribadian para periwayat); sungguh kritik Al Imam Al Bukhari
yang paling pedas terhadap seorang periwayat hanyalah "fulan tidak ada yang
menilainya", "sebenarnya ada sesuatu padanya", atau "mereka meninggalkannya" dan
sebagainya. Sedikit sekali Al Imam Al Bukhari berkata "dia pembohong" atau "dia pemalsu
hadits", Al Bukhari hanya berkata "fulan menvonisnya sebagai pembohong" atau "fulan
divonis oleh si fulan" yaitu dengan kebohongan.
Bakr bin Munir berkata: "Saya mendengat Muhammad bin Isma`il Al Bukhari
berkata: "Sesungguhnya saya sangat berharap menghadap kepada Allah dan Allah tidak
menuntutku dengan tuntutan bahwa saya pernah menggunjing seseorang".

7
Abu Bakr bin Munir berkata: "Pernah suatu hari Muhammad bin Isma`il Al
Bukhari sedang shalat, tiba-tiba ia disengat oleh tawon 17 kali namun tidak memutuskan
shalatnya. Seusai shalat ia berkata "Coba lihat, apa yang menggangguku sewaktu shalat?"
Mereka memeriksanya. Didapatkan di dalam bajunya ada seekor tawon yang sudah
menyengatnya pada 17 tempat hingga bengkak sedangkan ia tidak memutuskan
shalatnya, kemudian ia berkata: "Tadi aku sedang membaca satu ayat dan aku ingin
menyelesaikannya".
Ia berkata: "Beliau sangat sedikit makannya, sangat mengasihi para pelajar, dan
sangat dermawan". Abu Al-Hasan Yusuf bin Abi Dzarr Al Bukhari pernah menceritakan,
bahwa suatu hari Muhammad bin Isma`il sedang sakit. Orang terdekatnya membawakan
cairan tubuhnya kepada para dokter (untuk diperiksa). Mereka berkata: "cairan tubuh
semacam ini seperti cairan tubuh milik para uskup (rahib-rahib) nashrani, mereka tidak
pernah makan dengan lauk!". Setelah disampaikan, Muhammad bin Isma`il
membenarkannya dan berkata: "Memang aku tidak pernah makan dengan lauk sejak 40
tahun". Mereka akhirnya menanyakan obatnya kepada dokter dan ia berkata: "Obatnya
adalah makan dengan lauk!!". Al Imam Al Bukhari bersikeras tidak mau, hingga para guru
dan ulama memaksanya dan akhirnya beliau patuh untuk memakan roti dengan sedikit
gula".
Muhammad bin Isma`il Al Bukhari setiap malam pertama bulan Ramadhan
berkumpul dengan sahabat-sahabatnya untuk shalat bersama mereka. Ia membaca setiap
raka`at 20 ayat. Hal ini dilakukannya setiap malam hingga beliau mengkhatamkan Al-
Qur`an. Beliau juga membaca disetiap waktu sahar (sebelum Subuh) antara sepertiga
hingga setengah Al-Qur`an hingga beliau mengkhatamkan Al-Qur`an dari bacaan sahar
setiap tiga hari sekali. Beliau mengkhatamkan Al-Qur’an di siang hari setiap hari satu kali.
Dan beliau mengatur pengkhatamannya pada setiap waktu berbuka puasa. Beliau selalu
berkata: "Doa akan diijabah setiap dikhatamkan Al-Qur`an". Beliau juga memiliki
beberapa helai dari rambut Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wa sallam yang beliau
letakkan di dalam bajunya.
8
Pujian dan Penghormatan Orang-Orang Terhadapnya

Abu Mush`ab, Ahmad bin Abi Bakr Az-Zuhry berkata: "Muhammad bin Isma`il
bagi kami lebih faqih dan lebih ahli dalam hadits dari Ahmad bin Hanbal". Maka sesorang
dari teman duduknya berkata: "Kamu terlalu berlebihan!". Abu Mush`ab-pun menjawab:
"Jika kamu satu zaman dengan Al Imam Malik dan kamu melihat wajahnya dan wajah
Muhammad bin Isma`il maka kamu akan mengatakan mereka berdua sama dalam ilmu
hadits dan fiqh".
Qutaibah bin Sa`id pernah berkata: "Aku sering hadir di majelisnya para fuqoha
dan ahli zuhud serta ahli ibadah, Dan saya tidak pernah melihat semenjak saya berakal,
orang yang seperti Muhammad bin Isma`il. Ia pada zamannya seperti Umar bin Al Khattab
di tengah para sahabat". Dari Qutaibah juga, ia berkata: "Jikalau Muhammad bin Isma`il
ada dikalangan sahabat, ia juga akan menjadi tanda kebesaran Allah yang hebat".
Qutaibah pernah ditanya tentang hukum talaknya seseorang yang sedang
mabuk. Tiba-tiba Muhammad bin Isma`il datang. Langsung Qutaibah berkata kepada
orang yang bertanya tersebut: "Inilah Ahmad bin Hanbal, Ishaq bin Rahawaih dan `Ali bin
Al-Madini telah Allah datangkan kepada-mu untuk menjawab pertanyaan-mu". Sambil
menunjuk kepada Al Bukhari.
Hasyid bin Isma`il berkata: "Saya pernah melihat Ishaq bin Rahawaih sedang di
atas mimbar dan Muhammad bin Isma`il sedang duduk bersamanya. Saya lihat ketika
Ishaq sedang membacakan suatu hadits, tiba-tiba Muhammad mengingkarinya. Maka
Ishaq langsung menarik ucapannya kembali. Kemudian ia berkata: "Wahai para ahli
hadits. Lihatlah pemuda ini, tulislah hadits darinya. Sesungguhnya jika ia berada di zaman
Al-Hasan bin Abil Hasan Al-Bashri pasti (Al-Bashri) akan memerlukannya karena besarnya
kapasitas ilmu hadits dan fiqh-nya".
Al Bukhari pernah berkata: "Murid-murid `Amr bin `Ali Al-Fallas pernah
mengulangi suatu hadits denganku. Saya berkata: "Saya tidak tahu hadits ini". Mereka-pun
senang dengan hal itu (yaitu tatkala Al Bukhari tidak mengetahui suatu hadits). Ketika
9
mereka pulang kepada `Amr bin `Ali dan berkata: "Tadi kami menyebutkan suatu hadits
yang Muhammad bin Isma`il tidak mengetahuinya!". `Amr-pun berkata: "Hadits yang
tidak diketahui oleh Muhammad bin Isma`il berarti bukan hadits!".
`Abdullah bin Muhammad Al-Musnady berkata: "Muhammad bin Isma`il
adalah seorang imam. Barangsiapa yang tidak menjadikannya imam maka curigai dia". Al-
Husain bin Muhammad bin `Ubaid yang dikenal dengan Al-`Ajaly berkata: "Saya belum
pernah melihat seorang hafidz yang seperti Muhammad bin Isma`il. Betul, Muslim juga
seorang hafidz tapi ia belum mencapai tingkatan Muhammad bin Isma`il".
Abu Ath-Thayyib, Hatim bin Manshur berkata: "Muhammad bin Isma`il adalah
tanda kekuasaan Allah dalam pandangan dan kadar keilmuan".
Abu As-Sahl, Mahmud bin An-Nadhr Al-Faqih berkata: "Saya telah mengunjungi
Bashrah, Syam, Hijaz, dan Kufah. Dan saya juga melihat para ulamanya. Tapi, setiap ada
sebutan Muhammad bin Isma`il selalu mereka agungkan bahkan lebih dari diri mereka
sendiri".
Abu As-Sahl juga berkata: "Saya mendengar hadits lebih dari 30 ulama Mesir.
Mereka semua berkata "Permintaan kami di dunia ini adalah bisa memandang
Muhammad bin Isma`il".
Hamd bin `Abdurrahman Ad-Daghuli berkata: "Pernah penduduk Baghdad
menulis surat kepada Muhammad bin Isma`il Al Bukhari yang berisikan: Kaum muslimin
senantiasa baik selama engkau masih ada di tengah-tengah mereka. Tapi, sungguh
kebaikan akan hilang dengan kepergian dan wafatmu.
Imam dari para imam: Abu Bakr, Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah berkata:
"Tidak ada di bawah langit ini seseorang yang lebih pakar dalam hadits melebihi
Muhammad bin Isma`il".
Abu `Isa At-Tirmidzi berkata: "Aku tidak mengetahui ada yang lebih hebat dalam
ilmu `ilal dan asaaniid dari pada Muhammad bin Isma`il Al Bukhari".
Muslim juga pernah berkata kepadanya langsung: "Saya bersaksi bahwa tidak
ada di muka bumi yang seperti dirimu".
10
Yahya bin Muhammad bin Sha`id setiap disebut nama Al Bukhari berkata: "Ia
layaknya kambing yang selalu menyerang dengan tanduknya".
Abu `Amr Al-Khaffaf berkata: "Saya mengambil hadits dari orang yang bertakwa
dan suci, seorang `alim yang tidak pernah aku lihat sepertinya: Muhammad bin Isma`il". Ia
juga berkata: "Dia lebih pakar dalam hadits dari Ahmad, Ishaq dan lainnya 20 kali lipat.
Barangsiapa yang mengatakan sesuatu (buruk) tentangnya maka saya melaknatnya seribu
kali". Ia juga berkata: "Seandainya ia masuk lewat pintu ini tiba-tiba dan saya dalam
keadaan ini, pasti saya akan ketakutan (dari kharismanya)".
`Abdullah bin Hammad Al-Ably berkata: "Saya sungguh berangan-angan
menjadi sehelai rambut di tubuh Muhammad bin Isma`il".
Musa bin Harun Al-HammAl-Hafidz Al-Baghdady berkata: "Menurutku jika
umat Islam bekerja sama untuk menciptakan seorang seperti Muhammad bin Isma`il,
niscaya mereka tidak akan mampu melakukannya".
Al-Hafidz Abul `Abbas, Ahmad bin Muhammad bin Sa`id bin `Uqdah berkata:
"Seandainya ada seseorang yang menulis 30 ribu hadits, pasti ia akan membutuhkan kitab
"At-Tarikh" karya Muhammad bin Isma`il".
Al-Hakim Abu Ahmad menuturkan di dalam "Al-Kuna": "Ia (Al Bukhari) adalah
seorang imam dalam bidang ilmu hadits dan pengumpulan-nya. Jika saya katakan bahwa
saya belum pernah melihat karangan seseorang yang lebih hebat dan lebih baik dari
karangannya, maka akan saya katakan".
Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata: "Seandainya dibukakan pintu bagi para imam
setelahnya untuk memuji beliau, niscaya kertas-kertas akan habis dan tenaga akan sirna
(dalam hal ini). Dia Sang lautan yang tak bertepi". Kemudian beliau berkata: "Setelah
disebutkan pujian-pujian dari para guru beliau untuk beliau, maka apresiasi ulama yang
datang setelahnya sudah tidak diperlukan lagi. Sebab, mereka (para guru) telah
memujinya atas apa yang mereka lihat dan ketahui langsung. Lain halnya dengan para
penerus; pujian mereka bersandar dari berita dan cerita saja. Kedua hal ini sangat berbeda.
Dan "yang melihat langsung" tidak seperti "yang hanya mendengar".
11
Kabar Bukti Kekuatan Hafalan, Kehebatan logika, dan Ketelitiannya dalam
menemukan `ilal (materi perusak hadits yang tersembunyi).

Abu Ahmad bin `Ady Al-Hafidz berkata: "Saya mendengar beberapa masyaikh
Baghdad berkata: "Sesungguhnya Muhammad bin Isma`il Al Bukhari akan datang ke
Baghdad". Ketika para ahli hadits mengetahuinya mereka berkumpul untuk menguji daya
kekuatan memori dan hafalannya. Mereka menyiapkan seratus hadits yang mereka
manipulasi matan dan sanad-nya; dijadikan matan suatu hadits dengan sanad hadits yang
lain dan sanad suatu hadits dengan matan yang lain. Dan mereka serahkan kepada
sepuluh orang yang setiap orangnya mendapatkan sepuluh hadits (yang teracak). Para
ulama memerintahkan mereka nanti ketika Al Bukhari duduk untuk menyampaikan
sepuluh hadits tersebut kepada Al Bukhari. Akhirnya setelah diambil kesepakatan waktu
berkumpul dengan Bukhari. Dan hadirlah pada waktu tersebut semua ulama dan sepuluh
orang tersebut juga datang orang-orang dari luar kota; dari Khurasan dan lain-nya. Ketika
forum tersebut tenang. Salah seorang dari yang sepuluh itu mulai bertanya kepada Imam
Bukhari dengan satu hadits yang disiapkan. Al Bukhari berkata: "Saya tidak tahu hadits
itu". Majelis berlangsung seperti itu, dibacakan satu-persatu haditst-haditsnya sedangkan
Imam Bukhari hanya menjawab: "Saya tidak tahu hadits tersebut". Disaat tersebut
sebagian ulama menoleh kepada ulama yang lain dan berbisik "Dia sudah menyadari ujian
kita". Sedangkan orang-orang yang tidak memahami bahwa ini adalah ujian akan
mengatakan Al Bukhari payah dan hafalannya lemah. Begitulah hingga orang pertama
selesai menanyakan sepuluh hadits (terbalik) tersebut. Dilanjutkan dengan orang kedua
dan seterusnya. Al Bukhari tidak merubah jawabannya "Saya tidak tahu hadits tersebut".
Hal ini berlanjut hingga selesai kesepuluh orang menyampaikan semua haditsnya
sedangkan Al Bukhari masih sama jawabannya. Setelah semuanya selesai, Al Imam Al
Bukhari menghadap kepada orang pertama dan berkata: "Adapun hadits-mu yang
pertama: kamu katakan seperti ini (disebutkan kembali hadits-nya), itu salah, yang benar
adalah seperti ini (disebutkan jalur yang benar)". Begitu pula dengan hadits yang kedua
12
dan koreksinya. Kemudian yang ketiga, keempat, dan seterusnya dengan berurutan
hingga kesepuluh. Ia kembalikan setiap matan kepada sanad-nya yang asli dan setiap
sanad dikembalikan kepada matan-nya yang asli. Ia lakukan hal yang sama kepada
sembilan orang sisanya. Semua orang-pun terperanjat kagum dan mengakui
kehebatannya. Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata: "Dari sini mereka tunduk dengan Al Bukhari.
Sungguh yang menakjubkan bukanlah ketika beliau mengembalikan kesalahan kepada
yang asli; karena memang beliau seorang hafidz. Akan tetapi yang menakjubkan adalah,
ketika beliau menghafal (jalur) yang salah urutan penyampaiannya dengan sekali
mendengar".
Muhammad bin Hamdawaih berkata: "Saya mendengar Al Bukhari berkata:
"Saya hafal 100 ribu hadits shahih dan 100 ribu hadits tidak shahih".
Warraaq Al Bukhari berkata: "Saya pernah mendengar Al Imam Al Bukhari
berkata: "Saya tidak tidur semalam hingga selesai menghitung berapa hadits yang
kucantumkan dalam karangan-karangan saya. Dan saya dapatkan sekitar 200 ribu hadits".
Dan saya pernah katakan kepadanya ketika beliau sedang sendiri: "Apa ada obat untuk
menguatkan hafalan?". Ia berkata: "Saya tidak tahu". Kemudian ia menghampiri saya dan
berkata: "Saya tidak tahu ada obat yang lebih manjur dalam menguatkan hafalan melebihi
obsesi seseorang (dalam ilmu) dan terus-menerus berfikir".
Al Bukhari berkata: "Saya menetap di Madinah setelah menunaikan haji pada
suatu tahun untuk menulis hadits. Dan saya menetap di Bashrah lima tahun bersama
kitab-kitab saya: mengarang, ibadah haji, dan kembali dari Mekkah ke Bashrah". Beliau
berkata: "Dan saya mengharapkan Allah ta`ala memberi keberkahan bagi kaum muslimin
dengan karangan-karangan saya".

Karya-karya Al Imam Al Bukhari dan Para Periwayat yang meriwayatkan hadits dari-
nya

13
Al-Jami` As-shahih, Al-Adabul Mufrad, Raf`ul Yadain fish-shalah, Al-Qira`ah
khalfal imam, Birrul walidain, At-Tarikh Al-Kabir, At-Tarikh Al-Ausath, At-Tarikh Ash-
Shagir, Khalqu af`alil `ibad, Adh-Dhu`afa, Al-Jami` Al-Kabir, Al-Musnad Al-Kabir, At-
Tafsirul Kabir, Kitabul Asyribah, Kitabul Hibah, Asamish shahabah, Al-Mabshut, Al-`Ilal,
Al-Kuna, Al-Fawaid, dan lain-lain.
Diantara yang mengambil riwayat darinya dari para guru-nya: `Abdullah bin
Muhammad Al-Musnadi, `Abdullah bin Munir, Ishaq bin Ahmad As-Sarmari, Muhammad
bin Khalaf bin Qutaibah dan lainnya. Diantara teman setingkat-nya: Abu Zur`ah, Abu
Hatim Ar-Raziyan, Ibrahim Al-Harbi, Abu Bakr bin Abil `Ashim, Musa bin Harun Al-Jammal,
Muhammad bin `Abdullah bin Mathin, Ishaq bin Ahmad bin Yarak Al-Farisi, Muhammad
bin Qutaibah Al Bukhari, Abu Bakr Al-A`yun. Dan lapisan para pembesar huffadz yang
mengambil riwayat darinya diantaranya: Shaleh bin Muhammad yang dijuluki "Jazrah",
Muslim bin Al-Hajjaj, Abul Fadhl Ahmad bin Salamah, Abu Bakr bin Ishaq bin Khuzaimah,
Muhammad bin Nashr Al-Mirwazi, Abu `Abdurrahman An-Nasa`I, Abu `Isa At-Tirmidzi
yang menjadi murid dan banyak merujuk kepada-nya. `Umar bin Muhammad Al-Bahiri,
Abu Bakr bin Abid Dunya, Abu Bakr Al-Bazzar, Husain bin Muhammad Al-Qubbani,
Ya`qub bin Yusuf bin Al-Akhram, `Abdullah bin Muhammad bin Najiyah, Sahl bin
Syazwiah Al Bukhari,`Ubaidullah bin Washil, Al-Qosim bin Zakariyya Al-Mutharriz, Abu
Quraisy Muhammad bin Jum`ah, Muhammad bin Muhammad bin Sulaiman Al-Baghandi,
Ibrahim bin Musa Al-Juwairi, `Ali bin Al-`Abbas At-Tabi`I, Abu Hamid Al-A`amasyi, Abu
Bakr Ahmad bin Muhammad bin Shadaqah Al-Baghdadi, Ishaq bin Dawud Ash-Shawwaf,
Hasyid bin Isma`il Al Bukhari, Muhammad bin `Abdullah bin Al-Junaid, Muhammad bin
Musa An-Nahartiry, Ja`far bin Muhammad An-Naisabury, Abu Bakr bin Abi Dawud, Abul
Qasim Al-Baghawi, Abu Muhammad bin Sha`id, Muhammad bin Harun Al-Khadrami, Al-
Husain bin Isma`il Al-Mahamily Al-Baghdady, orang yang terakhir mendengar riwayatnya
di Baghdad.

Wafatnya
14
`Abdul Quddus bin `Abdul Jabbar berkata: "Al Bukhari keluar ke "Khartanak"
sebuah desa di Samarqand yang di sana ada beberapa kerabatnya. Beliau menetap di sana.
Saya pernah suatu malam mendengarnya setelah shalat malam meminta dalam doa-nya:
"Wahai Allah, sungguh bumi yang luas ini terasa sempit bagiku, maka ambillah jiwaku".
Kemudian tidak berlangsung satu bulan hingga beliau wafat".
Muhammad bin Abi Hatim Al-Warraq berkata: "Saya mendengar Ghalib bin
Jibril pemilik rumah singgah Al Imam Al Bukhaei di Khartanak berkata: “Bahwa beberapa
hari setelah Al Imam Al Bukhari tinggal, beliau jatuh sakit. Hingga datang utusan dari
penduduk Samarqand yang memintanya menemui mereka. Maka Al Imam Al Bukhari-
pun menyetujuinya. Beliau bersiap-siap berkendara: memakai khuf dan imamah-nya.
Baru beberapa langkah sekitar dua puluh langkah ke arah tunggangannya (ia terjatuh).
Saya yang saat itu memegang bahunya. Beliau berkata: "Lepaskan saya, saya sudah
lemah". Maka kami biarkan beliau dan beliau berdoa dengan beberapa doa. Beliau
berbaring beberapa saat hingga keringatnya berkucuran banyak dan kemudian
melepaskan jiwanya ke hadirat Allah. Beliau sebelumnya sudah mewasiatkan kami :
"Kafankan saya dalam 2 helai kain kafan tanpa gamis dan imamah". Maka kami
laksanakan wasiatnya setelah wafatnya. Dan setelah kami kafankan, shalatkan, dan kami
kuburkan beliau, tercium harum semerbak dari tanah kuburan beliau seperti wangi
minyak kasturi. Ini berlangsung berhari-hari. Orang-orang-pun silih berganti mendatangi
makam beliau selama beberapa hari dan mengambil berkah dari tanah tersebut hingga
kami buat pagar dari kayu".
`Abdul Wahid bin Adam Ath-Thawawisi berkata: "Saya bermimpi melihat
Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wa shahbihi wa sallam bersamanya sekumpulan
shahabat. Beliau sedang berdiri di suatu tempat. Maka saya menyalami Beliau dan Beliau
menjawabnya. Saya bertanya: "Wahai Rasulullah, kenapa engkau berdiri disini?" Beliau
menjawab: "Saya sedang menunggu Muhammad bin Isma`il". Beberapa hari setelah
mimpi tersebut sampailah kepada saya kabar duka wafatnya Al Imam Al Bukhari. Saya
15
telusuri, ternyata beliau wafat tepat sewaktu saya bermimpi Rasulullah shallallahu `alaihi
wa alihi wa shahbihi wa sallam".
Mahib bin Sulaim berkata: "Wafatnya terjadi pada malam sabtu. Malam `Idul
fitri tahun 256 Hijriah. Dalam umur 62 tahun kurang 13 hari". Semoga Allah meliputinya
dengan rahmat-Nya. Amiin.

16
Sekelumit Tentang Shahih Al Bukhari

Keutamaan-keutamaan Al-Jami` Ash-Shahih

Muhammad bin Isma`il Al Bukhari berkata: "Saya tidak mencantumkan satu


hadits dalam kitab Ash-Shahih melainkan setelah saya mandi dan shalat dua raka`at". Al
Bukhari juga berkata: "Saya mengarang Al-Jami` (sebagai intisari) dari 600 ribu hadits
dalam waktu 16 tahun dan saya jadikan (kitab tersebut) sebagai hujjah antara diri saya
dengan Allah". Ia berkata juga: "Saya tulis kitabku Al-Jami` di Masjidil Haram, dan tidak lah
saya mencantumkan satu hadits ke dalamnya melainkan setelah saya istikharah kepada
Allah ta`ala, shalat dua raka`at, dan yakin atas ke-shahihan-nya".
Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata bahwa beliau memulai penulisan kitab dan
penyusunan isi dan babnya di Masjidil Haram. Kemudian beliau teruskan pencantuman
hadits-hadits di negeri-nya setelah itu. Hal ini bisa difahami dari perkataan-nya bahwa
beliau menulisnya dalam kurun waktu 16 tahun. Karena beliau tidak tinggal di Mekkah
selama itu. Diriwayatkan bahwa Al Bukhari memindahkan judul-judul kitab Jami`nya
diantara pusara dan mimbar Rasulullah. Beliau shalat setiap selesai satu judul bab. Saya
(Ibnu Hajar) berkata: "Hal ini tidak menutup kemungkinan kebenaran yang sudah
dijelaskan; yaitu beliau di waktu pertama hanya menulis catatan pertama dan di sini
(Raudhah) beliau memindahkannya kecatatan terakhir-nya".
Muhammad bin Hatim Warraq Al Bukhari berkata: "Saya melihat Al Bukhari
dalam mimpi, beliau berada di belakang Nabi shallallahu `alaihi wa sallam yang sedang
berjalan. Setiap kali Nabi shallallahu `alaihi wa sallam mengangkat langkah kaki-nya Abu
`Abdillah (Al Imam Al Bukhari) meletakkan kaki-nya di tempat tersebut".
Najm bin Fudhail (dia termasuk ahli pemahaman) berkata: "Saya pernah
bermimpi melihat Nabi shallallahu `alaihi wa sallam keluar dari kubur Beliau dan Al
Bukhari berjalan dibelakangnya. Dan setiap Nabi shallallahu `alaihi wa sallam melangkah

17
satu langkah, Muhammad juga melangkah dan meletakkan langkahnya persis dibekas
langkah Nabi shallallahu `alaihi wa sallam".
Al-Farbari berkata: "Saya melihat Nabi shallallahu `alaihi wa sallam dalam tidur.
Beliau berkata dalam mimpiku: "Kamu mau kemana?" Maka saya jawab: "Saya mau pergi
ke tempat Muhammad bin Isma`il". Maka beliau berkata: "Sampaikan salamku
kepadanya".
Abu Zaid Al-Mirwazi berkata: "Ketika saya tidur antara rukun dan maqam, saya
melihat Nabi shallallahu `alaihi wa sallam berkata dalam mimpi kepada saya: "Wahai Aba
Zaid, sampai kapan kamu mempelajari kitab Asy-Syafi`i tapi kamu tidak mempelajari
kitabku!?". Saya-pun kaget dan berkata: "Apakah kitabmu wahai Rasulullah!?" Beliau
berkata: "Jami` Muhammad bin Isma`il".

18
Sekelumit Tentang As-Saadah Al-`Alawiyyin Dan Thariqah Mereka

As-Saadah Al-`Alawiyyin adalah keturunan Imam Al-`Arif billah Asy-Syarif


`Alawi bin `Ubaidillah bin Al Imam Ahmad Al-Muhajir bin `Isa Ar-Rumi bin Muhammad
An-Naqib bin `Ali Al-`Uraidhi bin Ja`far Ash-Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin `Ali
Zainal `Abidin bin Asy-Syahid As-Sibth Al-Husain bin `Ali bin Abi Thalib, suami Fathimah
Az-Zahra Al-Batuul binti Ar-Rasul Muhammad shallallahu `alaihi wa sallam.
Sang datuk yang bernama Al Imam Ahmad Al-Muhajir bin `Isa berhijrah dari
kota Bashrah menyelamatkan diri dan keturunanannya dari tersebar-nya bid`ah dan
fitnah dengan membawa agama Islam yang murni dari kontaminasi. Sehingga Allah
bukakan hati-nya untuk menuju ke Hadramaut setelah beliau keluar dari `Iraq dan
menetap sementara di Haramain Syarifain (Mekkah dan Madinah). Beliau akhirnya
menetap di Hadramaut; menyebarkan sunnah dan memberantas bid`ah. Perjuangan ini
dilanjutkan oleh anak-anak dan keturunan-nya; mereka terus berjuang dalam
menegakkan agama dan mengajarkan ilmu kepada orang-orang yang tidak memahami
agama, hingga Hadramaut menjadi tanah Sunnah setelah sebelumnya dipenuhi bid`ah.
Hadramaut menjadi bumi para wali, shalihin, dan ulama. Dari keturunan beliau muncul
generasi demi generasi yang melahirkan para imam, auliya, shalihin, dan para ahli taqwa.
Ada yang menjadi para huffadz, muhaddits dari keturunan Jadid bin `Ubaidillah, Bashri bin
`Ubaidillah bin Al-Muhajir. Kemudian keturunan dari mereka berdua punah. Tetapi
keturunan `Alawi bin `Ubaidillah bin Al-Muhajir tetap berkembang. Muncul-lah Asy-
Syekh `Ali bin `Alawi Khali` Qasam, kemudian anaknya Muhammad Shahib Mirbath, dan
dilanjutkan oleh Syaikh para syuyukh, Imam para imam, sang perintis thariqah: Al-
Ustadzul A`adzom Al-Faqihul Muqaddam: Muhammad bin `Ali Ba`alawi. Kemudian lahir
juga setelah mereka dari Bani `Alawi seperti Asy-Syekh `Abdullah Ba`alawi, Asy-Syekh
Muhammad Maula Ad-Dawilah, Asy-Syekh `Abdurrahman Asseggaf, Asy-Syekh
Muhammad bin `Alawi yang terkenal dengan julukan (Shahibul `Amaim) Asy-Syekh
Muhammad bin `Ali Maula `Aidid, Asy-Syekh Muhammad bin Hasan Jamalullail, Asy-
19
Syekh `Umar Al-Muhdar, Asy-Syekh Abi Bakr As-Sakran, Asy-Syekh Al-Akbar `Abdullah
bin Abi Bakr Al-`Aidarus, dan anaknya: Asy-Syekh Abi Bakr Al-`Adni bin `Abdullah Al-
`Aidarus. Juga lahir setelah mereka para ulama yang tak terhitung, generasi demi generasi
yang menyebar di bumi Allah dan seantero dunia. Menebarkan Islam dengan kasih
sayang, rahmat, akhlak mulia, dan menampakkan keindahan Islam hingga banyak yang
memeluk agama Islam dari penduduk Asia Timur (tenggara), Afrika, India, dan lainnya.
Semoga Allah meridhoi mereka dan dijadikan surga tempat mereka. Dan semoga Allah
membalas jasa mereka atas Islam dan muslimin dengan kebaikan.
As-Saadah Al-`Alawiyyin juga memiliki sebuah thariqah (tarekat) yang mereka
tempuh untuk menggapai keridhoan Allah. Thariqah Bani Alawi banyak di jelaskan di
dalam kitab dan karya-karya mereka. Bisa di lihat dari ucapan petuah mereka ataupun
perbuatan, riwayat hidup, dan biografi mereka.
Dan kami persembahkan bagi para pembaca sekelumit dari hal tersebut: Guru
kami Al-`Allamah Al-Faqih Al-Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith didalam kitab-nya "Al-
Manjahus Sawi" berkata: Tatkala saya membaca ucapan-ucapan junjungan kita, imam
para 'arifbillah dan teladan para salik, Al Habib Ahmad bin Zain Al-Habsyi -semoga Allah
memberi manfaat kepada kita dengan keberkahannya dan keberkahan semua salaf saleh-
pada penjelasan beliau tentang Thariqah Sâdah Ba 'Alawi, "Tharigah Sadah Ba Alawi
adalah ilmu, amal, wara' (kehati-hatian), khauf (takut) kepada Allah, dan ikhlas kepada-
Nya." Sayyidina Al-Imam Idrus bin Umar Al Habsyi yang mengutipnya dalam kitabnya, Igd
Al-Yawágit Al-Jauhariyyah,."
Kemudian Guru kami Al Habib Zain mengatakan, Dengan mengakui
kelemahan, kekurangan, kebodohan, dan tidak adanya kesiapsediaan pada diri saya, ingin
mendorong sau- dara-saudara saya dari kalangan Ahlulbait khususnya dan kaum
mukminin pada umumnya, untuk berpegang dengan thariqah para Sâdah yang
mendapatkan petunjuk dan para imam yang menjadi panutan. Semoga Allah memberi
manfaat kepada kita dan mereka dalam urusan dunia maupun agama. Sayyidina Al-Imam

20
Quthb Al-Irsyåd wa Ghauts Al-'Ibâd wa Al-Bilad, Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad
mengatakan mengenai jalan itu:
Kekasihku, apakah ada yang menggembirakan di antara kalian
Untuk menempuh jalan yang hilang dan tersembunyi
Kebanyakan orang tertingal darinya dan berpaling
Karena mengetahui kesulitan dalam melaluinya
Maka, menjadi kewajiban menempatkan kaki-kaki kita di tempat kaki-kaki
mereka dan berjalan sebagaimana mereka berjalan, baik maju maupun mundur. Karena
thariqah mereka dibangun berdasarkan tiga perkara: selalu berpegang kepada Kitabullah,
mengikuti sunnah Rasulullah, dan meneladani para pendahulu dari umat ini. Itulah jalan
lurus yang ditunjukkan dalam firman Allah Ta'ala,
Dan bahwa [yang Kami perintahkan] ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka
ikutilah dia, dan janganlah kalian mengikuti jalan- jalan [yang lain], karena jalan-jalan itu
mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepada
kalian agar kalian bertakwa. (QS. al-An'am: 153).
Abu Al-‘Aliyah berkata, berkenaan dengan firman Allah: Tunjukilah kami jalan
yang lurus. [Yaitu] jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat kepada mereka. (QS. al-
Fatihah: 6-7) bahwa mereka adalah keluarga Rasulullah Saw.
Sayyidina Al-Imam Abdullah Al-Haddad juga mengatakan, "Sesungguhnya
Thariqah Sådah Ba 'Alawi adalah thariqah yang paling lurus dan paling seimbang. Jalan
hidup mereka adalah jalan hidup paling baik dan paling dapat dijadikan teladan. Mereka
berada pada thariqah yang paling dapat dijadikan teladan, cara yang luas, jalan yang
paling jelas, serta jalan yang paling selamat dan paling membahagiakan. Tidak semestinya
kalangan khalaf (yang datang berikutnya) mengambil cara selain dari yang telah
dibiasakan oleh para pendahulu mereka, dan tidak pula berpaling dari thariqah dan jalan
hidup mereka. Karena, thariqah merekalah yang dinyatakan Shahih oleh Kitabullah,
sunnah Rasulullah, atsar, dan jalan hidup para salaf yang sempurna. Mereka menerima itu
dari generasi sebelumnya, ayah menerima dari kakek, dan begitu seterusnya sampai
21
kepada Nabi Saw." Demikian dikutip oleh al- Imam Ali bin Hasan al-Attas dalam kitabnya,
al-Qirthas.
Sayyidina Al-Imam Thâhir bin Husain bin Thâhir dalam wasiatnya mengatakan,
"Sesungguhnya ketakwaan dengan segala kesempurnaan, rincian, dan garis besarnya
telah dituangkan oleh para datuk yang awal dan para salaf saleh, dalam cetakan jalan
hidup mereka yang lurus dan thariqah mereka yang diridhai. Yang merupakan tali yang
kuat, tidak berpegang dengannya kecuali orang yang paling bertakwa kecuali orang yang
paling sengsara. Thariqah tersebut adalah thariqah Rasulullah Saw, dan Khulafaur-
Rasyidin yang terkenal yang kita diperintahkan untuk menggenggamnya dengan kuat.
Sayyidina Al-Imam Idrus bin Umar Al-Habsyi, dalam kumpulan ucapannya yang
terdapat dalam An-Nahr Al-Maurud mengatakan, "Sesungguhnya Thariqah 'Alawiyah
lahiriahnya adalah ilmu-ilmu agama dan amal, sedangkan batiniahnya adalah
mewujudkan maqâmât dan ahwal, adabnya adalah menjaga rahasia dan cemburu
terhadap penyalahgunaannya. Jadi lahiriahnya adalah, sebagaimana yang dijelaskan oleh
Al-Imam Al-Ghazali, berupa ilmu dan beramal menurut cara yang benar. Sedangkan
batiniahnya adalah, seperti yang diterangkan oleh Asy-Syadzili berupa mewujudkan
hakikat dan memurnikan tauhid. Ilmu mereka adalah ilmu orang-orang besar. Ciri khas
mereka adalah menghilangkan bentuk simbol. Mereka memohon kepada Allah dengan
cara mendekatkan diri kepada-Nya dengan segala pendekatan. Mereka melakukan
pengikatan janji, talgin (menuntun bacaan zikir), dan pemakaian khirqah (kopiah atau
jubah untuk pentahbisan ke tharigah), riyadhah (olah rohani), mujahadah (pengorbanan
dalam menundukkan nafsu), dan mengikat persahabatan. Mujahadah mereka yang
terbesar adalah berjuang untuk menyucikan hati dan menyiapkan diri untuk menerima
anugerah-anugerah kedekatan (dengan Allabh) pada jalan kebenaran. Mendekatkan diri
kepada Allah dengan segala pendekatan dalam persahabatan dengan orang-orang yang
mendapat petunjuk. Maka seharusnya dengan kesungguhan dalam menghadapkan diri
ikhlas karena Allah, akan mendapatkan anugerah dari Allah. Dan bersama dengan
keseriusan, pengorbanan, dan pengerahan segala kemampuan akan mendapatkan
22
pembukaan spiritual dari Allah. Allah berfirman, Dan orang-orang yang berjihad untuk
[mencari keridhaan] Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan
Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (QS.
al-Ankabut: 69).
Al-Imam Ahmad bin Hasan al-Attas pernah ditanya tentang pengertian Thariqah
Alawiyah, beliau mengatakan, "Lahiriahnya adalah Ghazaliyyah dan batiniahnya adalah
Syadziliyyah. Artinya, lahiriahnya adalah mengosongkan (melepaskan) diri dari akhlak
tercela dan menghiasi diri dengan akhlak terpuji, sedangkan batiniahnya adalah
penyaksian akan anugerah Allah dari sejalk awal langkahnya." Beliau mengatakan, "Jika
mau, Anda dapat mengatakan, "Thariqah Alawiyah adalah keselamatan dan istiqamah,
pertemuan dan penghadapan, pengosongan dan penghiasan diri, petunjuk dan
ketenangan, penghapusan dan penetapan, usaha yang keras dan penanggungan beban,
atau keselamatan dan penyerahan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Imam
Abdurrahman bin Abdullah Bilfaqih bahwa thariqah tersebut mengikuti nash menurut
cara khusus. Kemudian belau mengatakan bahwa jalan para salaf adalah beramal di
tempat dia harus beramal, meninggalkan di tempat yang harus ditinggalkan, berniat di
tempat dia harus berniat, dan mengungkapkan di tempat dia harus mengungkapkan. Al
Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad mencakup dalam sebuah bait yang diucapkannya,
Berpeganglah selalu pada Kitabullah dan ikutilah sunnah Rasul-Nya
Ikuti petunjuk Allah bagimu dengan teladan jejak salaf
Beliau juga mengatakan, "Thariqah Ahlulbait adalah amal. Mereka tidak
menuntut ilmu kecuali ilmu yang menuntun kepada amal dan untuk menjaga diri mereka.
Sedangkan yang lainnya mereka terima dari limpahan anugerah Allah. Mereka mengambil
ilmu, baik yang muthlaq (tidak terbatas oleh individu dan lingkungan) maupun mugayad
(yang terbatas oleh individu dan lingkungan dari keberadaan takwa. Sebagaimana yang
ditunjukkan dalam firman Allah: Dan bertakwalah kalian kepada Allah, dan Allah
mengajarkan kalian. (Qs. al-Baqarah: 282).

23
Jalinan As-Saadah Al-`Alawiyyin dengan Shahih Al Bukhari

Al-`Allamah Al-Muhaddits An-Nassabah Al-Muarrikh Al-Habib Salim bin


Ahmad bin Jindan berkata di dalam kitab-nya "Raudhatul wildan fi tsabti ibni jindan": "Di
sini perlu kami jelaskan kepada saudaraku muslimin, bahwa Shahih Al Bukhari bagi salaf
kami keluarga Bani `Alawi (baik yang di Hadramaut maupun di tempat hijrah mereka)
memiliki kedudukan yang diagungkan. Mereka dari sejak dahulu menjadikannya rujukan
dan fondasi dalam segala perbuatan dan perkataan mereka. Mereka membangun thariqah
mereka dari kitab tersebut. Dahulu mereka belajar dan mengajarkan kitab ini di masjid-
masjid jami` kota Tarim dengan teliti dan penjabaran.
Al Imam Al-Akbar Asy-Syekh `Ali bin Abi Bakr As-Sakran radhiyallahu `anhu
dahulu pernah membacakannya kepada orang-orang di masa beliau dan
meriwayatkannya dengan sanadnya yang bersambung kepada Muhammad bin Isma`il Al
Bukhari. Beliau memiliki sanad-sanad yang bersambung kepada Al Bukhari secara khusus
yang beliau sebutkan di dalam kitab-nya "Al-Barqah". Beliau juga sudah membacakannya
di depan beberapa gurunya di Hijaz dan Hadramaut dan mendengar beberapa bagian
kitab dari sebagian ulama zamannya.
Kemudian pada abad ke-12 (hijriah), Al-Habib `Alawi bin Ahmad bin Hasan Al-
Haddad, pemilik semangat yang tinggi. Yang karena besar semangatnya, beliau hampir
men-syarahkan Shahih Bukhari ini. Saya mendapatkan kabar bahwa Habib `Abdullah bin
`Ali bin Hasan Al-Haddad rahimahullah berkata bahwa kakeknya yaitu Habib `Alawi telah
mensyarahkan hadits tentang niat dalam beberapa lembaran besar. Dan banyak lagi dari
para As Saadah Al-`Alawiyyin yang mengkhatamkannya setiap tahun, di antaranya Al
Habib Husain bin Muhammad Al-Habsyi dan banyak lagi lainnya".
"Kita telah mengetahui betapa besarnya perhatian Saadah Bani ‘Alawi dalam
pembacaan Ash-Shahih dan menghafal hadits-hadits serta menyebutkan sanadnya,
ditambah lagi tidak ada diantara mereka yang semenjak dahulu hingga sekarang,
mengkritik Al Bukhari atau kitabnya. Bahkan mereka mengambil keberkahan dalam
24
pembacaannya baik secara riwayat dengan mudarasah cepat pada siang dan malam, baik
pemuda maupun orang tua. Sampai para awam juga mendapatkan bagian mereka dalam
pembacaan Shahih untuk ber-tabarruk hingga zaman kini". [selesai penukilan]. Kemudian
beliau (Al Habib Salim) juga berkata: "Semoga Allah memberikan kita adab terhadap salaf
shalihin. Diberikan peneladanan kepada mereka dan wafat di atas thariqah mereka serta
ditutup usia kita dengan iman. Wallahu waliyyut taufiq. [Selesai penukilan dengan sedikit
perubahan].
Al-Habib Salim bin Ahmad bin Jindan juga berkata ditempat lain di kitabnya
"Raudhatul wildan" ketika menyebutkan sanadnya kepada Al Imam Al Bukhari dari guru-
gurunya: "Adalah guru kami: ‘Umar bin Hamdan bin `Umar bin Hamdan Al-Mahrisi Al-
Maghribi Al-Jazairi, seorang muhaddits hijaz hingga sekarang (zaman Habib Salim). Ia
mengambil sanad dari As Sayyid Falih bin Muhammad Adz-Dzahiri yang tadi saya
sebutkan. Kemudian yang mengambil sanad dari beliau (As Sayyid Falih bin Muhammad
Adz-Dzahiri) juga lebih dari satu orang dari guru-guru kami. Seperti Ash-Shiddiqi Al-Hindi,
`Umar Ba-Junaid, Muhammad bin `Abdurrahman bin Hasyim Al-Baar, dan paman saya:
`Abdullah bin Salim bin Shalih bin Jindan. Yang tinggal di Mekkah dan wafat di Oman pada
tahun 1341 Hijriyah. Juga `Abdul Hafidz Al-Fihri, `Abdul Hayy Al-Kattani, dan banyak
selain mereka. Dan yang juga ikut membaca kepada As Sayyid Falih: guru kami `Umar bin
Hamdan tersebut. Ia membaca Shahih Imam Muhammad Al Bukhari dari awal sampai
akhir di beberapa tempat.
Dan juga kebetulan, As Sayyid Falih Adz-Dzahiri ini pernah dipanggil secara
resmi oleh Sultan `Abdul Hamid ke Istana. Maka As Sayyid Falih mendatanginya pada
tahun 1330 Hijriyah. Sultan memintanya membacakan kepadanya Shahih Imam
Muhammad Al Bukhari didalam istana kerajaannya. Dan juga telah hadir bersamanya
para tamu mulia: Ash-Shadrul A`adzam, Syaikhul Islam, Qadhil qudhah, dan para
pembesar kementrian dan ulama. As-Sayyid `Ali bin Falih berkata kepada saya dan ia
termasuk yang hadir bersama ayahnya bahwa setelah khatam Ash-Shahih tatkala ia
membacakan haditsul jalalah di akhir kitab: yaitu yang berbunyi "Dua kata yang ringan
25
dilisan, berat di mizan, dicintai oleh Ar-Rahman: [Subhanallahi wa bihamdihi,
Subhanallahil `adzim]". Maka As Sayyid Falih membacakannya dengan suara keras hingga
para hadirin juga mengikutinya. Ia pun mengulanginya hingga sepuluh atau dua puluh
kali. Pada saat itu, Sultan `Abdul Hamid berada di sebelah As Sayyid Falih yang juga ikut
membacanya dengan suara pelan. Memperhatikan hal ini, As Sayyid Falih tiba-tiba
memegang pundak Sultan `Abdul Hamid dan menggerakkannya dengan kuat seraya
berkata: "Angkat suaramu Wahai Amirul Mu`minin!! Sesungguhnya ini adalah di antara
syi`ar Allah yang terbesar!!". Setelah mendengarnya Sultan-pun mengangkat suarannya
dengan keras. Ia membaca tahlil dan menggerakkan kepala dan tubuhnya". [selesai].
Guru kami Syekh `Umar bin Hamdan Al-Jazairi pernah mengatakan: "Saya
pernah membaca kitab Shahih ini kepada As Sayyid Falih lebih dari sekali. Dan saya
membaca di hadapan-nya di Raudhah An-Nabawiyah antara mimbar dan pusara
Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam. Maka saya (Al habib Salim) katakan: Saya
mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah bahwa saya telah membaca awal-awal Shahih
Bukhari dan Muslim kepada guru kami Al-Jazairi tersebut di Mekkah Mukarramah di
dalam Ka`bah untuk mengambil keberkahan dengan pembacaan saya kepadanya. Yaitu
pada malam jum`at antara maghrib dan `isya, jam tujuh zawaliyah, tanggal 15 bulan
Dzulqo`dah tahun 1349 hijriyah (Seribu tiga ratus empat puluh sembilan). Kemudian
setelah selesai pembacaan, saya meminta kepada Allah dengan permintaan yang banyak
untuk diri saya. Di antaranya agar Allah memberikan kami dan keturunan setelah kami
husnul khatimah, bagian yang besar dari ilmu agama, panjang umur, berbakti kepada
orang tua, ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, peneladanan yang baik kepada para salaf
kami keluarga Bani `Alawi, Dan wafat atas Iman, Islam, dan atas jalan yang ditempuh Al-
Faqih Al-Muqaddam. Saya juga meminta kepada Allah agar menjadikan saya seorang
penceramah dan muhaddits, memberikan saya dan anak-anak saya ilmu yang
bermanfaat, amal ibadah yang diterima, ketenangan dalam hidup dan keselamatan
setelah kematian, keluasan rezeki, dimudahkan segala hajat, dilancarkan segala urusan,
diangkat semua bala penyakit (baik yang fisik maupun yang ma`nawi) , dan permintaan
26
lain-nya yang saya perlukan. Kemudian saya menoleh ke arah guru saya Al-Jazairi
tersebut. Saya memohonnya untuk mendoakan saya, ibu ayah, anak-anak, saudara saya
beserta anak keturunan mereka, juga semua kerabat dan keluarga saya. Dan semua para
Bani `Alawi dan Ahlul bait agar diberikan hidayah, taufiq, istiqomah, dan pertolongan atas
musuh. Dan sebagainya. Maka kemudian Asy Syaikh mengangkat tangannya ke atas dan
berdiri mendoakan kami dan dirinya serta anak-anak beliau. Saya mengucapkan amin atas
segala doanya dari belakangnya antara dua tiang dalam Ka`bah yang mulia.
[Faidah] Sayyidi Ahmad bin Zaini Dahlan -rahimahullah memiliki doa khusus
untuk khatam Al Bukhari yang dibaca setelah pembacaan Ash-Shahih setelah hadits
"Kalimatani khafifatani". Yang mana doa tersebut dicetak di Mesir dicantumkan di akhir
kitab "Al-Maslakul Qarib" karya Al Habib Thahir bin Husain bin Thahir Ba`alawi tahun
1318 hijriyyah. Dan para Saadah `Alawi selalu membacanya. Tidak pantas bagi pecinta
hadits dan pembaca Ash-Shahih meninggalkan-nya selepas khatam. Ini adalah doa yang
masyhur, sarat keberkahan, dan mujarab dikabulkan bagi yang memiliki keyakinan
kepada kitab tersebut dan pengarangnya. rahimahullahu ta`ala- Wallahu a`lam.
Guru kami, Al-`Alim Al-Ushuli Muhammad `Ali bin Husain bin Ibrahim Al-Maliki
mengkhatamkan Shahih Imam Muhammad Al Bukhari di bulan Ramadhan. Dan beliau
menceritakan tentang saudaranya Al-`Allamah Muhammad `Abid, Mufti Malikiyah,
bahwasanya dia dahulu pernah melakukan hal yang sama. Kakeknya, Imam Ibrahim Al-
Maliki Al-Mishri dulu pernah memerintahkan Shahih untuk ditulis terbagi dalam 30 juz.
Setiap satu juz dibaca setiap hari di bulan Ramadhan dan dikhatamkan semuanya pada
malam `ied. Dan hal ini juga banyak dilakukan oleh Saadatuna `Alawiyyin baik yang di
Hadramaut maupun yang di tempat hijrah mereka. Di antaranya adalah:
• Al Imam Asy Syekh `Ali bin Abi Bakr As-Sakran
• Al Imam Al Muhaddits `Abdul Qadir bin Syekh Al-`Aidarus (Yang singgah di India)
• Al Imam Al-Musnid Syaikh bin `Abdullah bin Syaikh bin Al-Quthb `Abdullah Al-
`Aidarus (Yang singgah di Ahmadabad)

27
• Al Imam Nashiruddin bin Ahmad bin Asy Syaikh Abi Bakr bin Salim (Shahib I`nat)
• Kakek saya: Al Imam `Abdullah bin Syaikhan bin Asy Syaikh Abi Bakr bin Salim.

Ditambah lagi, banyak di antara mereka yang hafal Ash-Shahih di luar kepala.
Di antaranya adalah datuk saya: Al Imam Al-Hadi bin `Abdillah bin `Umar bin `Abdillah bin
Syaikhan bin Asy-Syekh Abi Bakr bin Salim (Tinggal di India). Juga dihafal oleh As Sayyid
Ahmad bin Muhammad Syarif Al-Maqbul Al-Ahdal, Ahmad bin Muhammad Al-Banna Ad-
Dimyathi, Muhammad bin Ahmad Al-Hudaili At-Tarimi, Al-Qodhi Muhammad bin
Mas`ud Abu Syukail Al-Anshari (Qodhi `Aden). Dan sebagian lagi menghafal sebagian
kitab Ash-Shahih. Saya temukan dalam tulisan datuk kami Musthafa bin `Ali bahwa kakek-
nya `Ali bin Ahmad bin `Ali bin Ahmad ibn Al Husain bin Asy-Syekh termasuk yang hafal
setengah dari Shahih Al Bukhari. Juga dikatakan bahwa Sulthan Badr bin Thuwairiq Al-
Katsiri termasuk di antara sultan yang saleh, ia hafal seperempat Shahih Al Bukhari. Juga
diceritakan bahwa Sultan `Abdul Hamid Khan telah hafal sebagian besar hadits-hadits
Shahih Al Bukhari. Ia begitu perhatian dengan Shahih ini hingga mencetaknya dengan
biaya dari kantong pribadinya. Hal ini diabadikan oleh Al-`Allamah Sulaiman Al-`Abd
dengan gubahan qashidah:
Jika dirimu mengharap qobul dan derajat tinggi
Maka berpegang teguhlah dengan Shahih Al Bukhari sehingga kamu akan dimuliakan
dengan kemuliaan yang agung abadi.

Pujilah Amirul mu`minin yang kemuliaannya adalah kemuliaan yang luas.


Ia mengokohkan syariat di tengah ummat dan senantiasa kokoh berdiri.

Menghidupkan sunnah Rasulullah dan ambisinya adalah menebar kebaikan.


Semoga Khalifah hidup dalam keselamatan dan kita mendapatkan nikmat Tuhan yang
senantiasa bertambah.

28
Beliau telah mencetak Shahih Al Bukhari dalam suatu cetakan yang lebih indah dari
mutiara. dan diwakafkan bagi mereka yang ingin menimba dan berbagi ilmu.

Maka saya untaikan tanggalnya dalam satu bait


[Sultan `Abd telah mencetak Bukhari dengan menawan]

(Kata-kata terakhir bila dijumlahkan dalam hisab jummal akan menghasilkan : 81 + 844 +
18 + 201 = 1313 yaitu tahun dicetaknya Shahih Bukhari dengan cetakan yang indah
tersebut)

29
Beberapa Untaian bait sya`ir tentang Al Imam Al Bukhari dan Shahihnya

Quthbud Da`wah Al-`Allamah Al-Habib Ahmad bin `Umar bin Sumaith Asy-
Syibami radhiyallahu `anhu pernah menggubah bait sya`ir tentang kitab Shahih Al
Bukhari. Yaitu:

Hadits Rasulullah ialah pelipur hatiku


Dengannya sirna segala bebanku dan suci jiwaku

Setiap kali waktu mendesakmu dengan kesedihan


Maka kau dapatkan Hadits Rasulullah adalah penghibur segala kesusahan

Dan seseungguhnya kitab yang paling pantas dipelajari


Adalah Kitab Al Bukhari maka lazimkan dan terus ulangi

Dengannya kau mendapatkan cita-cita yang kau harapkan semuanya


Itulah anugerah dari Tuhan Yang Maha Dermawan dan Maha Kuasa

Saya sungguh mengharap dari Allah Tuhanku Yang menciptakan diriku


Berkat Rasulullah agar jiwaku menjadi bersih dan suci

Agar tergapai angan-anganku dalam urusan agama dan dunia


Diampuni dosa dan dihapus kesalahanku

Wasilah terbesar kami kepada Allah adalah


Hamba-Nya Nabi pembawa hidayah, lautan anugerah tak terbatas

Atasnya shalawat Allah berbingkai salam suci


30
Juga atas segenap keluarga dan sahabat pemilik mata hati yang tajam.

Dan saya juga menulis rangkaian bait sya`ir yang sederhana yang saya tulis
untuk memuji kitab Ash-Shahih Imam Al-Muhadditsin Muhammad bin Isma`il Al Bukhari.
Yang saya tulis ditempat saya Al-Fachriyah, Hari jum`at diwaktu dhuha 14 Rajab 1439
hijriah / 30 Maret 2018. Yaitu:

Hadits Rasulullah adalah pelipur lara tatkala kesedihan melanda. Dengannya segala stres
dan kesedihan menjadi sirna.
Apabila seorang pembaca membaca suatu hadits dengan kerinduan dan ketulusannya,
sungguh bagiku lebih manis di dalam hatiku dari susu.
Seakan-akan Taahaa Al Mushthafa Pemimpin manusia sedang berbicara denganku dalam
keadaan hidup, segar, menyampaikan sunnah-sunnahnya.
Akhlaq dan pekertinya dibacakan kepada kami laksana taman bunga yang wangi
semerbaknya sepanjang masa.
Akhlaqnya, sifatnya, pekertinya, nampak bagi kami dalam bentuk yang paling indah.
Ilmu yang luas, rahasia yang dalam, cucuran hikmah, semua itu meluber untuk alam
semesta dari mata air anugerah Allah.

Ketahuilah bahwa sebaik-baiknya karya yang patut untuk senantiasa dibaca dan dikaji
adalah Shahiih Al Bukhari yang sangat dalam lautannya.

Kami memohon kepada Tuhan Yang Kasih SayangNya senantiasa menyebar


kebaikannya, dengan berkat Sang Kekasih Al Mushthafa yang cintanya telah bersemayam
dalam hati,
Berkat para sahabat dan pengikutnya yang terdahulu dalam kesungguhan dan ketulusan,
wahai Tuhan, dengarkan doa kami.
Dengan berkat para periwayat hadits yang mulia aku bertawassul, dan dengan berkat sang
31
Imam Al Bukhari yang menguasai segala ilmu,
Berkat keturunan Nabi yang Allah wajibkan cinta kepada mereka, manusia-manusia suci
keturunan Al Husain dan Al Hasan.
Orang-orang terpercaya, para dai yang dengan sebab mereka Allah tebarkan hidayat
untuk umat manusia. Sungguh mereka adalah manusia-manusia yang telah Allah sucikan
dari segala kotoran.
Dengan berkat kitab Shahiih Al Bukhari aku berdoa kepada Allah dan aku berharap, dan
dengan berkat keluarga Nabi Aal Baa Alawi berikan kami anugerahMu wahai Tuhan.
Dengan berkat kakekku yang telah meraih kemuliaan dengan hafalannya yang luas dan
kuat akan hadits-hadits Nabi Muhammad, alangkah agungnya sang Muhaddits ini, Al
Habib Salim bin Jindan, kebanggaan sepanjang masa.

Wahai Allahku, dengan berkat mereka semua, perbaikilah keadaan dan urusan kami serta
selamatkan kami dari segala fitnah dan cobaan.
Bimbing kami ke jalan kebenaran dan hidayat, perbaiki dzahir dan bathin kami, wahai
Tuhan.
Saat wafat, tutup usia kami dalam Islam, dengan berkat Nabi, berikan kami anugerahMu,
katakanlah kepadaku “mintalah”.
Keabadian bersama orang-orang yang kami cintai di taman surga, di dalam surga Firdaus
di mana Sebaik-baiknya nabi bertempat tinggal.

Shalawat dan salamku semoga tercurah atas Manusia yang hadits-haditsnya adalah ilmu,
ma’rifat dan pelipur lara. Dialah Pemberi syafa’at untuk umat manusia yang senantiasa
kami harapkan kebaikannya, yang dengan berkatnya Tuhan telah memberkahi negeri
Syaam dan negeri Yaman.
Dan semoga tercurah atas keluarga dan para sahabatnya sepanjang Ahmad titisan Bani
Jindan menempuh jalannya menuju kampung halaman.

32
Di Al Hawi, tempat yang menampung segala kebaikan, terdapat taman-taman surga. Di
sana kami mencapai tempat yang tinggi dalam kedekatan kepada Nabi Muhammad sosok
yang terpercaya. Nabi Muhammad yang keanggunannya telah dibeberkan oleh sang
pemimpin hidayah Al Imam Al Bukhari pemilik jasa-jasa yang besar.

Dusun Bani Jindan adalah dusun para kekasih. Anak cucu Nabi di sana senantiasa bersama
Al Qur’an. Hadits-hadits Taahaa di puncak banteng-benteng mereka terlihat jelas dengan
berkat jasa Sang Imam Al Bukhari sosok yang sangat mahal.

Di Rumah Ali (bin Abdur Rahman) Al Habsyi kami mendengar akhlaq dan sejarah indah
sang Kekasih Agung, Al Mujtaba yang memadamkan segala fitnah dan cobaan. Kitab
Shahiih Al Bukhari yang kebaikannya menyebar kepada seluruh umat manusia sepanjang
burung-burung berdendang di atas dahan-dahan pohon.

33
Rantaian Sanad Para `Alawiyyin Dalam Kitab Shahih-Al Bukhari

Habib Salim bin Ahmad bin Jindan berkata didalam kitab-nya "Raudhatul
Wildan" [juz:1 Hal:159-160] : "Adapun riwayat guru-guru kami yang mulia yang
mengambil dari para salaf mereka dalam Shahih Al Imam Muhammad bin Isma`il Al
Bukhari yang bersambung dengan mereka dengan jalur yang banyak. Di antara yang
paling masyhur dan dekat adalah yang kami riwayatkan dari Al-Musnid Al-Imam
Syihabuddiin Ahmad bin Muhammad bin `Abdillah bin Husain Balfaqih dari ayah-
ayahnya hingga sampai ke Imam Husain Balfaqih kemudian dari paman-nya: `Aidarus bin
`Abdurrahman bin `Abdullah bin Ahmad Balfaqih, dari ayahnya, dari Al-Quthb `Abdullah
bin `Alawi Al-Haddad, dari Imam As-Siraj `Umar bin `Abdurrahman Al-`Attas, dari Imam
Tajuddin Husain bin Asy-Syaikh Abi Bakr bin Salim, dari ayahnya, dari `Abdillah bin
Muhammad bin Sahl bin `Abdillah bin Muhammad bin Hakam Baqusyair, dari Imam
Syihabuddin bin Asy Syaikh `Abdurrahman, dari ayahnya, dari kakeknya Imam Asy-Syekh
`Ali bin abi Bakr As-Sakran.
(Sanad lain) Dan Asy Syaikh Abu Bakr bin Salim juga meriwayatkan dari `Umar
bin `Abdillah Ba-Makhramah, dari Imam Muhammad bin `Ali Khird, dari Imam
Muhammad bin `Abdurrahman Al-Asqa` Al-`Alawi, dari Asy-Syekh `Ali bin Abi Bakr As-
Sakran.
(Sanad lain) Dan Syaikh Abu Bakr tersebut juga meriwayatkan dari Ma`ruf bin
`Abdillah bin Muhammad bin Ahmad Ba-Jammaal Al-Kindi dari Syihabuddin bin
`Abdurrahman, dari ayahnya, dari kakek-nya Asy-Syekh `Ali As-Sakran.
(Sanad lain) Beliau juga meriwayatkan dari As-Siraj `Umar bin Abi Bakr Ba-
Syaiban dari Ahmad Syihabuddin, dari ayahnya , dari kakeknya [Maksudnya dari
`Abdurrahman, dari ayahnya: Syekh `Ali bin Abi Bakr As-Sakran].
(Sanad lain) Syaikh Abu Bakr juga meriwayatkannya dari Imam Ahmad bin
`Alawi Ba-jahdab, dari Ahmad Syihabuddin, dari ayahnya, dari kakek-nya [yaitu dari
`Abdurrahman, dari ayahnya Syekh `Ali bin Abi Bakr As-Sakran] dari ayahnya Abi Bakr As-
34
Sakran bin Asy-Syekh `Abdurrahman Asseggaf, dari ayahnya, dari kakek-nya Muhammad
bin `Ali, dari ayahnya `Ali bin `Alawi, dari ayahnya `Alawi bin Al-Faqih, dari ayahnya Al-
Imam Al-A`dzham Al-Faqih Al-Muqoddam Muhammad bin `Ali, dari Ustadz Al-Muhaddits
Al-Musnid Abil Hasan `Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin `Ali bin
Muhammad bin Jadid Al-`Alawi, dari Imam Al-Muhaddits Al-Musnid Abu `Abdillah
Muhammad bin Isma`il bin Abi Ash-Shaif, dari Abil Husain `Ali bin Humaid bin `Ammar
Ath-Tharablusi, dari Abi Maktum `Isa bin Abi Dzar Al-Harawi, dari ayahnya, dari Abi Ishaq
Ibrahim bin Ishaq Al-Mustamli, dari Muhammad bin Yusuf bin Mathar Al-Farabri, dari
Imam Al-Hafidz Muhammad bin Isma`il Al Bukhari [selesai].
Saya: Ahmad bin Novel bin Salim bin Ahmad bin Jindan ibni Asy-Syekh Abi Bakr
bin Salim Al-`Alawi Al-Husaini mengatakan dan menambahkan sebagai berikut:
Dan Al Imam `Allamatud dunya `Abdurrahman bin `Abdillah Balfaqih
meriwayatkan dari jalur lain selain yang disebutkan Habib Salim, yaitu dari ayahnya Al-
`Allamah `Abdullah bin Ahmad Balfaqih, Al Habib `Abdullah bin `Alawi Al-Haddad, dan Al
Habib Ahmad bin `Umar Al-Hinduan. Dan mereka dari Imam Al-Faqih Al-Habib
`Abdurrahman bin `Abdillah Baharun, dari Sayyid Abu Bakr dan Sayyid Muhammad Al-
Hadi ibnail Qodhi `Abdurrahman bin Syihabuddin, dari orang tua mereka, dari ayahnya:
Ahmad Syihabuddin.
(Sanad lain) Al-Qadhi `Abdurrahman bin Syihabuddin, dari Imam Al-Muhaddits
As-Sayyid Muhammad bin `Ali Khird, dari Al-Muhaddits Sayyid Muhammad bin
`Abdurrahman Al-Asqa`,dari Imam Al-Quthb `Abdullah Al-`Aidarus dan saudaranya Asy-
Syaikh `Ali ibnai Abi Bakr As-Sakran, dari ayah keduanya Asy-Syaikh Abi Bakr As-Sakran
dan saudaranya `Umar Al-Muhdor ibnai Syaikhul Ahqof `Abdurrahman Asseggaf. Mereka
berdua dari ayah mereka `Abdurrahman Asseggaf, dari Sayyid Muhammad bin `Alawi bin
Ahmad (Shahibul `amaim).
(Sanad lain) Asy-Syekh `Ali bin Abi Bakr As-Sakran dan saudaranya `Abdullah
Al-`Aidarus meriwayatkan riwayat yang tinggi (singkat) dari As-Sayyid Muhammad bin
Hasan Jamalullail, dari Sayyid Muhammad bin `Alawi bin Ahmad (Shahibul `ama-im), dari
35
Imam `Abdullah bin `Alawi bin Al-Faqih Al-Muqaddam, dari ayahnya `Alawi Al-Ghayyur,
dari Al-Ustadz Al-A`dzom Muhammad bin `Ali Ba`alawi dengan sanad yang disebutkan
tadi.
Saya berkata: Dan telah kami riwayatkan Shahih Imam Muhammad bin Isma`il
Al Bukhari dengan sanad ini secara ijazah dari ayah kami Ad-Da`I ilallah Sayyidi Al-Habib
Naufal bin Salim bin Ahmad bin Jindan Al-`Alawi, dari ayahnya Al-`Allamah Al-Muhaddits
Al-Mu'arrikh An-Nassabah Al-Habib Salim bin Ahmad bin Jindan dari para gurunya yang
mulia.
(Sanad lain) Dan juga saya mendapatkan riwayat dari bibi-bibi saya: Syarifah
Fathimah, Syarifah Sakinah, Syarifah Shafiyyah Firdaus dengan ijazah mereka kepada
kami dari ayah mereka: Habib Salim bin Ahmad bin Jindan.
(Sanad yang lain) dan saya juga mendapatkan ijazah dari guru saya Al-`Allamah
Muhaddits Al Haramain As-Sayyid Muhammad bin `Alawi bin `Abbas Al-Maliki dari Habib
Salim bin Ahmad bin Jindan.
(Sanad lain) dan saja juga mendapatkan riwayat secara ijazah dari guru kami Al-
Habib `Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz, dari Al-`Allamah Mufti Ta`iz Al-
Muhaddits Al-Habib Ibrahim bin `Umar bin `Aqil bin Yahya, dari gurunya Al`Allamah Al-
Habib `Alawi bin Thahir Al-Haddad.
(Sanad lain) dan saya juga mendapatkan riwayat dari guru kami Al-Muhaddits
Al-`Allamah As-Sayyid Muhammad bin `Abduh Al-Ahdal dengan membaca sebagian dari
kitab Ash Shahih dan ijazah sebagian lainnya. Beliau meriwayatkan dari gurunya Al-
`Allamah `Alawi bin `Abbas Al-Maliki dan gurunya juga Al-`Allamah Asy-Syekh Hasan bin
Muhammad Al-Masysyath, mereka berdua dari Al-`Allamah Al-Hafidz Muhammad bin
`Abdul Hayy bin `Abdul Kabir Al-Kattani Al-Hasani Al-Fasi dan Al-`Allamah Habib `Alawi
bin Thahir Al-Haddad, dari Imam Al-`Allamah Musnidul aafaq Al-Habib Muhammad bin
Salim As-Sary, dari Imam Al-Abarr Al-Habib `Aidrus bin `Umar Al-Habsyi, dari Imam Al-
Habib `Abdullah bin Husain Balfaqih.

36
(Sanad lain) dan Habib Muhammad bin Salim As-Sary meriwayatkan dari Habib
Muhammad bin Ibrahim bin `Aidarus bin `Abdurrahman bin `Abdullah Balfaqih dan Habib
Al-`Allamah Mufti Diyar Al-Hadramiyah `Abdurrahman bin Muhammad Al-Masyhur,
mereka berdua dari Al-`Allamah Al-Habib Ahmad bin `Ali Al-Junaid, dari Al-Habib Al-Imam
`Abdullah bin Husain Balfaqih dengan sanad yang disebutkan.

37
Majelis-majelis Pembacaan Kitab Ash-Shahih

Adapun tentang pembacaan Shahihul Bukhari dikalangan Saadatina Al-


`Alawiyyin, maka kita bisa lihat majelis-majelis mereka makmur dengan pembacaan kitab
tersebut. Di masjid teragung mereka yaitu masjid Ba`Alawi di kota Tarim (yang dahulu
terkenal dengan nama masjid Bani Ahmad dan merupakan tempat perkumpulan yang
paling sakral bagi mereka) di dalamnya dibacakan Shahih Al Bukhari sepanjang tahun.
Yaitu setiap kamis pagi pada setiap minggunya. Juga di saat umat Rasulullah sedang
ditimpa musibah yang besar, para pembesar Alawiyyin bersegera menertibkan dan
mengatur pembacaan Shahih Al Bukhari di masjid Ba`Alawi tersebut. Setiap hari dari pagi
hingga petang dengan niat agar turun kelapangan, pertolongan, dan rahmat dari Allah.
Majelis tersebut ramai dihadiri penduduk Tarim setempat dan bahkan dari kota-kota
sekitar Tarim juga berdatangan menghadirinya. Seperti kota Seiyun yang di dalamnya juga
banyak terdapat keluarga `Alawiyyin. Juga dari kota Hauthah, Syibam, Wadi Dau`an, `Inat
dan lain-nya. Masjid akan terlihat penuh hingga jama`ah membludak keluar. Semuanya
ingin mendengarkan pembacaan Ash Shahih dengan penuh ke-khusyu`an dan lisan
mereka tak berhenti bershalawat kepada Nabi shallallahu `alaihi wa sallam dengan
bersuara lantang setiap kali sebutan nama Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam
terdengar di telinga mereka sewaktu pembacaan. Masjid tersebut terdengar dari dalam
dan luarnya bergemuruh dengan shalawat kepada Nabi shallallahu `alaihi wa sallam.
Dahulu pernah Imam Al-Akbar Al-Habib `Ali bin Muhammad Al-Habasyi (pengarang
maulid simthuddurar) menuliskan surat kepada para ulama `Alawiyyin di Tarim. Beliau
meminta mereka membacakan Shahih Al Bukhari di masjid Ba`alawi sewaktu mereka
dilanda musibah. Pembacaan terakhir di masjid Ba`alawi (semenjak penulisan ini) yang
mereka buat ketika terjadi musibah dengan niat mengangkat bala musibah adalah ketika
ada penyerangan di negeri Yaman dari pihak persekutuan negara arab yang dikepalai oleh
Kerajaan Saudi Arabia pada tahun ________. Yang dihadiri banyak daripada masyaikh
lembah Hadramaut dari kalangan `Alawiyyin dan lainnya. Diantaranya adalah guru kami
38
Al-`Allamah Mufti Hadramaut Al-Habib `Ali Masyhur bin Muhammad bin Salim bin
Hafidz berserta adik beliau Al-`Allamah Ad-Da`iyah Al Islamiyah Al-Habib `Umar bin
Muhammad bin Salim bin Hafidz, juga Al-`Allamah Al-Habib `Abdullah bin Muhammad
bin `Alawi bin Syihabuddin, Asy-Syaikh Al-`Allamah Al-Mufti Muhammad bin `Ali
Ba`udhan, Al-`Allamah Al-Mufti Asy-Syekh Muhammad bin `Ali Al-Khathib dan lainnya.
Kami pernah mendengar bahwa guru mereka: Al-Habib Muhammad bin Hadi
Asseggaf telah membagi Shahih Al Bukhari menjadi empat bagian. Setiap turun musibah,
beliau memulai pembacaannya dengan murid-murid dan sahabat-sahabat beliau dengan
membagi kepada mereka masing-masing mengambil satu bagian dari empat puluh bagian
tersebut. Mereka membacanya di depan pusara Al-Wali Al-Kabir Al-Imam Ahmad Al-
Muhajir bin `Isa Ar-Rumi bin Muhammad An-Naqib bin `Ali Al`Uraidhi bin Ja`far Ash-
Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin `Aki Zainal `Albidin bin Al-Husain As-Sibt. Beliau
dikuburkan di Syi`ib (bukit) Ahmadain di Husaisah. Mereka membacanya dan
mengkhatamkannya dalam majlis tersebut. Juga dahulu madras itsnain yang diadakan
Habib `Ali bin Muhammad Al-Habsyi di masjidnya Ar-Riyadh senantiasa dibacakan di
dalamnya kitab Ash Shahih dan kitab ummahat hadits lainnya.
Sebagaimana juga Habib Muhammad bin Hadi Asseggaf mengatur pembacaan
Ash Shahih setiap awal bulan Rajab. Hingga dikhatamkan dalam kurun waktu satu
minggu kurang lebih. Dan alhamdulillah saya tidak pernah ketinggalan hadir majlis
khatam tersebut selama saya tinggal di Hadramaut dari perkiraan tahun 1996 hingga
2000.
Ini adalah rutinitas dan kebiasaan mereka. Setiap bulan Rajab membaca Ash-
Shahih. Yang kemungkinan diambil dari tradisi yang dibuat oleh para ulama di kota Az
Zabiid dan kota Yaman lainnya. Sebagaimana guru kami Al-Habib Salim bin `Abdullah bin
`Umar Asy-Syatiri dan Guru kami Al-Faqih Al-`Allamah Al-Habib Zain bin Ibrahim bin
Sumaith menjelaskan kepada saya ketika saya tanyakan kepada mereka tentang tradisi
pembacaan Ash Shahih di bulan Rajab. Kedua guru kami tersebut memang pernah hadir
di tempat kami Yayasan Al-Fachriyah majlis khatam Ash Shahih di bulan Rajab. Beliau
39
berdua di akhir majlis memberikan ijazah kepada para hadirin dalam kitab Ash Shahih dan
ijazah lain-nya dari riwayat guru-guru mereka.
Tradisi pembacaan Shahih Al Bukhari ini di bulan Rajab telah dibawa ke tanah
jawa ini oleh Al-Imam Al-Akbar Al-Habib `Ali bin `Abdurrahman Al-Habsyi Kwitang. Yang
dibaca di rumah dan majelisnya. Dikhatamkan dalam seminggu atau sepuluh hari.
Kemudian diadakan khataman yang meriah dan besar yang dihadiri banyak orang.
Pembacaan tersebut berlangsung dari masa hidup beliau dan terus berjalan setelah
wafatnya hingga sekarang. Yang diteruskan sepeninggal beliau oleh anaknya Al-`Allamah
Al-Habib Muhammad bin `Ali bin `Abdurrahman Al-Habsy. Kemudian diteruskan
setelahnya oleh anak beliau, yaitu paman kami Al-Habib `Abdurrahman bin Muhammad
bin `Ali bin `Abdurrahman Al-Habsyi. Lalu setelah wafat beliau diteruskan oleh sepupu
kami Al-Muwaffaq As-Sayyid `Ali bin `Abdurrahman bin Muhammad bin `Ali bin
`Abdurrahman Al-Habsyi. Majelis pembacaan Bukhari tersebut kira-kira sudah
berlangsung seratus tahun lebih. Karena Habib `Ali wafat pada tahun 1968 berarti sudah
berlalu 51 tahun, dan beliau hidup berumur seratus tahun lebih. Beliau menghabiskan
kehidupannya dari masa muda hingga wafatnya dalam keilmuan, hadir majelis,
pendidikan, dan da`wah kejalan Allah. Juga pembacaan Ash-Shahih di bulan Rajab di
majelis dan rumahnya belum putus hingga sekarang.
Begitulah, majelis pembacaan Shahih Bukhari ini disetiap bulan Rajab Al-Ashab
banyak didapatkan dikomunitas kalangan kaum `Alawiyyin di Indonesia. Diantaranya:
1. Masjid Ar-Riyadh di kota Solo, di maqom Al-Imam Al-Habib `Ali bin Muhammad Al-
Habsyi.
2. Juga di Masjid Ar-Raudhah di kota Pekalongan di maqom Al Imam Al-`Arif Billah Al-
Habib `Ahmad bin `Abdullah bin Thalib Al-`Attas.
3. Di Masjid Al-Hawi, di Condet, Jakarta. Yang dirintis oleh Al-`Allamah Al-Habib
`Abdulqadir bin Muhammad bin Ahmad Al-Haddad Al-Hawi.

40
4. Di kediaman Al Habib Al-Mu`ammar `Abdurrahman bin Syaikh bin Salim Al-`Attas.
Yang setiap akhir Rajab dikhatamkan dengan gabungan acara Haul (peringatan)
wafat ayah beliau Al Habib Syaikh bin Salim Al-`Attas di kota Sukabumi.
5. Di kediaman kami Yayasan Al-Fachriyah yang kami buka pembacaannya di bulan
Rajab dari tahun 2004 dan alhamdulillah hingga sekarang belum terputus. Dan kami
juga telah membagi kitab Ash-Shahih menjadi 40 bagian seperti yang dilakukan
salaf shalih kami.
6. Dan banyak lagi majelis pembacaan Shahih Bukhari di Indonesia ini: Seperti di
Surabaya, Semarang dan lainnya. Sebagian mereka ada yang membuat pembacaan
ringkasan kitab Bukhari yaitu kitab Tajridus Sharih karya Az-Zabidi demi
menyesuaikan dengan keadaan orang-orang awam yang tidak terbiasa dengan
majelis-majelis yang panjang.

Adapun tentang kedudukan Imam Bukhari dan kitab Shahihnya di mata para
Saadah Al-`Alawiyyin telah disebutkan secara lengkap dan banyak oleh Al Habib Salim bin
Ahmad bin Jindan. Serta juga telah kami cantumkan bait sya`ir yang saya rangkai tentang
Al Imam Al Bukhari, Shahih-nya, serta pembacaannya di bumi Indonesia. Dan saya juga
menggubah sya`ir:
Di Al Hawi, tempat yang menampung segala kebaikan, terdapat taman-taman surga. Di
sana kami mencapai tempat yang tinggi dalam kedekatan kepada Nabi Muhammad sosok
yang terpercaya. Nabi Muhammad yang keanggunannya telah dibeberkan oleh sang
pemimpin hidayah Al Imam Al Bukhari pemilik jasa-jasa yang besar.

Dusun Bani Jindan adalah dusun para kekasih. Anak cucu Nabi di sana senantiasa bersama
Al Qur’an. Hadits-hadits Taahaa di puncak banteng-benteng mereka terlihat jelas dengan
berkat jasa Sang Imam Al Bukhari sosok yang sangat mahal.

Di Rumah Ali (bin Abdur Rahman) Al Habsyi kami mendengar akhlaq dan sejarah indah

41
sang Kekasih Agung, Al Mujtaba yang memadamkan segala fitnah dan cobaan. Kitab
Shahiih Al Bukhari yang kebaikannya menyebar kepada seluruh umat manusia sepanjang
burung-burung berdendang di atas dahan-dahan pohon.

42
Inilah sekelumit yang kami rangkum dalam kesempatan yang ringkas ini.
Semoga Allah memberikan kami keluangan waktu pada kesempatan lain untuk bisa lebih
menjabarkan dalam tema yang indah ini. Maka kami meminta kepada Allah agar diberikan
manfaat dan dikabulkan apa yang kami persembahkan ini. Berkat Sayyidina Ar-Rasul dan
Fathimah Al-Batul. Wa Shallallahu `ala sayyidini Muhammadin wa `ala aalihi wa shahbihi
wa sallam, walhamdu lillahi rabbil `alamin awwalan wa akhirn dzahiran wa bathinan.

Ditulis dalam keadaan tergesa, malu, dan meminta kekuatan dari Allah oleh : Asy-syarif
Ahmad bin Novel bin Salim bin Ahmad bin Jindan Al-`Alawi Al-Husaini Al-Indunisi di
kediaman kami yang penuh berkah Al-Fachriyah. Selesai ditulis pada Rabu siang, 14
Jumadil Akhir 1440 hijriyah, yang bertepatan dengan 20 Februari 2019 M.

43

Anda mungkin juga menyukai