Anda di halaman 1dari 33

Dewan Ini Menolak Ucapan Selamat Pada Perayaan

Hari Besar Agama Lain

PRO

Latar Belakang :
Para hadirin yang terhormat, pada masa sekarang ini terdapat pro dan kontra yang
menjadi perdebatan di kalangan masyarakat mengenai boleh atau tidaknya ucapan selamat
pada perayaan hari besar agama lain. Terlebih lagi para ulama mengatakan bahwa untuk
mengucapkan selamat pada hari besar agama lain adalah syubhat atau hal yang tidak jelas
atau diragukan. Selain itu, saya ingin memberikan kutipan singkat dari Umar bin Khathab
radhiallahu’anhu yaitu :

‫اجْ تَنِبُوا َأ ْعدَا َء هَّللا ِ فِي ِعي ِد ِه ْم‬


“Jauhi perayaan hari-hari raya musuh-musuh Allah.”
Jika beliau yang kita ketahui bersama adalah sahabat baik Rasulullah menyampaikan hal
yang demikian. Lalu apakah kita justru akan ikut serta atau memberi selamat pada perayaan
hari besar agama lain? Tentu jawabannya adalah tidak. Maka dari latar belakang atau
pandangan tersebut, kami menyampaikan dengan tegas, bahwasanya kami setuju dengan
mosi pada perdebatan kali ini, yaitu dewan ini menolak ucapan selamat pada perayaan hari
besar agama lain. Sebelum saya menyampaikan alasan lainnya yang mendorong kami untuk
menyetujui mosi pada hari, pertama-tama izinkanlah saya untuk menyampaikan definisi dan
limitasi pada jalannya debat pada hari ini.

Definisi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI), arti kata menolak adalah tidak
membenarkan atau tidak menerima.
Menurut KBBI, arti kata ucapan adalah perkataan sebagai pernyataan rasa hati (seperti rasa
sukacita, rasa terima kasih, dan sebagainya).
Menurut KBBI, arti selamat adalah doa (ucapan, pernyataan, dan sebagainya) yang
mengandung harapan supaya sejahtera (beruntung, tidak kurang suatu apa pun, dan
sebagainya).
Menurut KKBI, arti hari besar adalah hari yang dirayakan untuk memperingati suatu
peristiwa penting.

Limitasi
Disini kami akan memberikan limitasi agar jalannya debat pada hari ini lebih terarah. Adapun
limitasi untuk jalannya debat pada hari ini yaitu :
- Berlaku di Indonesia
- Hari besar agama lain yang dimaksud adalah hari raya natal. Kami membatasi mosi
pada hari ini untuk perayaan natal karena mengucapkan selamat pada hari raya natal
banyak menjadi polemik atau perdebatan di tengah masyarakat.

Urgency
Kali ini saya ingin menyampaikan bahwasanya mosi ini sangat penting atau urgent untuk
disetujui, hal ini karena berdasarkan limitasi yang saya berikan, yaitu hari raya natal.
Beberapa umat Muslim masih ada yang ikut mengucapkan selamat pada hari raya tersebut.
Namun kita ketahui bersama bahwa natal adalah hari besar agama Kristen mengenai perayaan
kelahiran Yesus Kristus atau Isa Almasih sebagai anak Allah. Hal ini tentu saja bertentangan
dengan ajaran agama kita, bahwa Allah tidak memiliki anak, dan Isa adalah nabi Allah bukan
Tuhan. Dengan ikut mengucapkan selamat pada perayaan natal, maka dianggap dapat
mengancam akidah seorang Muslim. Hal ini karena dengan melakukan hal tersebut dapat
membuat seorang Muslim ikut membenarkan kelahiran Isa Almasih sebagai anak Allah.
Tentu akidah seorang Muslim saat itu akan dipertanyakan.

Goal
Tujuan kami dengan menyatakan pernyataan setuju terkait mosi ini adalah untuk mencegah
menurunnya akidah seorang Muslim. Hal ini karena setiap perayaan hari besar memiliki
maksud masing-masing. Misalnya hari natal untuk merayakan perayaan kelahiran Isa
Almasih. Oleh karena itu dengan setuju terhadap mosi ini, kita bisa menciptakan kaum
Muslimin yang bisa lebih toleransi atau menghargai agamanya sendiri.

Argumen
Kali ini kami memberikan alasan atau argumen mengapa kami setuju dengan mosi pada hari
ini, yaitu :
Tidak menjadi keharusan bagi seorang Muslim memberikan ucapan selamat atas perayaan
hari raya agama lain.
1) Seperti yang telah disampaikan oleh teman saya Berdasarkan Kitab Iqtidhou
Sirotol Mustaqim karya Ibnu Taimiyah di halaman 195 dan 196. Rasulullah dan
umat Islam senantiasa menjaga hubungan yang harmonis dengan non Muslim,
tetapi tidak pernah ikut campur terkait hari raya mereka. Rasul dalam
sejarahnya juga tidak mengucapkan selamat ketika non Muslim merayakan hari
besar keagamaan. Namun hal itu tidak mengurangi keharmonisan, toleransi,
dan rasa kemanusiaan. Jika Rasulullah saja yang seorang suri teladan tidak
melakukan tersebut, padahal beliau adalah seorang yang toleransi, lalu untuk
apa kita mengucapkan selamat hari raya kepada umat lain.

2) Mengucapkan selamat pada hari besar agama lain merupakan sebuah komunikasi.
Seperti yang telah disampaikan oleh teman saya bahwa pada Al-Qur’an telah
memberikan rambu-rambu kepada kaum Muslim untuk berkomunikasi dengan kata-
kata yang benar (Qoulan syadida). Hal ini telah dipertegas dalam surat Al-Ahzab ayat
70.
Maka dari mengucapkan selamat natal bertentangan dengan suruhan yang
menghimbau kita untuk berkata yang benar yang tidak menyalahi akidah Islam.

2) Toleransi itu penting. Seperti yang telah disampaikan oleh teman saya bahwa
toleransi merupakan sikap saling menghormati, saling menghargai. Namun
toleransi itu banyak macamnya, seperti yang telah disampaikan teman saya,
Maka dari itu dengan tidak mengucapkan selamat pada hari raya agama lain,
bukan berarti kita bukanlah umat yang tidak menjunjung toleransi. Karena kita
bisa mewujudkan toleransi dengan cara lainnya, seperti yang telah saya
sampaikan sebelumnya.

3) Menurunkan akidah seorang Muslim


Natal adalah hari besar agama kristen yang memaknai lahirnya Isa Almasih sebagai
anak Allah. Hal ini tentu saja bertentangan dengan ajaran agama kita, bahwa Allah
tidak memiliki anak, dan Isa adalah nabi Allah bukan Tuhan. Yang sudah ditegaskan
oleh teman saya pada surah Al-Ikhlas ayat 3. Oleh karena itu, untuk menghindari
penurunan akidah seorang Muslim, sebaiknya kita tidak perlu mengucapkan selamat
natal kepada umat Kristiani.

4) Selain itu, toleransi juga tidak memiliki dampak jika tidak mengucapkan selamat
kepada hari besar agama lain. Ketika kita tidak mengucapkan selamat kepada hari
besar agama lain, atas dasar menghargai atau toleransi terhadap agama sendiri, dan
apabila kita tidak mengucapkan juga tidak menyebabkan konflik, dan juga mereka
tidak akan tersinggung. Mereka pasti juga mengerti dan menghargai keputusan kita.
Seperti yang telah disampaikan oleh teman saya, bahwa kita tetap bisa menerapkan
toleransi kepada mereka dengan bentuk lainnya, seperti tidak menggangu mereka
dalam menjalankan ibadah, dan lain sebagainya.

5) Ada yang beranggapan bahwa ucapan selamat natal hanya sebuah ucapan biasa,
tidak mempengaruhi keyakinan. Padahal dengan kita mengucapkan selamat pada hari
besar agama lain dapat mengakibatkan dia berbangga diri dan meyakini dalam diri
mereka bahwa agama mereka itu benar. Padahal hal ini bertentangan dalam surat al-
kafirun ayat 6 yang telah ditegaskan teman saya.
6) Berdasarkan HR. Abu Daud no 3512 dari Ibnu Umar ra. Dan dishahihkan oleh Al-
Albani dalam Ash-Shahihah. Yang telah dijelaskan teman saya, Oleh karena itu jika
kita ikut mengucapkan natal, berarti kita membenarkan kelahiran Isa Almasih sebagai
anak Allah,bukankah ini berarti kita menyerupai suatu kaum?

KONTRA
Latar Belakang :
Para hadirin yang terhormat, kita ketahui bersama bahwa dalam hubungan
bermasyarakat, manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang cenderung hidup
berkelompok dan memerlukan bantuan orang lain. Maka dari itu, kita tidak bisa menyangkal
bahwasanya kita akan selalu berinteraksi dengan seksama. Disini saya juga mengingatkan
bahwa di Indonesia terdapat 6 agama yang diakui keberadaanya oleh pemerintah. Untuk
menjaga kerukunan dan kedamaian diantara ke-6 agama ini. Maka toleransi perlu
dikembangkan, dan dengan adanya mosi pada hari ini yaitu “Dewan ini Menolak Ucapan
Selamat Pada Perayaan Hari Besar Agama Lain” tentu saja bertentangan dengan nilai-nilai
toleransi. Maka dari itu kami menolak mosi pada perdebatan kali ini.

Sebelum saya mengemukakan alasan yang mendasari kami tidak setuju dengan mosi
pada hari ini. Pertama-tama saya akan memberikan sanggahan atas apa yang disampaikan
oleh pembicara 1 tim pro, yang kami rasa terdapat kekeliruan, yaitu ...

Urgency
Kali ini saya ingin menyampaikan bahwasanya mosi ini sangat penting atau urgent untuk
tidak disetujui, hal ini karena berdasarkan keadaan yang ada pada saat ini. Di tengah-tengah
perbedaan agama yang ada di Indonesia. Sikap saling menghargai dengan mengucapkan
selamat pada hari besar agama lain adalah suatu hal yang tidak bisa dipisahkan. Hal ini
karena dengan mengucapkan selamat pada hari besar agama lain. Itu bearti kita mengakui
keberadaan agama tersebut, tetapi tidak bearti mengakui ajarannya. Dengan demikian kita
dapat meningkatkan persauadaran di tengah-tengah masyarakat yang beragam di Indonesia.

Tujuan
Tujuan yang ingin kami capai adalah untuk meningkatkan rasa saling menghargai di tengah-
tengah masyarakat yang beraneka ragam agama. Dengan mengakui keberadaan mereka,
dengan cara ikut serta memberi selamat pada hari besar agama mereka.

Argumen
1. Membangun hubungan yang baik
Pada surat Al-Hujurat ayat 13 yang telah disampaikan teman saya. Yang
diharapkan allah kepada manusia yaitu bisa saling mengenal dan melakukan hal-
hal yang baik kepada sesama. Dengan kita mengucapkan selamat ketika hari besar
agama lain, kita dapat membangun hubungan yang baik bersama. Oleh karena itu
dengan mengucapkan selamat pada hari besar agama lain, dapat meningkatkan
hubungan baik antar pemeluk agama.
2. Mengucapkan selamat belum tentu menurunkan akidah, kita ketahui bersama
bahwa mengucapkan selamat adalah bentuk komunikasi yang menghargai pihak
lain, dan kita juga tahu bahwa akidah berhubungan dengan kepercayaan. Dalam
Surat Al-Hujurat ayat 18 menjelaskan bahwa Allah mengetahui segala sesuatu yang
ada dalam hati hambanya. Oleh karena itu kita tidak bisa langsung menghakimi
seseorang yang mengucapkan selamat ketika hari besar agama lain. Karena
memang bisa saja bahwa orang tersebut hanya mengucapkan untuk menghargai
agama tersebut tanpa ada maksud untuk percaya terhadap kepercayaan agama itu.
3. Ketika seorang Muslim berada di tempat mayoritas non-Muslim, maka tentunya
kita diperbolehkan untuk mengucapkan selamat pada hari besar agama mereka.
Hal ini tentu untuk menghindari konflik ataupun keadaan yang bisa mengancam
keadaan kita, jika tidak mengucapkan selamat. Selain itu, saya akan memberikan
sebuah contoh dalam kehidupan sehari-hari. Dari pengalaman pribadi saya, karena
ibu saya mualaf saya dapat merasakan langsung rasa sungkan dan
ketidakharmonisan keluarga apabila keluarga ibu saya sedang merayakan hari raya
keagamaan dan tidak mengucapkan selamat padahal setiap hari besar agama Islam
keluarga ibu saya selalu mengucapkan. Selain itu saya akan menegaskan kembali,
bahwasanya dalam surat An-Nisa ayat 86 Dari surat ini, maka kita ketahui
bersama, ketika seorang Muslim diucapkan selamat dari umat yang beragama lain,
maka Allah memperbolehkan untuk mengucapkan selamat pada hari besar agama
lain.

Menghargai keberagaman, membangun toleransi, dan saling menghormati


Mengucapkan selamat pada hari besar agama lain adalah cara untuk menghormati dan
mangakui keberagaman agama di masyarakat. Seperti contoh yang telah diberikan
teman saya, tidak mungkin seorang pemimpin hanya berpihak dan mengakui pada satu
kepercayaan saja. Hal ini dapat mengakibat rasa pilih kasih dan ketidak adilan yang
berujung konflik. Yang sangat bertentangan dengan surah Al-Mumtahanah ayat 8.
Yang memerintahkan untuk kita bersikap adil.

Dan saya tekankan kembali bahwasanya dengan mengakui keberadaan agama lain
bukan berarti kita membenarkan ajaran mereka. Seperti dalam surat Al-Hujurat ayat
13 yang telah dibahas teman saya. Yang menyampaikan bahwa Allah menciptakan
manusia secara beragam. Dengan mengucapkan selamat, maka kita mengakui dan
menghormati keberagaman tersebut. Disini saya menekankan kembali bahwasanya
kami mengakui keberadaan agama tersebut, dan bukan berarti ikut mengakui ajaran
agama tersebut benar seperti yang dilakukan pemerintah yang mengakui keberadaan 6
agama di Indonesia.

Zaman Rasulullah berbeda dengan zaman sekarang. Dulu dilarang karena memang
situasinya dalam masa peperangan. Hal ini karena pada masa zaman Rasulullah
peristiwa konflik banyak terjadi, para kaum Yahudi sering memusuhi Islam. Tapi
sekarang sudah berubah, yaitu keadaan damai dan saling membangun persaudaraan
antar umat beragama. Maka demi terciptanya keharmonisan hidup berbangsa dan
bernegara, maka mengucapkan selamat untuk hari besar agama lain merupakan hal
yang diperbolehkan.

Kesimpulan
Dengan demikian sebagai penutup saya mengingatkan kembali bahwa mengucapkan
selamat pada hari besar agama lain adalah hal penting yang harus dilakukan. Dan atas
dasar beberapa alasan yang telah saya sampaikan sebelumnya, maka kami tidak setuju
untuk mendukung mosi ini yaitu Dewan ini Menolak Ucapan Selamat Pada Perayaan
Hari Besar Agama Lain.
Dewan Ini Setuju Penerapan Religious Culture Di Sekolah

PRO

Latar Belakang
Para hadirin yang terhormat, pada masa sekarang ini nilai-nilai moral para remaja
yang ada di Indonesia dinilai telah mengalami kemerosotan. Krisis moral yang tengah
menimpa bangsa Indonesia seakan tiada berkesudahan. Penurunan kualitas moral (degradasi
moral) terjadi pada setiap tingkatan usia, baik anak-anak, usia remaja, maupun dewasa. Moral
mereka terasa semakin menjuh dari nilai-nilai luhur yang telah dimiliki dan ditelandakan oleh
para pendiri bangsa ini. Bukan hanya nilai-nilai moral, bahkan pada masa sekarang ini nilai-
nilai agama dalam diri remaja semakin pudar karena terus menerus tergerus oleh kemajuan
zaman. Maka dari permasalahan atau latar belakang tersebut, mosi ini penting untuk dibahas.
Saya akan mengingatkan kembali bahwa mosi yang kita perdebatkan pada hari ini adalah
“Dewan Ini Setuju Penerapan Religious Culture Di Sekolah”. Dan kami menyatakan bahwa
kami mendukung atau setuju dengan mosi tersebut.

Definisi
Menurut KBBI, arti kata penerapan adalah proses, perbuatan menerapkan, atau perilah
mempraktikan.
Religious Culture secara definisi merujuk pada dua kosa kata yaitu religious dan culture.
Menurut KBBI, arti kata Religious bearti sesuatu yang berkaitan dengan nilai-nilai agama
sedangkan culture berasal dari bahasa Inggris yang artinya adalah budaya.
Menurut KBBI, budaya adalah pikiran, akal budi, atau pembiasaan.
Maka berdasarkan definisi ini, religious culture di sekolah bearti pembiasaan nilai-nilai
agama yang dilakukan sekolah dalam membersamai proses pembentukan pola pikir peserta
didik baik dalam lingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat.

Limitasi
Disini kami akan memberikan limitasi agar jalannya debat pada hari ini lebih terarah. Adapun
limitasi untuk jalannya debat pada hari ini yaitu :
- Berlaku di Indonesia
- Berlaku pada sekolah tingkat SD,SMP, dan SMA.
- Bentuk religious culture yang dimaksud adalah 5S (Senyum, salam, sapa, sopan, dan
santun), doa bersama dan ibadah di sekolah.

Urgency
Salah satu budaya yang perlu diimplementasikan dalam lingkungan sekolah adalah
religious culture atau budaya religius. Hal ini karena budaya religius berperan penting dalam
membangun akhlak karimah (terpuji), keimanan, ketakwaan warga sekolah, terlebih lagi
ketakwaan dan keimanan peserta didik merupakan core value dan fungsi dari tujuan
pendidikan nasional.
Religious culture gak semua harus tunduk, misalnya harus solat duha. Kristen gak ikut, bukan
bearti kristen gak ikut religious culture, tapi dia mwnrapkan religious culturenya.

Justification
Peserta didik memerlukan pendidikan untuk meningkatkan pengetahuannya. Selain
itu juga memerlukan kepribadian pada diri masing-masing individu. Kepribadian ini dapat
dibentuk dari nilai-nilai moral dan nilai-nilai agama. Adapun lembaga yang dipercaya
masyarakat dapat memberikan pengetahuan sekaligus mendidik atau menciptakan
kepribadian siswa dengan akidah karimah adalah sekolah. Sekolah dinilai dapat membina
para siswa, terdapat guru sebagai peran model, dan adanya umpan balik. Apalagi para remaja
banyak menghabiskan waktunya di sekolah, dan sekolah dapat secara langsung mengukur
dan mengevaluasi perkembangan dari para siswanya.

Goal
Implementasi religious culture atau budaya religius di sekolah bertujuan untuk
meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada
pembentukkan karakter dan akhlak karimah peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang
sesuai dengan kompetensi lulusan.

Argument

1. Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia yang tertuang pada Undang-Undang Nomor 20


Tahun 2003 pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi :
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Dengan adanya
peraturan ini, maka tujuan pendidikan kita di Indonesia selain mencerdeskan kehidupan
bangsa, juga mendidik siswa menjadi pribadi yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, jika pada tujuan pendidikan kita saja, telah ada anjuran seperti ini, maka perlu
adanya upaya untuk meningatkan ketakwaan para siswa. Dan salah satu cara efektif yang
dapat kita terapkan adalah melalui penerapan religious culture di sekolah.
2. Religious culture penting untuk diterapkan karena budaya religious pada hakikatnya
adalah terwujudnya nilai-nilai ajaran agama sebagai tradisi dalam berperilaku dan budaya
organisasi yang diikuti oleh seluruh warga sekolah. Dengan menjadikan agama sebagai
tradisi dalam sekolah maka secara sadar maupun tidak ketika warga sekolah mengikuti
tradisi yang telah tertanam tersebut sebenarnya warga sekolah telah melakukan ajaran
agama. Dengan demikian warga sekolah tidak hanya belajar materi agama di sekolah,
tetapi juga belajar langsung untuk menerapakan ajaran agama di sekolah. Dengan
demikian hal ini dapat meningkatkan pemahaman agama peserta didik dan meningkatkan
akidah maupun ketakwaan nya kepada Allah SWT.
3. Pengembangan spiritualitas
Budaya keagamaan juga memberikan ruang bagi siswa untuk mengambangkan dimensi
spiritual dalam kehidupan mereka. Adapun religious cultur disini yang kami terapkan
tidak akan menggangu jalannya pembelajaran. Karena jam pelajaran pada mata pelajaran
lainnya tidak akan terpotong atau berkurang karena penerapan religious culture. Adapun
religious culture yang akan diterapkan misalnya adalah membudayakan 5S (senyum,
salam, sapa, sopan dan santun), melaksanakan doa bersama sebelum dan sesudah kegiatan
pembelajaran, pengumpulan infaq tanpa paksaan, pembagian takjil gratis saat bulan
Ramadhan kepada umat Muslim yang fakir miskin. Sehingga dengan menerapkan hal ini
dapat mengajarkan secara langsung nilai-nilai kegamaan kepda siswa. Sedangkan nilai-
nilai religious culture yang berkembang di sekolah dapat berupa nilai-nilai 6 agama yang
ada di Indonesia.
4. Selama ini dalam sistem pendidikan nasional Indonesia, pendidikan agama hanya
dilakukan melalui kegiatan pembelajaran dengan alokasi waktu 2 jam pada kurikulum
2006 dan 3 jam pelajaran atau 2 jam pada kurikulum 2013 dan 2 jam pelajaran atau 1 jam
30 menit pada kurikulum merdeka. Inilah yang dianggap tidak efektif jika hanya dengan
waktu tersebut dilakukannya pembelajaran agama. Apalagi di sekolah banyak terdapat
materi pembelajaran agama, jadi selama jam-jam tersebut lebih banyak belajar materi
dibandingkan praktek. Untuk apa kita menciptakan siswa yang hanya tahu materi, tetapi
tidak melaksanakan praktek dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu perlu upaya lain
yang dilakukan secara rutin agar dapat meningkatkan moral dan nilai-nilai agama pada
peserta didik melalui praktek secara rutin. Dan cara tersebut adalah melalui penerapan
religious culture di sekolah.
5. Memahami nilai-nilai moral
Religious culture sering kali melibatkan nilai-nilai moral yanh mendasar, seperti kasih
sayang, keadilan, integritas, dan kerja sama. Dengan menerapkan religious culture di
sekolah, siswa memiliki kesempatan untuk memahami dan menginternalisasi nilai-nilai
ini. Ini membantu dalam pembentukan karakter siswa dan membangun dasar yang kuat
6. Pembelajaran tentang toleransi dan penerimaan
Menerapkan religious culture di sekolah juga dapat membantu siswa memahami dan
menghargai keberagaman agama dan budaya. Melalui pemahaman ini, siswa dapat
mengembangkan sikap toleransi, saling menghormati, dan menerima perbedaan. Ini
penting untuk dalam membangun masyarakat yang inklusif dan mengurangi konflik
anataragama. Hal ini karena ketika siswa mengetahui adanya perbedaan tersebut, maka ia
akan belajar untuk menghormati dan mengakui keberadaan agama lain. Ia juga akan
belajar untuk toleransi akan perbedaan tersebut.
Pada surat Al-Hujurat ayat 13 yang berbunyi : Wahai manusia! Sesungguhnya kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. Dalam surat ini
menyebutkan bahwa Allah menciptakan manusia secara beragam. Dengan menerapkan
religious culture di sekolah maka siswa dapat belajar keberagaman tersebut dan
menerapkan perintah surat Al-Hujurat ayat 13 dalam kehidupan sehari-hari.
7. Menurut peratutan menteri pendidikan nasional nomor 23 tahun 2006 tentang Standar ISI,
menyatakan bahwa pendidikan Islam di sekolah bertujuan untuk menumbuh kembangkan
akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan,
pengamalan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia Muslim yang
terus berkembang keimanannya dan ketakwaan kepada Allah SWT. Menurut peraturan
tersebut pembelajaran agama Islam oleh peserta didik juga harus melalui pemngamalan,
Namun kondisi pembelajaran agama Islam di sekolah dengan waktu terbatas, sering kali
peserta didik tidak ikut belajar praktek secara langsung, oleh karena itu diperlukan
religious culture untuk memberikan pembelajaran kepada peserta didik mengenai praktek
nilai-nilai agama secara langsung dalam kehidupan sehari-hari.

Kesimpulan
Dengan demikian sebagai penutup saya mengingatkan kembali bahwa penerapan religious
culture di sekolah adalah hal penting yang harus dilakukan. Dan atas dasar beberapa alasan
yang telah saya sampaikan sebelumnya, maka kami setuju untuk mendukung mosi ini yaitu
Dewan Ini Setuju Penerapan Religious Culture Di Sekolah

KONTRA

Latar belakang
Pendidikan merupakan salah satu sarana pokok program pemerintah dalam rangka
meningkatkan keseejahteraan rakyatnya karena kualitas atau mutu pendidikan merupakan
kunci pembangunan dan hanya melalui pendidikan SDM dapat ditingkatkan. Para hadirin
yang terhormat, saat ini kita menghadapi permasalahan nyata mengenai masalah pendidikan
di Indonesia. Sebagaimana riset UNESCO Global Education Monitoring (GEM) Report 2016
kualitas pendidikan Indonesia berada di urutan kelima dari bawah dari 14 negara berkembang
lainnya mengenai mutu pendidikan. Selain itu ditambah lagi sumber daya manusia Indonesia
yang rendah, menyebabkan isu yang kita hadapi pada masa kini sangat memprihatinkan. Satu
hal yang para hadirin harus sadari, yaitu mengenai waktu pembelajaran di sekolah, yaitu
sangat terbatas, maka dari itu pembelajaran di sekolah perlu difokuskan pada pembelajaran
sesuai kurikulum yang berlaku pada saat ini. Atas latas belakang atau permasalahan tersebut,
maka kami tidak setuju dengan mosi pada hari ini, yaitu “Dewan Ini Setuju Penerapan
Religious Culture Di Sekolah”.

Bawa sekolah-sekolah yang kurang sarana dan tenaga kerja nya

Sanggahan
Urgency
Mosi ini penting untuk tidak disetujui, disini saya akan memaparkan masalah yang lebih
penting pada kasus ini, yaitu masalah mutu atau kualitas pendidikan di Indonesia. Kita harus
lebih berfokus meningkatkan pendidikan di sekolah, dibandingkan menerapkan religious
culture. Dengan membangun kualitas pendidikan di sekolah, maka akan meningkatkan SDM
yang berdampak posistif pada perkembangan ekonomi di Indonesia.
Justification
Selain itu saya akan memberikan justifikasi bahwa di Indonesia terdiri dari 6 agama, jika
religious culture di terapkan di sekolah, maka dapat melanggar prinsip kebebasan beragama
dan netralitas agama. Sekolah harus menjadi tempat netral dimana siswa dari berbagai latar
belakang tanpa adanya preferensi atau pengaruh agama tertentu. Dengan menerapkan
religious culture di sekolah dapat menimbulkan konflik antaragama.

Goal
Menciptakan suasana belajar di sekolah yang kondusif dan bermutu sehingga dapat
meningkatkan kualitas pendidikan tanpa konflik agama.

Argument
1. Waktu belajar di sekolah yang terbatas
Kita ketahui bersama bahwa jam belajar di sekolah itu terbatas, tetapi siswa dituntut agar
dapat memahami begitu banyak materi sesuai kurikulum yang ada, seperti matematika,
pendidikan kewarganegaraan, biologi, kimia, dsb. Maka hal yang perlu kita prioritaskan
saat ini adalah mengenai pelajaran-pelajaran yang ada sesuai kurikulum. Jika kita
menerapkan religious culture di sekolah, misalnya dengan tadarus Al-Qur’an sebelum
memulai kegiatan pembelajaran, maka hal itu akan membuat waktu belajar mengajar di
sekolah berkurang. Padahal tujuan yang ingin kita capai di sekolah adalah untuk
meningkatkan sumber daya manusia melalui pengajaran mata pelajaran. Sedangkan untuk
belajar mengenai agama sendiri, sudah ada waktunya ketika jam pelajaran agama di
sekolah. Selain itu pendidikan agama dapat diperoleh dari beberapa sumber baik
madrasah, binaan orang tua ataupun dari sosmed, televisi dan lain sebagainya. Sehingga
kami rasa bahwa penerapan religious culture di sekolah tidak efektif dan mengurangi
waktu belajar pelajaran di sekolah.
2. Menurut koordinator Survei Nasional Media dan Agama Halimatus Sa’diyah mengatakan,
hasil survei menunjukkan sebanyak 84,14 persen responden mengaku mendapat
pengetahuan agama dari televisi. Selain televisi, terdapat 64,6 persen responden mengaku
mendapat pengetahuan agama dari media sosial. Hal ini membuktikan bahwa terdapat
media lain yang lebih efektif dalam memberikan pengetahuan agama ke masyarakat, dan
media ini bukanah sekolah. Jika sudah ada media lain, yang dirasa lebih efektif dalam
memberikan pemahaman agama kepada masyarakat. Untuk apa kita memaksakan
penerapan religious culture di sekolah? Hal ini karena dengan penerapan religious culture,
akan mengurangi waktu pembelajaran di sekolah. Sehingga yang perlu di upayakan di
sekolah bukanlah mengenai religious culture tetapi lebih berfokus pada pendidikan yang
ada sesuai kurikulum. (mendapat pengetahuan nih, bukan praktek)
3. Memicu konflik
Penerapan religious culture di sekolah kerap kali menimbulkan konflik, pasalnya terdapat
perbedaan ajaran dalam setiap agama. Sehingga jika kita mempraktekkan ajaran tersebut
di sekolah, berpotensi memicu konflik. Misalnya pada agama Hindu kerap kali
memberikan sesajen untuk dewa atau roh leluhur, sedangkan sesajen menurut
kepercayaan kita merupakan sesembahan untuk setan. Kita tidak bisa menjamin hal-hal
yang mengarah pada diskriminasi itu bisa terjadi. Misalnya pada anak SD, kita tahu anak
SD itu adalah anak-anak kecil, yang kadang tidak tahu bagaimana cara untuk menghargai
perasaan orang lain. Dan bisa saja anak-anak ini mengejek ajaran agama temannya. Kita
juga tidak bisa menjamin hal ini tidak akan terjadi. Ketika hal tersebut terjadi, maka
konflik tidak bisa terhindarkan. Oleh karena itu hal ini dapat menggangu suasana belajar,
memperburuk hubungan antar siswa, dan menimbulkan ketidakharmonisan di antara
komunitas sekolah. Sehingga penerapan religious culture dirasa tidak pas untuk
diterapkan di sekolah.
4. Tidak semua sekolah dilengkapi oleh tenaga kerja yang lengkap,
sebagai contohnya di daerah-daerah terpencil, tenaga kerja masih kekurangan, sarana
sekolah juga masih banyak yang tidak lengkap. Bayangkan jika kita menerapkan religious
culture, tetapi guru agama pada sekolah tersebut tidak memadai. Pada daerah-daerah
terpecil, banyak ditemukan sekolah yang belum bisa menyediakan guru agama bagi ke6
agama yang ada di Indonesia. Jika kita menerapkan religious culture di sekolah, maka
siswa agama lain, yang tidak ada guru agamanya di sekolah itu akan akan kesusahan
dalam menerapakan religious culture di sekolah. Hal ini karena mereka tidak memiliki
role model untuk dijadikan contoh. Selain itu, jika di sekolah hanya diterapkan salah satu
nilai agama, misalnya agama Islam, dalam religious culture. Maka hal ini akan
menimbulkan konflik, sebab kita ketahui bersama bahwa Indonesia bukanlah negara
Islam, Indonesia adalah negara kesatuan yang didalamnya mengakui keberadaan 6 agama.
Kita juga harus belajar mengenai momen peristiwa perumusan Pancasila. Saat itu
rancangan Pancasila diambil dari piagama Jakarta, dimana sila pertamanya yang berbunyi
“Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”
diubah karena toko perwakilan Indonesia Timur menyatakan keberatan. Jika di Indonesia
diterapkan religious culture hanya nilai-nilai agama Islam, maka dapat menyebabkan
protes dari kalangan lainnya. Sedangkan jika menerapkan religious culture bagi ke6
agama. Hal ini belum bisa dilakukan di Indonesia. Karena masih banyak daerah-daerah
terpencil yang tidak dilengkapi oleh ke-6 guru agama. Sehingga agar mewujudkan
keadilan bagi ke6 agama. Maka religious culture sebaiknya tidak diterapkan di sekolah.

5. Penerapan religious culture dapat membuat orang tua murid was-was


Contohnya pada anak sekolah dasar, jika pada sekolah tersebut hanya diterapkan 1 nilai
aggama, maka orang tua murid yang anaknya memiliki perbedaan agama, akan merasa
was-was jika sang anak akan mengikuti nilai-nilai agama tersebut. Religious culture itu
langsung diterapkan di sekolah. Bagi anak SD yang suka mengikuti tingkah laku
temannya, ia bisa saja mengikuti ajaran agama lain. Dan hal ini akan membuat para orang
tua was-was.

6. Kebebasan beragama dan netralitas agama


Penerapan religious culture di sekolah dapat melanggar prinsip kebebasan beragama dan
netralitas agama. Sekolah harus menjadi tempat netral dimana siswa dari berbagai latar
belakang tanpa adanya preferensi atau pengaruh agama tertentu. Kita juga harus ingat
bahwa kita tidak boleh memaksakan kepercayaan kita dengan agama lainnya. Dengan
menerapkan nilai-nilai suatu agama di sekolah, bukankah kita juga menyuruh agama lain
untuk mengikuti nilai-nilai agama kita? Misalnya ketika

7. Pengabaian keberagaman
Fokus yang terlalu kuat pada religious culture dapat mengabaikan keberagaman agama
dan keyakinan di antara siswa. Sekolah seharusnya menjadi tempat inklusif di mana siswa
dari berbagai agama dan keyakinan dapat merasa diterima dan dihormati. Penerapan
religious culture yang dominan dapat menyebabkan siswa yang tidak mengikyti agama
tersebut merasa terpinggirka atau diabaikan. Gambarain anak-anak SD kalau misalnya
agama nya beda.
8. Pertentangan dengan pendidikan secara ilmiah
Sekolah bertujuan untuk menyediakan pendidikan yang berlandaskan pada pengetahuan
ilmiah dan kritis. Penerapan religious culture sekolah dapat mengaburkan garis antara
keyakinan agama dan pengetahuan ilmiah yang objektif. Hal ini dapat menghambat
pengembangan keterampilan berpikir kritis dan analitis siwa serta mengurangi pentingnya
pendidikan berbasis fakta dan bukti.

9. Fokus yang terbatas


Terlalu banyak fokus pada religious culture dapat mengesampingkan aspek-aspek penting
lainnya dalam pendidikan. Siswa juga perlu memperoleh pengethauan dan keterampilan
dalam berbagai bidang seperti sains, matematika, sastra, seni, dan olahraga. Penerapan
religous culture yang berlebihan dapat mengurangi waktu dan sumber daya yang tersedia
untuk mengembangkan aspek-aspek tersebut.

Kesimpulan
Dengan demikian sebagai penutup saya mengingatkan kembali bahwa penerapan
religious culture di sekolah adalah hal yang tidak efektif untuk dilakukan. Dan atas dasar
beberapa alasan yang telah saya sampaikan sebelumnya, maka kami tidak setuju terhadap
mosi ini yaitu Dewan Ini Setuju Penerapan Religious Culture Di Sekolah
Dewan Ini Menolak Praktek Kekerasan Dalam
Melaksanakan Dakwah

PRO

Latar Belakang :
Para hadirin yang terhormat, krisis moral yang tengah menimpa bangsa Indonesia seakan
tiada berkesudahan. Penurunan kualitas moral maupun akhlak terjadi pada setiap tingkatan
usia, baik anak-anak, usia remaja, maupun dewasa. Salah satu media yang dapat
meningkatkan kualitas moral maupun akhlak adalah dakwah. Lalu apa dampaknya jika
dakwah yang dilakukan adalah dakwah dalam bentuk kekerasan? Hadirin yang terhormat,
dengan menerapkan dakwah dalam bentuk kekerasan, bukan nilai-nilai moral ataupun nilai-
nilai agama yang dapat kita tingkatkan, justru ini akan menimbulkan konflik. Hal ini dapat
kita lihat pada dakwah Sunan Bonang yang gagal menyampaikan dakwahnya di Kediri
lantaran ia menggunakan cara-cara yang cenderung bersifat kekerasan. Seperti kerap merusak
arca yang dipuja oleh penduduk, ataupub mengubah aliran sungai Brantas. Akibat hal ini,
Sunan Bonang justru mendapat banyak penolakan penduduk dan berujung konflik. Wujud
penolakan ini tercatat dalam Babad Sangkala (1548 Masehi) Akhirnya Sunan Bonang
mengubah cara dakwahnya ke pendekatan kebudayaan yang lebih diterima oleh penduduk.
Dari latar belakang tersebut, kita ketahui bersama bahwa penyampaian dakwah dengan
kekerasan akan mendatangkan penolakan dan memicu timbulnya konflik. Oleh karena itu
kami setuju dengan mosi pada hari ini yaitu : “Dewan ini menolak praktek kekerasan dalam
melaksanakan dakwah”

Definisi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI), arti kata menolak adalah tidak
membenarkan atau tidak menerima.
Menurut KBBI kekerasan adalah perbuatan seseorang atau kelompok orang yang
menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang
orang lain. Selain itu menurut KBBI kekrasan juga dapat diartikan sebagai paksaan.
Dakwah adalah penyiaran agama dan pengembangannya di kalangan masyarakat, seruan
untuk memeluk , mempelajari, dan mengamalkan ajaran agama.

Limitasi
Batasan yang kami berikan untuk debat ini adalah di Indonesia dan batasan untuk dakwah
adalah seruan untuk memeluk, mempelajari dan mengamalkan ajaran agama. Penyampaian
dakwah dengan kekerasan baik kepada umat Muslim ataupun Non-Muslim.

Urgency
Para hadirin yang terhormat, mosi ini penting atau urgent untuk disetuji, adapun urgensinya
adalah jika kita tidak menetapkan bahwa dakwah dengan kekerasan itu dilarang, maka ini
memungkinkan pihak tertentu melakukan dakwah yang demikian. Jika dakwah dengan
kekerasan ini terjadi di Indonesia, maka akan menimbulkan konflik besar-besaran. Hal ini
karena di Indonesia bukan hanya terdiri dari 1 agama, melainkan terdappat 6 agama.

Goal
Sehingga tujuan kami adalah untuk mewujudkan penyebaran atau dakwah dengan damai,
menghindari konflik dan membangun hubungan harmonis antara umat beragama.

Argument :
1) Prinsip Kesopanan dan Etika
Dakwah dalam agama Islam, menekankan pentingnya kesopanan dan etika dalam
berinteraksi dengan orang lain. Sedangkan kekerasan dalam menyampaikan
dakwah bertentangan dengan nilai-nilai kemanusian, dan hal ini juga bertentangan
dengan sila ke-2 Pancasila. Dan dalam Surat Al-Baqarah ayat 256 yang menegaskan
bahwa tidak ada paksaan dalam menganut agama Islam. Selain itu dalam Surah
Yunus ayat 99 yang menggarisbawahi bahwa tugas seorang rasul atau dai hanyalah
menyampaikan pesan dengan jujur, dan lembut, tanpa memaksa orang lain untuk
memeluk agama.

2) Persuasi yang lebih efektif


Menggunakan kekerasan dalam dakwah cenderung menghasilkan reaksi defensif
dan menghalangi penerimaan pesan untuk terbuka terhadapnya. Hal ini karena
mereka lebih fokus terhadap emosi negatif, dibandingkan fokus untuk memahami
seruan yang disampaikan. Hal ini dapat kita lihat seperti contoh yang telah teman
saya berikan sebelumnya yaitu kegagalan Sunan Bonan dalam penyampaian
dakwah dengan kekerasan. Sehingga ia akhirnya menggunakan pendekatan
persuasif yang lembut. Melalui dialog dan diskusi yang terbuka, pesan dakwah
dapat lebih mudah diterima dan dipahami. Berdasarkan jurnal yang berjudul
“Communication and Violence : An Analysis of conflict Resolution Strategies” karya
Streb M. Dan Lott B. Menunjukkan bahwa kekerasan dalam komunikasi cenderung
memperburuk konflik, menghambat pemahaman, dan merusak hubungan
interpersonal.

Selain itu dalam Al-Qur’an Surah An-Nahl ayat 125

Yang telah dijelaskan teman saya, bahwasanya Ayat ini menekankan pentingnya
menggunakan hikmah dan nasihat yang baik dalam menyampaikan pesan agama.
Pendekatan yang lembut dan bijaksana lebih mungkin memberikan dampak positif
daripada kekerasan.

3) Menghormati hak asasi manusia


Kekerasan dalam dakwah melibatkan pemaksaan dan pelanggaran terhadap hak
asasi manusia, termasuk kebebasan beragama. Setiap individu memiliki hak untuk
memilih keyakinan dan agama yang mereka yakini, dan pendekatan yang
terhormat dan tanpa kekerasan akan menjalankan hak tersebut tanpa tekanan.
4) Dapat menghindari timbulnya trauma dan dampak psikologis lainnya
Kekerasan dapat menyebabkan trauma pada individu yang menerimanya. Hal ini
dapat berdampak pada kesejahteraan mental dan emosional mereka, serta
mengganggu kemampuan mereka untuk berfikir rasional dan terbuka terhadap
informasi.
5) Menghindari pencitraan buruk agama
Penggunaan kekerasan dalam dakwah dapat menciptakan citra negatif terhadap
agama yang diwakili. Tindakan-tindakan kekerasan yang dilakukan oleh individu
atau kelompok dapat mengakibatkan prasangka terhadap agama yang sebenarnya
mengajarkan kedamaian dan kasih sayang. Sehingga jika Islam melakukan
penyampaian dakwah dengan kekerasan, maka agama lain dapat memandang
Islam sebagai agama yang tidak cinta damai, dan kita akan dimusuhi oleh agama
lainnya. Yang berlawanan dengan HR. Ibnu Abbas yang menggarisbawahi
pentingnya membangun hubungan yang baik dan saling mencintai dalam
berdakwah. Ini menunjukkan bahwa kekerasan tidak sesuai dengan pendekatan
yang bertujuan untuk menarik simpati dan cinta dari orang lain.

6) Menghindari gangguan hubungan


Penyampaian dakwah dengan kekerasan dapat merusak hubungan antara orang
yang menyampaikan dakwah dengan penerima seruan tersebut. Rasa saling percaya
dan rasa hormat dapat terkikis, dan komunikasi yang sehat dan konstruktif
menjadi sulit dicapai.
7) Menumbuhkan keharmonisan dan toleransi
Dakwah yang dilakukan melalui pendekatan yang damai dan tanpa kekerasan
dapat membantu membangun kerukunan antarumat beragama. Sedangkan
penyampaian dakwah dengan kekerasan dapat memicu perasaan permusuhan dan
balas dendam dari si penerima informasi. Alih-alih mempertimbangkan pesan yang
disampaikan, mereka mungkin lebih fokus pada membalas kekerasan atau
merencanakan tindakan balasan.

KONTRA

Latar Belakang
Para hadirin yang terhormat, berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Aji Sofanudin
pada tahun 2019 diketahui bahwa banyak remaja pada masa kini yang telah kehilangan nilai
moral, etika, dan akhlak pada dirinya. Selain itu, kita juga menemukan fakta bahwa banyak
remaja pada masa kini yang sulit untuk dinasehati. Sehingga diperlukan upaya lain agar para
anak-anak maupun remaja pada masa kini menjadi lebih memahami nilai-nilai agama. Oleh
karena itu kami menolak mosi pada hari ini yaitu “Dewan ini menolak praktek kekerasan
dalam melaksanakan dakwah” Sebelum saya memberikan argument mengapa kami menolak
mosi pada hari ini, pertama-tama saya akan memberikan sanggahan kepada tim pro, yang
kami anggap terdapat kekeliruan. ...
Urgensi
Mosi ini penting untuk tidak disetujui hal ini karena pada masa kini, bermunculan individu
atau kelompok tertentu yang mencemooh atau meremehkan Islam, baik secara langsung
maupun melalui tindakan atau pernyataan yang melecehkan atau mengejek keyakinan dan
praktik umat Islam. Oleh karena itu pada masa kini kita perlu meningkatkan ketegasan kita
melalui praktik kekerasan dalam melaksanakan dakwah.
Goal
Sehingga kami bisa memperoleh tujuan yang ingin kami wujudkan yaitu menciptakan umat
Islam yang taat beragama dan mengamalkan nilai-nilai agama dalam kehidupannya.
Argument :
Kekerasan j=untuk ketegasan, kalau kekerasan untuk mematikan ya emang gak bisa. Jadi kita
disini menegaskan kekeraan itu paksaan.

a. Kami tidak setuju dengan definisi yang telah diberikan oleh tim pro. Hal ini karena
definisi yang diberikan oleh tim pro bersifat the narrow, Atau definisi tersebut tidak bisa
diperdebatkan. Jika tim pro memberikan definisi yang demikian, lalu apa yang akan kita
perdebatkan pada hari ini. Karena kita tahu bersama bahwa kekerasan pada mosi disini
bukan seperti definisi yang diberikan oleh tim pro yaitu perbuatan untuk mematikan
orang lain. Oleh karena itu tim kontra akan menjelaskan bahwa kata kekerasan disini
sama artinya dengan ketegasan. Dan kami harap tim pro mengerti hal ini.
b. Kekerasan yang kami maksud pada mosi ini adalah kekerasan yang dalam batas wajar.
Yaitu yang pertama kekerasan dalam maksud ketegasan. Misalnya ... Selain itu kekerasan
yang kami perbolehkan disini adalah seruan untuk mengamalkan ajaran agama Islam
kepada umat Muslim yang melanggar ajaran tersebut. Dengan demikian saya tegaskan
bahwa kekerasan disini, bukan dimaksudkan untuk umat yang beragama lain. Selain itu
kekerasan dalam bentuk ketegasan ini diperlukan karena manusia pada umumnya
terkadang suka tidak mematuhi anjuran yang ada, sehingga juga diperlukan kekerasan
dalam bentuk sikap yang tegas untuk menghadapi individu atau kelompok-kelompok
yang demikian.
c. Kekerasan yang kami maksud disini bukan hanya kekerasan fisik dalam bentuk memukul.
Tapi juga dalam bentuk verbal. Dalam menyampaikan dakwah diperlukan suara yang
keras dan lantang. Suara yang keras atau lantang ini dapat membantu menarik perhatian
pendengar dan membuat mereka lebih terfokus pada pesan yang disampaikan.Selain itu
dengan suara yang keras atau lantang ini dapat menarik keyakinan dan memberikan
dampak emosional yang lebih kuat kepada pendengar. Kekerasan verbal dalam hal ini
bukan untuk menjatuhkan mental si pendengar, namun kekerasan verbal yang dimaksud
masih dalam batas wajar, yaitu untuk mendidik si pendengar ini.
d. Penyampaian informasi dengan kekerasan yang berbentuk ketegasan ini perlu karena
dapat memberikan dampak yang lebih kuat kepada pendengar. Ketika pesan disampaikan
dengan intensitas yang tinggi, pendengar cenderung lebih memperatikan dan menganggap
isu tersebut sebagai hal yang mendesak. Hal ini dapat meningkatkan kesadaran tentang
isu yang disampaikan dan mendorong tindakan lebih cepat.
e. Memotivasi perubahan
Kadang-kadang untuk mengubah pandangan atau sikap seseorang diperlukan dorongan
kuat. Penyampaian informasi dengan cara yang keras dapat memicu emosi dan
memberikan motivasi yang lebih besar bagi pendengar untuk melakukan perubahan.
Ketika pesan disampaikan dengan kekuatan dan gairah, pendengar mungkin merasa
terpanggil untuk bertindak dan mengubah sikap atau perilaku mereka.
f. Memperkuat posisi atau argument
Terkadang dalam situasi di mana ada perbedaan pendapat atau konflik, penyampaian
informasi dengan cara keras dapat digunakan untuk memperkuat posisi atau argumen
yang sedang disampaikan. Dengan menegaskan dengan tegas dan dengan suara yang
keras, pembicara dapat menunjukkan keyakinan dan kekuatan pada argumen mereka.
g. H.r Ahmad dalam shohiihul Jaami’ no 5868, Rasulullah bersabda bahwa “Suruhlah anak-
anak kalian salat pada usia 7 tahun, dan pukulah mereka jika tidak mau melaksanakannya
pada usia 10 tahun, serta pisahkanlah tempat tidur mereka. Para hadirin yang terhormat,
ketika kita menyeru kepada anak kita ataupun
h. Kekerasan dalam Islam
i. Hukum islam melarang semua bentuk kekerasan fisik terhadap anak, akan tetapi dalam
permasalahan tertentu dan dalam aturan tertentu diperbolehkan menggunakan tindakan
ta`dib (pengajaran). Pengajaran dalam bentuk pemukulan dalam konteks pendidikan
bukan penyiksaan,pemukulan ini adalah hukum yang bersifat mendidik bagi anak yang
tidak mau melaksanakan kewajibannya, pemukulan tidak boleh pada bagian-bagian yang
bisa melukai anak secara fisik.
j. Praktisi hukum Hasan Al-Asymawi mengatakan ; penggunaan hukuman itu
diperbolehkan ketika anak-anak kita tidak peduli dan tidak respon terhadap perasaan dan
hak-hak orang lain. Jika hukuman memang diperlukan, hendaknya kita ketahui bahwa
dalam pemberian hukuman itu ada tahap-tahapnya, tidak boleh menempuh hukuman yang
lain kecuali hukuman yang kita diberikan benar-benar sesuai. Memukul anak merupakan
hal yang perlu jika semua hukuman tidak di gubris dan semuanya telah berlalu tanpa
memberikan efek jera.
k. Adapun syarat-syarat dalam mendidik anak sebagaimana yang diperjelas oleh Abdul
Qadir’Audah (t.th.:446)
1. Pendidikan wajib diberikan kepada anak kecila atas kesalahan yang telah
dilakukannya, bukan atas kesalahan yang dikhawatirksn dilakukannya.
2. Pemukulan terhadap anak kecil juga tidak sampai melukainya, namun disesuaikan
pada keadaan dan usianya.
3. Tidak pada muka dan tempat-tempat yang dikhawatirkan rawan seperti perut dan
kepala.
4. Harus dengan maksud pendidikan dan tidak berlebih-lebihan
5. Harus dianggap sebagai pendidikan untuk anak-anak
l. Dalam buku As-Syibhan karangan Syaikh Syamsuddin al-Ambabi menyebutkan tentang
tata cara memukul anak yang benar (syarat-syarat memukul)
1. Memukul harus dilakukan berselang-seling
2. Harus diberikan jarak antara dua pukulan, sedangkan jeda waktu itu sekiranya efek
pukulan pertama telah berkurang
3. Dalam memukul tidak boleh mengangkat siku, supaya efek sakit yang ditimbulkan
tidak berbahaya
4. Urungkan niat memukul anak ketika dia menyebut nama Allah
5. Tidak boleh memukul anak kecuali ia tersebut berusia 10 tahun
Dewan Ini Setuju Pemisahan Tempat Belajar Bagi
Siswa dan Siswi di Kelas

Note : Pemisahan tempat kaya gimana? Kalau zaman Nabi gak ada pemisahan tempat, Cuma
beberapa kondisi yang cwe duduk di belakang. (pengaturan tempat duduk)
PRO

Latar belakang
Para hadirin terhormat, pada tahun 2016, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Indonesia melaporkan bahwa lebih dari 50% siswi di Indonesia pernah
mengalami kekerasan fisik dan/atau seksual di sekolah. Selain itu siswa dan siswi yang telah
beranjak remaja cenderung memiliki ketertarikan antar lawan jenis dan juga masih dalam
kondisi psikis yang labil, sehingga jika siswa dan siswi tidak dipisahkan dalam kelas yang
berbeda, dikhawatirkan akan mengalami distraksi dan tidak fokus selama kegiatan
pembelajaran. Atas latar belakang tersebut kami setuju dengan mosi pada perdebatan kali ini
yaitu “Dewan ini setuju pemisahan tempat belajar bagi siswa dan siswi di kelas”

Definisi
Menurut KBBI Pemisahan adalah proses, cara, perbuatan memisahkan atau membedakan
Siswa adalah murid laki-laki dan siswi adalah murid perempuan
Kelas adalah ruang tempat belajar di sekolah.

Limitasi
Di Indonesia, pada pondok pesantren

Urgensi
Mosi ini sangat penting untuk disetujui, hal ini karena tujuan sekolah adalah untuk
memberikan pendidikan berkualitas kepada para peserta didik, agar mereka memahami
materi yang mereka pelajari. Jika peserta didik ini mengalami distraksi selama kegiatan
belajar mengajar, maka proses kegiatan belajar akan terganggu. Sehingga dengan
diberlakukan pemisahan tempat belajar anatara siswa dan siswi ini, diharapkan dapat
meningkatkan konsentrasi peserta didik selama kegiatan pembelajaran.

Goal
Menciptakan kegiatan belajar mengajar yang aman dan nyaman tanpa adanya distraksi di
kelas.
Argument :
 Meningkatkan konsentrasi dan membantu mengurangi gangguan dan perhatian
yang teralih
Dengan pemisahan, siswa dan siswi dapat fokus pada pembelajaran dan
menghindari gangguan sosial yang mungkin timbul. Apalagi dalam fase
pertumbuhan ketertarikan terhadap lawan jenis antara mereka dapat menjadi
distraksi yang signifikan.
 Membantu memperkecil potensi gangguan sosial
Pemisahan dapat menjaga batas-batas yang sehat di antara mereka, sehingga
menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih fokus dan terarah.
 Menyediakan ruang yang nyaman dan terarah
Dalam beberapa konteks budaya dan agama, ada preferensi untuk memisahkan
siswa dan siswi dalam konteks pendidikan. Hal ini mungkin didasarkan pada
keyakinan dan nilai-nilai yang berbeda terkait interaksi antar lawan jenis.
Pemisahan tempat belajar dapat memenuhi kebutuhan ini dan memberikan ruang
yang nyaman dan aman bagi siswa dan siswi yang menganut keyakinan tersebut.
(Belum diringkas lebih baik ditambahkan HR. Tentang pemisahan tempat tidur
yang diperintahkan nabi karena jugaa mirip)
 Menangani isu keamanan dan pelecehan
Pemisahan tempat belajar juga dapat membantu dalam mengatasi isu keamanan
dan pelecehan yang mungkin terjadi antara siswa dan siswi. Dalam beberapa kasus,
ada kekhawatiran bahwa adanya kehadiran siswa dan siswi dalam satu ruangan
dapat memperburuk situasi pelecehan atau intimidasi. (Belum diringkas kayaknya
perlu penambahan al-isra ayat 32)
 Seperti yang dijelaskan rekan saya pada studi tahun 2014 yang diterbitkan dalam
jurnal Educational Evaluation and Policy Analysis melaporkan bahwa pemisahan
tempat belajar siswa dan siswi memiliki pengaruh posistif pada hasil tes akademik.
 Surat An-Nur (24:30)
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman : “Hendaklah mereka
menundukkan pandangan mata mereka, dan menjaga kemaluannya. Yang demikian
itu adalah suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
mereka perbuat.” (Ini aku gak paham kenapa tiba” ini)
 Hadis Riwayat Muslim :
“Tidak boleh seorang laki-laki melihat aurat seorang wanita dan tidak boleh
seoarng wanita melihat aurat seorang laki-laki. Dan tidak boleh seorag laki-laki
berjabat tangan dengan seorang wanita yang bukan mahramya.” (mending
ditambah batas aurat juga dalam Islam)
 Ikhtilat diharamkan jika melanggar syariat, misalnya ketika memandang lawan
jenis, tidak memelihara aurat, melakukan khalwat, dan lain sebagainya. Bagaimana
anda menjamin bahwa siswa dan siswi tersebut tidak melakukan perbuatan-
perbuatan yang melanggar syariat? Kita ketahui bahwa kita adalah manusia biasa
yang memiliki nafsu, bahkan seorang Nabi Adam pun pernah tidak bisa
mengendalikan hawa nafsu. Bagaimana dengan kita yang merupakan manusia
biasa. Jadi kita tidak bisa menjamin semua orang dapat mengendalikan hawa nafsu.
 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, pemisahan kelas sesuai gender dapat
membuat presstasi belajar lebih tinggi dibanding sekolah yang menerapkan sistem
percampuran siswa siswi (Nita Mustafa, 2015) Sistem pengajaran terpisah
berdampak pada hasil belajar peserta didik yang lebih konsen dalam belajar dan
dapat menjaga akhlak pergaulan dengan lawan jenis (Umi Churiatun, 2017).
Temuan juga menunjukkan bahwa ruang kelas dengan satu jenis kelamin di sekolah
umum menunjukkan hasil belajar yang meningkat dalam aspek afaktif dan kognitif
(Phyllis Fatima Morrell, 2009).
 Menghindari superioritas
Dalam kegiatan belajar misalnya olahraga, laki-laki dianggap yg kuat.
KONTRA

Latar Belakang
Para hadirin yang terhormat, pembelajaran merupakan proses interaksi yang terjadi pada
peserta didik serta segala komponen pembelajaran seperti yang tercantum dalam Undang-
undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) Nomor 20 bab 1 pasal (1) butir ke 20 yang
pada intinya pembelajaran adalah suatu proses interaksi. Dalam proses pembelajaran yang
dikatakan sebagai sebuah interaksi. Diperlukan hubungan atau interaksi antara peserta didik
dengan guru, dan antara siswa laki-laki dan siswa perempuan. Interaksi yang kami maksud
adalah interaksi dalam batas wajar dalam hal pendidikan. Oleh karena itu kami menolak mosi
pada hari ini yaitu “Dewan Ini Setuju Pemisahan Tempat Belajar Bagi Siswa dan Siswi di
Kelas.” Sebelum kami memaparkan alasan atau argumen yang mendasari kami menolak mosi
ini, pertama-tama saya akan menyanggah apa yang disampaikan oleh tim pro, yang kami
anggap terdapat kekeliruan...
Urgensi
Para hadirin yang terhormat, interaksi antara siswa laki-laki dan siswi perempuan dalam
proses pembelajaran itu diperlukan. Interaksi antara kedua belah pihak ini dalam konteks
pendidikan. Sehingga interaksi yang dalam batas wajar. Selain itu, dalam kehidupan sehari-
hari akan selalu ada interaksi antara perempuan dan laki-laki. Misalnya dalam dunia kerja,
dalam kegiatan jual beli barang, dan lain sebagainya. Sehingga dalam kehidupan kita pada
masa kini, tidak bisa dipungkiri jika interaksi antara laki-laki dengan perempuan akan selalu
ada dalam kehidupan. Dan dengan menggabungkan siswa laki-laki dengan siswi perempuan
pada kelas yang sama, akan mempermudah mereka untuk belajar berinteraksi satu sama lain,
selain itu juga mengajarkan mereka batas-batas interaksi. Sehingga penggabungan siswa laki-
laki dengan siswi perempuan sangat penting untuk dilakukan.
Goal
Untuk menciptakan siswa siswi yang unggul melalui penggabungan kelas antara siswa laki-
laki dan siswi perempuan
Argument :
 Kelas percampuran antara siswa dan siswi dalam kategori fikih dikenal dengan sebutan
ikhtilath. Said Al-Qatthani dalam Al-ikhtiilath, menyebut iktilath sebagai bertemunya
laki-laki dan perempuan (bukan mahrom) di suatu tempat yang bercampur baur dan
terjadi interaksi diantara laki-laki dan wanita itu (misal : bicara, berjabat tangan,
berinteraksi dsb.) Imam Nawawi dalam syarah Al-Muhadzdzab, mengungkapkan ikhtilath
antara laki-laki dan perempuan yang bukan khalwat adalah sesuatu yang bukan haram.
Lebih khusus Abdul Karim Zaidan dalam Al-Mufassol Fi Ahkam Al-Mar’at mengatakan
bahwa perkumpulan laki-laki dan wanita dalam suatu majlis ilmu (pengajia) itu
diperbolehkan.
 Kelas yang memisahkan peserta didik perempuan dan laki-laki memerlukan jumlah kelas
yang lebih banyak, dan tenaga kerja yang lebih banyak.
 Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Review of Educational Research pada tahun
2015 menunjukkan bahwa kombinasi kelas campuran, di mana siswa dan siswi belajar
bersama, dapat memberikan manfaat dalam memberikan manfaat dalam mengembangkan
keterampilan sosial, penghargaan terhadap keragaman, dan peningkatan kinerja
akademik. Studi ini menyoroti pentingnya interaksi siswa dan siswi dalam memperluas
pemahaman mereka tentang perspektif gender yang berbeda.
 Mengabaikan pentingnya keterampilan sosial
Pemisahan tempat belajar dapat menghalangi siswa dan siswi untuk belajar berinteraksi
dan bekerja sama secara efektif dengan lawan jenis mereka. Keterampilan sosial adalah
keterampilan penting dalam kehidupan sehari-hari dan dunia kerja. Dalam menghadapi
tantangan yang kompleks, siswa dan siswi perlu belajar bagaimana bekerja dalam tim
yang beragam, termasuk bekerja dengan orang-orang dari jenis kelamin yang berbeda.
 Menciptakan ketidakseimbangan sosial.
Pemisahan tempat belajar dapat menciptakan kesan bahwa siswa dan siswi adalah entitas
yang terpisah dan memiliki perbedaan yang signifikan. Hal ini dapat mengakibatkan
terbentuknya ketidakseimbangan sosial dan persepsi yang tidak sehat mengenai peran dan
kamampuan masing-masing jenis kelamin. Belajar dalam lingkungan yang inklusif dan
seimbang dapat memperkuat persamaan gender dan menghindari diskriminasi yang tidak
perlu.
 Membatasi pemahaman gender
Pemisahan tempat belajar dapat memperkuat stereotip gender yang tidak sehat. Ketika
siswa dan siswi dipisahkan, mungkin ada perbatasan pada pemahaman mereka tentang
pengalaman dan perspektif gender yang berbeda. Dalam belajar bersama, mereka dapat
saling belajar dan memperluas pemahaman mereka tentang gender, mempromosikan
toleransi, kesetaraan, dan pemahaman yang lebih luas tentang identitas dan peran gender.
 Memisahkan kemampuan dan potensi
Pemisahan tempat belajar dapat menciptakan persepsi yang salah bahwa siswa dan siswi
memiliki kemampuan yang berbeda atau bahwa mereka harus dipandang sebagai
kelompok yang terpisah. Ini dapat mempengaruhi harapan dan pandangan guru terhadap
kemampuan siswa dan siswi, serta menyebabkan ppembatasan dalam akses dan
kesempatan yang setara untuk belajar dan berkembang.
 Dalam konteks majelis taklim yang dipimpin oleh Nabi Muhammad (SAW), tidak
terdapat pemisahan tempat belajar antara siswa dan siswi. Praktik yang dilakukan pada
saat itu adalah para sahabat pria dan wanita berkumpul dala majelis yang sama untuk
mendengarkan pengajaran dari Nabi Muhammad (SAW). Pada masa Nabi Muhammad
terdapat interaksi yang harmonis antara pria dan wanit dalam konteks pengajaran dan
pembelajaran agama. Namun dalam beberapa kondisi, para wanita duduk di bagian
belakang atau di sisi yang terpisah dengan pria. Namun, ini lebih merupakan tata tertib
atau aransemen tempat duduk yang praktis daripada pemisahan yang kaku.
 Kesetaraan gender
Misalnya saat menyapu, semua anggota kelas, yang menjadi ketua kelas boleh cewe.
Laki-laki dan perempuan dapat bersaing dengan sehat dalam kegiatan belajar mengajar.
Dewan Ini Setuju Bahwa Demokrasi yang Dipraktekkan di Indonesia
Tidak Bertentangan dengan Nilai-nilai Keislaman

PRO

Latar belakang
Para hadirin yang terhormat, paham demokrasi yang dianut di Indonesia sendiri mengalami
beberapa fase, mulai dari demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin, demokrasi pancasila
era orde baru, dan saat ini berlaku demokrasi pancasila era reformasi. Demokrasi Pancasila
sendiri sejatinya paham demokrasi yang berlandaskan kepada nilai yang terkandung dalam
ideologi pancasila, sebagai paham demokrasi yang bersumber dari falsafah hidup yang digali
dari kepribadian rakyat Indonesia. Oleh karena itu demokrasi Pancasila sejalan dengan nilai-
nilai Keislaman, karena demokrasi ini digali dari kepribadian Rakyat Indonesia yang suka
menjunjung nilai-nilai moral dan nilai-nilai agama, khususnya agama Islam. Oleh karena itu
kami setuju dengan mosi pada perdebatan kali ini, yaitu “Dewan ini setuju bahwa demokrasi
yang dipraktekkan di Indonesia tidak bertentangan dengan nilai-nilai keislaman”.

Definisi
Demokrasi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu demos yang bearti rakyat dan
kratos/cratein yang bearti pemerintahan. Sehingga demokrasi adalah suatu sistem
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Menurut KBBI Bertentangan artinya adalah tidak sesuai
Keislaman artinya adalah segala sesuatu yang bertalian dengan agama Islam.

Limitasi
Bentuk-bentuk demokrasi Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Negara
Kesatuan Republik Indonesia

Urgency
Mosi ini penting atau urgent untuk disetujui, karena dengan menyetujui mosi ini, akan
membangun pemahaman lebih baik tentang hubungan antara demokrasi dengan keislaman.

Goal
Sehingga tujuannya adalah dapat membantu mengatasi persepsi negatif atau kesalahpahaman
bahwa nilai-nilai keislaman dan demokrasi yang ada di Indonesia saling bertentangan.

Masa kulafur rasyidin pada masa utsman dan ali demokrasi, voting.

Pasal

Cari yang memperjuangkan kebaikan. Contohnya AHOK


Argument :

1. Sistem demokrasi di Indonesia saat ini adalah demokrasi pancasila, artinya adalah
penyelenggaraan pemerintah, yang didasari sila-sila Pancasila, yakni Ketuhanan Yang
Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Demokrasi Indonesia yang berdasarkan sila-sila ini
tentu saja tidak bertentangan dengan nilai-nilai keislaman. Hal ini karena bersumber dari
falsafah hidup yang digali dari kepribadian rakyat Indonesia yang mayoritas beragama
Islam.
2. Prinsip kebebasan dan keadilan
Demokrasi akan bertentangan dengan Islam jika hanya mengembangkan paham
kebebasan absolut sehingga segala sesuatunya menjadi jauh dari nilai-nilai agama.
Sedangkan praktek demokrasi Pancasila memegang prinsip kebebasan, yaitu kebebasan
yang tidak bersifat mutllak karena disesuaikan dengan tanggung jawab sosial. Di
Indonesia, warga negara memiliki kebebasan untuk berpendapat dan berekspresi sesuai
pasal 28 dan 28E ayat 3 UUD 1945. Selain itu juga memiliki kebebasan dalam
mempraktikan agama sesuai keyakinan masing-masing. Berdasarkan pasal 29 ayat 2. Hal
ini sesuai dengan ajaran Islam yang menekankan pada kebebasan beragama dan
penghormatan terhadap perbedaan keyakinan, seperti yang dijelaskan dalam surah Al-
Baqarah (2:256) yang artinya “Tidak ada paksaan dalam menganut agama Islam”
3. Kesamaan dihadapan hukum
Setiap warga negara harus diperlakukan dengan adil oleh aparat penegak hukum dan
pemerintah. Hal ini berdasarkan pada pasal 27 ayat 1 dan pasal 28D UUD 945. Selain itu
pelaksanaan demokrasi di Indonesia tidak ada dominasi mayoritas terhadap minoritas,
tetapi menempatkan kelompok mayoritas dan minoritas memiliki hak yang sama yang
dilindungi oleh negara, dan dijiwai dengan semangat kekeluargaan untuk mewujudkan
cita-cita hidup bangsa. Oleh karena itu, kebijakan ini selaras dengan nilai-nilai keislaman
dalam firman Allah, yakni Surah An-Nisa (4:135) yang memerintahkan kita berlaku adil
serta melarang berlaku tidak adil berdasarkan kebencian terhadap suatu kelompok.
4. Pemilihan umum
Demokrasi memberikan warga negara hak untuk memilih pemimpin mereka melalui
pemilihan umum. Hal ini telah diatur dalam pasal 22 E UUD 1945. Dalam Islam,
pemimpin yang adil dan bertanggung jawab sangat dijunjung tinggi. Dengan adanya
pemilihan umum, warga negara memiliki kesempatan untuk memilih pemimpin yang
mereka anggap sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan dan integritas. Dalam Islam,
contoh pemilihan umum adalah ketika pemilihan khulafaur rasyidin yakni Abu Bakar,
Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib.
5. Partisipasi masyarakat
Demokrasi Pancasila sebagai sistem demokrasi yang dianut di Indonesia secara ringkas
adalah sistem demokrasi yang dilaksanakan berdasarkan musyawarah untuk mufakat bagi
kesejahteraan rakyat. Islam mendorong prinsip musyawarah dan konsensus dalam
pengambilan keputusan. Di Indonesia, sistem demokrasi memberikan ruang bagi warga
negara untuk berdiskusi dan mencapai konsensus dalam proses pembuatan keputusan
politik. Demokrasi melibatkan partisipasi aktif masyarakat dalam pengambilan keputusan
politik. Dalam Islam, pasrtisipasi masyarakat sangat dianjurkan. Demokrasi memberikan
warga negara kesempatan untuk ikut serta dalam proses pengambilan keputusan, baik
melalui pemilihan umum, keterlibatan dalam organisasi masyarakat, atau kampanye
politik. Hal ini juga dijelaslkan dalam firman Allah Surah Asy-Syura (42:38) tentang
musyawarah dalam menyelesaikan suatu perkara.
6. Perlindungan hak asasi manusia
Perlindungsn hak asasi manusia dijelaskan dalam pasal 28I ayat 4 UUD 1945. Demokrasi
menjamin perlindungan hak asasi manusia, termasuk hak-hak yang diakui dalam Islam.
Praktek demokrasi di Indonesia memastikan kebebasan berpendapat, kebebasan
beragama, kesetaraan gender, dan perlindungan terhadap hak-hak minoritas. Prinsip-
prinsip ini sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan dan persamaan dalam Islam.
KONTRA

Latar Belakang
Urgensi
Goal
Argument :
 Dominasi Nilai Sekuler
Demokrasi di Indonesia seringkali dipengaruhi oleh nilai-nilai sekuler yang bertentangan
dengan prinsip-prinsip Islam. Beberapa kebijakan yang dihasilkan oleh proses demokrasi,
seperti perizinan minuman keras, pelaksanaan perjudian, dan dekriminalisasi LGBT,
dianggap melanggar ajaran agama Islam. Oleh karena itu, demokrasi di Indonesia bisa
dikritk karena tidak selalu sejalan dengan nilai-nilai keislaman yang konservatif.
 Keterbatasan Implementasi Syariah
Dalam sistem demokrasi di Indonesia, implementasi syariah seringkali tidak mendapat
dukungan penuh. Misalnya, terdapat batasan dalam menerapkan hukum pidana Islam
seperti hukuman cambuk dan amputasi, yang bertentangan dengan pandangan bebetapa
kelompok Islam yang menginginkan penerapan syariah secara menyeluruh. Demokrasi
memberikan ruang bagi pengaruh yang lebih luas dari perspektif non-Islam dalam
pembuatan kebijakan.
 Kemungkinan Terdistorsi oleh Interaksi Politik: Dalam konteks politik, demokrasi dapat
mengarah pada kompromi dan negosiasi yang dapat menyebabkan pengorbanan terhadap
nilai-nilai keislaman. Partai politik dan politisi sering kali harus mengakomodasi berbagai
kepentingan dan pandangan, termasuk yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam,
untuk mempertahankan atau memperoleh kekuasaan. Hal ini dapat mengakibatkan
penurunan integritas nilai-nilai keislaman dalam proses politik.
 Pengabaian Ajaran Islam dalam Pembuatan Kebijakan: Meskipun Indonesia memiliki
mayoritas penduduk Muslim, beberapa kebijakan pemerintah tidak selalu mencerminkan
nilai-nilai Islam yang mendasar. Misalnya, dalam bidang ekonomi, sistem ekonomi yang
diterapkan cenderung mengikuti prinsip-prinsip ekonomi kapitalis, bukan prinsip-prinsip
ekonomi Islam seperti larangan riba dan transaksi berbasis keadilan. Hal ini menunjukkan
ketidakselarasan antara demokrasi dan implementasi nilai-nilai keislaman.
 Pengaruh Budaya dan Nilai Asing: Demokrasi di Indonesia rentan terhadap pengaruh
budaya dan nilai-nilai asing yang bertentangan dengan nilai-nilai keislaman. Media,
teknologi, dan arus globalisasi dapat mempengaruhi persepsi dan praktik masyarakat
dalam hal agama dan moralitas. Kemajuan sosial dan perubahan nilai-nilai masyarakat
yang mungkin terjadi dalam demokrasi dapat mengancam keutuhan nilai-nilai keislaman
tradisional.
 Melalui argumen-argumen ini, dapat disimpulkan bahwa demokrasi di Indonesia dapat
dikritik karena tidak selalu sejalan dengan nilai-nilai keislaman. Meskipun demokrasi
memberikan ruang bagi partisipasi politik dan
Kita pakai revolusioner, kalau perubahan itu enggak semua salah, kalau misalnya
sosial media mnyetujui, bearti bener.

Defini masih ada definisi lain, kita jugapernah megalami revolusioner.

Kebebasan berpendapat.
Dewan Ini Menolak Propaganda Radikalisme
Melalui Media Sosial

PRO
Latar Belakang :
Definisi
Menurut KBBI propaganda adalah penerangan (paham, pendapat, dan sebagainya) yang
benar atau salah yang dikembangkan dengan tujuan meyakinkan orang agar menganut suatu
aliran, sikap, atau arah tindakan tertentu
Radikalisme adalah paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan
sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis.
Media sosial adalah platform atau situs web yang memungkinkan pengguna untuk
berinteraksi, berbagai informasi, dan menciptakan konten melalui internet dan perangkat
seluler,
Limitasi
Urgensi
Goal
Argument :
1. Propaganda radikalisme dapat mempengaruhi generasi muda dan memicu tindakan
kekerasan yang merugikan masyarakat dan negara. Selain itu propaganda radikalisme
dapat mengancam stabilitas negara dan merusak rasa persatuan bangsa Indonesia. Hal ini
karena propaganda radikalisme menuntut adanya perubahan dalam tatanan negara. Telah
banyak kasus pemberontakan di Indonesia yang menuntut adanya perubahan, dan dapat
kita lihat bahwasanya segala pemberontakan itu sebagai bentuk propaganda radikalisme
ini memberikan dampak yang negatif dan merampas harta benda maupun nyawa rakyat.
Contohnya adalah peristiwa pemberontakan G30S/PKI ataupun pemberontakan Darul
Islam atau Tentara Islam Indonesia yang merupakan gerakan yang menginginkan
berdirinya Negara Islam Indonesia. Dan akhirnya gerakan ini dihentikan oleh pemerintah,
karena dengan tujuan mereka untuk mendirikan Negara Islam, bertentangan dengan
Ideologi kita. Negara kita bukanlah negara Islam, tetapi negara Kesatuan Republik
Indonesia yang di dalamnya mengakui 6 agama.
2. Propaganda radikalisme dapat mengancam keamanan nasional dan masyarakat. Dengan
adanya proaganda radikalisme ini dapat pula merusak harmoni antar kelompok. Hal ini
karena dalam menyebarkan paham mereka ataupun dalam memperoleh perubahan,
kelompok radikal ini dalam melakukan propaganda radikalisme menggunakan cara-cara
kekerasan. Tentu saja dampaknya dapat mengancam keamanan nasional dan keamanan
masyarakat. Selain dampak pada keamanan dan sosial ini, dengan adanya propaganda
radikalisme ini juga akan berdampak pada segi ekonomi, karena hal ini dapat
menghambat pertumbuhan ekonomi.
3. Pelanggaran hak asasi manusia
Propaganda radikalisme sering kali mengadvokasi atau membenarkan kekerasan,
diskriminasi, atau pelanggaran hak asasi manusia. Hal ini bertentantangan dengan nilai-
nilai dasar kemanusiaan dan prinsip-prinsip hak asasi manusia yang diakui secara
internasional. Oleh karena itu, propaganda radikalisme ditolak sebagai upaya untuk
mencegah penyebaran ideologi yang merugikan dan melanggar hak asasi manusia.
4. Meskipun kebebasan berpendapat diperbolehkan di Indonesia. Namun kebebasan
berpendapat yang diperbolehkan adalah kebebasan berpendapat yang tidak bersifat
mutlak karena disesuaikan dengan tanggung jawab sosial. Sementara itu propaganda
radikalisme sering kali melampaui batas-batas kebebasan berpendapat dan menyebarkan
pesan yang merugikan dan berpotensi berbahaya.
5. Propaganda radikalisme dapat menyebar dengan cepat melalui media sosial dan dapat
mempengaruhi banyak orang dalam waktu yang singkat. Melalui media sosial informasi
mudah untuk disebar luaskan, apalagi melalui media sosial semua kalangan dapat
mengakses informasi tersebut, mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa. Para hadirin
yang terhormat, apabila semua orang termasuk anak-anak menonton konten-konten yang
bersifat radikal, maka anak-anak ini akan mudah untuk terpengaruh, hal ini karena
mereka terkadang masih sulit menyaring konten-konten yang tidak sepantasnya. Oleh
karena itu anak-anak akan mudah untuk terpengaruh paham-paham yang bersifat radikal,
dan hal ini akan berbahaya bagi persatuan dan kesatuan bangsa, karena dengan paham
radikalisme ini dapat memcehan belah kesatuan bangsa. Hal ini desebabkan radikalisme
menuntut adanya perubahan yang bertentangan dengan paham kita pada saat ini.

6. Propaganda radikalisme seringkali menggunakan dalil-dalil agama untuk membenarkan


tindakan kekerasan dan intoleransi, yang dapat merusak nilai-nilai keagamaan dan sosial
masyarakat. Padahal menurut surat
7. Kerusakan reputasi agama dan ideologi
Propaganda radikalisme yang terkait dengan agama atau ideologi tertentu dapat
menyebabkan kerusakan reputasi bagi kelompok agama atau suatu ideologi. Hal ini teradi
ketika propaganda tersebut menyalahgunakan, memanipulasi, atau menginterpretasikan
ajaran agama atau ideologi dengan cara kekerasan atau keliru. Dalam beberapa kasus, ini
dapat menyebabkan stigmatisasi dan diskriminasi kepada penganut agama atau ideologi
yang sama.

8. Pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk mencegah penyebaran propaganda
radikalisme melalui mdia sosial dengan cara melakukan pelarangan terhadap propaganda
ataupun penyebaran narasi-narasi yang menyebabkan perpecahan. Dengan menolak
propaganda radikalisme ini, kita dapat mencegah proses radikalisme yang dapat
mengubah pemikiran individu untuk melakukan aktivitas yang bersifat kekerasan dan
membahayakan orang lain. Penolakan terhadap propaganda radikalisme ini pula, dapat
membatasi pengaruh dan ideologi yang bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi,
toleransi, dan perdamaian.
9.

Apa itu propaganda radikalisme, apa dampaknya, mengapa ditolak, apakah bertentangan
dengan nilai-nilai keislaman, atau nilai-nilai pancasila. Inget pesan Soekarno. Boleh
beragama Islam, tapi tetap sebagai bangsa Indonesia
KONTRA

Propaganda belum tentu jelek,

Orang Islam jika melakukan propaganda

Kalau propaganda radikalisme tidak sepenuhnya salah, saya sangat mendukung propaganda
radikalisme, karena propaganda radikalisme tidak semuanya salah. Yang benar sesuai kaidah agama.

Propaganda dan radikalisme tidak selalu bernilai negatif, karena radikalisme adalah seruan untuk
melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Hal ini dilakukan karena penguasa tidak menunjukkan
keadilan bagi seluruh warga negara.

Kenapa dengan cara kekerasan

Propaganda pada 98, kemerdekaan, orde lama ke orde baru, pembunuhan pki

Pemberantasan kkn

Perang-perang Nabi karena ada yang nyerang duluan,

Adanya propaganda radikalisme karena pemerintah tidak adil, komunis di

Tritura

Dekrit presiden 5 Juli 1959

Mengapa dengan kekerasan? Karena tanpa kekerasan sulit untuk memperoleh perubahan. Tapi bisa
juga pakai cara diplomasi.

Jihad

Anda mungkin juga menyukai