Anda di halaman 1dari 9

1

Sa’id Bin Al Musayyib Abu Muhammad


(Penghulu Para Tabi’in)
Sejarah para pemikir dan ulama lebih sering menjadi pembahasan penting.
Terlebih di saat umat dan generasi mudanya kehilangan figur yang jadi anutan.
Imam Muslim meriwayatkan dari Nafi' bin Al Harits yang ditugaskan Amirul
Mukminin 'Umar bin Al Khaththab radhiyallahu 'anhu sebagai gubernur Makkah.
Nafi' bertemu dengan 'Umar di 'Usfan ketika hendak menunaikan ibadah haji.
"Siapa yang engkau tunjuk sebagai pengganti bagi penduduk Wadi
(Makkah)?" tanya 'Umar.
"Ibnu Abza," katanya.
"Siapa Ibnu Abza itu?" lanjut 'Umar.
"Salah seorang dari maula (bekas budak) kami," kata Nafi'.
"Engkau jadikan maula sebagai pengganti buat mereka?" tanya 'Umar pula.
"Dia hafal Kitab Allah (Al Quran) dan ahli tentang hukum-hukum Islam,"
jelas Nafi'.
Kemudian Amirul Mukminin berkata,"Dahulu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam pernah bersabda:
‫ِبِه‬ ‫ِك ِب‬ ‫ِإ‬
‫َّن اَهلل يْر َفُع َهِبَذ ا اْل َتا َأقَو اًم ا َو َيَض ُع آَخ ِر ْيَن‬
"Sungguh, Allah menaikkan derajat sebagian orang dengan Kitab (Al Quran)
ini dan dengannya pula Dia merendahkan yang lain."1
Demikianlah keutamaan ilmu dan orang yang berilmu.
Dinukil dari 'Abdurrahman bin Zaid bin Aslam yang pernah menyebutkan,
bahwa sejak para 'Abaadilah ('Abdullah bin 'Abbas, 'Abdullah bin Az Zubair,
'Abdullah bin 'Umar dan 'Abdullah bin 'Amr bin Al 'Ash radhiyallahu 'anhum)
meninggal dunia, ilmu fikih beralih dikuasai oleh kaum mawali (keturunan bekas
budak yang dimerdekakan).
Di Makkah, ada 'Atha` bin Abi Rabah.
Di Yaman, ada Thawus bin Kaysan.
Di Yamamah, Yahya bin Abi Katsir.
Di Bashrah, ada Al Hasan Al Bashri.
Di Syam, ada Mak-hul Asy Syami.
Di Kufah, ada Ibrahim An Nakha'i.
Di Khurasan, ada 'Atha` Al Khurasani.
Kecuali di Madinah, karena Allah 'Azza Wa Jalla melimpahkan karunia-Nya
kepada kota suci ini seorang ahli fikih dari Quraisy, yaitu Sa'id bin Al Musayyab.
Siapakah orang yang bahagia ini (Sa'id)?
Beliau adalah Abu Muhammad, Sa’id bin Al-Musayyib bin Hazn bin Abi
Wahb bin ‘Amr bin A'idz bin 'Imran bin Makhzum bin Yaqazhah Al-Qurasyi Al-
Makhzumi Al-Madani.
Ibunya adalah Ummu Sa'id bintu Hakim bin Umayyah bin Haritsah bin Al
Awqash As Sulami.
Ayah dan kakek beliau tergolong sahabat Rasulullah shallallahu 'alihi wa
sallam. Keduanya merupakan tokoh pemuka di kalangan Arab dan masuk Islam pada
masa Fathu Makkah.
Keluarga Bani Makhzum terkenal dengan kemauan mereka yang kuat, keras
hati, teguh, dan berjiwa pemimpin. Beberapa sifat ini bisa ditemukan pada beberapa

1
HR. Muslim (1353).
2

tokoh Bani Makhzum yang kita kenal, seperti Khalid bin Al Walid, 'Ikrimah bin Abi
Jahl dan Al Harits bin Hisyam, Radhiyallahu 'anhum.
Nama seseorang menurut syariat Islam bukan sekadar nama biasa. Islam tidak
mengenal istilah ‘Apalah arti sebuah nama?’ Sebab nama yang disematkan pada
seseorang termasuk sebuah doa dan harapan dari orang tua atau yang memberi nama.
Bahkan, sebuah nama sangat berpengaruh terhadap perangai dan watak orang yang
menyandangnya.
Sa’id bin al-Musayyib rahimahullah meriwayatkan dari bapaknya, dari
kakeknya, bahwa ia datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam maka Nabi
bertanya, “Siapa namamu?” Ia (kakeknya Sa’id) menjawab, “Hazn.” Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata, “Engkau Sahl.” Hazn berkata, “Aku tidak akan mengubah
nama yang diberikan oleh bapakku.”2
Hazn artinya keras, kaku dan kasar.
Adapun Sahl artinya mudah dan lunak.
Sa’id bin al-Musayyib bin Hazn rahimahullah berkata,”Sejak saat itu, sikap
kaku dan keras selalu ada di tengah-tengah (keluarga) kami.”3
Demikianlah, karena biasanya nama seseorang berpengaruh bagi
kepribadiannya. Terlebih lagi jika Rasulullah shallallahu 'alihi wa sallam
menganjurkan agar dirubah. Tetapi, kakek beliau enggan menerima tawaran
Rasulullah shallallahu 'alihi wa sallam.
Sa'id dilahirkan di kota Madinah, dua tahun setelah ‘Umar bin Al-Khaththab
radhiyallahu 'anhu memegang kekhilafahan.4
Sa'id sendiri tumbuh dan terbina di Madinah, tempat turunnya wahyu, pusat
penyebaran kebaikan dan takwa. Menara cahaya ilahi dan Negeri Hijrah. Pusat para
ulama dan ahli fikih serta ahli-ahli hadis.
Beliau tumbuh di masa-masa banyak para sahabat senior yang hidup dan
menetap di Madinah. Namun, banyak pula yang bermuki, di negeri-negeri yang jauh
dari kota suci Madinah, seperti Bashrah, Mesir, Syam dan Yaman.
Kecerdasan dan ketekunannya sudah mulai tampak sejak kecilnya. Di usia
dini, Sa'id sudah sering menghadiri majelis Amirul Mukminin 'Umar radhiyallahu
'anhu, mendengarkan hadis dari beliau.
Sa'id tumbuh dalam keadaan sangat antusias memahami hukum-hukum Al
Quran dan mengungkap maksud-maksudnya, sebagaimana yang dipahami oleh para
sahabat.
Pertumbuhan ini amat memengaruhi kepribadian Sa’id, menjadi sosok yang
kuat, teguh dan mulia di atas al haq. Setiap hari, Sa’id melihat tindak tanduk murid-
murid Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mendengar pula tutur kata mereka
yang menunjukkan mereka memang pantas sebagai murid utama Pendidik Agung,
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sangat besar dan kuat kemauan dan semangatnya mendapatkan hadis
Rasulullah shallallahu 'alihi wa sallam dari mulut para sahabat yang mendengarnya
langsung dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sering beliau berkeliling berhari-
hari, siang dan malam hanya untuk memperoleh satu hadis dari mulut sahabat yang
tidak ada lagi sahabat yang menghafal hadis itu selain sahabat tersebut.
Selain dari Amirul Mukminin 'Umar bin Al Khtaththab, beliau menerima
hadis dari 'Utsman, 'Ali, Sa'd bin Abi Waqqash, Hakim bin Hizam, Ibnu 'Abbas, Ibnu
2
HR. Al Bukhari (6190).
3
Siyar A'lamin Nubala (5/208).
4
Ada pendapat lain menyebutkan bahwa beliau lahir empat tahun sesudah 'Umar bin Al
Khaththab menjadi khalifah.
3

'Umar, Abu Dzar, Abu Darda`, Zaid bin Tsabit, 'Aisyah, Ummu Salamah, juga dari
ayah beliau sendiri Al Musayyab bin Hazn, dari Abu Qatadah dan banyak lagi yang
lain.

sssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss
ssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss
ssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss
Sebelum menikah dengan putri sahabat yang mulia Abu Hurairah
radhiyallahu 'anhu, Sa’id telah menikah dan mempunyai beberapa orang anak,
Muhammad, Sa'id, Ilyas, Ummu 'Amr, Ummu 'Utsman dan Fakhitah. Ibu mereka
adalah Ummu Habiib bintu Abi Kariim bin 'Amir bin 'Abd Dzi Asy Syara bin 'Attab
bin Abi Sha'b bin Fahm bin Tsa'labah bin Sulaim bin Ghanim bin Dawus.
Putrinya yang lain adalah Maryam, dari ummu walad (budak yang dinikahi
majikan).
Allah Maha Indah dan menyukai keindahan.
Sa'id hidup sederhana. Dia lebih suka memakan dari hasil usahanya sendiri.
Sa'id bekerja dengan berjualan minyak dengan modal 400 dinar.
Sebetulnya, pemerintah kaum muslimin ketika itu memberi jatah untuk anak-
anak para sahabat cukup besar. Sa'id berhak menerima 3000 dinar emas setiap tahun.
Tetapi, beliau menolak.
Penghasilan dari berjualan minyak itulah yang beliau gunakan menghidupi diri
dan keluarga yang beliau tanggung.
Beliau pernah berdoa,"
Tubuhnya tinggi. Di keningnya tidak terlihat bekas sujud, meskipun beliau
dikenal banyak shalatnya di malam hari. Tidak pernah membiarkan kukunya panjang
melebihi jarinya.
Beliau senang mengenakan pakaian berwarna putih. Kadang beliau
mengenakan juga imamah (sorban) hitam dan beliau julurkan sisanya ke belakang.
Rambut beliau putih, begitu pula janggutnya. Kumisnya rapi, tetapi tidak
digunting habis. Beliau tidak menggunakan inai untuk rambut dan janggutnya
meskipun boleh.
Beliau selalu bersuci setiap selesai buang air. Selalu menyalami orang yang
beliau temui.
Beliau tidak suka banyak tertawa.

Menuntut Ilmu

Ibadah Dan Suluk

Wasiat Sa'id Sebelum Meninggal Dunia


Ada berita dari Rasulullah shallallahu 'alihi wa sallam:

Masa para tabi'in ini berbaur dengan masa para sahabat. Bahkan sebagian
tabi'in senior -seperti Sa'id bin Al Musayyib- sudah berfatwa di negeri tempat mereka
menetap, sementara beberapa sahabat masih hidup di tengah-tengah mereka.
Di sisi lain, saat kecilnya, Sa'id merasakan suasana mencekam setelah
terbunuhnya 'Umar sebagai syahid.
Fitnah mulai menggeliat mencari celah untuk merampas hati-hati yang lemah.
4

Beranjak dewasa, kembali Sa'id merasakan bara fitnah mulai tersulut. Para
Khawarij berhasil melaksanakan misi mereka, khalifah ketiga gugur. Terbunuh di
dalam rumahnya tanpa perlawanan.
Semoga Allah meridhainya.
Dalam usia dewasanya, kembali Sa'id melihat kejadian yang memilukan.
Perang di antara para sahabat, semoga Allah mengampuni dan meridhai mereka.
Darah tumpah sia-sia di Shiffin dan peristiwa Jamal.
Perlahan, Madinah mulai terpisah. Tidak lagi menjadi Ibu Kota Kedaulatan
Islam. Dua khalifah dibaiat di tempat yang berbeda. Yazid bin Mu'awiyah di Syam,
'Abdullah bin Az Zubair di Hijaz.
Perangpun mulai berkobar. Ka'bah rusak berat, karena ditembaki manjanik.
Madinah pun jadi korban. Peristiwa Harrah yang memilukan terbayang-
bayang di pelupuk mata kaum muslimin.

Istri Dan Anak-Anaknya


Sa'id
Keilmuan, Ibadah, dan Akhlak Beliau
Beliau berjumpa dengan banyak sahabat dan meriwayatkan hadits dari
mereka, di antaranya adalah ‘Umar bin Al-Khaththab, ‘Utsman bin ‘Affan, ‘Ali bin
Abi Thalib, Zaid bin Tsabit, Abu Musa Al-’Asy’ari, Sa’d bin Abi Waqqash, ‘Aisyah
binti Abi Bakr, Abu Hurairah, ‘Abdullah bin ‘Abbas, Muhammad bin Maslamah,
Ummu Salamah, ‘Abdullah bin ‘Umar, Sa’d bin Ubadah, Abu Dzarr Al-Ghifari, Ubay
bin Ka’b, Bilal bin Abi Rabah, Abu Darda’, Ummu Syuraik, Hakim bin Hizam,
‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-’Ash, Abu Sa’id Al-Khudri, Hassan bin Tsabit, Shuhaib
Ar-Rumi, Shafwan bin ‘Umayyah, Mu’awiyah bin Abi Sufyan, dan yang lainnya.
Beliau adalah orang yang paling mengetahui hadits-hadits yang disampaikan
Abu Hurairah dan beliaulah yang menikahi putrinya.
Dan di antara ulama yang meriwayatkan hadits dari beliau adalah Al-Imam
Az-Zuhri, Qatadah, ‘Amr bin Dinar, Yahya bin Sa’id Al-Anshori, Syarik bin Abi
Namir, ‘Abdurrahman bin Harmalah, ‘Atha Al-Khurasani, Maimun bin Mihran, dan
yang lainnya.
Beliau adalah seorang yang memiliki kelebihan dan keutamaan dalam ilmu
dan amal. Tentang kelebihan yang dimiliki oleh beliau dalam hal ilmu, sebagaimana
digambarkan berikut:
Para ulama mengakui bahwasanya beliau memang seorang mufti (pemberi
fatwa) di zamannya dalam keadaan para shahabat bahkan para pembesar shahabat
masih hidup di tengah-tengah kaum muslimin pada zaman tersebut.[1]
Fatwa-fatwa beliau dalam berbagai permasalahan selalu menjadi bahan
rujukan kaum muslimin dan selalu dikedepankan dalam menyelesaikan berbagai
problem umat. Dan di kalangan para fuqaha’ (ahli dalam masalah fiqih), beliau adalah
seorang yang sangat pandai dalam bidang fiqih dan hasil pemikiran-pemikiran beliau
selalu mendapat tempat yang mulia di hati kaum muslimin di samping beliau pun
menguasai sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Dahulu, ‘Umar bin ‘Abdil ‘Aziz sewaktu masih menjabat sebagai gubernur di
kota Madinah, tidaklah dia berani memutuskan suatu perkara kecuali setelah
menanyakan terlebih dahulu perkara tersebut kepada Sa’id bin Al Musayyib.
Suatu ketika ‘Umar bin ‘Abdil ‘Aziz mengalami suatu masalah yang sangat
membutuhkan jawaban dan solusi yang cepat dan tepat. Maka beliau mengutus salah
seorang utusan untuk menanyakan masalah tersebut kepada Sa’id bin Al-Musayyib.
Alkisah sang utusan tersebut berhasil membawa beliau ke hadapan ‘Umar bin ‘Abdil
5

‘Aziz. Melihat kedatangan Sa’id bin Al Musayyib, terkejutlah ‘Umar bin ‘Abdil ‘Aziz
dan rona wajahnya pun berubah menunjukkan rasa malu kepada beliau. Maka
berkatalah ‘Umar bin ‘Abdil ‘Aziz: “Aku meminta maaf kepadamu wahai Sa’id atas
kesalahpahaman utusanku. Sebenarnya aku mengutus dia adalah untuk menanyakan
kepadamu tentang suatu masalah di majelismu dan bukan untuk menyuruh engkau
untuk hadir di hadapanku.”
Dikisahkan pula bahwasanya beliau diberikan kelebihan oleh Allah ‘azza
wajalla berupa ilmu tentang tabir mimpi (menafsirkan mimpi seseorang) sebagaimana
kemampuan yang telah Allah ta’ala berikan kepada Nabi Yusuf ‘alaihis salam. Beliau
mempelajari ilmu ini dari shahabiyah Asma’ bintu Abi Bakr Ash- Shiddiq, dan Asma’
mengambil ilmu tersebut dari ayahnya yaitu Abu Bakr Ash-Shiddiq. Tentang masalah
ini, dikisahkan sebagai berikut:
Telah datang seorang laki-laki kepada beliau menceritakan tentang mimpinya:
“Dalam mimpiku seakan-akan aku melihat ‘Abdul Malik bin Marwan[2]
kencing di arah kiblat masjid Nabawi sebanyak 4 kali.” Maka Sa’id berkata: “Kalau
mimpimu memang benar seperti itu maka tafsirannya adalah sebagai berikut:
sesungguhnya akan lahir dari sulbi ‘Abdul Malik bin Marwan 4 orang khalifah.”[3]
Al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib menceritakan bahwasanya beliau melihat
dalam mimpinya seakan-akan di antara kedua matanya tertulis ayat:
‫قل هو اهلل أحد‬
maka dia dan keluarganya gembira dengan mimpi tersebut. Maka
diceritakanlah mimpi tersebut kepada Sa’id bin Al-Musayyib. Beliau berkata
menafsirkan mimpi tersebut: “Kalau memang benar mimpi yang engkau ceritakan,
maka ajalmu tinggal sebentar lagi.” Dan Al Hasan bin Ali pun meninggal tidak lama
setelah itu.
Seseorang menceritakan mimpinya kepada beliau: “Aku melihat dalam
mimpiku seorang wanita cantik berada di atas puncak menara.” Kemudian beliau
menafsirkannya bahwa Al-Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi akan menikahi anak
perempuan ‘Abdullah bin Ja’far.
Seseorang berkata kepada beliau: “Wahai Abu Muhammad, aku melihat dalam
mimpiku seakan-akan aku berada di sebuah tempat yang teduh kemudian aku berdiri
di bawah sinar matahari.” Beliau berkata: “Jika memang mimpimu tersebut benar,
maka sungguh engkau akan keluar dari Islam.” Kemudian orang itu berkata lagi :
“Wahai Abu Muhammad, sesungguhnya aku melihat dalam mimpiku tersebut aku
dipaksa keluar dari tempat yang teduh ke tempat terik matahari, maka aku duduk di
bawahnya.” Beliau berkata: “Engkau akan dipaksa untuk keluar dari Islam.” Maka
orang tersebut ditawan oleh musuh dalam suatu pertempuran dan dipaksa untuk
murtad namun kemudian kembali kepada Islam.
Seseorang menceritakan kepada beliau bahwa dalam mimpinya dia melihat
seakan-akan dia masuk ke dalam api. Kata beliau : “Engkau tidak akan mati sampai
engkau bisa mengarungi lautan, dan engkau mati dalam keadaan terbunuh.” Maka
orang tersebut pergi mengarungi lautan dan telah dekat masa kematian baginya.
Dia terbunuh pada peristiwa Qudaid yaitu sebuah tempat yang terletak antara
Makkah dan Madinah. Di tempat itulah pada tahun 130 H pernah terjadi pertempuran
hebat yang memakan banyak korban antara penduduk Madinah dengan pasukan Abu
Hamzah Al-Khariji.
Beliau juga merupakan teladan di dalam semangatnya menuntut ilmu. Beliau
pernah berkata: “Aku pernah melakukan perjalanan sehari semalam hanya untuk
mendapatkan satu hadits saja.”
6

Dan tidak kalah pula, beliau adalah seorang yang sangat semangat dalam
beribadah kepada Allah ‘azza wajalla. Beliau pernah mengatakan: “Aku tidak pernah
tertinggal shalat jama’ah sejak 40 tahun yang lalu.” Beliau juga berkata: “Tidaklah
seorang muadzdzin mengumandangkan adzan sejak 30 tahun yang lalu kecuali aku
telah berada di masjid.” Beliau juga sangat rajin dan istiqamah dalam melaksanakan
ibadah puasa. Dan selama hidupnya beliau telah melaksanakan ibadah haji sebanyak
40 kali.
Beliau adalah seorang ulama yang terkenal wara’. Tentang wara’nya beliau
ini, pernah disebutkan dalam sebuah riwayat bahwasanya beliau mendapatkan
tawaran gaji tunjangan dari Baitul Mal (kas negara) sebanyak 30 ribu lebih. Namun
beliau menolak tawaran tersebut seraya berkata: “Aku tidak membutuhkan terhadap
harta tersebut.”
Beliau pernah mengatakan: “Barangsiapa yang merasa cukup dengan Allah
maka manusia akan butuh kepadanya.”
Beliau juga mendapati masa berkuasanya gubernur Al-Hajjaj bin Yusuf Ats-
Tsaqafi di wilayah Irak. Dia adalah seorang penguasa yang kejam dan bengis pada
masa itu. Ribuan kaum muslimin dan para ulama menjadi korban keberingasannya.
Sangat sedikit sekali di antara kaum muslimin dan para ulama yang selamat dari
tangannya. Dan di antara para ulama yang selamat dari keberingasannya adalah Sa’id
bin Al-Musayyib. Sampai-sampai ada salah seorang yang bertanya kepada beliau:
“Ada apa sebenarnya dengan Al-Hajjaj, kenapa dia tidak pernah memanggilmu untuk
menghadap kepadanya, dan dia tidak pernah mengganggumu dan menyakitimu?”
Beliau berkata: “Demi Allah aku tidak tahu, kecuali dulu aku pernah melihat dia (Al-
Hajjaj) suatu hari masuk ke masjid bersama bapaknya, kemudian dia melaksanakan
shalat tetapi dia tidak menyempurnakan ruku’ dan sujudnya dengan baik. Maka aku
mengambil batu kerikil dan aku lemparkan ke arahnya sebagai isyarat agar dia
menyempurnakan ruku’ dan sujudnya.” Maka sejak saat itu Al-Hajjaj pun
memperbagus shalatnya. Jadi seakan-akan Al-Hajjaj berhutang budi kepada beliau
atas nasehat dan tegurannya dalam memperbaiki cara shalatnya, oleh karena itulah
beliau aman dari gangguannya.
Pujian Para ‘Ulama kepada Beliau
‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallau ‘anhu berkata: “Sa’id bin Al-Musayyib -
demi Allah- adalah termasuk dari para mufti (ahli fatwa).”
Qatadah, Mak-hul, Az-Zuhri, dan yang lainnya berkata: “Tidaklah aku melihat
seorang yang lebih alim daripada Sa’id bin Al-Musayyib.”
‘Ali bin Al-Madini berkata: “Aku tidaklah mengetahui salah seorang dari
kalangan tabi’in yang lebih luas ilmunya daripada Sa’id bin Al-Musayyib. Dan dia
menurutku adalah seorang tabi’in yang paling mulia.”
Maimun bin Mihran berkata: “Aku datang ke kota Madinah, maka aku
bertanya kepada penduduk Madinah siapa orang yang paling pandai di antara mereka.
Maka mereka pun mengarahkanku kepada Sa’id bin Al-Musayyib.”
Inilah perkataan Maimun bin Mihran -seorang tabi’in- dalam keadaan di kota
tersebut masih ada ‘Abdullah bin ‘Abbas dan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhum.[4]
‘Umar bin ‘Abdil ‘Aziz berkata: “Tidaklah ada seorang alim pun di kota
Madinah kecuali ia mendatangiku dengan ilmunya, adapun aku, maka aku mendatangi
Sa’id bin Al-Musayyib karena sesuatu yang ada pada sisinya berupa ilmu.”
Cobaan yang Menimpa Beliau
Telah menjadi sunnatullah bahwasanya setiap manusia yang hidup di muka
bumi pasti akan mengalami cobaan atau musibah. Allah ta’ala berfirman:
7

‫امل أحسب الناس أن يرتكوا أن يقولوا آمنا وهم ال يفتنون‬.


“Alif Laam Miim, Apakah manusia mengira bahwasanya mereka akan
dibiarkan untuk mengatakan bahwa kami telah beriman sementara mereka belum
diuji.” (Al-’Ankabut: 1-2).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
‫إن من أشد الناس بالء األنبياء مث الذين يلوهنم مث الذين يلوهنم مث الذين يلوهنم‬.
“Orang yang paling keras cobaannya adalah dari kalangan para nabi kemudian
orang yang berikutnya (semisalnya), kemudian orang yang berikutnya (semisalnya),
dan kemudian orang yang berikutnya (semisalnya).”
Diceritakan bahwa pada masa kekhilafahan dipegang oleh shahabat ‘Abdullah
bin Az-Zubair radhiyallahu ‘anhuma, beliau mewakilkan kota Madinah kepada Jabir
bin Al-Aswad Az-Zuhri. Dia (Jabir) menyeru manusia untuk berbaiat kepada
‘Abdullah bin Az-Zubair. Maka berkatalah Sa’id: “Aku tidak mau berbaiat sampai
manusia semuanya sepakat untuk membaiatnya.” Maka beliau pun dicambuk
sebanyak 60 cambukan. Sampailah kabar tersebut kepada ‘Abdullah bin Az-Zubair
dan beliau pun menulis surat celaan kepada Jabir dan memerintahkan untuk
membiarkan Sa’id bin Al-Musayyib.
Kemudian pula di masa berkuasanya khalifah Al-Walid bin ‘Abdil Malik dan
Sulaiman bin ‘Abdil Malik. Beliau diminta untuk berbaiat kepada keduanya namun
beliau tidak segera menyambutnya dan menunggu situasi kondusif terlebih dahulu.
Maka beliau dicambuk sebanyak 60 cambukan dan diarak di hadapan masyarakat
dalam keadaan hanya memakai celana kemudian setelah itu dijebloskan ke dalam
penjara.
Kemudian pula beliau pernah disiksa oleh ‘Abdul Malik bin Marwan berupa
cambukan sebanyak 50 kali kemudian dijemur di panas matahari dalam keadaan
hanya memakai celana.
Dan bentuk cobaan lain yang menimpa beliau adalah pemerintah yang
berkuasa pada saat itu melarang kaum muslimin untuk duduk bermajelis dengan
beliau.
Namun beliau menghadapi semua itu dengan penuh kesabaran dan selalu
mengharap datangnya pertolongan dari Allah subhanahu wata’ala.
Wafat Beliau
Beliau wafat pada tahun 94 Hijriyah karena sakit keras yang menimpanya.
Dan tahun tersebut dikenal sebagai tahun Fuqaha’, karena banyaknya para fuqaha’
yang meninggal pada tahun tersebut. Semoga Allah subhanahu wata’ala memberikan
ampunan dan rahmat-Nya kepada beliau.
‫ وفقهًا يف دين اهلل عز وج;;ل‬،‫سيد التابعني يف زمانه ومقّد مهم أمانة يف نقل السنة عن الصحابة‬
‫ ق ;;ال‬.‫ ورهب ;;ة الس ;;لطان‬،‫ وص ;;دعًا باحلق واس ;;تعالًء باإلميان والعلم على حط ;;ام الدنيا‬،‫وزه ;;دًا يف الدنيا‬
‫ وق;;ال حمم;;د بن إس;;حق عن مكح;;ول‬،‫ جالس;;ته س;;بع حجج وأن;;ا ال أظن عن;;د أح;;د علم;ًا غ;;ريه‬:‫الزه;;ري‬
‫ أما اإلمام امحد‬،‫ فم ; ;;ا لقيت أعلم من س ; ;;عيد بن املس ; ;;يب‬،‫ طفت األرض كله ; ;;ا يف طلب العلم‬:‫ق ; ;;ال‬
‫ مضت الس;نة فحس;بك‬:‫ إذا ق;ال س;عيد‬:‫ وق;ال علي بن املديين‬،‫ سعيد بن املسيب أفضل التابعني‬:‫فيقول‬
.‫ وهو عندي أجل التابعني‬،‫منه‬
Perlu diingat bahwa kemuliaan dan kesempurnaan yang ada pada mereka
adalah ketika mereka menyatukan antara ilmu dan amal. Ilmu adalah wasilah untuk
8

mendekatkan diri kepada Allah 'Azza Wa Jalla pada diri mereka dan orang-orang
yang seperti mereka.
Ilmu mereka banyak, amalan mereka juga sama banyaknya. Mulai dari ibadah
khusus antara mereka dan Rabb mereka. Antusias mereka melakukan aktifitas dalam
bingkai syariat Islam disertai rasa takut kepada Rabb semesta alam. Akhirnya
layaklah mereka termasuk dalam golongan orang-orang yang dikatakan Allah Ta'ala
dalam firman-Nya (
‫"إمنا خيشى اهلل من عباده العلماء‬
Kata Al Auza'i,"Ada keutamaan Sa'id yang tidak dimiliki ulama lain di
kalangan tabi'in. dia tidak pernah luput shalat jama'ah selama empat puluh tahun
(bahkan di saf pertama)."
Ketika Sa'id sakit mata, beliau disarankan agar ke taman melihat-lihat
dedaunan dan tumbuhan hijau agar udara segar juga menjadi obat bagi matanya.
Tapi, apa kata beliau,"Apa yang harus saya lakukan untuk tidak ketinggalan
shalat 'isya dan subuh?"
Beliau adalah orang yang paling hati-hati memasukkan sesuatu ke rumah dan
perutnya. Paling zuhud terhadap urusan dunia.
Pernah berdoa,"Ya Allah, aku menyimpan harta ini bukan karena kikir, tamak,
cinta dunia dan untuk mendapatkan kesenangannya. Aku hanya ingin menjaga
mukaku dari Bani Marwan sampai aku bertemu Allah lalu memutuskan persoalan
antara aku dan mereka. Juga untuk menyambung silaturrahmi dengan harta ini dan
aku tunaikan hak orang yang ada di dalamnya, lalu aku kembalikan kepada para
janda, orang-orang yang fakir dan miskin serta tetangga."
Sikap beliau membela kebenaran dan keteguhan beliau bagaimanapun cobaan
datang sangat masyhur.
Keengganannya berbaiat terhadap keturunan Marwan, juga keenggenannya
menikahkan putrinya dengan Hisyam bin 'Abdil Malik, sehingga mendapat tekanan.
Kemudian dia rela menikahkan putrinya dengan mahar dua dirham kepada muridnya,
Katsir bin Abu Wada'ah menambah bobot sejarah ulama yang tidak takut celaan para
pencela di jalan Allah. Mereka tetap memenuhi hak Allah dan umat dengan ilmu dan
keteladanan yang diberikan Allah kepada mereka.
Pernah diundang untuk menerima jatah dari kas negara sebesar kira-kira
30000 dinar, tapi beliau berkata,"Saya tidak butuh. Juga tidak kepada Bani Marwan
sampai Allah mengadili aku dan mereka."
Kepribadian dan adabnya yang mulia dalam menyampaikan hadis. Juga
manisnya iman yang beliau rasakan sangat banyak dituliskan. Ketika beliau sakit,
seseorang datang, beliau minta didudukkan. Orang itu berkata,"Jangan bergerak.
Biarlah Anda berbaring saja."
"Aku tidak suka menyampaikan hadis dari Rasulullah shallallahu 'alihi wa
sallam ssambil berbaring."
Di antara nasehat beliau dalam memperbaiki kepribadian seorang muslim di
antaranya,"Jangan penuhi matamu dengan pendukung kezaliman, kecuali hati kamu
membencinya. Kalau tidak, akan gugurlah amalan saleh kamu."
Tidaklah seseorang memuliakan nafsunya dengan sesuatu yang sebanding
dengan kataatan kepada Allah. Tidaklah dia menghinakan dirinya kecuali dengan
maksiat kepaada Allah.
Cukuplah seseorang ditolong Allah dengan melihat musuhnya berbuat maksiat
kepada Allah Ta'ala.
9

Menunjukkan muraqabahnya kepada Allah dan merealisasikan pengabdiannya


kepada Allah, sementara betapa banyak ilmu yang justru menghalangi pemiliknya
dari sikap ini. Yaitu ketika orang yang alim terjatuh dalam lingkup kelalaian lalu
segera mengelilingi diri dan ilmunya serta mearasa cukup.
Tangan Allah di atas para hamba-Nya. Siapa yang mengangkat dirinya,
niscaya Allah merendahkannya. Siapa yang merendahkan dirinya, tentu Allah
mengangkat derajatnya.
Setiap orang beramal di bawah perlindungan Allah. Jika Allah ingin
mempermalukannya, Allah keluarkan dia dari perlindungan-Nya sehingga terlihatlah
oleh mereka cacatnya. Dan Rabbmu sama sekali tidak menzalimi hamba-Nya.
Semoga Allah merahmati alim Madinah yang menyatukan ilmu dan amal,
serta menunaikan haknya dengan mengajarkan, menjelaskan dan menyuarakan yang
hak serta rasa takut yang jujur kepada Allah.

Seorang ‘alim dari kalangan penduduk Madinah. Pemuka tabi’in pada


zamannya, seorang yang ahli dalam bidang fiqh pada masanya, satu dari tujuh tokoh
ulama ahli fiqh yang terkenal dalam sejarah Islam dan bahkan termasuk dari
pemimpin para ulama. Beliau menempati thabaqah kedua yang dikenal di kalangan
ahlul hadits adalah thabaqahnya tokoh-tokoh besar tabi’in. Adapun para shahabat,
mereka berada pada thabaqah pertama.
Kepala dan jenggot beliau berwarna putih dan beliau sangat menyenangi
pakaian yang berwarna putih. Salah seorang shahabat beliau pernah mengatakan:
“Aku belum pernah melihat Sa’id memakai pakaian selain pakaian putih.”

‫ فاحلسن‬، ‫إن البيئة االجتماعية احمليطة هلا دور فعال ومهم قي صناعة الرجال وبناء شخصيتهم‬
‫ والرعي;ل األول الذي ت;رىب على يدي رس;ول‬، ‫بن علي رضي اهلل عن;ه ع;اش يف زمن س;اد في;ه الص;حابة‬
‫ وك ;;ثر‬، ‫ فهيمنت الفضيلة والتق ;;وى والص ;;الح على ذلك اجملتم ;;ع الفريد‬، ‫اهلل ص ;;لى اهلل علي ;;ه وس ;;لم‬
‫اإلقب ;;ال على طلب العلم والعم ;;ل بالكتاب والس ;;نة فه ;;ذه احلالة دفعت احلس ;;ن بن علي إىل االس ;;تفادة‬
‫ فكان ع;دد الص;حابة الذين اس;توطنوا املدين;ة يف حي;اة الرس;ول كم‬، ‫واالقتداء باجملتمع الذي يعيش في;ه‬
‫ وإن جمتمع;ًا ع;اش في;ه‬، ‫ واستمر عدد كب;ري يف املدين;ة بع;د وفاة رس;ول اهلل ص;لى اهلل علي;ه وس;لم‬، ‫كبري‬
‫ هلو جمتم;;ع ال‬، ‫الرسول صلى اهلل عليه وسلم وتريب فيه على يديه النواة األوىل خلري أمة أخرجت للن;;اس‬
‫ والزم رس;ول اهلل ص;لى اهلل‬، ‫ فق;د ش;اهد ه;ذا اجملتم;ع الوحي وص;احب الدعوة‬، ‫يدانيه أي جمتمع آخر‬
‫) فكان ه ;;ذا‬1 (‫ فكان هلذه املالزمة والص ;;حبة آث ;;ار نفس ;;ية ومع ;;ان إمياني ;;ة وتعل ;;ق روحي‬، ‫علي ;;ه وس ;;لم‬
‫ وأن ه;;ذا اجملتم;;ع له ق;;وة التأثري يف ص;;ياغة‬، ‫اجملتم;;ع حمل ج;;ذب الن;;اس والتأثري فيهم بالس;;لوك والق;;ول‬
‫شخصية احلسن بن علي الرتبوية والعلمية‬

Anda mungkin juga menyukai