Anda di halaman 1dari 5

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

A. Judul Modul : PAI Kontemporer


B. Kegiatan Belajar : KB 4 (Toleransi dalam Islam)
C. Refleksi

NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN

Peta Konsep (Beberapa


1 istilah dan definisi) di modul
bidang studi

1. TOLERANSI DALAM ISLAM


a) Toleransi adalah sikap manusia untuk saling
menghormati dan menghargai, baik antar individu
maupun antar kelompok. Dalam bahasa Arab, toleran
adalah tasamuh, yang berarti sikap baik dan berlapang
dada terhadap perbedaan-perbedaan dengan orang
lain yang tidak sesuai dengan pendirian dan
keyakinannya.
b) Toleransi dianjurkan dalam masalah muamalah dan
hubungan kemasyarakatan bukan menyangkut masalah
akidah dan ibadah. Toleransi dalam masalah ibadah dan
akidah tidak diperbolehkan.

2. BENTUK TOLERANSI DALAM ISLAM


a) Islam mengajarkan menolong siapa pun, baik orang
miskin maupun orang yang sakit, muslim atau non-
muslim, bahkan terhadap binatang sekalipun.
b) Tetap menjalin hubungan kerabat pada orang tua atau
saudara non muslim.
c) Boleh memberi hadiah pada non muslim. Islam
memperbolehkan umat Islam memberi hadiah kepada
non-muslim, agar membuat mereka tertarik pada Islam,
atau ingin berdakwah dan atau ingin agar mereka tidak
menyakiti kaum muslimin.

3. TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA


a) Dalam pembukaaan UUD 1945 pasal 29 ayat 2 telah
disebutkan bahwa "Negara menjamin kemerdekaan
tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya sendiri-
sendiri dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya".
b) Toleransi berasal dari bahasa latin dari kata tolerare,
yang berarti dengan sabar membiarkan sesuatu. Jadi,
pengertian toleransi secara luas adalah suatu perilaku
atau sikap manusia yang tidak menyimpang dari aturan,
di mana seseorang menghormati atau menghargai
setiap tindakan yang dilakukan orang lain.

c) Toleransi antar umat beragama berarti suatu sikap


manusia sebagai umat yang beragama dan mempunyai
keyakinan, untuk menghormati dan menghargai
manusia yang beragama lain.

4. PERSYARATAN PENDIRIAN TEMPAT IBADAH


a) Dalam pendirian rumah untuk peribadatan, sesorang
atau lembaga harus memperoleh izin khusus.
Ketentuannya dijelaskan dalam sejumlah aturan. Salah
satunya, Peraturan bersama Menteri Agama dan
Menteri Dalam Negeri Nomor 9 tahun 2006 dan Nomor
8 tahun 2006 tentang pedoman pelaksanaan tugas
kepala daerah/wakil kepala daerah dalam
pemeliharaan kerukunan umat beragama,
pemberdayaan forum kerukunan umat beragama dan
pendirian rumah ibadat.
b) Selain ketentuan tersebut, di masing-masing daerah
juga memiliki peraturan sendiri. Misalnya saja, di DKI
yang telah membuat aturan dalam Peraturan Gubernur
DKI Jakarta Nomor 83 tahun 2012 tentang prosedur
pemberian persetujuan pembangunan rumah ibadat.
Syarat dan prosedur pendirian rumah ibadah, selain
harus memenuhi syarat administratif, juga harus
memenuhi persyaratan khusus:
 Daftar nama dan Kartu Tanda Penduduk pengguna
rumah ibadat paling sedikit 90 orang yang disahkan
oleh pejabat setempat sesuai dengan tingkat batas
wilayah.
 Dukungan masyarakat setempat paling sedikit 60
orang yang disahkan oleh lurah/kepala desa.
 Rekomendasi tertulis kepala kantor departemen
agama kabupaten/kota.
 Rekomendasi tertulis Forum Kerukunan Umat
Beragama kabupaten/kota.

5. UCAPAN SELAMAT NATAL


a) Hukum ucapan selamat Natal selalu menjadi
perdebatan, karena beberapa alasan:
 Tidak ada ayat al-Qur’an dan hadis Nabi yang secara
jelas dan tegas menerangkan keharaman atau
kebolehan mengucapkan selamat Natal.
 Tidak ada ayat al-Qur’an dan hadits Nabi yang secara
jelas dan tegas menerangkan hukumnya, maka
masalah ini masuk dalam kategori permasalahan
ijtihadi.
 Baik ulama yang mengharamkannya maupun
membolehkannya, sama-sama hanya berpegangan
pada generalitas (keumuman) ayat atau hadits yang
mereka sinyalir terkait dengan hukum permasalahan
ini.

b) Para ulama sendiri berbeda pendapat tentang hukum


ucapan selamat Natal:
 Ulama yang mengharamkan seorang Muslim
mengucapkan selamat Natal kepada orang yang
memperingatinya, di antranya Syekh bin Baz, Syekh
Ibnu Utsaimin, Syekh Ibrahim bin Ja’far, dan Syekh
Ja’far AtThalhawi mengharamkan. Mereka
berpedoman pada beberapa dalil, salah satunya Q.S.
al-Furqan [25] ayat 72.
 Ulama yang membolehkan ucapan selamat Natal
kepada orang yang memperingatinya, di antaranya
Syekh Yusuf Qaradhawi, Syekh Ali Jum’ah, Syekh
Musthafa Zarqa, Syekh Nasr Farid Washil, Syekh
Abdullah bin Bayyah, Syekh Ishom Talimah, Majelis
Fatwa Eropa, dan Majelis Fatwa Mesir. Mereka
berlandaskan pada firman Allah Swt. dalam Q.S. al-
Mumtahanah [60] ayat 8.

c) Mengingat ada perbedaan di kalangan ulama, umat


Islam diberi keleluasaan untuk memilih pendapat yang
benar menurut keyakinannya. Maka, perbedaan
semacam ini tidak boleh menjadi konflik dan
menimbulkan perpecahan.

6. KAWIN BEDA AGAMA


a) Perkawinan beda agama adalah perkawinan antara dua
orang yang berbeda agama dan masing-masing tetap
mempertahankan agama yang dianutnya.

b) Para ahli fiqih sepakat bahwa perkawinan seorang


perempuan muslimah dengan pria non muslim baik
ahlul kitab atau musyrik tidak sah, karena akan
dikhawatirkan ada pelanggaran-pelanggaran etika
akidah, karena sebagaimana yang kita ketahui bahwa
istri wajib tunduk pada suami.

c) Adapun perkawinan pria muslim dengan wanita beda


agama terjadi perbedaan pendapat di kalangan fuqaha:
 Madzhab Hanafi berpendapat bahwa perkawinan
antara pria muslim dengan wanita non muslim
(musyrik) hukumnya adalah haram mutlak,
sedangkan perkawinan antara pria muslim dengan
wanita ahlu al-kitab (Yahudi dan Nasrani), hukumnya
mubah (boleh).
 Madzhab Maliki berpendapat bahwa menikah
dengan kitabiyah hukumnya makruh baik dzimmiyah
(wanita-wanita non muslim yang berada di wilayah
atau negeri yang tunduk pada hukum Islam) maupun
harbiyah, namun makruh menikahi wanita harbiyah
lebih besar. Adapun menikah dengan kitabiyah
hukumnya boleh karena ayat tersebut tidak
melarang secara mutlak.
 Madzhab Syafi’i berpendapat bahwa perkawinan
beda agama adalah boleh, yaitu menikahi wanita
ahlu al-kitab. Akan tetapi, golongan wanita ahlu al-
kitab menurut mazhab Syafi’i adalah wanita-wanita
Yahudi dan Nasrani keturunan orang-orang bangsa
Israel dan tidak termasuk bangsa lainnya, sekalipun
termasuk penganut Yahudi dan Nasrani.
 Mazhab Hambali mengemukakan bahwa
perkawinan beda agama haram apabila wanita-
wanita musyrik, akan tetapi boleh menikahi wanita
Yahudi dan Nasrani.

Daftar materi bidang studi


2 yang sulit dipahami pada
modul -

1. Menurut Mujahid dan jumhur, Al-Muhshonat adalah


3 Daftar materi yang sering
mengalami miskonsepsi wanita-wanita yang merdeka.
dalam pembelajaran 2. Menurut Ibnu Abbas al-Muhshonat adalah wanita-wanita
yang menjaga dirinya dari perbuatan keji.

Anda mungkin juga menyukai