Anda di halaman 1dari 7

KONSEP ISLAM TENTANG KEBABASAN BERAGAMA

Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Ilmu Islam Terapan

Pengampu : Dr. Adri Efferi, M. Ag

Disusun Oleh:

1. Amirul Hakim (2210210019)


2. Najwa Kharisma Maulida (2210210024)
3. Nurul Ula Khofiyatul Fida (2210210028)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS


FAKULTAS TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya
sehingga resume yang dibuat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Ilmu Islam
Terapan dapat terselesaikan dengan lancar tanpa suatu halangan apapun.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Dr. Adri Efferi, M. Ag selaku dosen mata
kuliah Ilmu Islam Terapan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan resume ini.

Kami menyadari, resume yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan resume
ini.

Kudus, 10 Mei 2023.

Penulis
1. Pengertian Kebebasan Beragama
Sebelum menjelaskan pengertian kebebasan beragama, alangkah baiknya jika kita
mengetahui pengertian dari setiap kata tersebut. Secara etimologi kebebasan berasal
dari kata bebas (free) yang berarti lepas sama sekali (tidak terhalang), terganggu dan
sebagainya, sehingga boleh bergerak, bercakap, berbuat dan sebagainya dengan
leluasa atau merdeka (tidak diperintah atau sangat dipengaruhi negara lain. Dalam
Bahasa arab, kata bebas adalah syang berarti isyrafahum artinya wewenang. Jadi
kebebasan adalah kemerdekaan, keadaan bebas, tidak adanya keterhalangan seseorang
untukk mengekspresikan apa yang ada pada jiwanya, baik dari segi kebebasan
bersuara dan lain-lainnya.
Sedangkan menurut etimologi islam berasal dari Bahasa arab, yaitu dari kata
salima yang mengandung arti selamat, Sentosa, dan damai. Dari kata salima
selanjutnya diubah menjadi bentuk aslama yang berarti berserah diri masuk dalam
kedamaian1. Dari pengertian etimologi ini kata islam dekat dengan arti kata agama
yang berarti menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan, dan kebiasaan. Dari
penjelasan tersebut, islam dari segi etimologi mengandung arti patuh, tunduk taat, dan
berserah diri kepada Tuhan dalam upaya mencari keselamatan dan kebahagiaan
hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Hal demikian dilakukan atas kesadaran dan
kemauan diri sendiri, bukan paksaan atau berpura-pura, melainkan sebagai panggilan
dari fitrah dirinya sebagai makhluk yang sejak dalam kandungan sudah menyatakan
patuh dan tunduk kepada tuhan.
Adapun yang dimaksud engan kebebasan beragama dalam islam adalah
menciptakan suatu kondisi dalam masyarakat, yang dalam hal ini dapat menuntut
tujuan-tujuan spiritual tertinggi dengan tidak dihalang-halangi oleh orang lain dan
mengacu kepada agama yang bersumber pada wahyu yang datang dari Allah SWT,
bukan berasal dari manusia, dan bukan pula berasal dari Nabi Muhammad Saw. Posisi
Nabi dalam agama islam diakui sebagai yang ditugasi oleh Allah SWT untuk
menyebarkan ajaran islam tersebut kepada manusia. Dalam proses penyebaran agama
islam, nabi terlibat dalam memberi keterangan, penjelasan, uraian, dan contoh

1
Sahibi Ni’am, Kerukunan Antar Umat eragama, (Jakarta; Gunnung Ali,Islamologi (Dinul Islam), (Jakarta; Ikhtiar
Baru-Van Hoeve, 1980), h.2
praktiknya. Namun keterlibatan ini masih dalam batas-batas yang dibolehkan Allah
SWT.2
2. Konsep Kebebasan Beragama dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadits
a. Dalam Perspektif Al-Qur’an
Agama islam dengan Al-Qur’an sebagai kitab sucinya, mengakui adanya
keberadaan agama lain. Banyak sekali ayat didalam Al-Qur’an yang membahas
tentang agama, termasuk perbedaan agama umat manusia. Al-Qur’an mengakui
bahwa agama islam merupakan agama yang paling benar. Akan tetapi, ia tidak
menganggap dan mengatakan bahwa agama lain selain islam adalah agama
yang paling salah. Al-Qur’an memberikan kebebasan bagi umat manusia untuk
memeluk agama berdasarkan kepercayaannya masing-masing. Al-Qur’an juga
tidak pernah melalauia umat yang beragama lain untuk masuk agama islam,
karena persoalaan agama adalah persoalaan keyakinan yang bukan berdasarkan
pada paksaan. Al-Qur’an mengakui adanya perbedaan agama, melalui
perbedaan tersebut diharapkan ada hubungan saling memahami yang berujung
pada kemaslahatan hidup dalam beragama di antara agama-agama tersebut, oleh
karena itu maka kita harus mencermati lebih lanjut kebebasan Al-Qur’an
sebagai bentuk untuk mrmposisikan seharusnya beretika dalam lingkungan
yang plural. Seperti yang terkandung dalam surah Al-baqarah ayat 256:
‫َّٰط‬
‫ٓاَل ِإْك َر اَه ِفى ٱلِّديِن ۖ َق د َّتَبَّيَن ٱلُّر ْش ُد ِم َن ٱْلَغ ِّى ۚ َفَم ن َيْكُف ْر ِب ٱل ُغ وِت َو ُي ْؤ ِم ۢن ِبٱِهَّلل َفَق ِد ٱْسَتْم َس َك ِب ٱْلُعْر َوِة ٱْل ُو ْثَقٰى‬
‫اَل ٱنِفَص اَم َلَهاۗ َو ٱُهَّلل َسِم يٌع َع ِليٌم‬

Artinya: tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (islam),


sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari pada jalang yang sesat. Karena
itu, barang siapayang ingkar kepada thagut dan beriman kepada Allah, maka
sesungguhnya ia telah berpegang pada buhul tali yang amat kuat yang tidak
akan putus dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-
Baqarah:256)

Salah satu riwayat tentang sebab turunnya ayat ini, sebagaimana dinukil
oleh Ibnu Kasir yang bersumber dari sahabat Ibnu Abbas adalah seorang laki-
laki anshar dari bani salim ibnu auf yang dikenal dengan nama husain
mempunyai dua anak laki-laki yang beragama nasrani. Sedangkan ia sendiri
beragama islam. Husain menyatakan kepada Nabi “apakah saya harus
2
Hanun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid 1, (Jakarta;UI Press,1979),h.9
memaksa keduanya? (untuk masuk islam), karena mereka tidak taat padaku
dan tidak mau meninggalkan agama nasrani itu.” Lanas Allah menurunkan ayat
tersebut untuk menjawab permasalahan itu, bahwa tidak ada paksaan dalam
menerima suatu agama. Islam tidak membenarkan adanya intimidasi dan
paksaan dalam beragama. Dalam memsuki sebuah agama, iman harus
dibarengi dengan perasaan taat dan tunduk. Hal ini tentunya tidak bisa
terwujud dengan cara memaksa.3

b. Dalam Perspektif Hadits


Konsep kebebasan beragama dalam perspektif hadis mengandung arti bahwa
setiap orang memiliki hak untuk memilih agamanya sendiri dan menjalankannya
tanpa tekanan dari pihak lain. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah,
Rasulullah SAW bersabda: "Tidak ada paksaan dalam agama." (HR. Bukhari dan
Muslim). Artinya, setiap individu memiliki kebebasan untuk memilih agama yang
diinginkan tanpa adanya tekanan atau paksaan dari pihak manapun.
Selain itu, dalam hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, Rasulullah
SAW bersabda: "Siapa yang menginginkan kebebasan agamanya, maka dia harus
memberikan kebebasan agama orang lain." (HR. Bukhari). Artinya, kebebasan
beragama tidak hanya dimiliki oleh satu individu, tetapi juga harus dihargai dan
diberikan kebebasan yang sama kepada orang lain untuk memilih dan menjalankan
agamanya sesuai keinginannya.
Dengan demikian, konsep kebebasan beragama dalam perspektif hadis
menegaskan bahwa kebebasan beragama adalah hak setiap individu dan harus
dihargai dan dijaga oleh seluruh masyarakat tanpa adanya tekanan atau paksaan.
Selain itu, konsep kebebasan beragama juga menuntut adanya sikap saling
menghormati dan memberikan kebebasan yang sama kepada orang lain dalam
menjalankan agamanya.

3. Implementasi Kebebasan Beragama

Kebebasan beragama merupakan bagian dari hak asasi manusia yang harus
didapatkan oleh masing-masing individu dalam fitrahnya sebagai manusia. Dalam

3
Mudjab Mahali, Asbabun Nuzul Studi pendalaman al-Qur’an (Jakarta; Rajawali Pers, 1989),125
pelaksanaannya, jaminan atas kebebasan beragama telah mendapat pengakuan dalam
hukum internasional.4

Ketentuan tersebut memberikan penegasan bahwa kebebasan beragama tidak


boleh dimaknai sebatas kebebasan untuk dapat beribadah serta menjalankan ketentuan
agamanya masing-masing. Agama dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara di
Indonesia tidak dapat diabaikan. Pemaknaan terhadap kebebasan beragama di Indonesia
terhadap dimulai dari pengakuan pada sila pertama Pancasila yang mendasarkan atas “
Ketuhanan yang Maha Esa”, sila ini menjadi dasar rohani dan dasar moral kehidupan
bangsa yang secara implisit juga mengandung ajaran toleransi beragama.5

Untuk mengimplementasikan kebebasan beragama, beberapa langkah yang dapat


diambil antara lain:

1. Melindungi hak-hak individu: Negara harus melindungi hak-hak individu untuk


beragama atau tidak beragama, dan melarang segala bentuk diskriminasi berdasarkan
agama atau kepercayaan.

2. Menegakkan aturan hukum: Negara harus menegakkan aturan hukum yang


melindungi hak kebebasan beragama dan memberikan sanksi kepada pelaku diskriminasi
atau kekerasan.

3. Menghormati perbedaan agama: Negara harus menghormati perbedaan agama


dan menciptakan lingkungan yang memungkinkan individu untuk berpraktik agama
sesuai dengan keyakinan masing-masing.

4. Memberikan pendidikan dan informasi: Negara harus memberikan pendidikan


dan informasi tentang kebebasan beragama dan hak asasi manusia kepada masyarakat,
termasuk mempromosikan pemahaman dan toleransi antaragama.

5. Menghargai kebebasan berbicara: Negara harus menghargai kebebasan


berbicara dan menyatakan pendapat, termasuk pendapat tentang agama, selama tidak
menghasut kebencian atau kekerasan.

4
Scolnivoc, Anat. 2011. The Right to Religius freedom in Internasional Law. London:
Routledge. Sebagaimana dikutip dalam Frank B. Cross, Comparative Contitutional Law and
Policy Constitutions and Religius Freedom,Cambridge University Press, New York, 2015,
hl.1
5
Fatmawati, “ Perlindungan Hak Asasi Kebebasan Beragama dan Beribadah dalam Negara
Hukum Indonesia”, Jurnal konstitusi, Vol 4, No 8, 2011, hl.498
Implementasi kebebasan beragama adalah tugas penting bagi negara untuk
menciptakan lingkungan yang aman dan harmonis bagi semua warganya, tanpa
memandang agama atau kepercayaan yang dianut.

Anda mungkin juga menyukai