Anda di halaman 1dari 14

IJTIHAD

Apakah ijtihad dan bagaimana ijtihad?

a. Pengertian ijtihad

Menurut bahasa ijtihad berarti "pengerahan segala kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang sulit".
Menurut istilah ijtihad adalah sebuah usaha yang sungguh-sungguh, yang sebenarnya bisa dilaksanakan oleh siapa saja
yang sudah berusaha mencari ilmu untuk memutuskan suatu perkara yang tidak dibahas dalam Al-qur’an maupun As-
sunah dengan syarat pengunaan akal sehat dan pertimbangan yang matang.

Pengertian ijtihad menurut bahasa ini ada relevansinya dengan pengertian ijtihad menurut istilah,dimana untuk
melakukannya diperlukan beberapa persyaratan yang karenanya tidak mungkin ijtihat dilakukan sembarang orang.
Dan disisi lain ada pengertian ijtihat yang telah diigunakan para sahabat nabi,mereka memberi batasan bahwa ijtihat
adalah "penelitian dan pemikiran untuk mendapatkan sesuatu yang terdekat pada kitabbu’laah dan sunah rosul, baik
yang terdekat itu diperoleh dari nash, yang rerkenal dengan qiyas(ma’qul nash), atau yang terdekat itu diperoleh dari
maksud dan tujuan umum dari hikmah syari’ah,yang terkenal dengan ‘mash lahat". Dalam kaita pengrtian ijtihat
menurut istilah, ada dua kelompok ahli ushul fiqih (ushuliyyin),kelompok mayoritas dan kelopok minoritas. Mereka
berpendapat,ijtihat adalah pengerahan ssegenap kesanggupan dari seorang ahli fikih atau mujtahid untuk memperoleh
pengertian tingkat dhanni terhadap suatu hukum islam.

Deri definisi tersebut dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :


1) Pelaku ijtihat adlah seorang ahli fiqih/hukum Islam (fiqih), bukan yang lain.
2) Yang ingin dicapai ijtihat adalah hokum syar’i,yaitu hokum isllam yang berhubungn dengn tingkah laku perbuatan
orang-orang dewasa bukan, hokum i’tiqadi atau hokum khuluqi.
3) Setatus hukum syar’I yang dihasilkan oleh ijtihad adalah dhanni.
Tujuan ijtihad adalah untuk memenuhi keperluan umat manusia akan pegangan hidup dalam beribadah kepada Allah
disuatu tempat tertentu atau pada suatu waktu tertentu.

b. Kedudukan ijtihad

Berbeda dengan Al-qur’an dan As-sunah. Ijtihad terikat dengan ketentuan-ketentuan:


1) Pada dasarnya yang ditetapkan oleh ijtihad tidak dapat melahirkan keputusan yang metlak absolute. Sebab ijtihad
merupakan aktifitas akal manusia yang kreatif. Sebagai produk pikiran manusia yang relative maka keputusan suatu
ijtihad yang relative.
2) Suatu keputusan yang diterapkan oleh ijtihad, mungkin berlaku untuk seseorang tapi tidak berlaku untuk orang lain.
Berlaku untuk suatu masa atau tempat tapi tidak berlaku pada masa/tempat lain.
3) Ijtihad tidak berlaku urusan dalam penambahan ibadah madho. Sebab urusan ibadah madho hanya diatur hanya oleh
Allah dan Rosullah.
4) Keputusan ijtihad tidak boleh bertentangan dengan Al-Qur’an dan As-sunah.
5) Dalam proses ijtihad hendaknya dipertimbangkan factor-faktor motifasi akibat kemaslatan umum, kemanfaatan dan
nilai-nilai yang jadi cirri dan jiwa daripada ajaran islam.

c. Cara-cara berijtihad

Dalam melaksanakan ijtihad para ulama telah membuat metode-metode antara lain sebagai berikut;
1) Qiyas,reasoning by analogy
yaitu menetapkan suatu hokum terhadap suatu hal yang belum diterangka oleh alkuran dan As-sunah dengan di
analogykan kepada hokum sesuatu yang sudah diterangkan hukumnya oleh Al-qur’an dan As-sunah, karena ada sebab
yang sama
contoh: menuru Al-qur’an surat Al-jum’ah 9 seseorang dilarang jual-beli pada saat orang mendengar adzan jum’at, maka
hendaknya kita berijtihad dengan jalan analogy. Yaitu: jual-beli dilarang karena dapat mengganggu sholat jum’at ,maka
demiian pula halnya perbuatan-perbuatan lain, yang dapat mengganggu sholat jum’at, juga dilarang.

2) Ijma’: konsensas (ijtihad kolektif), yaitu kesepakatan ulama-ulama islam dalam menentukanmasalah-masalah
ijtihadiyah. Ketika ‘Ali bin Abi Tholib mengemukakan kepada Rosullah Saw tentang kemungkinan adanya suatu masalah
yang tidak dibicarakan oleh Al-Qur’an dan as-Sunnah, maka Rosulullah mengatakan: "kumpulkan orang-orang yang
berilmu kemudian jadikan persoalan itu sebagai bahan musyawarah" yang menjadi persoalan untuk saat sekarang ini
adalah tentang kemungkinan dapat dicapai atau tidaknya ijma’ itu, karena umat islam sudah begitu besar dan berada
diseluruh pelosok bumi termasuk para ulama’nya

3) Istihsan (preference) yaitu menetapkan suatu hukum terhadap suatu persoalan ijtihadiyah atas dasar prinsip-prinsip
umum ajaran islam seperti keadilan, kasihsayang dan lain-lain. Oleh para ulama istihsan disebut sebagai qiyas khofi
(analogi samara-samar), atau disebut sebagai pengalihan hokum yang diperoleh dengan qiyas kepada hukum lain atas
pertimbangan kemaslahatan umum, apabila kita dihadapkan dengan keharusan memiliki salah satu diantara dua
persoalan yang sama-sama jelek maka kita harus mengambil yang paling ringan kejelekannya.dasar ihtisan antara lain
surat ajumar 18.

d. Mashalihul mursalah (utility)

Yaitu menetapkan hokum terhadap sesuatu persoalan istihadiyah atas pertimbangan kegunaan dan kemanfaatan yang
sesuai dengan tujuan syariat. Perbedaan antara istihan dan mashalimul mursalah ialah istisan mempertimbangkan
kemaslata (kebaikan) itu disertai dengan dalil al-quran dan As-sunah yang umum, sedangkan mashalihul marsalah
mempertimbangkan dasar kepentingan dan kegunaan dan tanpa adanya dalil secara tertulis exsplisit dalam Al-qur’an
atau As-sunah.
Istihad banyak digunakan pada sahabat sebab setelah wafatnya Rosul tentusaja wahyu tidak diturunkan ddemikian
hadistpun tidak ditambah. Sementara disisilain problem ditengah umat makin bertambah, baik ragam maupun jumlah.
Akan tetapi maslahat mulai mengalami kemunduran sejak abad 14. muncul pendapat yang menyatakan pintu istihat
lantaran umat muslim merasa sudah cukup dengan pendapat mujtahid sebelumnya. Selain itu, tidak lagi muncul
mujtahid-mujtahid handal seperti mujtahid-mujtahid sebelumnya.

GERAKAN MUHAMMADIYAH

Tokoh Pendirinya

Pendiri Muhammadiyah KHA. Dahlan. Ia lahir di kampong kauman, yogyakarta pada tahun 1868 masehi dengan nama
muhamad darwis. Ayahnya adalah kh. Abu baker, ibunya bernama siti aminah. Muhamad darwis menunaikan ibadah
haji dan tiba dimekah pada bulan rajab 1308 H (1890 M). setelah menunaikah umroh ia bersilahturahmi dengan para
ulama Indonesia maupun arab yang telah dipesankan oleh ayahnya.
Pada th1896 M KH. Abu bakar wafat, jabatan khotib masjid besar oleh kesultanan yogyakarta lalu dilimpahkan kepada
KH. Ahmad Dahlan dengan gelar khotib Amin, yang diberi tugas:
1. khutbah jumat saling berganti dengan kawannya delapan orang khotib
2. piket diserambi masjid dengan kawannya enam oramg sekali seminggu
3. menjadi anggota Raad Agama Islam Hukum Kraton (lbid, 6)
untuk menghilangkan ketegangan, Khotib Amin untuk sementara perlu diasingkan. Pemerintah kesultanan
membiayainya kemekah dan bermukim dua tahun, ia setudi lanjut kepada para gurunya. Dalam ini beliau belajar:
ilmu fiqih kepada syeh Saleh Bapedal, syeh Sa’id Yamani
a) ilmu hadist kepada Mufti syafi’i
b) ilmu falaq kepada kyai Asya’ari Bawean
c) ilmu qiraat kepada syeh Ali Misri Mekkah

sepulang khotib Amin dari haji kedua, beliau membangun pondok untuk menampung murid-muridnya yang berasal dari
luar kota yogyakarta dan kota-kota dijawa tengah. Diangkatnya dua orang menjadi lurah podok, yaitu Muhamad Jalal
Suyuti dari magelang dan KH. Abu ‘Amar Jamsarea Sala. Diantara materi pengajian yang diistemewakan pemberiannya
kepada muridnya antara lain ilmu falaq, tauhid dan tafsir dari mesir (ibid, 13-140)

Memperluas wawasan

Pekerjaan KH. A. Dahlan sebagai hhotib Masjid Besar tidak banyak menyita waktu, giliran berkhutbahnya rata-rata dua
bulan sekali, dan piketnya diserambi Masjid Besar itu sekali seminggu. Beliau juga berdagang batik kekota-kota dijawa.
Pada tahun 1909 KH. A. Dahlan bertam kerumah Dr. Wahidin Sudirohusodo diketandan yogyakarta. Beliau menanyakan
berbagai hal tentang perkumpulan Budi Utomo dan tujuannya, setelah mendengar jawaban lengkap dan menurut
pikirannya secara umum sesuai dengan cita-citanya, maka beliau menyatakan ingin menjadi anggotanya.
Kehausan mempelajari organisasi memang ada pada diri KH. A. Dahlan. Pada tahun 1910 beliau menjadi anggota yang ke
770 perkumpulan Jami’at Khair Jakarta.
Arti pentingnya KH.A. Dahlan memasuki Jami’at Khair ini karena "beliaulah yang memulai organisasi dalam bentuk
modern dalam masyarakat islam, dan mendirikan sekolah-sekolah dengan cara-cara yang banyak sedikitnya telah
modern".

Berdirinya Muhammadiyah

Diantara para siswa kweekschool Jetis yang tiap Ahad pagi mengadakan dialog agama diruang tamu KH. A. Dhlan itu ada
yang memperhatikan susunan bangku, meja dan papan tulis,lalu menanyakan untuk apa, dijawab untuk sekolah anak-
anak Kauman dengan pelajaran agama Islam dan pengetahuan agama biasa. Mereka tertarik sekali dan akhirnya
menyarankan agar menyelenggarakan ditangani oleh suatu organisasi agar berkelanjutan sepeninggalan Kyai kelak.
Saran demikian tidak dating dari seorang dua orang saja, akan tetapi berkali-kali senada isinya. Kyai lalu merenung-
renungkan gambaran organisasi itu, mendiskusikanya dengan para santrinya sendiri yang telah dewasa. Ketika Kyai itu
menanyakan kepada mereka apakah mereka sanggup duduk sebagai pengurusnya, mereka menyatakan sanggup. Sudjak
17)
Untuk menyusun anggaran dasar muhammadiyah banyak mendapat bantuan dari R. Sosrosugondo, guru bahasa melayu
Kweekschool Jetis yang sejak tahun 1890 telah berhubungan dengan KH. A. Dahlan.
Pada tanggal 20 Desember 1912 diajukannyalah surat permohonan kepada Gubenur Jenderal Hindia Belanda, agar
perserikatan ini diberi izin resmi dan di akui sebagai suatu badan hukum. Surat permohonan tersebut dilampiri dengan
rancangan anggaran dasarnya. Akhirnya Gubenur Jenderal menyetujui permohonan Muhammadiyah itu. Dan
pemerintah Hindia Belanda mengakui Muhammadiyah sebagai badan hukum, tertuang dalam Gouverment Besluit
tanggal 22Agustus 1914, No.81, beserta lampiran setatutennya.

Arti Muhammadiyah

1) Arti Bahasa (etimologi)


Muhammadiyah berasal dari kata bahasa arab "Muhammad" yaitu nama Nabi dan Rosul Allah yang terakhir, kemudia
menambahkan :ya" yang artinya menjeniskan. Jadi Muhammadiyah berarti umat "muhamad saw" atau "pengikut
Muhammadiyah saw" yaitu semua orang islam yang mengakui dan meyakini bahwa Nabi Muhamad Saw adalah hamba
dan pesuruh Allah yang terkhir.
2) Arti istilah (terminology)
Muhammadiyah adalah gerakan Islam, dakwah amar Makruf Nahi Munkar, beraqidah Islam dan bersumber pada Al-
Qur’an dan As-sunah, didirikan oleh KH. A. Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H. bertepatan dengan tanggal 18
November 1912 Miladiyah di kota Yogyakarta.

Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah

1) Faktor subjektif
Factor subjektif yang sangat kuat, bahkan dapat dikatakan sebagai factor utama dan faktor penentu yang mendorong
berdirinya muhammadiyah adalah hasil pendalaman KH. A. Dahlan terhadap Al-Qur’an baik gemar membaca maupun
menelaah, membahas dan mengkaji isi kandungannya.
2) Faktor objektif
Faktor objektif yang bersifat internal, yaitu:
a) Ketidak murnian amalan islam akibat tidak dijadikannya Al-Qur’an dan As-sunah sebagai satu-satunya rujukan
oleh sebagian besar umat islam Indonesia
b) Lembaga pendidikan yang dimiliki umat Islam belum mampu menyiapkan generasi yang siap mengemban misi
selaku "Kholifah Allah diatas bumi"

Faktor objektif yang bersifat eksternal


semakin meningkatnya gerakan kristenisasi ditengah-tengah masyarakat Indonesia, penetrasi bangsa-bangsa Eropa,
terutama bangsa belanda be Indonesia, pengaruh dari gerakan pembaharuan dalam dunia Islam
Dari sekian factor yang melatar belakangi berdirinya Muhammadiyah, Prof. Mukti Ali dalam bukunya "Interpretasi
Amalan Muhammadiyah" menyimpulkan ada empat factor yang menonjol, yaitu:
 ketidak bersihan dan campur-aduknya kehidupan agama Islam di Indonesia
 ketidakefisiennya lembaga-lembaga pendidikan agama islam
 aktifitas misi-misi khatolik dan prostetan, dan
 sikap acuh tak acuh, kadang-kadang sikap merendahkan dari golongan intelegensi terhadap islam
Lambang muhammadiyah

4. Bentuk lambang
Lambang persyarikatan berbentuk matahari yang memancarkan dua belas sinar yang mengarah kesegala penjuru,
dengan sinar yang putih bersih bercahaya. Ditengah-tengah matahari terdapat tulisan dengan huruf Arab
(Muhammadiyah). Pada lingkaran atas yang mengelilingi tulisan Muhamdiyah terdapat tulisan kalimat syahadat tauhid
"Asyhadu anla ila-ha illa Allah" (saya bersaksi bahwasannya tiada Tuhan selain Allah), dan pada lingkaran bagian bawah
tertulis kalimat syahadat Rasul "Waasyhadu anna Muhammadan Rasullahi" (dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah
utusan Allah). Seluruh gambar matahari dengan atributnya berwarna putih dan terletak atas dasar warna hijau daun.
Lambang Universitas Muhammadiyah Purworejo terdiri atas
a. Gambar matahari
b. Kata muhammadiyah(ditulis dengan bahasa arab)
c. Dua kalimat syahadat (ditulis dengan bahasa arab)
d. Gambar padi dan kapas
e. Frasa atau tulisan universitas muhammadiyah purworejo Adalah tuntunan Alloh Subhanahuwata’la dan Rosul Alloh
Shallahu alaihi wasalam . Gambar padi dan kapas, melambangkan bahwa universitas muhammadiyah purworejo
bergerak menuju cita-cita terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Alloh subhanahu wata’la .
Frasa atau Tulisan universitas muhammadiyah purworejo :merupakan nama perguruan tinggi. Gambar matahari :
ciptaan Alloh yang selalu diperlukan oleh semua makhluk .dengan demikian, gambar matahari pada logo melambangkan
bahwa universitas muhammadiyah purworejo dapet menjadi perguruan tinggi yang selalu diperlukan oleh semua
makhluk Alloh. Kata muhammadiyah, melambangkan bahwa universitas muhammadiyah purworejo berada dalam
kesatuan organisasi perserikatan muhammadiyah. Dua kalimat syahadat melambangkan bahwa universitas
muhammadiyah purworejo pada
5. maksud lambing

Matahari adalah salah satu benda langit ciptaan (makhluk) Allah. Dalam sistem tata surya matahari menempati posisi
sentral (heliosentris) yaitu menjadi titik pusat dari suatu planet-planet lain. Matari merupakan benda langit yang dari
dirinya sendiri memiliki kekuatan memancarkan sinar panas yang sangat berguna bagi kehidupan biologis semua
mahlukhidup yang ada di bumi. Dan tanpa panas matahari bumi akan membeku dan gelap gulita, sehingga semua
mahluk hidup tidak mungkin dapat meneruskan hidupnya.
Muhammadiyah menggambarkan jati diri, gerak serta manfaatnya sebagai matahari. Kalo matahari menjadi penyebab
lahiriyah berlangsungnya kehidupan secara biologis bagi seluruh mahluk hidup yang ada di bumi, maka Muhammadiyah
akan menjadi penyebab lahirnya, berlangsungnya hidup secara spiritual, rohaniyah bagi semua orang yang mau
menerima pancaran sinarnya yang berupa ajaran agama islam sebagaimana yang termuat dalam Al-Qur’an dan As-
sunah. Ajaran islam yang hak dan lagi sempurna itu seluruhnya berintikan dua kalimat syahadat.
Dua belas sinar matahari yang memancar keseluruh penjuru mengibaratkan tekad dan semangat pantang menyerah dari
warga Muhammadiyah dalam memperjuangkan Islam ditengh-tengah masyarakat bangsa Indonesia sebagai tekat dan
semangat pantang mundur dan menyerah dari kaum Hawary, yaitu sahabat Nabi Isa as. yang jumlahnya dua belas orang.
Karena tekat dan semangatnya telah teruji secara meyakinkan maka Allah pun berkenan mengabadikan mereka dalam
salah satu ayal Al- Qur’an, yaitu sutat as-Shaf ayat 14.
Warna putih pada seluruh gambar matahari melambangkan kesucian dan keikhlasan Muhammadiyah dalam berjuang
untuk menegakkan dan menjunjung tinggi ajaran Islam tidak ada motif lain kecuali semata-mata mengharapkan ridho
Allah. Keiklasan yang menjadi inti (nucleus) ajaran ikhsanan sebagaimana yang diajarkan Rosullah benar-benar dijadikan
jiwa dan ruh perjuangan Muhammadiyah, dan yang sejak awal kelahiran Muhammadiyah sudah ditanamkan oleh KH. A.
Dahlan. Sebab telah diyakini secara sungguh-sungguh bahwa setiap perjuangan yang didasari oleh iman dan ikhlas maka
kekuatan apapun tidak ada mampu mematahkannya.
Warna hijau menjadi warna dasar lambang kedamaian dan kesejahteraan. Muhammadiyah berjuang ditengah-tengah
masyarakat bangsa Indonesia dalam rangka merealisasikan ajaran agama Islam yang penuh kedamaian, selamat dan
sejahtera bagi umat manusia (al-Anbiya’ayat 107).

Maksud dan Tujuan Muhammadiyah

a. Sejarah perumusan

Pertama:
Pada waktu permulaan berdirinya dirumuskan sebagai berikut:
Ø Menyebarkan ajaran kanjeng Nabi Muhammad saw. kepada penduduk bumi-putra, didalam residensi Yogyakarta.
Ø Memajukan hal agama Islam kepada anggota-anggotanya.

Kedua:
Sesudah Muhammadiyah meluas keluar daerah Yogyakarta dan berdiri beberapa cabang di beberapa tempat diwilayah
Hindia Belanda (Indonesia), maka rumusnya disempurnakan menjadi:
Ø Memajukan dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran agama Islam di Hindia Belanda, dan
Ø Memajukan dan menggembirakan hidup sepanjang kemauan agama Islam kepada sekutu-sekutunya.

Ketiga:
Sewaktu pemerintahan dan pendudukan facis Jepang (1942-1945), dimana segala macam dan bentuk pergerakan
mendapat pengawasan yang sangat keras, tak terkecuai Muhammadiyah, maka pada masa itu Jepang ikut berusaha
mendikte rumusan maksud dan tujuan Muhamadiyah menjadi:
"sesuai dengan kepercayaan untuk mendirikan kemakmuran bersama seluruh Asia Timur Raya dibawah pimpinan Dai
Nippon, dan memang diperintahkan oleh Tuhan Allah, maka perkumpulan ini.
Ø Hendak menyiarkan ajara agama Islam, serta melatihkan hidup yang selaras dengan tuntunanya:
Ø Hendak melakukan pekerjaan kebaikan umum
Ø Hendak memajukan pengetahuan kepandaian serta budi pekerti yang baik kepada anggota-anggotanya.
Kesemuanya itu ditujukan untuk berjaya mendidik masyarakat ramai.

Keempat:
Setelah masa kemerdekaan, dalam Muktamar Muhammadiyah ke 31 di Yogyakarta tahun 1950, rumusan maksud dan
tujuan diubah dan disempurnakan sehingga lebih mendekati jiwa dan gerak yang sesungguhnya dari Muhammadiyah.
Rumusan berbunyai:"maksud dan tujuan persyarikatan ialah menegakkan dan menjunjung tinggi agam Islam sehingga
dapat mewujudkan masyarakat Islam yang senenar-benarnya".

Kelima:
Pada waktu Muktamar Muhamadiyah ke 34 yang berlangsung pada tahuan 1959 diyogyakarta rumusan maksud dan
tujuan Muhammadiyah hasil rumusan Muktamar Muhammadiyah ke 31 disempurnakan redaksionalnya. Terhadap ‘dua
kata’ yang terdapat dalam rumusan yang terdahulu, yaitu kata-kata ‘dapat mewujudkan’ diubah menjadi ‘terwujud’.
Dengan perubahan tersebut akhirnya rumusan maksud dan tujuan Muhammadiyah yang kelima adalah sebagai berikut:
"menegakkan dan menjunjung tinggi ajaran agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-sebenarnya.

Keenam:
Muktamar Muhammadiyah ke 41 yang diselenggarakan dikota Surakarta pada tahun 1985 tercatat sebagai Muktamar
Muhammadiyah yang sangat bersejarah. Dikatakan bersejarah pada waktu Muktamar tersebut, disamping memutusksn
hal-hal pokok yang bersifat rutin, seperti merumuskan program Persyarikatan Muhammadiyah, adapula keputusan yang
sangat prinsip bagi Persyarikatan Muhammadiyah. Keputusan tersebut adalah menyangkut perubahan Anggaran Dasar
Muhammadiyah, antara lain pada rumusan nama dan kedudukan, azas dan maksud tujuan perserikatan.

Ketujuh:
Kemakmuran Muhammadiyah ke 44 berlangsung di Jakartapada tanggal 7 sampai 11 juli 2000 dalam salah satu
keputusannya telah mengembalikan islam sebagai asas perserikatan. Hanya saja perumusan asa Islam dalam Anggaran
Dasar Muhammadiyah yang diubah dalam Muktamar ini tidak dicantumkan secara eksplisit dalam salah satu pasal,
melainkan dimaksudkan kedalam pasal 1 ayat 2, yang berbunyi: "Muhammadiyah adalah gerakan Islam, Dakwah Amar
Makruf Nahi Munkar, berasaskan Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan As-sunah".

Penjelasan maksud dan tujuan Muhammadiyah


Maksud dan tujuan Muhammadiyah sebagaimana yang telah dirumuskan dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. menegakkan, berarti membuat dan mengupayakan agar tetap tegak dan tidak condong apalagi roboh, yang semua itu
dapat merealisasikan mana kala sesuatu yang ditegakkan tersebut diletakkan di atas fondasi, landasan, atau asas yang
kokoh dan solid, dipegang erat-erat, dipertahankan, dibela serta diperjuangkan de ngan penuh konsekuen.
2. menjunjung tinggi, berarti membawa atau menjunjung diatas segala-galanya, mengindahkan serta menghormatinya.
3. Agama Islam, yaitu agama Allah yang diwahyukan kepada para Rosul-Nya sejak Nabi Adam sampai Nabi Muhammad
saw sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang jaman, serta menjamin kesejahteraan hakiki
duniawi maupun ukhrawi.
Rumusan maksud persyarikatan yaitu ‘menegakkan dan menjunjung tinggi agama islam’ seperti ini searti dan sejiwa
dengan ungkapan ‘li I’lai kalmia iilaihi’ (untuk menegakkan kalimat Allah/Agama Allah dan Agama Islam).
4. Terwujud, berarti menjadi satu kenyataan akan adanya atau akan wujudnya.
5. Masyarakat Utama, yaitu masyarakat yang senantiasa mengejar keutaman dan kemaslahatan untuk kepentingan
hidup umat manusia, masyarakat yang selalu bersikap takzim terhadap Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa, mengindahkan
dengan penuh keiklasan terhadap ajaraj-ajaran-Nya, serta menaruh hormat terhadap sesama manusia selaku mahluk
Allah yang memiliki martabat absanu takwim.
6. adil dan makmur, yaitu suatu kondisi masyarakat yang didalamnya terpenuhi dua kebutuhan hidup yang pokok, yaitu :
a. adil, suatu kondisi masyarakat yang positif dari aspek batiniah.
b. Makmur, yaitu suatu kondisi masyarakat yang positif dari aspek lahiriyah.
c. Yang diridhoi Alloh subhanahu wata’la, artinya dalam rangka mengupayakan terciptanya keadilan dan kemakmuran
masyarakat maka jalan dan cara yang ditempuh haruslah selalu bermotifkan semata-mata mencari ridho Alloh semata.
Maksud dan tujuan muhammadiyah adalah: "membangun, memelihara dan memegang teguh agama islam dengan rasa
ketaatan melebihi ajaran dan faham-faham lainnya, untuk mendapatkan suatu kehidupan dalam diri keluarga dan
masyarakat yang sungguh adil, makmur, bahagia sejahtera, aman sejahtera, lahir dan batin dalam naungan dan ridho
Alloh SWT.

Amal usaha muhammadiyah (AUM)

Dengan maksud dan tujuan muhammadiyah yang luas dan besar itu, maka luas dan besar pula amal usaha
muhammadiyah. Banyak rintangan dan halangan yang dihadapi, baik dari ulama-ulama yang belum dapat menerima
cara pemahaman agama islam KHA. KH. Ahmad Dahlan sendiri memiliki tekad dan semangat yang takkunjung padam.
Untuk menjaga agar tak gentar menghadapi segala tantangan, diantaranya beliau menulis suatu hadis nabi ditembok
rumahnya, yang artinya"niscaya yang perpegang pada sunahku ketika umatku telah rusak, ibarat seseorang yang
menggenggam bara api", dan dibawahnya diberi catatan komentar sebagai berikut: "karena tidak ada yang mendukung
untuk menyetujuinya".
Dengan pengajian-pengjian dan tabligh-tablighnya, beliau selalu menekankan agar menegakkan islam yang benar,
jangan sampai dirusak oleh berbagai macam bid’ah dan khurafat meskipun hanya sedikit.
Kelebihan KH. Ahmad Dahlan .dalam setiap pengjian beliau selalu menganjurkan sekaligus melaksanakan bersama-sama
isi pengajiannya, sehingga islam tidak hanya bersifat ucapan akan tetepi nyata-nyatamenjadi bukti amalan yang konkrit.
Usaha yang mula-mula, disamping dalam bidang pendidikan dengan mendirikan sekolah muhammadiyah lebih banyak
ditekankan pada pemurnian taukhid dan ibadah dalam islam separti:
Meniadakan kebiasaan menujuhbulani (jawa = Tingkep ): yaitu selamatan bagi orang yang hamil pertamakali memasuki
bulan ketujuh.
Menghilangkan tradisi keagamaan yang tumbuh dari kepercayaan islam sendiri, seperti: selamatan untuk menghormati
Syekh Abdul Qadir Jaelani, Syekh Saman dan lain-lain yang dikenal dengan manakiban ;perayaan manakiban banyak diisi
dengan puji-pujian serta meminta syafaat (pertolongan) kepada tokoh yang sedang diperingtinya. Selain itu terdapat
pula kebiasaan membaca barzanji, yaitu suatu karya puisi serta syair-syair yang mengandung banyak pujaan kepada Nabi
Muhamad saw yang disalahartikan.Begitu pula perayaan, "Khaul ", atau yang lebih popular dengan sebutan Khal, yaitu
memperingti hari dan tanggal kematian seseorang setiap tahun sekali, dengan melakukan ziarah dan penghormatan
secara besar-besaran terhadap arwah orang-orang ‘alim, dengan upacara yang berlebih-lebihan, dipandang dapat
mengeruhkan jiwa tauhid. Dan dalam hal serupa diberantas kebiasaan memint-minta rejeki, keselamatan, jodoh dan
lain-lain kepada kubura-kubura keramat.
Bacaan surat Yasin dan bermacam-macam dzikir yang hanya khusus dibaca pada malem jum’at, dan hari-hari tertentu
adalah suatu bid’ah begitu pula ziarah pada waktu-waktu tertentu dan pada kubura-kuburan tertentu; ibadah yang tak
ada dalam agama, juga harus ditinggalkan , yang boleh ialah ziarah kubur untuk mengingat adanya kematiaan pada
setiap makhluk Alloh.
Mendoakan pada orang yang masih hidup ataupun yang sudah mati justru sangat dianjurkan oleh islam. Demikian juga
memperbanyak dzikir adalah merupakan amalan yang utama sekali yang dianjurkan oleh agama.
Dzikir atau ingat kepada Alloh dapat berbentuk ta’awudz, tasbih, tahmid, takbir, tahlil, hauqalah. Sebagus-bagus ingat
kepada Alloh adalah mengucapkan tahlil (La:ila:hailallah). Menurut tuntutan islam dzikir kepada Alloh dilakukan
seseorang dalam upaya untuk mensucikan batin (taskiyatun nafsi) dan menentramkan hati.
Akan tetapi kalau niat membaca Al-Qur’an atau bacaan lain seperti tahlil dimaksudkan agar pahala yang didapatkannya
bias dihadiahkan kepada jenazah yang ada dalam kubur jelas tidak berdasarkan pada ajaran agama, oleh karena itu
harus ditinggalkan.Demikian juga tahlilan dan salawatan pada hari kematian ke-3, ke-7, ke-40,ke-setahun dan keseribu
hari merupakan bid’ah yang mesti ditingglkan dari peribadatan islam.
Sudah menjadi ciri dalam Muhammadiyah adanya semboyan "sedikit bicara banyak bekerja".Oleh karena itu tidak
mengherankan, bila Muhammadiyah yang hanya memiliki jumlah anggota yang tidak begitu banyak, tetapi cukup
banyak dan luas amal usaha serta hasil-hasilnya.Hal ini dapat dibuktikan, sebagai berikut:
Bidang Keagaman
Pada bidang inilah sesungguhnya pusat seluruh kegiatan Muhammadiyah, dasar dan jiwa setiap amal usaha
Muhammadiyah.
1. Terbentuknya Majlis Tarjih(1927), suatu lembaga yang menghimpun ulama- ulama dalam Muhammadiyah yang
secara tetap mengadakan permusyawaratan dan memberi fatwa-fatwa dalam bidang keagamaan serta memberi
tuntunan mengenai hokum yang sangat bermanfaat bagi khalayak umum.
2. Memberi tuntunan dan pedoman dalam bidang ubudiyah sesuai dengan contoh yang telah diberikan oleh Rasulullah.
3. Memberi pedoman daldm penentuan ibadah Puasa dan Hari Raya dengan jalan perhitungan "Hisab atau "astronomi"
sesuai dengan jalan perkembangan ilmu pengetahuan modern.
4. Mendirikan mushalla khusus bagi kaum wanita, yang merupakan usahs pertama kali yang diselenggarakan oleh umat
Islam Indonesia.
5. Melaksanakan mensponsori pengeluaran zakat pertanian,perikanan,peternakan dan hasil perkebunan; serta
mengatur pengumpulan dan pembagian zakat fitrahsehingga benar-benar sampai ketangan yang berhak.
6. Memberi dan tuntunan dalam bidang keluarga sejahtera dan keluarga berencana.
7. Terbentuknya Departemen Agama Republik Indonesia bias dipisahkan dari kepeloporan pemimpin Muhammadiyah.
8. Tersusunnya rumusan tentang "Matan Keyakinan dan Cita-cita hidup Muhammadiyah" adalah suatu hasil yang sangat
besar, penting dan belum ada duanya di Indonesia sampai dewasa ini.
9. Penanaman kesadaran dan kenikmatan beragama, beramal dan berorganisasi.

Bidang Pendidikan

Salah satu sebab didirikannya Muhammadiyah ialah karena lembaga-lembaga di Indonesia sudah tidak memenuhi lagi
kebutuhan dan tuntutan zaman.Saat ini masih ada sekolah-sekolah yang bersifat netral terhadap agama, di mana
akhirnya tidak sedikit para siswanya hanya memiliki keahlian dalam bidang umum dan tidak mempunyai keahlian daldm
bidang agama.Dengan kenyataan ini banyak orang yang mudah goyah dan goncang hidupny daldm menghadapi
bermacam-macam cobaan.
Karene tidak mungkin menghapus sama sekali system sekolah umum dan system pesantren, maka ditempuh usaha
perpaduan antara keduanya,yaitu dengan:Mendirikan sekolah-sekolah umum dengam memesukkan kedalamnya ilmu-
ilmu keagamaan. Mendirikan madrasah-madrasah yang juga diberi pendidikan pengajaran ilmu-ilmu pengetahuan
umum.

Bidang Kemasyarakatan

Muhammadiyah adalah suatu gerakan Islam yang mempunyai tugas dakwah Islam dan maar makruf nahi munkar dalam
bidang kemasyarakatan,seperi:
a) Mendirikan rumah-rumah sakit modern ,lengkap dengan segala peralatan, membanagun balai-balai
pengobatan,rumah bersalin, apotik dan sebagainya.
b) Mendirikan panti-panti asuhan anak yatim baik putra maupun putrid, untuk menyantuni mereka.
c) Mendirikan perusahaan percetakan, penerbitan dan toko buku, yang banyak mempublikan majalah-majalah,
brosur dan buku-buku yang sangat membantu penyebaralasan faham-faham keagamaan, ilmu dan budaya islam
d) Pengusahaan dana bantuan hari tua, yaitu dana yang diberikan pada saat seseorang tidak lagi dapat bekerja
karena usia telah tua atau cacat jasmani sehingga memerlukan pertolongan.
e) Memberikan bimbingan dan penyuluhan keluarga mengenai hidup panjang turunan Ilahi. Muhammadiyah
berusaha mewujudkan usaha keluarga yang sejahtera lahir dan batin, dengan membentuk unit-unit
perencanaan keluarga ditiap-tiap wilayah dan daeraah diseluru Indonesia.

Bidang Politik Kenegaraan

Muhammadiyah bukan suatu organisasi politik dan tidak akan menjadi partai politik, karena agama Islam adalam agama
yang mengatur segenap kehidupan manusia didunia ini maka dengan sendirinya segala hal yang berhubungan dunia juga
menjadi bidang garapannya, tak terkecuali soal-soal politik kenegaraan. Akan tetapi, jika Muhammadiyah ikut bergerak
dalam urusan kenegaraan dan pemerintahan tetap dalam batas-batasnya sebagai Gerakan Dakwah Islam Amar Makruf
dan Nahi Munkar, dan sama sekali tidak bermaksud menjadi sebuah partai politik. perjuangan yang dapat digolongkan
kedalam bidang politik kenegaraan, beberapa diantaranya:
 pemerintah belanda selalu berusaha agar perkembangan agama islam bias dikendalikan dengan cara hewan
qurban harus dibayar pajaknya. Hal ini ditentang oleh Muhammadiyah dan akhirnya berhasil.
 pengadilan agama di zaman Belanda dalam kekuasan Belanda yang beragama Kristen. Muhammadiyah berjuang
agar semua urusan agama Islam dipegang oleh agama Islam sendiri.
 ikut mempelopori berdirinya partai Islam di Indonesia.
 ikut menanamkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air dengan cara mengunakan bahasa Indonesia dalam
tablig-tablignya.
 menentang sei-kerai pada waktu Jepang berkuasa di Indonesia.
 aktif keanggotaan MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia) dan menyokong sepenuhnya tuntutan Gabungan Politik
Indonesia (GAPI).

Pemimpin-pemimpin Muhammadiyah yang berkesempatan tampil sebagai pucuk pimpinan gerakan, serta cirri-ciri yang
menonjol pada saat mereka memimpin, yaitu:

a. Priode KH. Ahmad Dahlan (1912-1923)


1. kondisi social, politik, ekonomi pada masa itu, antara lain:
· anak-anak muda kurang mendapat perhatian
· perekonomian lemah, bangsa Indonesia menjadi bangsa yang terjajah
· kegiatan Nasranisasi sangat menonjol, kegiatan dakwah sangat lemah, umat islam menjadi umat kelas bawah
2. usaha-usaha KH. A. Dahlan, antara lain:
· membentuk organisasi dengan mendirikan perserikatan Muhammadiyah
· menggerakkan tablig Islam, meningkatkan harkat dan martabat umat Islam
· membantu fakir miskin dengan memelihara dan menyantuni mereka
· menganjurkan hidup sederhana, terutama dalam menyelenggarakan pesta perkawinan.

b. Periode KH. Ibrahim (1923-1932)


Dalam masa ini Muhammadiyah semakin berkembang sampai keluar daerah-daerah pulau Jawa. Muhammadiyah
membentuk Majelis Tarjih yang menghimpun para ulama Muhamadiyah untuk mengadakan penelitian dan
perkembangan hokum-hukum agama, dalam periode ini angkatan muda memperoleh bentuk organisasi yang nyata,
dimana pada tahun 1931 Nasyitul ‘Aisiyah berdiri dan menyusul satu tahun kemudian Pemuda Muhammadiyah.
Beberapa kegiatan yang menonjol, antara lain:
1. tahun 1924 mengadakan "Fonds-Dachlan", yang bertujuan membiayayai sekolah anak-anak miskin
2. mengadakan badan perbaikan Perkawinan untuk menjidohkan putra-putri Muhammadiyah
3. menyebarluaskan Muhammadiyah ke luar Jawa
4. mengadakan khitanan masal 1925
5. kongres ke XV diSurabaya 1926

c. Periode KH. Hisyam (1932-1936)


Usaha-usaha dalam bidang pendidikan mendapatkan perhatian yang mantap.periode ini diadakan penertiban dan
pemantapan administrasi organisasi sehingga Muhammadiyah lebih kuat lincah gerakanya.
Konggres ke XXIII 1934 antara lain memutusakan penggantian nama-nama Belanda menjadi nama Indonesia.
Konggres ke XXIV 1935 antara lain memutuskan membentuk Majlis Pimpinan Perekonomian untuk memperbaiki
ekonomi anggota. Konggres seperempat abad di Jakarta tahun 1936, antara lain:
· Memutuskan berdirinya sekolah tinggi.
· Berdirinya Majlis Pertolongan dan Kesehatan Muhammadiyah (MPKPM) untuk memperhatikan pertolongan dan
kesehatan pada seluruh cabang dan ranting.
d. Periode KH. Mas Mansur (1936-1942)
KH. Mas Mansur adalah salah satu orang pemimpin Muhammadiyah yang ikut membentuk dan mengisi jiwa gerakan
Muhammadiyah. Wujudnya berupa pengaktifan Majlis Tarjih, sehingga mampu merumuskan "Masalah Lima", yaitu
perumusan mengenai: Dunia, Agama, Qiyas, Sabilillah dan Ibadah. Selain itu untuk menggerakkan kembali
Muhammadiyah agar lebih dinamis dan berbobot, disunahkan pula "langkah dua belas yaitu:
Memperdalam masuknya iman.
Memperluasfaham agama.
Memperluas budi pekerti.
Menentukan amal Intiqad (mawasdiri).
Menguatkan keadilan.
Menegakkan persatuan.
Melakukan kebijaksanaan.
Menguatkan majlis tanwir.
Mengadakan konperensi bagian.
Mempermusyawarahkan gerakan luhur.
Kondisi sosial politik pada masa itu, mulai tidak stabil karena pengaruh Perang Dunia ke II. Keputusan-keputusan dan
langkah penting yang diambil pada masa jabatan beliau antara lain:
Membentuk komisi perjalanan haji yang terdiri dari HM. Suja’, H. Abdul Kahar Muzakir dan R. sutomo.
Menentang ordonisasi pencatatan perkawinan oleh pemerintah colonial Belanda.
Pada masa jabatan KH. Mas Mansur ini juga ditetapkan Khittah yang dikenal dengan langkah dua belas.

e. Periode Ki Bagus Hadikusumo (1942-1953)


Ki Bagus Hadikusumo dalam periodenya tersusun Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah. Pada masa ini
kehidupan Muhammadiyah cukup berat. Meskipun demikian Muhammadiyah masih dapat melaksanakan berbagai
kegiatan keorganisasian antara lain:
Tahun 1944 mengadakan muktamar darurat di Yogyakarta.
Tahun 1946 mengadakan silahturahmi cabang-cabang se-Jawa.
Tahun 1950 mengadakan sidang tanwir perkawinan.
Tahun 1951 siding tanwir di Yogyakarta.
Tahun 1952 sidang tanwir di Bandung.
Tahun 1953 sidan tanwir di Solo.

f. Periode A.R. Sutan Mansyur (1952-1959)


Pada periode ini Ruh Tauhid ditanamkan kembali. Selain itu disusun suatu langkah perjuangan yang dibatasi dalam
waktu tertentu, yaitu 1956-1959. Langkah perjuangan ini kemudian dikenal dengan nama Khittah Palembang, yang
memuat:
Menjiwai pribadi anggota dengan iman, ibadah, akhlak dan ilmu pengetahuan.
Melaksanakan uswatun khasanah (contoh teladan yang baik).
Mengutuhkan organisasi dan merapikan administrasi.
Memperbanyak dan mempertinggi mutu amal.
Mempertinggi mutu anggota dan membentuk kader.
Mempererat ukhuwah antara sesame kaum muslimin.
KH. Mas Mansyur dipilih sebagai ketua pada Muktamar Muhammadiyah ke-32 di Purwokerto. Beberapa keputusan
penting yang diambil pada masa jabatan beliau antara lain:
Tahun 1955, siding tanwir di Pekajangan antara lain membincangkan pokok-pokok konsepsi Negara islam.
Tahun 1956, siding tanwir di Yogyakarta antara lain memutuskan:
a) Muhammadiyah tetap Muhammadiyah. Muhammadiyah bergerak dalam bidang kemasyarakatan. Masalah-masalah
politik diserahkan kepada partai Masyumi.
b) Anggota-anggota Muhammadiyah yang akan aktif di bidang politik dianjurkan supaya masuk partai politik islam.
c) Disepakati bersama oleh PP Muhammadiyah dengan DPP Masyumi, bahwa keanggotaan istimewa tidak wajar dan
secara perlahan dan tidak menggoncangkan dihapus.
d) Perlu dipelihara hubungan baik antara Muhammadiyah dengan Masyumi.
e) Pada Muktamar Muhammadiyah ke XXXIII di Palembang 1956 ini juga diputuskan khittah Palembang.

g. Periode H.M.Yunus Anis (1959-1962)


Dalam periode ini kebetulan negara Indonesia sedang berada dalam kegoncangan sosial dan politik, sehingga langsung
atau tidak langsung mempengaruhi gerak perjuangan Muhammadiyah. Dalam rangka mengatasi berbagai kesulitan,
akhirnya mampu merumuskan suatu pedoman penting berupa Kepribadian Muhammadiyah. Dengan kepribadiyan
Muhammadiyah bisa menempatkan kembali kedudukannya sebagai gerakan dakwah Islam amar makruf nahi munkar
dalam bidang kemasyarakatan.

h. Periode KH. Ahmad Badawi (1962-1968)


Pada masa jabatan KH. Ahmad badawi ini Muhammadiyah mengalami ujian berat karena Muhammadiyah harus
berjuang keras untuk mempertahankan eksistensinya agar tidak dibubarkan. Sebagaimana diketahui masa itu kehidupan
politik di Indonesia didominasi oleh PKI dan Bung Karno, Presiden RI I banyak memberi angina kepada PKI. Pada masa itu
PKI dengan seluruh ormas mantelnya berusaha menekan partai-partai Islam khususnya Masyumi. Dan kebetulan
Muhammadiyah termaksuk salah satu pendukung Masyumi. Karena itu eksistensi Muhammadiyah juga ikut terancam.
Namun demikian berkat usaha beliau bersama pemimpin Muhammadiyah, Alloh masih melindungi Muhammadiyah.

i. Periode KH. Fakih Usman/H.A.R. Fakhrudin91968-1971)


Pada priode ini lebih menonjol usaha "memuhammadiyahkan kembali Muhammadiyah" yaitu usaha untuk mengadakan
pembaharuan pada diri dan dalam Muhammadiyah sendiri. Baik pembaharuan (tadjid) dalam bidang idiologinya, dengan
merumuskan "Mantan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah", maupun dalam bidang Organisasi dan usaha
perjuangannya dengan menyusun "Khittah Perjuangan dan bidang-bidang lainnya".
Khittah perjuangan yang disahkan dalam bidang Tanwir di Ponorogo pada tahun 1989 adalah sebagai berikut:
Khittah Perjuangan Muhammadiyah
I. Pola Dasar Perjuangan
Muhammaduyah berjuang untuk mencapai/mewujudkan suatu cita-cita dan Keyakinan Hidup, yang bersumber pada
ajaran Islam. Muhammadiyah harus menyadari bahwa partai tersebut adalah merupakan sasaran amar makruf nahi
munkar. Antara MUhammadiyah dan partai tidak ada hubungan organisatoris tetapi tetap mempunyai hubungan
kemasyarakatan masing-masing berdiri dan berjalan sendiri-sendiri menurut caranya sendiri-sendiri
pada prinsipnya tidak dibenarkan ada perangkapan jabatan, terutama jabatan pimpinan antara keduanya demi tertibnya
pembagian pekerjaan (spesialisasi)
II. Program Dasar Perjuangan
Muhammadiyah harus dapat membuktikan secara teoritis konsepsional, secara oprasional dan secara kongrit riil, bahwa
ajaran Islam mampu mengatur masyarakat dalam negara Republik Indonesia yang ber-Pancasila dan UUD 1945 menjadi
masyarakat yang adil dan makmur serta sejahtera, bahagia material dan spiritual yang diridhoi Alloh Swt.

j. Priode KH. Abdur Razak Fahrudin


Pada priode ini usaha untuk meningkatkan kualitas persyarikatan selalu diusahakan, baik kualitas organisasi maupun
kualitas oprasionalnya. Peningkatan kualitas organisasi meliputi tajdid dibidang keyakinan dan Cita-cita Hidup serta
Khittah dan tajdid organisasi. Sedangkan peningkatan kualitas oprasionalnya meliputi intensifikasi pelaksanaan program
jama’ah dan dakwah Jama’ah serta pemurnian amal usaha Muhammadiyah.
Pada masa jabatan KH. Abdur Razak Faharudin ada masa krisis yaitu keharusan untuk menjadikan Pancasila sebagai satu-
satunya azas. Pada masa jabatan beliau juga terjadi peristiwa penting yaitu kunjungan Paus Yohanes Paulus II dan
sebagai reaksi terhadap kunjungan itu beliau mengeluarkan buku ‘Mangayubagya Sugeng Rawuh lan Sugeng Kondur’,
yang isinya bahwa Indonesia adalah Negara yang penduduknya sudah beragama Islam jadi jangan menjadikan rakyat
sebagai objek kristenisasi. Pada masa jabatan beliau ada beberapa keputussan penting dan hasi-hasil penting dalam
penataan organisasi antara lain:
Khittab Muhammadiyah, yang dikenal sebagai khittah Ponorogo yang kemudian dikuatkan dan disempurnakan dalam
Muktamar ke 40 di Surabaya
Melakukan pendekatan dengan pemerintah Soeharto (atas saran Jendral Sarbini)
Ikut membidani kelahiran Partai Muslimin Indonesia
Perubahan AD Muhammadiyah dengan menetakan Pancasila sebagai azas organisasi
Tersusunnya konsep-konsep dakwah oleh PPM majelis Tamigh beserta beberapa tuntunan praktisnya
Tersusunyanya konsep kaderisasi dan pedoman praktisnya oleh Badan Pendidikan Kader (BPK)
Tersusunnya sebagai pedoman pendidikan oleh majelis Pendidikan Dasar dan Menengah
Terkonsolidasinya berbagai majelis-majelis yang lain

k. Priode KH. A. Azhar Basyir, MA (1990-1995)


pada Priode KH. A. Azhar Basyir, MA telah dirumuskan:
prigram Persyarikatan Muhammadiyah jangka panjang (25 tahun) yang meliputi:
· Bidang Konsolidasi Gerakan
· Bidang Pengkajian dan Pengembangan
· Bidang Kemasyarakatan
Program Muhammadiyah (1990-1995)
· Bidang Konsolidasi Gerakan, meliputi:
- Konsolidasi organisasi
- Kaderisasi dan pembinaan AMM
- Bimbingan keagamaan
- Peningkatan Hubungan dan Kerjasama
· Bidang Pengkajian dan Pengembangan, meliputi:
- Pengkajian dan Pengembangan Pemikiran Islam
- Penelitian dan pengembangan
- Pusat Informasi, Kepustakaan dan Penerbitan
· Bidang Dakwah, Pendidikan dan Pembinaan Kesejahteraan Umat, meliputi:
- Keyakinan Islam
- Pendidikan
- Kesehatan
- Sosial dan Pengembanga Masyarakat
- Kebudayaan
- Partisipasi Politik
- Ekonomi dan Kewiraswastaan
- Pengembangan Generasi Muda
- Pembinaan Keluarga
- Pengembangan Peranan Wanita
- Lingkungan Hidup
- Peningkatan KualitasSumber Daya Manusia

l. Priode Pof. DR. H.M. Amien Rais/prof. H.A. Syafii Maarif (1995-2000)
pada Priode Pof. DR. H.M. Amien Rais, telah dirumuskan program Muhammadiyah tahun 1995-2000, dengan mengacu
kepada:
Masalah global
Masalah dunia Islam
Masalah nasional
permasalahan Muhammadiyah
Pengembangan pemikiran, yang terdiri atas:
- pemikiran keagamaan
- ilmu dan Teknologi
- Pengembangan basis ekonomi
- gerakan sosial
- PTM sebagai basis gerakan keilmuan/pemikiran
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, telah dirumuskan program Muhammadiyah tahun 1995-2000 sebagai berikut:
· Tujuan Program
Peningkatan konsolidasi pergerakan dan peningkatan kualitas gerakan dakwah dalam era industrialisasi dan globalisasi
dengan memperluas sasaran dan sarana dakwah
· Arah Prgram
Prgram Muhammadiyah peride1995-2000 diarahkan pada empat hal, sebagai berikut:
- pengembangan pemikiran dan wawasan
- peningkatan kualitas sumberdaya manusia
- peningkatan kualitas dan pengembanga amal usaha sebagai sarana dakwah
- perluasan sasaran dakwah
· Jenis program
Dengan merujuk pada berbagai pokok pikiran yang disampaikan dalam muthamar Muhammadiyah ke 43, program
Muhammadiyah peride1995-2000 disusun menurut empat bidang utama sebagai berikut:
- pengembangan manajemen Muhammadiyah
- pendidikan, perkaderan dan pengembangan sumberdaya manusia
- dakwah pengembangan masyarakat, pembinaan kesejahteraan sosial dan ekonomi
- peningkatan dan Muhammadiyah
Pada priode ini terjadi pergantian ketua pemimpin pusat Muhammadiyah dari Pof. DR. H.M. Amien Rais kepada Prof.
H.A. Syafii Maarif.

Tiga Identitas Muhammadiyah

I. Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam


Dari latar belakang berdirinya Muhammadiyah jelaslah bahwa sesungguhnya kelahiran Muhammadiyah itu tidak lain
karena diilhami, dimotivasi dan disemangati oleh ajaran-ajaran Al-Qur’an. Dan apa yang digerakkan oleh
Muhammadiyah tidak ada motif lain kecuali semata-mata untuk merealisasikan prinsip-prinsip ajaran Islam dalam
kehidupan yang riil dan kongret. Segala yang dilakukan oleh Muhammadiyah, baik dalam bidang pendidikan dan
pengajaran, kemasyarakatan, kerumah tanggan, perekonomian dan sebagainya, tak dapat dilepaskan dari ajaran-ajaran
Islam. Tegasnya Geraka Muhammadiyah hendak berusaha untuk menampilkan wajah Islam dalam wujud yang riil,
kongret dan nyata, yang dapat dihayati,dirasakan dan dinikmati oleh umat sebagai "rahmatan lil ‘alamin"

II. Muhammadiyah sebagai Gerakan Dakwah


Berdasarkan surat Ali Imran ayat 104 Muhammadiyah meletakkan khittah atau setrategi dasar perjuangannya, yaitu
dakwah (merayu, mengajak) Islam,amar makruf nahi munkar dengan masyarakat sebagai medan atau kancah
perjuangannya. Muhammadiyah berkiprah ditengah-tengah masyarakat bangsa Indonesia dengan membangun berbagai
amal usaha seperti membangun sekolah-sekolah, rumah sakit, panti asuhan dsb. Seluruh amal usaha
Muhammadiyahseperti itu tidak lain merupakan suatu manifestasi atau perwujudan dakwah islamiyah. Semua amal
usaha diadakan dengan niat dan tujuan yang tunggal, yaitu untuk dijadikan sarana dan wahana dakwah Islam
sebagaimana yang diajarkan oleh Al-Qur’an dan as-Sunnah Shahihah.

III. Muhammadiyah sebagai Gerakan Tajdid (Reformasi)


Makna tajdid dari segi bahasa berarti pembaharuan, dan dari segi istilah tajdid memiliki dua arti, yakni (a) pemurnian,
dan (b) peningkatan, pengembangan, modernisasi, dan yang semakna dengannya.
Arti pemurnian tajdid dimaksudkan sebagai pemeliharaan matan ajaran Islam yang berdasarkan dan bersumber kepada
Al-Qur’an dan as-Sunnah Shahihah. Sedangkan arti "peningkatan, pengembangan, modernisasi, dan yang semakna
dengannya", tajdid dimaksudkan sebagai penafsiran pengalaman dan perwujudan ajaran Islam dengan tetap berpegang
teguh kepada Al-Qur’an dan as-Sunnah Shahihah.
KH. Ahmad Siddiq, seorang tokoh ulama Nahdliyin dari Malang menjelaskan bahwa makna tajdid dalamarti pemurnian
(purifikasi) menyasar pada tiga sasara, yaitu:
- I’adah pemulihan, yaitu membersihkan ajaran Islam yang tidak murni lagi
- Ibanah atau memisahkan, yaitu memisah-misahkan secara cermat oleh ahlinya, mana yang sunah dan mana yang
bid’ah
- Ihya’ atau menghiduphidupkan, yaitu menghidupkan ajaran-ajaran Islam yang belum terlaksana atau yang terbengkalai
Bagi Muhammadiyah, diyakni bahwa tajdid merupakan salah satu watak dari ajaran Islam (BRM No khusus "Tanfid
keputusan Muktamar Tarjih XXII:47")
Sifat tajdid yang dikenakan pada gerakan Muhammadiyah disamping berupaya memurnikan ajaran Islam dari berbagai
kotoran yang menempel pada tubuhnya, juga termaksuk upaya Muhammadiyah melakukan berbagai pembaharuan
cara-cara pelaksanaan ajaran Islam dalam kehidupan bermasyarakat, semacam penyantunan terhadap fakir miskin dan
anak yatim,cara pengelolaan rumah sakit, pelaksanaan sholat Ied dan pelaksanan qurban, dan sebagainya
Untuk membedakan antara keduanya maka tadjid dalam penertian pemurnian dapat disebut purifikasi, pemurnian
(purification), dan tajdid dalam pembaharuan (reformation). Dan dalam hubungannya dengan salah satu
Muhammadiyah dapat dinyatakan sebagai gerakan Purifikasi dan sekaligus Gerakan Reformasi.

Anda mungkin juga menyukai