Anda di halaman 1dari 11

KEBEBASAN BERAGAMA DALAM PRESPEKTIF ISLAM

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Aqidah Akhlak
Dosen Pengampuh :
Dr. Ahmad Ridho Desa, Lc, DESA Datuk Rajuah Batuah

Disusun oleh : Kelompok 5


Muhammad Maududi Al-Waludi 11230340000057
Mutiara Dalilatur Rahmah 11230340000059
Muhammad Fakhri Adhari 11230340000056

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2023
I
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puja dan puji Syukur atas Rahmat Allah
SWT. Karena tanpa Rahmat dan Ridho-Nya. Kita tidak dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan selesai tepat waktu.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu Aqidah
Akhlak Bapak Dr. Ahmad Ridho Desa, Lc, DESA Datuk Rajuah Batuah. Kami juga
mengucapkan terimakasih pada teman-teman kami yang telah meluangkan waktu,
pikiran dan tenaganya untuk menyelesaikan makalah ini dengan berjudul
Kebebasan beragama dalam prespektif islam.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum
kami ketahui. Maka dari itu kami mohon saran dan kritik dari teman-teman maupun
dosen. Demi tercapainya makalah yang sempurna.

Tanggerang Selatan, 23 september 2023

Penyusun

II
Daftar Isi

KATA PENGANTAR...................................................................................II
BAB I...........................................................................................................1
LATAR BELAKANG..................................................................................1
RUMUSAN MASALAH.............................................................................1
BAB II..........................................................................................................2
PEMBAHASAN..........................................................................................2
Makna Kebebasan secara Umum.................................................................2
Kebebasan Beragama menurut Perspektif Islam.........................................2
Toleransi antar Umat Beragama...................................................................3
A. Pengertian Toleransi.........................................................................3
B. Toleransi dalam Beragama...............................................................4
C. Batasan Toleransi terhadap Keimanan dan Peribadatan..................4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebebasan beragama merupakan Hak Asasi manusia yang wajib kita
hormati dan lindungi antara sesame manusia. Seperti yang tercantum dalam UUD
Negara Republik Indonesia tahun 1945, pasal 29 ayat (2), yang berbunyi “Negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-
masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya itu.”
Dalam agama islam juga tidak ada keterhalangan seseorang untuk
mengekpresikan jiwanya dalam memilih agama, menjalankan dan bertukar fikiran
di dalam masalah agama, baik dilakukan dengan yang seagama maupun dengan
agama lain tanpa adanya unsur-unsur paksaan dan pengaruh dari pihak lain.
Karna keanekaragaman agama adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari
sebab sudah menjadi sunnatullah. Namun walaupun demikian, tetap dilandasi Al-
Qur’an dengan Assunah Nabi Muhammad SAW.

B. Rumusan Masalah

I. Makna kebebasan menurut perspektif Islam?


II. Bagaimana sikap islam terhadap non muslim
BAB II
PEMBAHASAN
A. Makna kebebasan secara umum
Secara etimologi kebebasan beragama berasal dari dua kata,yaitu bebas yang
artinya merdeka, tidak terikat, tidak terpaksa dandapat melakukan keinginannya. Dari
Oxford Dictionary of English,pengertian dari kebebasan adalah the power or right to
act, speak, or thinkas one wants. Singkatnya, kebebasan adalah kemampuan atau hak
untuk bertindak, berpikir, ataupun melakukan apa yang diinginkan.
Kebebasan dalam makna yang luas atau universal memunculkan banyak
kebebasan-kebebasan lain, selain daripada memeluk agama. Dalam makna bebas, arti
dari pasal 18 deklarasi HAM tersebut adalah “setiap orang berhak atas kebebasan
berpikir, hati nurani dan beragama; hak ini termasuk kebebasan untuk mengubah
agamanya atau kepercayaannya, dan kebebasan, baik sendiri atau di masyarakat dengan
orang lain dan di depan umum atau swasta,untuk mewujudkan agamanya atau
kepercayaannya dalam mengajar,berlatih, beribadah dan taat.” Dengan kata lain, orang
yang maumemeluk dan mengamalkan jenis agama apa saja harus dihormati dan diberi
kebebasan.1

B. Kebebasan Beragama menurut Perspektif Islam

Islam sangat menghormati kebebasan dalam beragama dan berkeyakinan


(Hurriyah al-adyan; al-hurriyah al-diniyyah), seperti firman Allah dalam QS. Al-
Baqarah [2] : 256, Allah mengajarkan umat islam untuk menjunjung tinggi prinsip
kebebasan beragama. Ayat ini merupakan larangan pemaksaan dalam memeluk suatu
agama terutama islam. Ayat tersebut tepatnya berbunyi :
‫َّٰط‬
“ َ ‫لٓا ِإْك َر اَه ِفى ٱلِّديِن ۖ َقد َّتَبَّيَن ٱلُّر ْش ُد ِم َن ٱْلَغ ِّى ۚ َفَم ن َيْكُفْر ِبٱل ُغ وِت َو ُي ْؤ ِم ۢن ِبٱِهَّلل َفَق ِد ٱْسَتْمَس َك ِب ٱْلُعْر َو ِة‬
‫ٱْلُو ْثَقٰى اَل ٱنِفَص اَم َلَهاۗ َو ٱُهَّلل َسِم يٌع َع ِليٌم‬
Artinya : “Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah
jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar
kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh)
pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha
Mengetahui.
Sebab turunnya ayat ini adalah, dijelaskan dari riwayat AbuDaud, al-Nasa’i,
dan Ibnu Jarir, seorang lelaki bernama Abu al-Husain dari keluarga Bani Salim Ibnu
‘Auf al-Ansari mempunyai dua orang anak laki-laki yang telah memeluk agama
Nasrani, sebelum Nabi Muhammad SAW diutus sebagai nabi. Kemudian anak itu
datang ke Madinah setelah datangnya Islam. Ayahnya selalu meminta agar mereka
masuk Islam, dia berkata pada mereka “saya tidak akan membiarkan kamu berdua,
hingga kamu masuk Islam.” Mereka lalu mengadukan hal itu kepada Rasulullah SAW
dan ayah mereka berkata “apakah sebagian tubuhku akan masuk neraka, dan aku hanya

1
Adian Husaini, Liberalisasi Islam di Indonesia (Jakarta: Gema Insani, 2015), 125.
melihat saja?” maka turunlah ayat ini, lalu sang ayah membiarkan anaknya tetap pada
agama mereka.2

Dalam ayat ini secara gamblang menyatakan bahwa tidak ada paksaan
dalam menganut keyakinan agama, bahkan untuk agama islam sekalipun. Allah
menghendaki agar setiap orang merasakan kedamaian. Jiwa yang damailah yang dapat
memunculkan kedamaian. Paksaan membuat jiwa menjadi tidak damai, oleh karena itu
tidak ada paksaan dalam menganut akidah Islam 3. Dalam ayat ini pula menunjukkan
bahwa tidak diizinkan melakukan kekerasan dan paksaan bagi umat Islam terhadap
yang bukan Muslim untuk memaksanya masuk agama Islam. Ayat ini merupakan teks
fondasi atau dasar penyikapan Islam terhadap jaminan kebebasan beragama. Abdullah
Yusuf Ali di dalam bukunya The Meaning of the HolyQuran, menafsirkan bahwa
pemaksaan tidak sesuai dengan agama,karena pertama, agama berdasarkan pada
keyakinan dan kehendak dan agama tidak akan ada gunanya apabila dijalankan dengan
pikiran dan hati yang terpaksa. Kedua, kebenaran dan kesalahan telah begitu jelas
ditunjukan melalui kasih sayang Tuhan sehingga tidakperlu ada keraguan. Ketiga,
perlindungan Tuhan berlangsung terus menerus dan kasih sayang Tuhan adalah
memberi petunjuk kepada manusia dari kegelapan kepada cahaya kebenaran.

Hal ini diperkuat oleh firman Allah SWT. Qs. Yunus [10] : 99-100 :

‫) َو َم ا‬99( ‫َو َلۡو َش ٓاَء َر ُّبَك ٓأَلَم َن َم ن ِفي ٱَأۡلۡر ِض ُك ُّلُهۡم َجِم يًع ۚا َأَف َأنَت ُتۡك ِر ُه ٱلَّن اَس َح َّتٰى َيُك وُن وْا ُم ۡؤ ِمِنيَن‬
)100( ‫َك اَن ِلَنۡف ٍس َأن ُتۡؤ ِم َن ِإاَّل ِبِإۡذ ِن ٱِۚهَّلل َو َيۡج َع ُل ٱلِّر ۡج َس َع َلى ٱَّلِذ يَن اَل َيۡع ِقُلوَن‬

Artinya : “Jika Tuhanmu menghendaki, tentulah semua orang di bumi


beriman seluruhnya. Tetapi apakah kamu (hendak) memaksa manusia agar mereka
menjadi orang-orang yang beriman?
Tidak seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Allah, dan Allah menimpakan
azab kepada orang yang tidak berpikir. (QS. Yunus ayat 99-100).

Ditegaskan betapa mudah bagi Allah SWT untuk membuat umat manusia
beriman semua, tetapi itu tidak dilakukan-Nya karena dia memang tidak menghendaki
pemaksaan dalam soal agama. Berarti ruang keimanan berada dalam otoritas Allah
SWT. Tidak ada yang dapat berwenang untuk menilai apalagi memaksa keimanan.

Menurut perspektif Prof. Sa’id Al-‘Asymawi (2004a: 43-53), maka


kecenderungan menganulir ajaran dasar mengenai kebebasan beragama amat mungkin
dilatar belakangi oleh terjadinya pergeseran akidah menuju ke ideologi di kalangan
umat islam. Hal ini setidaknya diindikasikan dengan kuatnya orientasi politis
(kekuasaan), absolutis, dan totalistik dalam beragama.

C. Toleransi antar umat beragama

a. Pengertian toleransi

2
Ali al-Sabuni, Mukhtasar Tafsir Ibn Katsir, Jilid 1 (T.K: T.P, T.Th)232.
3
Departemen Agama RI, Tafsir al-Qur’an...,27.
Toleransi menurut Bahasa mempunyai arti kesabaran, kelapangan dada,
memperlihatkan sifat sabar. Toleransi adalah rasa hormat, penerimaan, dan apresiasi
terhadap keragaman budaya, dan ekspresi kita4.
Toleransi adalah nilai-nilai, sikap, kesediaan dan keterlibatan seseorang dalam
mendukung suatu keadaan yang memberikan ruang bagi adanya pengakuan perbedaan
(the others) dan khususnya untuk terciptanya kerukunan. Dalam kehidupan umat
beragama, maka toleransi dilihat sebagai menjaga kerukunan antar dan intern umat
beragama. Intoleransi adalah adanya karakteristik yang berlawanan dengan karakteristik
toleransi sebagaimana yang telah kita ketahui.
Rasulullah melalui Piagam Madinah telah menjamin sebuah kebabasan kepada
pemeluk agama berbeda untuk menjalankan keyakinannya. Dalam piagam Madinah
Pasal 25, disebutkan bahwa antara kaum mukmin dan yahudi, pada hakikatnya adalah
satu golongan . Yahudi dan islam di persilahkan melaksanakan ajarannya masing-
masing, dengan satu catatan bahwa diantara golomgam itu jangan sampai terjadi
pertikaian antar sesama5.
Perayaan dan segala aktivitas maupun atribut masing-masing pemeluk agama
menjadi pemeluk agama yang bersangkutan. Pemaksaan untuk mengajak bahkan
menyuruh pihak lain untuk ikut serta merayakan dan memasang segala atributnya
merupakan bentuk intoleransi. Untuk itu majelis Ulama Indonesi (MUI) pada tahun
2016, mengeluarkan fatwa tentang hal tersebut, yang di landasi dengan sabda Nabi
Muhammad Saw:
َ ‫َقَل َر ُسْو ُل ِهّٰللا َص َّلى ِهّٰللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َم ْن َتَشَّبَه ِبَقْو ٍم َفُهَو ِم ْنُهْم‬

Artinya : “ Rasulullah bersabda : Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum makai a


merupakan bagian dari mereka.” Diriwayatkan oleh abu daud, ahmad dan
tirmidzi.

b. Toleransi dalam beragama

Istilah “ kerukunan umat beragama” sendiri diartikan sebagai keadaan hubungan


sesama umat beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian, saling menghormati,
menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerja sama dalam
kehidupan Masyarakat, berbangsa bernegara di dalam negara kesatuan republik
Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik
IndonesiaTahun 1945.6
Umat beragama memiliki identitas dan keyakinannya masing-masing, Indonesia
terdiri dari berbagai macam agama berbeda. Perbedaan ini lantas tidak harus
diseragamkan akan tetapi bagaimana keseragaman ini tetap harmonis dengan Bersama
menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi yang sesuai dengan akidah, dan norma yang
berlaku di masing-masing pihak, sehingga rasa saling menghormati tercipta satu sama
lain.

4
Irwan Maqsudi, Berislam Secara Toleran (Bandung: Mizan, 2011), hlm.4.
5
Lihat M. Imdadu Rahmat, et al., eds, Islam Pribumi; Mendialogkan Agama, Membaca Realitas
(jakarta: Erlangga, 2003), hlm.199.
6
Kementrian Agama RI, Efektivitas FKUB dalam pemeliharaan kerukunan Umat Beragama:
Kapasitas Kelembagaan dan Efisiensi Kinerja FKUB terhadap kerukunan Umat Beragama (Jakarta:
Puslitbang, Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, 2015), hlm.11.
c. Batasan Toleransi terhadap Keimanan dan Peribadatan

Adapun Batasan toleransi terhadap Keimanan dan Peribadatan dijelaskan dalam


QS. Al- Kafirun :
‫)َو ٓاَل َأَن ۠ا َعاِب ٌد َّم ا‬3( ُ‫)َو ٓاَل َأنُتْم َٰع ِب ُد وَن َم ٓا َأْع ُب د‬2( ‫)ٓاَل َأْع ُبُد َم ا َتْعُب ُد وَن‬1( ‫ُقْل َٰٓيَأُّيَها ٱْلَٰك ِفُروَن‬
)6( ‫)َلُك ْم ِد يُنُك ْم َوِلَى ِد يِن‬5( ُ‫) َو ٓاَل َأنُتْم َٰع ِبُد وَن َم ٓا َأْع ُبد‬4( ‫َع َبدُّتْم‬

Yang artinya :

(1) Katakanlah: “Hai orang-orang kafir, (2) Aku tidak akan menyembah apa yang kamu
sembah. (3) Dan kamu bukan penyaembah tuhan yang aku sembah (4) Dan aku tidak
pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah (5) Dan kamu tidak pernah
(pula) menjadi penyembah tuhan yang aku sembah (6) Untuk mu agamamu dan
untukulah agamaku.

Kandungan utama dari surat Al- kafirun merupakan sikap toleransi antar umat
beragama. Dari surat Al- kafirun dikemukakan bahwa toleransi memiliki Batasan
yang tidak boleh dilanggar, Al- Qur’an sebagai sumber utama dasar dan prinsip
Pendidikan Islam sudah mengatur batasan-batasan dalam bertoleransi yang baik dan
benar. Intoleransi disebabkan tidak konsistennya tiap individu, golongan maupun
kelompok di dalam memahami batasan dan tanggung jawab toleransi, terutama yang
berkenaan dengan akidah masing- masing.7
Pokok-pokok isinya; pernyataan bahwa tuhan yang disembah Nabi
Muhammad SAW. Dan pengikut-pengikutnya bukanlah apa yang disembah oleh
orang-orang kafir, dan Nabi Muhammad SAW. Tidak akan menyembah apa yang
disembah oleh oarng-orang kafir.8

d. Larangan Memaki Sesembahan Non-Muslim

Adapun larangan memaki sesembahan non-muslim terkandung dalam QS. Al-


An’am ayat 108 :

‫َو اَل َتُسُّبوا اَّلِذ ْيَن َيْدُع ْو َن ِم ْن ُد ْو ِن ِهّٰللا َفَيُسُّبوا َهّٰللا َع ْد ًو ۢا ِبَغْيِر ِع ْلٍۗم َك ٰذ ِلَك َز َّيَّنا ِلُك ِّل ُاَّم ٍة َع َم َلُهْۖم ُثَّم ِاٰل ى َر ِّبِه ْم‬
‫َّم ْر ِج ُعُهْم َفُيَنِّبُئُهْم ِبَم ا َك اُنْو ا َيْع َم ُلْو ن‬

Yang artinya :

“ Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah,
karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa dasar
pengetahuan. Demikianlah, Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan
mereka. Kemudian kepada Tuhan tempat kembali mereka, lalu Dia akan
memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan.”

Allah SWT., berfirman, melarang terhadap Rasul-Nya, Muhammad SAW,


dan orang-orang beriman dari mencaci Tuhan-tuhan kaum Musyrikin, meskipun
7
Muhammad Rifqi Fachrian, Toleransi Antar Umar Beragama (Depok: Rajawali Pers, 2018) hlm, 53.
8
Al-Qur’an al-Karim wa tarjamah bi al-Lughah al-Indunisiyyah tarjamah majmu al-Malik Fadh
Lithoba ati al-Mushaf al-Syarif (mutarjam), hlm.1112.
cacian itu mengandung kemaslahatan, namun hal tersebut dapat menimbulkan
kerusakan yang lebih besar daripada kemaslahatan itu sendiri, yaitu balasan orang-
orang musyrik dengan cacian terhadap tuhan orang-orang Mukmin, padahal allah
adalah “Rabb, yang tiada illah (yang berhak diibadahi) selain Dia”.9

e. Berlaku Adil dan Baik Terhadap Non-Muslim

Sebagaimana Firman Allah dalam QS. As-syuro ayat 15 :

‫َفِلٰذ ِلَك َفاْد ُعۚ َو اْسَتِقْم َك َم ٓا ُاِم ْر َۚت َو اَل َتَّتِبْع َاْهَو ۤا َء ُهْۚم َو ُقْل ٰا َم ْنُت ِبَم ٓا َاْنَز َل ُهّٰللا ِم ْن ِكٰت ٍۚب َو ُاِم ْر ُت َاِلْع ِدَل َبْيَنُك ْم‬
‫ ۗۗ ُهّٰللَا َر ُّبَنا َو َر ُّبُك ْم ۗ َلَنٓا َاْع َم اُلَنا َو َلُك ْم َاْع َم اُلُك ْم ۗ اَل ُحَّج َة َبْيَنَنا َو َبْيَنُك ْم ۗ ُهّٰللَا َيْج َم ُع َبْيَنَناۚ َو ِاَلْيِه اْلَم ِص ْيُر‬.

Yang artinya :
“ Karena itu, serulah (mereka beriman) dan tetaplah (beriman dan berdakwah)
sebagaimana diperintahkan kepadamu (Muhammad) dan janganlah mengikuti
keinginan mereka dan katakanlah, “Aku beriman kepada Kitab yang diturunkan
Allah dan aku diperintahkan agar berlaku adil di antara kamu. Allah Tuhan kami dan
Tuhan kamu. Bagi kami perbuatan kami dan bagi kamu perbuatan kamu. Tidak
(perlu) ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita
dan kepada-Nyalah (kita) kembali.”

Allah memrintahkan Nabi-nya untuk mengatakan, “ Aku membenarkan


seluruh kitab yang diturunkan dari langit, Allah yang menurunkannya kepada nabi-
nabi dan rasul-rasul-Nya, meliputi Taurat, Injil, Jabur, serta shuhuf (lembaran) yang
dimiliki oleh Nabi Ibrahim, Musa, dan Syits.10

Pendidikan Islam bersumber dari Al- Qur’an membimbing kepada toleransi


yang baik dan benar, hal ini tercermin dari perintah untuk membenarkam seluruh
kitab yang diturunkan oleh langit: Taurat, Injil, Zabur yang juga diimani oleh kaum
Nasrani dan Yahudi, dengan batasan yang telah dikemukakan oleh Nabi Muhammad
SAW.11

Pendidikan Islam sejalan dengan aturan toleransi yang terdapat dalam Al-
Qur’an, yaitu anjuran untuk bersikap adil diantara umat manusia betapapun agama
mereka berbeda-beda, dengan mengedepankan kebenaran dan keadilan dalam
menetapkan keputusan.

9
Abdullah bin Muhammad, Lubabut Tafsir Min Ibni Katsir, Tafsir Ibnu Katsir diterjemahkan oleh M.
Abdul Ghoffar E.M, Cet VI, Juz VII (Bogor: Pustaka Iman Asy-Syafi’i, 2008), hlm.272.
10
Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Wasith, diterjemahkan oleh Muhtadi, dkk. (Jakarta: Gema Insani,
2012), hlm.361
11
Muhammad Rifqi Fachrian, Toleransi Antar Umar Beragama (Depok: Rajawali Pers, 2018) hlm, 75.
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan di atas, maka dapat ditarik


kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengertian kebebasan beragama dalam pandangan Islam adalah tidak adanya


keterhalangan seseorang untuk mengekpresikan jiwanya di dalam memilih
agama, menjalankan dan bertukar fikiran di dalam masalah agama tanpa adanya
unsur-unsur paksaan dan pengaruh dari pihak lain, namun tetap dilandasi dengan
al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad Saw.Pandangan agama Islam tentang
kebebasan beragama adalah dengan memberikan kebebasan kepada seseorang
untuk memilih, menjalankan dan bertukar fikiran di dalam masalah agama, baik
dilakukan dengan yang seagama maupun dengan penganut agama lain, baik di
tempat umum ataupun tersendiri baik dikerjakan sendiri-sendiri maupun
bersama orang lain. Namun walaupun demikian tetap berpijak kepada garis-garis
yang telah ditetapkan al-Qur‟an dan Sunnah Nabi Muhammad Saw.
2. Kesimpulan terhadap ayat-ayat toleransi adalah bertanggung jawab terhadap
keyakinan dan perbuatan masing masing. Kebebasan dalam memilih dan
menjalankan keyakinan tanpa adanya paksaan, saling menghormati dan
menghargai keyakinan, berlaku adil dan berbuat baik antar sesama manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Adian Husaini, Liberalisasi Islam di Indonesia (Jakarta : Gema Insani,


2015)

Ali Al- Subani, Mukhtasar Tafsir Ibn Katsir, jilid 1 (T.K : T.P, T.TH)

Departemen Agama RI, Tafsir Al- Qur’an

Irwan Maqsudi, Berislam Secara Toleran (Bandung :Mizan 2011)

Imdadun Rachmat, et al., eds, Islam Pribumi; Mendialogkan Agama,


Membaca Realitas (jakarta: Erlangga, 2003)

Kementrian Agama RI, Efektifitas FKUB dalam pemeliharaan


kerukunan umat beragama: Kapasitas Kelembagaan dan
Efisiensi Kinerja FKUB terhadap kerukunan umat beragama
(jakarta: Puslitbang, Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan
Diklat Kementrian Agama RI, 2015)
Muhammad Rifqi Fachrian, Toleransi Antar Umat Beragama (Depok:
Rajawali Pers, 2018)
Al- Qur’an al Karim wa tarjamah bil al-lugah al-indunisiyyah tarjamah
majmu’ah al-malik fadh lithoba ati al-mushaf al-syarif
(mutarjam)
Abdullah bin Muhammad, Lubabut Tafsir Min Ibni Katsir
diterjemahkan oleh M. Abdul Ghoffar E.M, Cet VI (Bogor:
Pustaka , Imam As- Syafi’i, 2008)
Wahbah Az-zuhaili, Tafsir Al- Wasith, diterjemahkan oleh Muhtadi,
dkk. (Jakarta: Gema Insani, 2012)

Anda mungkin juga menyukai