Anda di halaman 1dari 10

PENGUCAPAN SALAM SELAMAT NATAL DALAM HUKUM ISLAM DAN

HUBUNGANNYA DENGAN PERBEDAAN PANDANGAN DALAM MASYARAKAT

HABEL MARULI GUSTIN RUMAPEA

2018-0500-0183 / 12018003658

HUKUM ISLAM / D

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA
2020
BAB I

PENDAHULUAN

Indonesia sebagai negara dengan corak penduduk majemuk baik dalam Bahasa maupun
agama banyak melahirkan berbagai persoalan. Di antara persoalan yang tidak kalah pentingnya
untuk dibahas adalah masalah agama. Tema agama merupakan bagian yang sangat sensitif
karena menyangkut keyakinan. Bila seseorang telah menyakini suatu ajaran agama maka sangat
sukar menerima ajaran agama lainnya, bahkan untuk bisa obyektif dalam memahami dan menilai
agama lain bukan perkara mudah. Bersamaan dengan itu tak jarang muncul konflik antara umat
beragama baik dalam masalah akidah maupun ibadah. Kerukunan antarumat beragama kiranya
akan menjadi agenda nasional yang tak kunjung usai. Ini bisa dipahami karena masa depan
bangsa kita sedikit banyak tergantung pada sejauh mana keharmonisan hubungan antarumat
beragama ini. Kegagalan dalam merealisasikan agenda ini akan mengantarkan kita pada trauma
terpecah belahnya kita sebagai bangsa.1

A. Latar Belakang

Indonesia adalah Negara kesatuan yang di dalamnya terdapat ragam keagamaan, suku,
budaya, dan adat istiadat. Dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika (berbeda-beda tapi tetap
satu) , semestinya perbedaan-perbedaan tersebut bisa menciptakan kerukunan antar-sesama.
Namun dalam kenyataananya tidak jarang terjadi konflik karena perbedaan tersebut, contohnya
seperti penafsiran mengenai bolehkan mengucapkan selamat natal atau tidak, Kontroversi
pengucapan salam “Selamat Natal” ini bukan lagi perkara baru yang timbul dalam masyarakat
indonesia Hampir tiap jelang tutup tahun, media sosial di Indonesia diramaikan oleh satu
pertanyaan isu: bolehkan orang Islam mengucapkan “Selamat Natal”? hal ini selalu menjadi
topik perdebatan yang tiada habisnya, Perdebatan timbul di antara warga yang berbeda agama
dengan umat muslim, bahkan antara umat muslim itu sendiri, Orang-orang yang menentang
pengucapan Selamat Natal akan menyebarkan fatwa-fatwa ulama yang melarang ucapan selamat
Natal. Sebaliknya, kelompok yang berseberangan akan mengajukan fatwa tandingan dari ulama
lain yang membolehkan praktik tersebut karena dianggap bagian dari toleransi beragama.
munculnya perdebatan ini tidak terlepas dari penafsiran mengenai kitab suci Alquran sendiri,
1
Abd. Rohim Ghazali dalam M. Quraish Shihab, Atas Nama Agama: Wacana Agama Dalam Dialog Bebas Konflik
(Bandung: Pustaka Hidayah, 1998), h.133.
Perbedaan-perbedaan mengenai hukum ucapan Selamat Natal ini disebabkan oleh karena tidak
adanya ayat Alquran atau hadits yang secara jelas menerangkan hukumnya.oleh karena itu disini
penulis hendak mengutip berbagai pendapat para ulama atau pemuka agama dan ayat dari kitab
suci Alquran mengenai pengucapan selamat natal, dan bagaimana seharusnya setiap Masyarakat
Indonesia baik penganut agama muslim atau diluar muslim menanggapinya

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana aturan dan pendapat ulama yang melarang pengucapan Selamat Natal?
2. Bagaimana aturan dan pendapat ulama yang memperbolehkan pengucapan Selamat
Natal
3. Bagaimana cara menghadapi berbagai macam perbedaan Pendapat mengenai hukum
mengucapkan Selamat Natal

BAB II

PEMBAHASAN

1. Hukum Islam dan pendapat ulama yang melarang pengucapan Selamat Natal

ulama yang melarang (mengharamkan) umumnya beralasan karena adanya hadis yang
mengharamkan menyerupai orang kafir.Islam melarang umatnya untuk meniruniru berbagai
perilaku yang menjadi bagian ritual keagamaan tertentu di luar Islam atau mengenakan simbol-
simbol yang menjadi ciri khas mereka seperti mengenakan salib atau pakaian khas mereka.
Rasulullah saw bersabda:

‫َم ْن تَ َشبَّهَ بِقَوْ ٍم فَهُ َو ِم ْنهُ ْم‬

Artinya : Siapa yang meniru suatu kaum maka ia adalah bagian dari mereka.”

Ulama yang juga mengharamkan (seperti Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Syeikh Ibn Baz, Shalih al-
Utsaimin, Ibrahim bin Muhammad al-Huqail, dll) berlandaskan pada ayat:

َ ْ‫ضى لِ ِعبَا ِد ِه ْال ُك ْف َر َوإِ ْن تَ ْش ُكرُوا يَر‬


‫ضهُ لَ ُك ْم‬ َ ْ‫إِ ْن تَ ْكفُرُوا فَإِ َّن هَّللا َ َغنِ ٌّي َع ْن ُك ْم َواَل يَر‬
Artinya : “Jika kamu kafir, maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak
meridhai kekafiran hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai kesyukuranmu.”
(QS. Az Zumar : 7). Menurut golongan pertama ini, mengucapkan selamat Natal termasuk
kategori rela terhadap kekufuran.

Ulama seperti Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Syeikh Ibn Baz, Shalih al-Utsaimin, Ibrahim bin
Muhammad al-Huqail berpendapat bahwa mengucapkan selamat natal hukumnya haram karena
perayaan ini adalah bagian dari syiarsyiar agama mereka. Allah tidak meredhoi adanya
kekufuran terhadap hamba-hamba-Nya. Sesungguhnya didalam pengucapan selamat kepada
mereka adalah tasyabbuh (menyerupai) dengan mereka dan ini diharamkan. Diantara bentuk-
bentuk tasyabbuh antara lain Ikut serta didalam hari raya tersebut dan mentransfer perayaan-
perayaan mereka ke negeri-negeri islam. Mereka juga berpendapat wajib menjauhi berbagai
perayaan orang-orang kafir, menjauhi dari sikap menyerupai perbuatanperbuatan mereka,
menjauhi berbagai sarana yang digunakan untuk menghadiri perayaan tersebut, tidak menolong
seorang muslim didalam menyerupai perayaan hari raya mereka, tidak mengucapkan selamat
atas hari raya mereka serta menjauhi penggunaan berbagai nama dan istilah khusus didalam
ibadah mereka.2

2. Hukum Islam dan pendapat ulama yang mebolehkan mengucapkan Selamat Natal

Mayoritas ulama muashirin yang ahli di bidang fiqih, tafsir dan hadits membolehkan ucapan
selamat Natal. Mengucapkan selamat atas perayaan hari besar agama lain adalah boleh selagi
mereka bersikap baik dan tidak memerangi kita, seperti yang tercantum dalam

Q.S al-Mumtahanah ayat 8

َ‫ار ُك ْم أَ ْن تَبَرُّ وهُ ْم َوتُ ْق ِسطُوا إِلَ ْي ِه ْم إِ َّن هَّللا َ يُ ِحبُّ ْال ُم ْق ِس ِطين‬ ِ ‫اليَ ْنهَا ُك ُم هَّللا ُ ع َِن الَّ ِذينَ لَ ْم يُقَاتِلُو ُك ْم فِي الد‬
ِ َ‫ِّين َولَ ْم ي ُْخ ِرجُو ُك ْم ِم ْن ِدي‬

Artinya: Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang
yang tiada memerangimu dan tidak (pula) mengusirmu dari negerimu. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berlaku adil. (QS. Al-Mumtahanah, 8)

2
A. Mubarok Yasin, Pengasuh Rubrik Tanya Jawab Fiqh Tebuirengonline https://tebuireng.online/hukum-
mengucapkan-selamat-natal/
Kebolehan memberikan ucapan selamat juga berlaku jika orang Kristen yang memberikan
ucapan selamat kepada kita. Allah berfirman dalam surat (QS. An-Nisa’: 86) tercantum

ْ ‫فَ َحيُّوا بِأَحْ سَنَ ِم ْنهَا أَوْ ُر ُّدوهَا إِ َّن هَّللا َ َكانَ َعلَى ُك ِّل ش‬ ‫َوإِ َذا ُحيِّيتُ ْم بِتَ ِحيَّ ٍة‬
‫َي ٍء َح ِسيبًا‬

Artinya: Apabila kamu diberi penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih
baik, atau balaslah dengan penghormatan yang serupa. Sesungguhnya Allah memperhitungankan
segala sesuatu.

Jumhur ulama kontemporer membolehkan mengucapkan selamat Hari Natal. Di antaranya


Syeikh Yusuf al Qaradhawi yang berpendapat bahwa perubahan kondisi globallah yang
menjadikannya berbeda dengan Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah didalam Mengharamkan
pengucapan selamat harihari Agama orang-orang Nasrani atau yang lainnya. Aku (Yusuf al
Qaradhawi) membolehkan pengucapan itu apabila mereka (orang-orang Nasrani atau non
muslim lainnya) adalah orang-orang yang cinta damai terhadap kaum muslimin, terlebih lagi
apabila ada hubungan khsusus antara dirinya(non muslim) dengan seorang muslim,seperti:
kerabat, tetangga rumah,teman kuliah, teman kerja dan lainnya. Hal ini termasuk didalam
berbuat kebajikan yang tidak dilarang Allah swt namun dicintai-Nya.

Qardhawi juga menjelaskan bahwa tidak ada hal yang mencegah untuk mengucapkan selamat
pada perayaan non-muslim akan tetapi jangan ikut memperingati ritual agama mereka juga
jangan ikut merayakan. Kita boleh hidup bersama mereka (non-muslim) dengan melakukan
sesuatu yang tidak bertentangan dengan syariah Allah.

Berbeda halnya dengan ulama kontemporer Indonesia yang lain. Adalah Prof. Dr. H.
Quraish Shihab dalam tafsir al-Misbah ia menyebutkan bahwa dalam Al-Quran ada ucapan
selamat atas kelahiran ‘Isa. Seperti termaktub dalam al-Qur’an Surah Maryam ayat 33

ُ ‫ْع‬ƒََْ ‫وت َو ي َْو َم أُب‬


)٣٣( ‫„ًّا‬ƒ‫ث َحًي‬ ُ ‫ت َو ي َْو َم أَ ُم‬
ُ ‫ي ي َْو َم ُول ِْد‬
ََّ ‫َوالسَّال ُم عَل‬

Terjemahnya: Dan Kesejahteraan semoga dilimpahkan kepada-Ku, pada hari aku dilahirkan,
pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali

Beliau mengatakan bahwa mengucapkan dan membaca “Selamat Natal” tidak dilarang, dan
mengucapkan “selamat” kepada siapa saja tidaklah keliru, tetapi ucapan “Selamat Natal” yang
beliau maksud adalah ucapan Selamat Natal yang diucapkan Nabi Isa dan diabadikan al-Qur’an:
“Salam sejahtera untukku pada hari kelahiranku, wafatku dan kebangkitanku kelak”(QS.
Maryam: 33). Apabila ini yang dimaksud dengan ucapan “Selamat Natal,” yang tidak dilarang
adalah ucapan Nabi Isa: “Salam sejahtera untukku pada hari kelahiranku, wafatku dan
kebangkitanku kelak” (Waalsalam ‘alayyayawma wulidtu waynwma amutu wayawma ub’atsu
hayyan). Yang tidak dilarang adalah membaca ayat al-Qur’an ini (QS. Maryam : 33). Yang tidak
dilarang bukanlah mengucapkan ucapan “Selamat Natal,” atau ucapan “Merry Christmas.
“Tetapi, beliau mengatakan pula bahwa mengucapkan “selamat” kepada siapa saja tidaklah
keliru. “Selamat” (dengan tanda petik) di sini dapat Diartikan ucapan atau kata “selamat.”
Apabila ini yang dimaksud “selamat” maka mengucapkan ucapan “Selamat Natal “ dan ucapanu-
capan lain yang menggunakan kata “selamat” (meskipun dalam bahasa-bahasa asing digunakan
kata-kata yang berbeda), tidak dilarang, Yang lebih utama adalah tujuan mengucapkan“Selamat
Natal.” Bagi orang-orang Muslim, pada umumnya, tujuannya adalah untuk pergaulan,
persaudaraan, dan persahabatan. Pergaulan, persaudaraan, dan Persahabatan adalah
kemaslahatan. Dengan tujuan kemaslahatan, dan tentu saja tanpa mengorbankan akidah,
mengucapkan “Selamat Natal” tentu saja dibolehkan. Lagi pula, apabila ucapan “Selamat Natal”
dapat disamakan dengan doa untuk orang-orang Kristen, ucapan ini dibolehkan sebagaimana
berdoa untuk orang-orang non-Muslim, seperti akan diuraikan dalam pembahasan berikut ini,
dibolehkan. 3

Fatma MUI

Pada tanggal 1 Jumadil Awwal 1401 H/7 Maret 1981 M, Majelis Ulama Indonesia menfatwakan
tentang Perayaan Natal Bersama, yang ditandatangani oleh K.H. M Syukri Ghazali dan Drs. H.
Mas’udi, masing-masing sebagai ketua dan sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia.29
Fatwa tersebut menyatakan:

1. Perayaan natal di Indonesia meskipun tujuannya merayakan dan menghormati Nabi Isa
a.s, akan tetapi natal itu tidak dapat dipisahkan dari akidah dan ibadah
2. Mengikuti upacara natal bersama bagi umat Islam hukumnya haram

3
UCAPAN SELAMAT NATAL MENURUT QURAISH SHIHAB DALAM TAFSIR AL MISBAH Studi Analisis Terhadap Q.S.
Maryam ayat 33 Juhra Muhammad Arib
3. Agar umat Islam tidak terjerumus kepada subhat dan larangan Allah SWT dianjurkan
untuk tidak mengikuti kegiatan-kegiatan Natal.

Berdasarkan fatwa MUI di atas dapat diketahui bahwa yang dilarang itu adalah mengadiri ritual
natal karena hal ini dapat mengaburkan akidah dan mencampuradukkan kepercayaan Islam
dengan agama lain. Berkaitan dengan ucapan selamat natal, maka menurut penulis MUI
membolehkannya

Menteri Agama yang pada waktu itu adalah Alamsyah Ratuprawiranegara meminta MUI
mencabut fatwa ini. Kemudian Menteri Agama mengeluarkan surat edaran Nomor MA/432/1981
tentang Peringatan Hari-Hari Besar Keagamaan di Indonesia. Surat edaran ini antara lain berisi:
1. Unsur ibadah yang terkandung dalam penyelenggaraan hari-hari besar keagamaan
merupakan bentuk ajaran agama yang diatur sepenuhnya oleh pemuka agama yang
bersangkutan. Ibadah hanya dihadiri oleh pe meluk agama yang bersangkutan.
2. Unsur perayaan dan kegiatan lain, yakni penyelenggaraan hari-hari besar keagamaan
yang tidak mengandung unsur ibadah dapat dihadiri dan diikuti oleh pemeluk agama lain.
3. Apabila seseorang atau pejabat karena jabatannya hadir dalam peringatan atau upacara
keagamaan suatu agama yang tidak dipeluknya, maka hendaklah ia mawas diri dengan
bersikap pasif namun khidmat sehingga pemantapan kerukunan hidup beragama terjamin

M. Quraish Shihab selanjutnya menjelaskan larangan ini muncul dalam rangka upaya
memelihara akidah. Karena kekhawatiran kerancuan pemahaman lebih banyak ditujukan kepada
mereka yang dikhawatirkan kabur akidahnya. Jika seseorang yang ketika mengucapkannya tetap
murni akidahnya atau mengucapkannya sesuai dengan kandungan selamat Natal Qur’ani -sejalan
dengan apa yang dimaksud oleh al-Qur’an sendiri yang telah mengabadikan ucapan selamat
natal-, kemudian mempertimbangkan situasi dan kondisi di mana hal itu diucapkan, sehingga
tidak menimbulkan kerancuan akidah, baik bagi dirinya maupun muslim yang lain, maka
agaknya tidak beralasan adanya larangan itu4

3. Beragam Penafsiran mengenai pengucapan Selamat Natal dan beragam pendapat ulama
4
Mengucapkan Salam dan Selamat Natal dalam Pandangan Hukum Islam(Analisis Terhadap Penafsiran Surat al-
Nisa’ ayat 86
dan Maryam ayat 33)
Telah diuraikan diatas berbagai macam kutipan ayat yang terdapat di al’quran dan
pendapat para ulama mengenai pengucapan selamat natal, dan timbul beragam penafsiran dan
pendapat ada beberapa yang menganut faham tertentu yang melarang pengucapan salam tersebut
tetapi ada juga ulama yang memperbolehkan untuk mengucapkan salam selamat natal ini, maka
hal ini pasti akan menimbulkan kebingungan dalam masyarakat khususnya masyarakat muslim
dalam pendapat mana yang harus diikuti.

Dilansir dari video yang berjudul “Mengucapkan Selamat Natal Menurut M Quraish Shihab”
M. Quraish Shihab dalam video tersebut berpendapat bahwa permasalahan pengucapan natal ini
hanya timbul di Asia Tenggara, beliau berkata bahwa di Mesir Grand Sheikh al-Azhar
berkunjung kepada pimpinan umat kristiani dan mengucapkan selamat. “Kita Bergembira
dengan kegembiraan mereka tapi tidak menggagu akidah kita” ucap beliau.

Beliau juga menambahkan mengenai perbedaan, bahwa menyatukan segala sesuatu itu mustahil
“ gunung saja beragam, bunga saja beragam,manusia saja beragam, kita bisa rambut sama hitam
tapi fikiran kita berbeda” beliau mengatakan bahwa al’quran juga memperbolehkan untuk
berkelompok-kelompok memiliki faham yang berbeda-berbeda, semua faham bisa benar atau
semua faham bisa salah asal jangan berkelahi/berselisih.

Beliau mengatakan boleh berbeda faham entah itu salafi atau shiah asal jangan bertentangan
dengan prinsip dasar agama “yang salah adalah ketika engkau marah terhadap saya, atau
mengkafirkan saya, karena yang kafir itu dalam islam adalah yang tidak mempercayai rukun
iman” ujar beliau “Kalau berbeda fiqih berbeda pandangan silahkan Tuhan juga mau kita begitu”

Terakhir M Quraish Shihab menambahkan bahwa Masyarakat Indonesia itu tidak paham
agamanya dengan baik dan ulama-ulama Indonesia tidak mampu menjelasakannya kepada
mereka dengan baik. Beliau mengatakan “seharusnya dalam rincian ajaran agama itu harus
diajarkan bahwa bukan hanya satu yang bisa benar tetapi bisa bermacam-macam yang bisa
benar” 5

5
“Mengucapkan Selamat Natal menurut M Quraish Shihab” sebagaimana dimuat dalam
https://www.youtube.com/watch?v=nhsGY-GxE4c yang diakses pada 14 Maret 2020
BAB III
KESIMPULAN

Ada dua hal yang menjadi polemik seputar Natal, yaitu hukum mengucapkan selamat
Natal dan hukum mengikuti perayaan ritual Natal. Hukum mengucapkan selamat Natal masih
menjadi perbedaan diantara para ulama sementara mengikuti perayaan ritual Natal adalah haram
menurut hampir semua ulama. Kemudian Ucapan selamat natal menurut qurays Shihab itu tidak
dilarang selama tujuannya untuk pergaulan, persaudaraan dan kemaslahatan dan tidak
mengorbankan aqidah serta memahami dan menghayati ayat alqur’an Q.S Maryam:33 yang
mengabadikan ucapan nabi Isa. Dan bahwa Pendapat yang tidak membolehkan ucapan selamat
Natal adalah pendapat sebagian kecil ulama umumnya yang berlatar belakang faham salafi
wahabi yang memang dikenal ekstrim dan intoleran bahkan kepada kelompok lain dalam Islam
sendiri.
Ucapan selamat natal memang dapat menjadi kontroversi jika hal tersebut dikaitkan
dengan konteks akidah, maka wajar jika lahir fatwa yang melarangnya. Akan tetapi hal tersebut
menjadi lain jika dikaitkan dengan konteks hubungan sosial kemasyarakatan dalam rangka
menjalin hubungan yang harmonis antar sesame pemelukagama. Perlu dipahami bahwa ucapan
selamat natal tersebut tidak boleh dipahami sebagai pernyataan membenarkan dan menyetujui
kepercayaan kaum Nasrani. Ucapan selamat natal sebatas dimaksudkan sebagai ungkapan
penghormatan dan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat sebagai sesame umat beragama.
Demikian juga dalam hal menghadiri perayaan hari raya mereka, apabila seseorang yakin bahwa
akidahnya tidak akan berubah, maka ia boleh menghadiri acara perayaan itu, tetapi apabila
akidahnya akan berubah, maka ia tidak boleh menghadiri perayaan hari raya mereka.
DAFTAR PUSTAKA

https://tebuireng.online/hukum-mengucapkan-selamat-natal/
https://www.nu.or.id/post/read/106858/prof-quraish-shihab-tak-menerima-perbedaan-berarti-
menolak-rahmat
Evra Willya Mengucapkan Salam dan Selamat Natal dalam Pandangan Hukum Islam
(Analisis Terhadap Penafsiran Surat al-Nisa’ ayat 86 dan Maryam ayat 33)
Juhra Muhammad Arib ucapan selamat natal menurut Quraish Shihab dalam tafsiran al-misbah
Studi Analisis Terhadap Q.S. Maryam ayat 33
Daniel Prima Alumni Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan,
Penafsiran ucapan selamat natal dan prinsip-prinsip toleransi beragam dalam tafsiran al-misbah
https://tirto.id/hukum-mengucapkan-selamat-hari-natal-menurut-mui-dan-maruf-amin-eoHM
Syamsul Bahri, MA, Mahasiswa Program Doktor/Pendidikan Islam Multikultural,UNISMA,
Jawa timur Mengucapkan Selamat Natal dan Selamat Hari Raya Agama Lain

Anda mungkin juga menyukai