Tali yang erat dalam hubungan antara Saadah Bani `Alawi dengan kitab Al-Jami`
Ash-Shahih dan pengarangnya Al Imam Muhammad bin Isma`il Al Bukhari, Imam
Para Muhaddits
Oleh:
Asy-Syarif Ahmad bin Novel bin Salim bin Ahmad bin Jindan
1
2
بسم هللا الرحمن الرحيم
الحمد هلل رب العاملين و الصالة و السالم على سيد املرسلين و قائد الغر املحجلين سيدنا
محمد و على آله و صحبه و التابعين أما بعد
Alhamdulillah, segala puji syukur kehadirat Allah Tuhan semesta alam. Shalawat
serta salam tercurahkan kepada Pemimpin para rasul. Pendahulu para pemilik cahaya.
Sayyidina Muhammad. Dan para keluarga, sahabat, dan penerusnya.
Amma ba`du
Berikut ini adalah sekelumit tentang Al Imam Al Bukhari dan kitab Shahih-nya
serta hubungan erat Bani `Alawi dengan keduanya.
Kami melihat bahwa pendokumentasian tentang jalinan hubungan erat antara
mereka dengan Imam agung ini dan kitabnya yang mulia adalah hal yang sangat penting.
Tatkala kami menelaah biografi mereka, kami dapatkan bahwa mereka sangat antusias
terhadap Al Imam Al Bukhari dan kitab Shahih-nya, bahkan kami dapatkan hingga
sekarang setiap kali masuk bulan Rajab mereka mulai membaca dan menelaah Shahih Al
Bukhari. Majelis-majelis seperti ini mereka adakan dibanyak tempat. Ditambah lagi ketika
musibah melanda umat, kami lihat mereka berlindung dengan keberkahan pembacaan
Shahih Al Bukhari dengan harapan agar dapat mengangkat musibah dan bala yang turun.
Hal ini menunjukkan kepada kita betapa eratnya ikatan antara mereka dengan Al Imam
Bukhari beserta Shahih-nya. Oleh karena ini maka hal ini perlu sekali untuk
didokumentasikan, dicatat, dan ditelusuri dan dikumpulkan data-data ilmiyahnya dari
berbagai sumbernya hingga dapat diabadikan untuk manfaatkan kajian ilmiyah ini oleh
halayak ramai. Bertolak darinya, maka saya malangkah maju untuk memulai
pendokumentasian tersebut dengan memohon pertolongan dan bimbingan dari Allah.
Kemudian, rangkuman ini saya susun dengan beberapa beberapa bagian (fashl)
berikut ini:
1. Biografi singkat Al Imam Al Bukhari
2. Sekelumit tentang Shahih Al Bukhari
3
3. Sekelumit tentang Saadah Bani `Alawi dan Thariqah mereka
4. Hubungan antara Saadah Bani `Alawi dengan Shahih Al Bukhari
5. Beberapa untaian sya`ir tentang Al Bukhari dan Shahih-nya
6. Rantaian sanad para `Alawiyyin dalam kitab Shahih Al Bukhari
7. Majelis-majelis pembacaan Ash-Shahih
Kami mengharap dari Allah taufiq, pertolongan, dan penjagaan-Nya. Dan agar
dijadikan rangkuman ini bermanfa`at dan penuh berkah. Allah ta`ala Maha Berkuasa atas
yang dikehendaki-Nya dan Maha Mengabulkan doa hamba-Nya. Shalawat Allah selalu
dihanturkan kepada Sayyidina Muhammad, keluarga dan shahabatnya. Serta para tabi`in
penerus mereka dengan ihsan hingga hari kiamat. Dan segala puji bagi Allah diawal,
diakhir, dzahir dan batin. Dengan ini kami mulai pembahasan ini. Hanya kepada Allah
saya meminta bantuan dan bertawakkal. Allah Subhanahu wa ta’ala Yang Maha
Menunjukkan jalan.
4
Biografi Al Imam Al Bukhari
Beliau adalah: Abu `Abdillah, Muhammad bin Isma`il bin Ibrahim bin Al-
Mughirah bin Bardizbah Al-Ju`fi. Lahir pada hari jum`at selepas shalat jum`at tanggal 13
syawwal tahun 194 hijriyah di Bukhara. Al-Mustanir bin `Atiq berkata: "Muhammad bin
Isma`il sendiri telah mengeluarkan catatan tulisan ayahnya tentang tanggal kelahirannya.
Dan kabar ini didapati dari beberapa jalur periwayatan".
Kakeknya bernama Bardizbah (nama persia) Az-Zarra`. Begitulah dipanggil oleh
penduduk Bukhara. Ia memang asli persia menganut agama kaumnya hingga anaknya Al-
Mughirah kelak masuk islam ditangan Al-Yamaan Al-Ju`fi. Dan ia hijrah ke Bukhara hingga
dinisbatkan kepadanya (nama Al-Ju`fi) yang berupa nisbah wala` (kebebasan) mengikuti
pendapat yang mengatakan bahwasanya setiap orang yang masuk islam atas sebab
seseorang maka (yang masuk islam ini) akan mendapatkan nisbah dari namanya (wala`).
Maka ia dinamakan Al-Ju`fi dikarenakan sebab tersebut.
Berkata Al Imam Ibnu Hajar Al ‘Asqolaani: Adapun anaknya yang bernama
Ibrahim bin Al-Mughirah, kami belum menemukan kabar dan biografinya.
Adapun Isma`il bin Ibrahim, ayah Al Imam Al Bukhari, sesungguhnya beliau
telah mengambil riwayat dari Hammad bin Zaid dan Malik. Sebagaimana para periwayat
`Iraq mengambil riwayat dari beliau. Sang anak-pun Al Imam Al Bukhari menyebutkan
tentangnya di dalam kitabnya yang berjudul At-Tarikh Al-Kabir, sebagaimana berikut ini:
إسماعيل بن إبراهيم بن املغيرة سمع من مالك و حماد بن زيد و صافح ابن املبارك
"Isma`il bin Ibrahim bin Al-Mughirah. telah mendengar (riwayat) dari Malik, Hammad bin
Zaid, dan menjabat tangan Ibn Al Mubarak.
Isma`il wafat sedangkan anaknya Al Imam Al Bukhari masih kecil. Ia tumbuh
dibawah asuhan ibunya. Kemudian ia menunaikan haji bersama ibunya dan saudaranya
yang bernama Ahmad yang lebih tua darinya. Ia-pun tinggal di Mekkah dan menuntut
ilmu, sedangkan Ahmad saudaranya pulang kembali ke Bukhara dan tinggal di sana
hingga wafat.
5
Al Imam Al Bukhari pernah berkata : "Aku sudah diilhamkan menghafal hadits
semenjak aku (belajar) membaca dan menulis" Maka ia ditanya: "Berapa umurmu pada
saat tersebut?" Ia menjawab : "Sepuluh tahun atau dibawahnya".
Al Imam Al Bukhari berkata: "Aku mengunjungi Syam, Mesir dan Al-Jazirah dua
kali. Bashrah empat kali. Tinggal di Hijaz enam tahun. Dan aku tidak dapat menghitung
berapa kali aku memasuki kota Kufah dan Baghdad bersama para muhadditsin".
Hasyid bin Isma`il berkata: "Al Imam Al Bukhari dulu bersama denganku
menimba ilmu dari para masyaikh Bashrah ketika ia masih anak-anak. Setiap kali ia hadir
pelajaran, ia tidak pernah menulis hingga berlalu beberapa hari, sehingga kami
menegurnya setelah 16 hari. Ia-pun berkata: "Kalian ini terlalu mengurusiku! Coba buka
buku catatan kalian" Kami-pun membuka buku kami yang sudah tertulis lebih dari lima
belas ribu hadits di dalamnya. Lalu Al Imam Al Bukhari-pun membacakan semuanya dari
hafalannya! Hingga akhirnya kami yang mengkoreksi tulisan kami dan membetulkan serta
menyamakan catatan kami dengan bertumpu kepada hafalannya".
Muhammad bin Al-Azhar As-Sajastani berkata: "Dulu saya belajar di majlis
Sulaiman bin Harb. Dan saya lihat Al Bukhari ikut mendengar namun tidak mencatat.
Suatu saat ada yang berbisik mengatakan: "Kenapa dia tidak menulis dan mencatat?"
Dijawab: "Ketika nanti dia pulang ke Bukhara, baru dia akan menulis dan mencatat di sana
dari hafalannya".
7
Abu Bakr bin Munir berkata: "Pernah suatu hari Muhammad bin Isma`il Al
Bukhari sedang shalat, tiba-tiba ia disengat oleh tawon 17 kali namun tidak memutuskan
shalatnya. Seusai shalat ia berkata "Coba lihat, apa yang menggangguku sewaktu shalat?"
Mereka memeriksanya. Didapatkan di dalam bajunya ada seekor tawon yang sudah
menyengatnya pada 17 tempat hingga bengkak sedangkan ia tidak memutuskan
shalatnya, kemudian ia berkata: "Tadi aku sedang membaca satu ayat dan aku ingin
menyelesaikannya".
Ia berkata: "Beliau sangat sedikit makannya, sangat mengasihi para pelajar, dan
sangat dermawan". Abu Al-Hasan Yusuf bin Abi Dzarr Al Bukhari pernah menceritakan,
bahwa suatu hari Muhammad bin Isma`il sedang sakit. Orang terdekatnya membawakan
cairan tubuhnya kepada para dokter (untuk diperiksa). Mereka berkata: "cairan tubuh
semacam ini seperti cairan tubuh milik para uskup (rahib-rahib) nashrani, mereka tidak
pernah makan dengan lauk!". Setelah disampaikan, Muhammad bin Isma`il
membenarkannya dan berkata: "Memang aku tidak pernah makan dengan lauk sejak 40
tahun". Mereka akhirnya menanyakan obatnya kepada dokter dan ia berkata: "Obatnya
adalah makan dengan lauk!!". Al Imam Al Bukhari bersikeras tidak mau, hingga para guru
dan ulama memaksanya dan akhirnya beliau patuh untuk memakan roti dengan sedikit
gula".
Muhammad bin Isma`il Al Bukhari setiap malam pertama bulan Ramadhan
berkumpul dengan sahabat-sahabatnya untuk shalat bersama mereka. Ia membaca setiap
raka`at 20 ayat. Hal ini dilakukannya setiap malam hingga beliau mengkhatamkan Al-
Qur`an. Beliau juga membaca disetiap waktu sahar (sebelum Subuh) antara sepertiga
hingga setengah Al-Qur`an hingga beliau mengkhatamkan Al-Qur`an dari bacaan sahar
setiap tiga hari sekali. Beliau mengkhatamkan Al-Qur’an di siang hari setiap hari satu kali.
Dan beliau mengatur pengkhatamannya pada setiap waktu berbuka puasa. Beliau selalu
berkata: "Doa akan diijabah setiap dikhatamkan Al-Qur`an". Beliau juga memiliki
beberapa helai dari rambut Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wa sallam yang beliau
letakkan di dalam bajunya.
8
Pujian dan Penghormatan Orang-Orang Terhadapnya
Abu Mush`ab, Ahmad bin Abi Bakr Az-Zuhry berkata: "Muhammad bin Isma`il
bagi kami lebih faqih dan lebih ahli dalam hadits dari Ahmad bin Hanbal". Maka sesorang
dari teman duduknya berkata: "Kamu terlalu berlebihan!". Abu Mush`ab-pun menjawab:
"Jika kamu satu zaman dengan Al Imam Malik dan kamu melihat wajahnya dan wajah
Muhammad bin Isma`il maka kamu akan mengatakan mereka berdua sama dalam ilmu
hadits dan fiqh".
Qutaibah bin Sa`id pernah berkata: "Aku sering hadir di majelisnya para fuqoha
dan ahli zuhud serta ahli ibadah, Dan saya tidak pernah melihat semenjak saya berakal,
orang yang seperti Muhammad bin Isma`il. Ia pada zamannya seperti Umar bin Al Khattab
di tengah para sahabat". Dari Qutaibah juga, ia berkata: "Jikalau Muhammad bin Isma`il
ada dikalangan sahabat, ia juga akan menjadi tanda kebesaran Allah yang hebat".
Qutaibah pernah ditanya tentang hukum talaknya seseorang yang sedang
mabuk. Tiba-tiba Muhammad bin Isma`il datang. Langsung Qutaibah berkata kepada
orang yang bertanya tersebut: "Inilah Ahmad bin Hanbal, Ishaq bin Rahawaih dan `Ali bin
Al-Madini telah Allah datangkan kepada-mu untuk menjawab pertanyaan-mu". Sambil
menunjuk kepada Al Bukhari.
Hasyid bin Isma`il berkata: "Saya pernah melihat Ishaq bin Rahawaih sedang di
atas mimbar dan Muhammad bin Isma`il sedang duduk bersamanya. Saya lihat ketika
Ishaq sedang membacakan suatu hadits, tiba-tiba Muhammad mengingkarinya. Maka
Ishaq langsung menarik ucapannya kembali. Kemudian ia berkata: "Wahai para ahli
hadits. Lihatlah pemuda ini, tulislah hadits darinya. Sesungguhnya jika ia berada di zaman
Al-Hasan bin Abil Hasan Al-Bashri pasti (Al-Bashri) akan memerlukannya karena besarnya
kapasitas ilmu hadits dan fiqh-nya".
Al Bukhari pernah berkata: "Murid-murid `Amr bin `Ali Al-Fallas pernah
mengulangi suatu hadits denganku. Saya berkata: "Saya tidak tahu hadits ini". Mereka-pun
senang dengan hal itu (yaitu tatkala Al Bukhari tidak mengetahui suatu hadits). Ketika
9
mereka pulang kepada `Amr bin `Ali dan berkata: "Tadi kami menyebutkan suatu hadits
yang Muhammad bin Isma`il tidak mengetahuinya!". `Amr-pun berkata: "Hadits yang
tidak diketahui oleh Muhammad bin Isma`il berarti bukan hadits!".
`Abdullah bin Muhammad Al-Musnady berkata: "Muhammad bin Isma`il
adalah seorang imam. Barangsiapa yang tidak menjadikannya imam maka curigai dia". Al-
Husain bin Muhammad bin `Ubaid yang dikenal dengan Al-`Ajaly berkata: "Saya belum
pernah melihat seorang hafidz yang seperti Muhammad bin Isma`il. Betul, Muslim juga
seorang hafidz tapi ia belum mencapai tingkatan Muhammad bin Isma`il".
Abu Ath-Thayyib, Hatim bin Manshur berkata: "Muhammad bin Isma`il adalah
tanda kekuasaan Allah dalam pandangan dan kadar keilmuan".
Abu As-Sahl, Mahmud bin An-Nadhr Al-Faqih berkata: "Saya telah mengunjungi
Bashrah, Syam, Hijaz, dan Kufah. Dan saya juga melihat para ulamanya. Tapi, setiap ada
sebutan Muhammad bin Isma`il selalu mereka agungkan bahkan lebih dari diri mereka
sendiri".
Abu As-Sahl juga berkata: "Saya mendengar hadits lebih dari 30 ulama Mesir.
Mereka semua berkata "Permintaan kami di dunia ini adalah bisa memandang
Muhammad bin Isma`il".
Hamd bin `Abdurrahman Ad-Daghuli berkata: "Pernah penduduk Baghdad
menulis surat kepada Muhammad bin Isma`il Al Bukhari yang berisikan: Kaum muslimin
senantiasa baik selama engkau masih ada di tengah-tengah mereka. Tapi, sungguh
kebaikan akan hilang dengan kepergian dan wafatmu.
Imam dari para imam: Abu Bakr, Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah berkata:
"Tidak ada di bawah langit ini seseorang yang lebih pakar dalam hadits melebihi
Muhammad bin Isma`il".
Abu `Isa At-Tirmidzi berkata: "Aku tidak mengetahui ada yang lebih hebat dalam
ilmu `ilal dan asaaniid dari pada Muhammad bin Isma`il Al Bukhari".
Muslim juga pernah berkata kepadanya langsung: "Saya bersaksi bahwa tidak
ada di muka bumi yang seperti dirimu".
10
Yahya bin Muhammad bin Sha`id setiap disebut nama Al Bukhari berkata: "Ia
layaknya kambing yang selalu menyerang dengan tanduknya".
Abu `Amr Al-Khaffaf berkata: "Saya mengambil hadits dari orang yang bertakwa
dan suci, seorang `alim yang tidak pernah aku lihat sepertinya: Muhammad bin Isma`il". Ia
juga berkata: "Dia lebih pakar dalam hadits dari Ahmad, Ishaq dan lainnya 20 kali lipat.
Barangsiapa yang mengatakan sesuatu (buruk) tentangnya maka saya melaknatnya seribu
kali". Ia juga berkata: "Seandainya ia masuk lewat pintu ini tiba-tiba dan saya dalam
keadaan ini, pasti saya akan ketakutan (dari kharismanya)".
`Abdullah bin Hammad Al-Ably berkata: "Saya sungguh berangan-angan
menjadi sehelai rambut di tubuh Muhammad bin Isma`il".
Musa bin Harun Al-HammAl-Hafidz Al-Baghdady berkata: "Menurutku jika
umat Islam bekerja sama untuk menciptakan seorang seperti Muhammad bin Isma`il,
niscaya mereka tidak akan mampu melakukannya".
Al-Hafidz Abul `Abbas, Ahmad bin Muhammad bin Sa`id bin `Uqdah berkata:
"Seandainya ada seseorang yang menulis 30 ribu hadits, pasti ia akan membutuhkan kitab
"At-Tarikh" karya Muhammad bin Isma`il".
Al-Hakim Abu Ahmad menuturkan di dalam "Al-Kuna": "Ia (Al Bukhari) adalah
seorang imam dalam bidang ilmu hadits dan pengumpulan-nya. Jika saya katakan bahwa
saya belum pernah melihat karangan seseorang yang lebih hebat dan lebih baik dari
karangannya, maka akan saya katakan".
Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata: "Seandainya dibukakan pintu bagi para imam
setelahnya untuk memuji beliau, niscaya kertas-kertas akan habis dan tenaga akan sirna
(dalam hal ini). Dia Sang lautan yang tak bertepi". Kemudian beliau berkata: "Setelah
disebutkan pujian-pujian dari para guru beliau untuk beliau, maka apresiasi ulama yang
datang setelahnya sudah tidak diperlukan lagi. Sebab, mereka (para guru) telah
memujinya atas apa yang mereka lihat dan ketahui langsung. Lain halnya dengan para
penerus; pujian mereka bersandar dari berita dan cerita saja. Kedua hal ini sangat berbeda.
Dan "yang melihat langsung" tidak seperti "yang hanya mendengar".
11
Kabar Bukti Kekuatan Hafalan, Kehebatan logika, dan Ketelitiannya dalam
menemukan `ilal (materi perusak hadits yang tersembunyi).
Abu Ahmad bin `Ady Al-Hafidz berkata: "Saya mendengar beberapa masyaikh
Baghdad berkata: "Sesungguhnya Muhammad bin Isma`il Al Bukhari akan datang ke
Baghdad". Ketika para ahli hadits mengetahuinya mereka berkumpul untuk menguji daya
kekuatan memori dan hafalannya. Mereka menyiapkan seratus hadits yang mereka
manipulasi matan dan sanad-nya; dijadikan matan suatu hadits dengan sanad hadits yang
lain dan sanad suatu hadits dengan matan yang lain. Dan mereka serahkan kepada
sepuluh orang yang setiap orangnya mendapatkan sepuluh hadits (yang teracak). Para
ulama memerintahkan mereka nanti ketika Al Bukhari duduk untuk menyampaikan
sepuluh hadits tersebut kepada Al Bukhari. Akhirnya setelah diambil kesepakatan waktu
berkumpul dengan Bukhari. Dan hadirlah pada waktu tersebut semua ulama dan sepuluh
orang tersebut juga datang orang-orang dari luar kota; dari Khurasan dan lain-nya. Ketika
forum tersebut tenang. Salah seorang dari yang sepuluh itu mulai bertanya kepada Imam
Bukhari dengan satu hadits yang disiapkan. Al Bukhari berkata: "Saya tidak tahu hadits
itu". Majelis berlangsung seperti itu, dibacakan satu-persatu haditst-haditsnya sedangkan
Imam Bukhari hanya menjawab: "Saya tidak tahu hadits tersebut". Disaat tersebut
sebagian ulama menoleh kepada ulama yang lain dan berbisik "Dia sudah menyadari ujian
kita". Sedangkan orang-orang yang tidak memahami bahwa ini adalah ujian akan
mengatakan Al Bukhari payah dan hafalannya lemah. Begitulah hingga orang pertama
selesai menanyakan sepuluh hadits (terbalik) tersebut. Dilanjutkan dengan orang kedua
dan seterusnya. Al Bukhari tidak merubah jawabannya "Saya tidak tahu hadits tersebut".
Hal ini berlanjut hingga selesai kesepuluh orang menyampaikan semua haditsnya
sedangkan Al Bukhari masih sama jawabannya. Setelah semuanya selesai, Al Imam Al
Bukhari menghadap kepada orang pertama dan berkata: "Adapun hadits-mu yang
pertama: kamu katakan seperti ini (disebutkan kembali hadits-nya), itu salah, yang benar
adalah seperti ini (disebutkan jalur yang benar)". Begitu pula dengan hadits yang kedua
12
dan koreksinya. Kemudian yang ketiga, keempat, dan seterusnya dengan berurutan
hingga kesepuluh. Ia kembalikan setiap matan kepada sanad-nya yang asli dan setiap
sanad dikembalikan kepada matan-nya yang asli. Ia lakukan hal yang sama kepada
sembilan orang sisanya. Semua orang-pun terperanjat kagum dan mengakui
kehebatannya. Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata: "Dari sini mereka tunduk dengan Al Bukhari.
Sungguh yang menakjubkan bukanlah ketika beliau mengembalikan kesalahan kepada
yang asli; karena memang beliau seorang hafidz. Akan tetapi yang menakjubkan adalah,
ketika beliau menghafal (jalur) yang salah urutan penyampaiannya dengan sekali
mendengar".
Muhammad bin Hamdawaih berkata: "Saya mendengar Al Bukhari berkata:
"Saya hafal 100 ribu hadits shahih dan 100 ribu hadits tidak shahih".
Warraaq Al Bukhari berkata: "Saya pernah mendengar Al Imam Al Bukhari
berkata: "Saya tidak tidur semalam hingga selesai menghitung berapa hadits yang
kucantumkan dalam karangan-karangan saya. Dan saya dapatkan sekitar 200 ribu hadits".
Dan saya pernah katakan kepadanya ketika beliau sedang sendiri: "Apa ada obat untuk
menguatkan hafalan?". Ia berkata: "Saya tidak tahu". Kemudian ia menghampiri saya dan
berkata: "Saya tidak tahu ada obat yang lebih manjur dalam menguatkan hafalan melebihi
obsesi seseorang (dalam ilmu) dan terus-menerus berfikir".
Al Bukhari berkata: "Saya menetap di Madinah setelah menunaikan haji pada
suatu tahun untuk menulis hadits. Dan saya menetap di Bashrah lima tahun bersama
kitab-kitab saya: mengarang, ibadah haji, dan kembali dari Mekkah ke Bashrah". Beliau
berkata: "Dan saya mengharapkan Allah ta`ala memberi keberkahan bagi kaum muslimin
dengan karangan-karangan saya".
Karya-karya Al Imam Al Bukhari dan Para Periwayat yang meriwayatkan hadits dari-
nya
13
Al-Jami` As-shahih, Al-Adabul Mufrad, Raf`ul Yadain fish-shalah, Al-Qira`ah
khalfal imam, Birrul walidain, At-Tarikh Al-Kabir, At-Tarikh Al-Ausath, At-Tarikh Ash-
Shagir, Khalqu af`alil `ibad, Adh-Dhu`afa, Al-Jami` Al-Kabir, Al-Musnad Al-Kabir, At-
Tafsirul Kabir, Kitabul Asyribah, Kitabul Hibah, Asamish shahabah, Al-Mabshut, Al-`Ilal,
Al-Kuna, Al-Fawaid, dan lain-lain.
Diantara yang mengambil riwayat darinya dari para guru-nya: `Abdullah bin
Muhammad Al-Musnadi, `Abdullah bin Munir, Ishaq bin Ahmad As-Sarmari, Muhammad
bin Khalaf bin Qutaibah dan lainnya. Diantara teman setingkat-nya: Abu Zur`ah, Abu
Hatim Ar-Raziyan, Ibrahim Al-Harbi, Abu Bakr bin Abil `Ashim, Musa bin Harun Al-Jammal,
Muhammad bin `Abdullah bin Mathin, Ishaq bin Ahmad bin Yarak Al-Farisi, Muhammad
bin Qutaibah Al Bukhari, Abu Bakr Al-A`yun. Dan lapisan para pembesar huffadz yang
mengambil riwayat darinya diantaranya: Shaleh bin Muhammad yang dijuluki "Jazrah",
Muslim bin Al-Hajjaj, Abul Fadhl Ahmad bin Salamah, Abu Bakr bin Ishaq bin Khuzaimah,
Muhammad bin Nashr Al-Mirwazi, Abu `Abdurrahman An-Nasa`I, Abu `Isa At-Tirmidzi
yang menjadi murid dan banyak merujuk kepada-nya. `Umar bin Muhammad Al-Bahiri,
Abu Bakr bin Abid Dunya, Abu Bakr Al-Bazzar, Husain bin Muhammad Al-Qubbani,
Ya`qub bin Yusuf bin Al-Akhram, `Abdullah bin Muhammad bin Najiyah, Sahl bin
Syazwiah Al Bukhari,`Ubaidullah bin Washil, Al-Qosim bin Zakariyya Al-Mutharriz, Abu
Quraisy Muhammad bin Jum`ah, Muhammad bin Muhammad bin Sulaiman Al-Baghandi,
Ibrahim bin Musa Al-Juwairi, `Ali bin Al-`Abbas At-Tabi`I, Abu Hamid Al-A`amasyi, Abu
Bakr Ahmad bin Muhammad bin Shadaqah Al-Baghdadi, Ishaq bin Dawud Ash-Shawwaf,
Hasyid bin Isma`il Al Bukhari, Muhammad bin `Abdullah bin Al-Junaid, Muhammad bin
Musa An-Nahartiry, Ja`far bin Muhammad An-Naisabury, Abu Bakr bin Abi Dawud, Abul
Qasim Al-Baghawi, Abu Muhammad bin Sha`id, Muhammad bin Harun Al-Khadrami, Al-
Husain bin Isma`il Al-Mahamily Al-Baghdady, orang yang terakhir mendengar riwayatnya
di Baghdad.
Wafatnya
14
`Abdul Quddus bin `Abdul Jabbar berkata: "Al Bukhari keluar ke "Khartanak"
sebuah desa di Samarqand yang di sana ada beberapa kerabatnya. Beliau menetap di sana.
Saya pernah suatu malam mendengarnya setelah shalat malam meminta dalam doa-nya:
"Wahai Allah, sungguh bumi yang luas ini terasa sempit bagiku, maka ambillah jiwaku".
Kemudian tidak berlangsung satu bulan hingga beliau wafat".
Muhammad bin Abi Hatim Al-Warraq berkata: "Saya mendengar Ghalib bin
Jibril pemilik rumah singgah Al Imam Al Bukhaei di Khartanak berkata: “Bahwa beberapa
hari setelah Al Imam Al Bukhari tinggal, beliau jatuh sakit. Hingga datang utusan dari
penduduk Samarqand yang memintanya menemui mereka. Maka Al Imam Al Bukhari-
pun menyetujuinya. Beliau bersiap-siap berkendara: memakai khuf dan imamah-nya.
Baru beberapa langkah sekitar dua puluh langkah ke arah tunggangannya (ia terjatuh).
Saya yang saat itu memegang bahunya. Beliau berkata: "Lepaskan saya, saya sudah
lemah". Maka kami biarkan beliau dan beliau berdoa dengan beberapa doa. Beliau
berbaring beberapa saat hingga keringatnya berkucuran banyak dan kemudian
melepaskan jiwanya ke hadirat Allah. Beliau sebelumnya sudah mewasiatkan kami :
"Kafankan saya dalam 2 helai kain kafan tanpa gamis dan imamah". Maka kami
laksanakan wasiatnya setelah wafatnya. Dan setelah kami kafankan, shalatkan, dan kami
kuburkan beliau, tercium harum semerbak dari tanah kuburan beliau seperti wangi
minyak kasturi. Ini berlangsung berhari-hari. Orang-orang-pun silih berganti mendatangi
makam beliau selama beberapa hari dan mengambil berkah dari tanah tersebut hingga
kami buat pagar dari kayu".
`Abdul Wahid bin Adam Ath-Thawawisi berkata: "Saya bermimpi melihat
Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wa shahbihi wa sallam bersamanya sekumpulan
shahabat. Beliau sedang berdiri di suatu tempat. Maka saya menyalami Beliau dan Beliau
menjawabnya. Saya bertanya: "Wahai Rasulullah, kenapa engkau berdiri disini?" Beliau
menjawab: "Saya sedang menunggu Muhammad bin Isma`il". Beberapa hari setelah
mimpi tersebut sampailah kepada saya kabar duka wafatnya Al Imam Al Bukhari. Saya
15
telusuri, ternyata beliau wafat tepat sewaktu saya bermimpi Rasulullah shallallahu `alaihi
wa alihi wa shahbihi wa sallam".
Mahib bin Sulaim berkata: "Wafatnya terjadi pada malam sabtu. Malam `Idul
fitri tahun 256 Hijriah. Dalam umur 62 tahun kurang 13 hari". Semoga Allah meliputinya
dengan rahmat-Nya. Amiin.
16
Sekelumit Tentang Shahih Al Bukhari
17
satu langkah, Muhammad juga melangkah dan meletakkan langkahnya persis dibekas
langkah Nabi shallallahu `alaihi wa sallam".
Al-Farbari berkata: "Saya melihat Nabi shallallahu `alaihi wa sallam dalam tidur.
Beliau berkata dalam mimpiku: "Kamu mau kemana?" Maka saya jawab: "Saya mau pergi
ke tempat Muhammad bin Isma`il". Maka beliau berkata: "Sampaikan salamku
kepadanya".
Abu Zaid Al-Mirwazi berkata: "Ketika saya tidur antara rukun dan maqam, saya
melihat Nabi shallallahu `alaihi wa sallam berkata dalam mimpi kepada saya: "Wahai Aba
Zaid, sampai kapan kamu mempelajari kitab Asy-Syafi`i tapi kamu tidak mempelajari
kitabku!?". Saya-pun kaget dan berkata: "Apakah kitabmu wahai Rasulullah!?" Beliau
berkata: "Jami` Muhammad bin Isma`il".
18
Sekelumit Tentang As-Saadah Al-`Alawiyyin Dan Thariqah Mereka
20
Quthb Al-Irsyåd wa Ghauts Al-'Ibâd wa Al-Bilad, Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad
mengatakan mengenai jalan itu:
Kekasihku, apakah ada yang menggembirakan di antara kalian
Untuk menempuh jalan yang hilang dan tersembunyi
Kebanyakan orang tertingal darinya dan berpaling
Karena mengetahui kesulitan dalam melaluinya
Maka, menjadi kewajiban menempatkan kaki-kaki kita di tempat kaki-kaki
mereka dan berjalan sebagaimana mereka berjalan, baik maju maupun mundur. Karena
thariqah mereka dibangun berdasarkan tiga perkara: selalu berpegang kepada Kitabullah,
mengikuti sunnah Rasulullah, dan meneladani para pendahulu dari umat ini. Itulah jalan
lurus yang ditunjukkan dalam firman Allah Ta'ala,
Dan bahwa [yang Kami perintahkan] ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka
ikutilah dia, dan janganlah kalian mengikuti jalan- jalan [yang lain], karena jalan-jalan itu
mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepada
kalian agar kalian bertakwa. (QS. al-An'am: 153).
Abu Al-‘Aliyah berkata, berkenaan dengan firman Allah: Tunjukilah kami jalan
yang lurus. [Yaitu] jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat kepada mereka. (QS. al-
Fatihah: 6-7) bahwa mereka adalah keluarga Rasulullah Saw.
Sayyidina Al-Imam Abdullah Al-Haddad juga mengatakan, "Sesungguhnya
Thariqah Sådah Ba 'Alawi adalah thariqah yang paling lurus dan paling seimbang. Jalan
hidup mereka adalah jalan hidup paling baik dan paling dapat dijadikan teladan. Mereka
berada pada thariqah yang paling dapat dijadikan teladan, cara yang luas, jalan yang
paling jelas, serta jalan yang paling selamat dan paling membahagiakan. Tidak semestinya
kalangan khalaf (yang datang berikutnya) mengambil cara selain dari yang telah
dibiasakan oleh para pendahulu mereka, dan tidak pula berpaling dari thariqah dan jalan
hidup mereka. Karena, thariqah merekalah yang dinyatakan Shahih oleh Kitabullah,
sunnah Rasulullah, atsar, dan jalan hidup para salaf yang sempurna. Mereka menerima itu
dari generasi sebelumnya, ayah menerima dari kakek, dan begitu seterusnya sampai
21
kepada Nabi Saw." Demikian dikutip oleh al- Imam Ali bin Hasan al-Attas dalam kitabnya,
al-Qirthas.
Sayyidina Al-Imam Thâhir bin Husain bin Thâhir dalam wasiatnya mengatakan,
"Sesungguhnya ketakwaan dengan segala kesempurnaan, rincian, dan garis besarnya
telah dituangkan oleh para datuk yang awal dan para salaf saleh, dalam cetakan jalan
hidup mereka yang lurus dan thariqah mereka yang diridhai. Yang merupakan tali yang
kuat, tidak berpegang dengannya kecuali orang yang paling bertakwa kecuali orang yang
paling sengsara. Thariqah tersebut adalah thariqah Rasulullah Saw, dan Khulafaur-
Rasyidin yang terkenal yang kita diperintahkan untuk menggenggamnya dengan kuat.
Sayyidina Al-Imam Idrus bin Umar Al-Habsyi, dalam kumpulan ucapannya yang
terdapat dalam An-Nahr Al-Maurud mengatakan, "Sesungguhnya Thariqah 'Alawiyah
lahiriahnya adalah ilmu-ilmu agama dan amal, sedangkan batiniahnya adalah
mewujudkan maqâmât dan ahwal, adabnya adalah menjaga rahasia dan cemburu
terhadap penyalahgunaannya. Jadi lahiriahnya adalah, sebagaimana yang dijelaskan oleh
Al-Imam Al-Ghazali, berupa ilmu dan beramal menurut cara yang benar. Sedangkan
batiniahnya adalah, seperti yang diterangkan oleh Asy-Syadzili berupa mewujudkan
hakikat dan memurnikan tauhid. Ilmu mereka adalah ilmu orang-orang besar. Ciri khas
mereka adalah menghilangkan bentuk simbol. Mereka memohon kepada Allah dengan
cara mendekatkan diri kepada-Nya dengan segala pendekatan. Mereka melakukan
pengikatan janji, talgin (menuntun bacaan zikir), dan pemakaian khirqah (kopiah atau
jubah untuk pentahbisan ke tharigah), riyadhah (olah rohani), mujahadah (pengorbanan
dalam menundukkan nafsu), dan mengikat persahabatan. Mujahadah mereka yang
terbesar adalah berjuang untuk menyucikan hati dan menyiapkan diri untuk menerima
anugerah-anugerah kedekatan (dengan Allabh) pada jalan kebenaran. Mendekatkan diri
kepada Allah dengan segala pendekatan dalam persahabatan dengan orang-orang yang
mendapat petunjuk. Maka seharusnya dengan kesungguhan dalam menghadapkan diri
ikhlas karena Allah, akan mendapatkan anugerah dari Allah. Dan bersama dengan
keseriusan, pengorbanan, dan pengerahan segala kemampuan akan mendapatkan
22
pembukaan spiritual dari Allah. Allah berfirman, Dan orang-orang yang berjihad untuk
[mencari keridhaan] Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan
Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (QS.
al-Ankabut: 69).
Al-Imam Ahmad bin Hasan al-Attas pernah ditanya tentang pengertian Thariqah
Alawiyah, beliau mengatakan, "Lahiriahnya adalah Ghazaliyyah dan batiniahnya adalah
Syadziliyyah. Artinya, lahiriahnya adalah mengosongkan (melepaskan) diri dari akhlak
tercela dan menghiasi diri dengan akhlak terpuji, sedangkan batiniahnya adalah
penyaksian akan anugerah Allah dari sejalk awal langkahnya." Beliau mengatakan, "Jika
mau, Anda dapat mengatakan, "Thariqah Alawiyah adalah keselamatan dan istiqamah,
pertemuan dan penghadapan, pengosongan dan penghiasan diri, petunjuk dan
ketenangan, penghapusan dan penetapan, usaha yang keras dan penanggungan beban,
atau keselamatan dan penyerahan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Imam
Abdurrahman bin Abdullah Bilfaqih bahwa thariqah tersebut mengikuti nash menurut
cara khusus. Kemudian belau mengatakan bahwa jalan para salaf adalah beramal di
tempat dia harus beramal, meninggalkan di tempat yang harus ditinggalkan, berniat di
tempat dia harus berniat, dan mengungkapkan di tempat dia harus mengungkapkan. Al
Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad mencakup dalam sebuah bait yang diucapkannya,
Berpeganglah selalu pada Kitabullah dan ikutilah sunnah Rasul-Nya
Ikuti petunjuk Allah bagimu dengan teladan jejak salaf
Beliau juga mengatakan, "Thariqah Ahlulbait adalah amal. Mereka tidak
menuntut ilmu kecuali ilmu yang menuntun kepada amal dan untuk menjaga diri mereka.
Sedangkan yang lainnya mereka terima dari limpahan anugerah Allah. Mereka mengambil
ilmu, baik yang muthlaq (tidak terbatas oleh individu dan lingkungan) maupun mugayad
(yang terbatas oleh individu dan lingkungan dari keberadaan takwa. Sebagaimana yang
ditunjukkan dalam firman Allah: Dan bertakwalah kalian kepada Allah, dan Allah
mengajarkan kalian. (Qs. al-Baqarah: 282).
23
Jalinan As-Saadah Al-`Alawiyyin dengan Shahih Al Bukhari
27
• Al Imam Nashiruddin bin Ahmad bin Asy Syaikh Abi Bakr bin Salim (Shahib I`nat)
• Kakek saya: Al Imam `Abdullah bin Syaikhan bin Asy Syaikh Abi Bakr bin Salim.
Ditambah lagi, banyak di antara mereka yang hafal Ash-Shahih di luar kepala.
Di antaranya adalah datuk saya: Al Imam Al-Hadi bin `Abdillah bin `Umar bin `Abdillah bin
Syaikhan bin Asy-Syekh Abi Bakr bin Salim (Tinggal di India). Juga dihafal oleh As Sayyid
Ahmad bin Muhammad Syarif Al-Maqbul Al-Ahdal, Ahmad bin Muhammad Al-Banna Ad-
Dimyathi, Muhammad bin Ahmad Al-Hudaili At-Tarimi, Al-Qodhi Muhammad bin
Mas`ud Abu Syukail Al-Anshari (Qodhi `Aden). Dan sebagian lagi menghafal sebagian
kitab Ash-Shahih. Saya temukan dalam tulisan datuk kami Musthafa bin `Ali bahwa kakek-
nya `Ali bin Ahmad bin `Ali bin Ahmad ibn Al Husain bin Asy-Syekh termasuk yang hafal
setengah dari Shahih Al Bukhari. Juga dikatakan bahwa Sulthan Badr bin Thuwairiq Al-
Katsiri termasuk di antara sultan yang saleh, ia hafal seperempat Shahih Al Bukhari. Juga
diceritakan bahwa Sultan `Abdul Hamid Khan telah hafal sebagian besar hadits-hadits
Shahih Al Bukhari. Ia begitu perhatian dengan Shahih ini hingga mencetaknya dengan
biaya dari kantong pribadinya. Hal ini diabadikan oleh Al-`Allamah Sulaiman Al-`Abd
dengan gubahan qashidah:
Jika dirimu mengharap qobul dan derajat tinggi
Maka berpegang teguhlah dengan Shahih Al Bukhari sehingga kamu akan dimuliakan
dengan kemuliaan yang agung abadi.
28
Beliau telah mencetak Shahih Al Bukhari dalam suatu cetakan yang lebih indah dari
mutiara. dan diwakafkan bagi mereka yang ingin menimba dan berbagi ilmu.
(Kata-kata terakhir bila dijumlahkan dalam hisab jummal akan menghasilkan : 81 + 844 +
18 + 201 = 1313 yaitu tahun dicetaknya Shahih Bukhari dengan cetakan yang indah
tersebut)
29
Beberapa Untaian bait sya`ir tentang Al Imam Al Bukhari dan Shahihnya
Quthbud Da`wah Al-`Allamah Al-Habib Ahmad bin `Umar bin Sumaith Asy-
Syibami radhiyallahu `anhu pernah menggubah bait sya`ir tentang kitab Shahih Al
Bukhari. Yaitu:
Dan saya juga menulis rangkaian bait sya`ir yang sederhana yang saya tulis
untuk memuji kitab Ash-Shahih Imam Al-Muhadditsin Muhammad bin Isma`il Al Bukhari.
Yang saya tulis ditempat saya Al-Fachriyah, Hari jum`at diwaktu dhuha 14 Rajab 1439
hijriah / 30 Maret 2018. Yaitu:
Hadits Rasulullah adalah pelipur lara tatkala kesedihan melanda. Dengannya segala stres
dan kesedihan menjadi sirna.
Apabila seorang pembaca membaca suatu hadits dengan kerinduan dan ketulusannya,
sungguh bagiku lebih manis di dalam hatiku dari susu.
Seakan-akan Taahaa Al Mushthafa Pemimpin manusia sedang berbicara denganku dalam
keadaan hidup, segar, menyampaikan sunnah-sunnahnya.
Akhlaq dan pekertinya dibacakan kepada kami laksana taman bunga yang wangi
semerbaknya sepanjang masa.
Akhlaqnya, sifatnya, pekertinya, nampak bagi kami dalam bentuk yang paling indah.
Ilmu yang luas, rahasia yang dalam, cucuran hikmah, semua itu meluber untuk alam
semesta dari mata air anugerah Allah.
Ketahuilah bahwa sebaik-baiknya karya yang patut untuk senantiasa dibaca dan dikaji
adalah Shahiih Al Bukhari yang sangat dalam lautannya.
Wahai Allahku, dengan berkat mereka semua, perbaikilah keadaan dan urusan kami serta
selamatkan kami dari segala fitnah dan cobaan.
Bimbing kami ke jalan kebenaran dan hidayat, perbaiki dzahir dan bathin kami, wahai
Tuhan.
Saat wafat, tutup usia kami dalam Islam, dengan berkat Nabi, berikan kami anugerahMu,
katakanlah kepadaku “mintalah”.
Keabadian bersama orang-orang yang kami cintai di taman surga, di dalam surga Firdaus
di mana Sebaik-baiknya nabi bertempat tinggal.
Shalawat dan salamku semoga tercurah atas Manusia yang hadits-haditsnya adalah ilmu,
ma’rifat dan pelipur lara. Dialah Pemberi syafa’at untuk umat manusia yang senantiasa
kami harapkan kebaikannya, yang dengan berkatnya Tuhan telah memberkahi negeri
Syaam dan negeri Yaman.
Dan semoga tercurah atas keluarga dan para sahabatnya sepanjang Ahmad titisan Bani
Jindan menempuh jalannya menuju kampung halaman.
32
Di Al Hawi, tempat yang menampung segala kebaikan, terdapat taman-taman surga. Di
sana kami mencapai tempat yang tinggi dalam kedekatan kepada Nabi Muhammad sosok
yang terpercaya. Nabi Muhammad yang keanggunannya telah dibeberkan oleh sang
pemimpin hidayah Al Imam Al Bukhari pemilik jasa-jasa yang besar.
Dusun Bani Jindan adalah dusun para kekasih. Anak cucu Nabi di sana senantiasa bersama
Al Qur’an. Hadits-hadits Taahaa di puncak banteng-benteng mereka terlihat jelas dengan
berkat jasa Sang Imam Al Bukhari sosok yang sangat mahal.
Di Rumah Ali (bin Abdur Rahman) Al Habsyi kami mendengar akhlaq dan sejarah indah
sang Kekasih Agung, Al Mujtaba yang memadamkan segala fitnah dan cobaan. Kitab
Shahiih Al Bukhari yang kebaikannya menyebar kepada seluruh umat manusia sepanjang
burung-burung berdendang di atas dahan-dahan pohon.
33
Rantaian Sanad Para `Alawiyyin Dalam Kitab Shahih-Al Bukhari
Habib Salim bin Ahmad bin Jindan berkata didalam kitab-nya "Raudhatul
Wildan" [juz:1 Hal:159-160] : "Adapun riwayat guru-guru kami yang mulia yang
mengambil dari para salaf mereka dalam Shahih Al Imam Muhammad bin Isma`il Al
Bukhari yang bersambung dengan mereka dengan jalur yang banyak. Di antara yang
paling masyhur dan dekat adalah yang kami riwayatkan dari Al-Musnid Al-Imam
Syihabuddiin Ahmad bin Muhammad bin `Abdillah bin Husain Balfaqih dari ayah-
ayahnya hingga sampai ke Imam Husain Balfaqih kemudian dari paman-nya: `Aidarus bin
`Abdurrahman bin `Abdullah bin Ahmad Balfaqih, dari ayahnya, dari Al-Quthb `Abdullah
bin `Alawi Al-Haddad, dari Imam As-Siraj `Umar bin `Abdurrahman Al-`Attas, dari Imam
Tajuddin Husain bin Asy-Syaikh Abi Bakr bin Salim, dari ayahnya, dari `Abdillah bin
Muhammad bin Sahl bin `Abdillah bin Muhammad bin Hakam Baqusyair, dari Imam
Syihabuddin bin Asy Syaikh `Abdurrahman, dari ayahnya, dari kakeknya Imam Asy-Syekh
`Ali bin abi Bakr As-Sakran.
(Sanad lain) Dan Asy Syaikh Abu Bakr bin Salim juga meriwayatkan dari `Umar
bin `Abdillah Ba-Makhramah, dari Imam Muhammad bin `Ali Khird, dari Imam
Muhammad bin `Abdurrahman Al-Asqa` Al-`Alawi, dari Asy-Syekh `Ali bin Abi Bakr As-
Sakran.
(Sanad lain) Dan Syaikh Abu Bakr tersebut juga meriwayatkan dari Ma`ruf bin
`Abdillah bin Muhammad bin Ahmad Ba-Jammaal Al-Kindi dari Syihabuddin bin
`Abdurrahman, dari ayahnya, dari kakek-nya Asy-Syekh `Ali As-Sakran.
(Sanad lain) Beliau juga meriwayatkan dari As-Siraj `Umar bin Abi Bakr Ba-
Syaiban dari Ahmad Syihabuddin, dari ayahnya , dari kakeknya [Maksudnya dari
`Abdurrahman, dari ayahnya: Syekh `Ali bin Abi Bakr As-Sakran].
(Sanad lain) Syaikh Abu Bakr juga meriwayatkannya dari Imam Ahmad bin
`Alawi Ba-jahdab, dari Ahmad Syihabuddin, dari ayahnya, dari kakek-nya [yaitu dari
`Abdurrahman, dari ayahnya Syekh `Ali bin Abi Bakr As-Sakran] dari ayahnya Abi Bakr As-
34
Sakran bin Asy-Syekh `Abdurrahman Asseggaf, dari ayahnya, dari kakek-nya Muhammad
bin `Ali, dari ayahnya `Ali bin `Alawi, dari ayahnya `Alawi bin Al-Faqih, dari ayahnya Al-
Imam Al-A`dzham Al-Faqih Al-Muqoddam Muhammad bin `Ali, dari Ustadz Al-Muhaddits
Al-Musnid Abil Hasan `Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin `Ali bin
Muhammad bin Jadid Al-`Alawi, dari Imam Al-Muhaddits Al-Musnid Abu `Abdillah
Muhammad bin Isma`il bin Abi Ash-Shaif, dari Abil Husain `Ali bin Humaid bin `Ammar
Ath-Tharablusi, dari Abi Maktum `Isa bin Abi Dzar Al-Harawi, dari ayahnya, dari Abi Ishaq
Ibrahim bin Ishaq Al-Mustamli, dari Muhammad bin Yusuf bin Mathar Al-Farabri, dari
Imam Al-Hafidz Muhammad bin Isma`il Al Bukhari [selesai].
Saya: Ahmad bin Novel bin Salim bin Ahmad bin Jindan ibni Asy-Syekh Abi Bakr
bin Salim Al-`Alawi Al-Husaini mengatakan dan menambahkan sebagai berikut:
Dan Al Imam `Allamatud dunya `Abdurrahman bin `Abdillah Balfaqih
meriwayatkan dari jalur lain selain yang disebutkan Habib Salim, yaitu dari ayahnya Al-
`Allamah `Abdullah bin Ahmad Balfaqih, Al Habib `Abdullah bin `Alawi Al-Haddad, dan Al
Habib Ahmad bin `Umar Al-Hinduan. Dan mereka dari Imam Al-Faqih Al-Habib
`Abdurrahman bin `Abdillah Baharun, dari Sayyid Abu Bakr dan Sayyid Muhammad Al-
Hadi ibnail Qodhi `Abdurrahman bin Syihabuddin, dari orang tua mereka, dari ayahnya:
Ahmad Syihabuddin.
(Sanad lain) Al-Qadhi `Abdurrahman bin Syihabuddin, dari Imam Al-Muhaddits
As-Sayyid Muhammad bin `Ali Khird, dari Al-Muhaddits Sayyid Muhammad bin
`Abdurrahman Al-Asqa`,dari Imam Al-Quthb `Abdullah Al-`Aidarus dan saudaranya Asy-
Syaikh `Ali ibnai Abi Bakr As-Sakran, dari ayah keduanya Asy-Syaikh Abi Bakr As-Sakran
dan saudaranya `Umar Al-Muhdor ibnai Syaikhul Ahqof `Abdurrahman Asseggaf. Mereka
berdua dari ayah mereka `Abdurrahman Asseggaf, dari Sayyid Muhammad bin `Alawi bin
Ahmad (Shahibul `amaim).
(Sanad lain) Asy-Syekh `Ali bin Abi Bakr As-Sakran dan saudaranya `Abdullah
Al-`Aidarus meriwayatkan riwayat yang tinggi (singkat) dari As-Sayyid Muhammad bin
Hasan Jamalullail, dari Sayyid Muhammad bin `Alawi bin Ahmad (Shahibul `ama-im), dari
35
Imam `Abdullah bin `Alawi bin Al-Faqih Al-Muqaddam, dari ayahnya `Alawi Al-Ghayyur,
dari Al-Ustadz Al-A`dzom Muhammad bin `Ali Ba`alawi dengan sanad yang disebutkan
tadi.
Saya berkata: Dan telah kami riwayatkan Shahih Imam Muhammad bin Isma`il
Al Bukhari dengan sanad ini secara ijazah dari ayah kami Ad-Da`I ilallah Sayyidi Al-Habib
Naufal bin Salim bin Ahmad bin Jindan Al-`Alawi, dari ayahnya Al-`Allamah Al-Muhaddits
Al-Mu'arrikh An-Nassabah Al-Habib Salim bin Ahmad bin Jindan dari para gurunya yang
mulia.
(Sanad lain) Dan juga saya mendapatkan riwayat dari bibi-bibi saya: Syarifah
Fathimah, Syarifah Sakinah, Syarifah Shafiyyah Firdaus dengan ijazah mereka kepada
kami dari ayah mereka: Habib Salim bin Ahmad bin Jindan.
(Sanad yang lain) dan saya juga mendapatkan ijazah dari guru saya Al-`Allamah
Muhaddits Al Haramain As-Sayyid Muhammad bin `Alawi bin `Abbas Al-Maliki dari Habib
Salim bin Ahmad bin Jindan.
(Sanad lain) dan saja juga mendapatkan riwayat secara ijazah dari guru kami Al-
Habib `Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz, dari Al-`Allamah Mufti Ta`iz Al-
Muhaddits Al-Habib Ibrahim bin `Umar bin `Aqil bin Yahya, dari gurunya Al`Allamah Al-
Habib `Alawi bin Thahir Al-Haddad.
(Sanad lain) dan saya juga mendapatkan riwayat dari guru kami Al-Muhaddits
Al-`Allamah As-Sayyid Muhammad bin `Abduh Al-Ahdal dengan membaca sebagian dari
kitab Ash Shahih dan ijazah sebagian lainnya. Beliau meriwayatkan dari gurunya Al-
`Allamah `Alawi bin `Abbas Al-Maliki dan gurunya juga Al-`Allamah Asy-Syekh Hasan bin
Muhammad Al-Masysyath, mereka berdua dari Al-`Allamah Al-Hafidz Muhammad bin
`Abdul Hayy bin `Abdul Kabir Al-Kattani Al-Hasani Al-Fasi dan Al-`Allamah Habib `Alawi
bin Thahir Al-Haddad, dari Imam Al-`Allamah Musnidul aafaq Al-Habib Muhammad bin
Salim As-Sary, dari Imam Al-Abarr Al-Habib `Aidrus bin `Umar Al-Habsyi, dari Imam Al-
Habib `Abdullah bin Husain Balfaqih.
36
(Sanad lain) dan Habib Muhammad bin Salim As-Sary meriwayatkan dari Habib
Muhammad bin Ibrahim bin `Aidarus bin `Abdurrahman bin `Abdullah Balfaqih dan Habib
Al-`Allamah Mufti Diyar Al-Hadramiyah `Abdurrahman bin Muhammad Al-Masyhur,
mereka berdua dari Al-`Allamah Al-Habib Ahmad bin `Ali Al-Junaid, dari Al-Habib Al-Imam
`Abdullah bin Husain Balfaqih dengan sanad yang disebutkan.
37
Majelis-majelis Pembacaan Kitab Ash-Shahih
40
4. Di kediaman Al Habib Al-Mu`ammar `Abdurrahman bin Syaikh bin Salim Al-`Attas.
Yang setiap akhir Rajab dikhatamkan dengan gabungan acara Haul (peringatan)
wafat ayah beliau Al Habib Syaikh bin Salim Al-`Attas di kota Sukabumi.
5. Di kediaman kami Yayasan Al-Fachriyah yang kami buka pembacaannya di bulan
Rajab dari tahun 2004 dan alhamdulillah hingga sekarang belum terputus. Dan kami
juga telah membagi kitab Ash-Shahih menjadi 40 bagian seperti yang dilakukan
salaf shalih kami.
6. Dan banyak lagi majelis pembacaan Shahih Bukhari di Indonesia ini: Seperti di
Surabaya, Semarang dan lainnya. Sebagian mereka ada yang membuat pembacaan
ringkasan kitab Bukhari yaitu kitab Tajridus Sharih karya Az-Zabidi demi
menyesuaikan dengan keadaan orang-orang awam yang tidak terbiasa dengan
majelis-majelis yang panjang.
Adapun tentang kedudukan Imam Bukhari dan kitab Shahihnya di mata para
Saadah Al-`Alawiyyin telah disebutkan secara lengkap dan banyak oleh Al Habib Salim bin
Ahmad bin Jindan. Serta juga telah kami cantumkan bait sya`ir yang saya rangkai tentang
Al Imam Al Bukhari, Shahih-nya, serta pembacaannya di bumi Indonesia. Dan saya juga
menggubah sya`ir:
Di Al Hawi, tempat yang menampung segala kebaikan, terdapat taman-taman surga. Di
sana kami mencapai tempat yang tinggi dalam kedekatan kepada Nabi Muhammad sosok
yang terpercaya. Nabi Muhammad yang keanggunannya telah dibeberkan oleh sang
pemimpin hidayah Al Imam Al Bukhari pemilik jasa-jasa yang besar.
Dusun Bani Jindan adalah dusun para kekasih. Anak cucu Nabi di sana senantiasa bersama
Al Qur’an. Hadits-hadits Taahaa di puncak banteng-benteng mereka terlihat jelas dengan
berkat jasa Sang Imam Al Bukhari sosok yang sangat mahal.
Di Rumah Ali (bin Abdur Rahman) Al Habsyi kami mendengar akhlaq dan sejarah indah
41
sang Kekasih Agung, Al Mujtaba yang memadamkan segala fitnah dan cobaan. Kitab
Shahiih Al Bukhari yang kebaikannya menyebar kepada seluruh umat manusia sepanjang
burung-burung berdendang di atas dahan-dahan pohon.
42
Inilah sekelumit yang kami rangkum dalam kesempatan yang ringkas ini.
Semoga Allah memberikan kami keluangan waktu pada kesempatan lain untuk bisa lebih
menjabarkan dalam tema yang indah ini. Maka kami meminta kepada Allah agar diberikan
manfaat dan dikabulkan apa yang kami persembahkan ini. Berkat Sayyidina Ar-Rasul dan
Fathimah Al-Batul. Wa Shallallahu `ala sayyidini Muhammadin wa `ala aalihi wa shahbihi
wa sallam, walhamdu lillahi rabbil `alamin awwalan wa akhirn dzahiran wa bathinan.
Ditulis dalam keadaan tergesa, malu, dan meminta kekuatan dari Allah oleh : Asy-syarif
Ahmad bin Novel bin Salim bin Ahmad bin Jindan Al-`Alawi Al-Husaini Al-Indunisi di
kediaman kami yang penuh berkah Al-Fachriyah. Selesai ditulis pada Rabu siang, 14
Jumadil Akhir 1440 hijriyah, yang bertepatan dengan 20 Februari 2019 M.
43