Disusun Guna Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah “Materi Qur’an di MA/SMA/SMK’’
Disusun Oleh :
M. Yusuf (1221025748)
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini yang berjudul "Kebebasan Dalam Al-Qur’an". Sholawat serta salam tak lupa kita
curahkan kepada nabi Muhammad SAW yang telah menunjukan jalan kebaikan dan
kebenaran didunia dan akhirat kepada umat manusia.
Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal mungkin. Namun,
kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan masih
banyak kesalahan serta kekurangan. Oleh karena itu, dengan senang hati kami menerima
kritik dan saran dari semua pihak
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selama beberapa dekade terakhir, masalah kebebasan telah menjadi bidang yang
menarik di kalangan sarjana dan terletak di persimpangan hak asasi manusia,
kebebasan memilih pribadi, gender diskriminasi, hukuman dan kemurtadan. Dalam
hal standar hak asasi manusia, khususnya di tengah tren global kebebasan beragama
dan ketika konsep Barat dan perjanjian internasional dijadikan tolak ukur, Islam
seolah olah menjadi satu-satunya agama yang membatasi pindah agama dan
menghukum para orang-orang yang berpindah agama.
B. Rumusan Masalah
a. Apa itu kebebasan dalam Al-qur’an?
b. Apa saja yang termasuk dalam kebebasan dalam Al-qur,an?
c. Bagaimana kebebasan dalam Al-qur’an?
C. Tujuan Pembahasan
a. Mengetahui pengertian kebebasan dalam Al-qur’an
b. Mengetahui apa saja yang termasuk dalam kebebasan dalam Al-qur,an
c. Mengetahui bagaimana kebebasan dalam Al-qur’an
BAB II
PEMBAHASAN
Maka orang yang bebas ialah orang yang hidup selaras dengan fitrahnya,
karena pada dasarnya ruh setiap manusia telah bersaksi bahwa Allah ituTuhannya.
Sebaliknya, orang yang menyalahi fitrah dirinya sebagai abdi Allah sesungguhnya
tidak bebas, karena ia hidup dalam penjara nafsu dan belenggu syaitan.
Ahli tafsir abad keempat Hijriah, ar-Raghib al-Ishfahani, dalam kitabnya
menerangkan dua arti ‘bebas’ (hurr): pertama, bebas dari ikatan hukum; kedua, bebas
dari sifat-sifat buruk seperti rakus harta sehingga diperbudak olehnya. Pengertian
kedua inilah yang disinyalir Nabi saw dalam sebuah hadis sahih: ‘Celakalah si hamba
uang’ (ta‘isa ‘abdu d-dinar’) (Lihat: Mufradat Alfazh al-Qur’an, hlm. 224).
Dan benarlah firman Allah bahwa tidak ada paksaan dalam agama – ‘la ikraha
fi d-din’ (2:256). Setiap manusia dijamin kebebasannya untuk menyerah ataupun
membangkang kepada Allah, berislam ataupun kafir. Mereka yang berislam dengan
sukarela (thaw‘an) lebih unggul dari mereka yang berislam karena terpaksa (karhan),
apatah lagi dibandingkan dengan mereka yang kafir dengan sukarela.
Jadi, dalam tataran praktis, kebebasan sejati memantulkan ilmu dan adab,
manakala kebebasan palsu mencerminkan kebodohan dan kebiadaban. Kebebasan
seyogianya dipandu ilmu dan adab supaya tidak merusak tatanan kehidupan. Supaya
membawa kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Dalam kerangka inilah seorang
Muslim memahami firman Allah: ”Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh
Maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat,
Maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya
hamba-hambaNya” (QS. Fushshilat:46). Maka janganlah kebebasan itu menyebabkan
kebablasan.
Dalam berbagai dokumen HAM disebutkan secara jelas bahwa hak atas
kebebasan beragama bersifat mutlak dan berada di dalam forum internum: merupakan
wujud dari 'inner freedom' dan karenanya termasuk hak non derogable. Artinya: hak
yang secara spesifik dinyatakan di dalam perjanjian Hak Asasi Manusia sebagai hak
yang tidak bias ditangguhkan (pemenuhannya) oleh negara selama dalam keadaan
bahaya, seperti perang sipil atau invasimiliter. Hak non derogable dikenal sebagai hal
paling inti dari Hak Asasi Manusia. Hak non derogable ini tidak boleh ditangguhkan,
selalu harus dilaksanakan dan harus dihormati oleh negara pihak dalam keadaan
apapun.
Kebebasan beragama merupakan bagian dari Hak Asasi Manusia yang harus
didapatkan oleh masing-masing individu dalam fitrahnya sebagai manusia. Dalam
pelaksanaannya, jaminan atas kebebasan beragama telah mendapat pengakuan dalam
hukum Internasional.
Ayat Alqur’an yang berkaitan dengan kebebasan beragama yaitu terdapat pada
QS. An-Nahl ayat 125 yang bunyinya:
ُاْدُع ِاٰل ى َس ِبْيِل َر ِّبَك ِباْلِح ْك َم ِة َو اْلَم ْو ِع َظِة اْلَح َس َنِة َو َج اِد ْلُهْم ِباَّلِتْي ِهَي
َاْح َس ُۗن ِاَّن َر َّبَك ُهَو َاْع َلُم ِبَم ْن َض َّل َع ْن َس ِبْيِلٖه َو ُهَو َاْع َلُم ِباْلُم ْهَتِد ْيَن
َو ُقِل اْلَح ُّق ِم ْن َّرِّبُك ْۗم َفَم ْن َش ۤا َء َفْلُيْؤ ِم ْن َّو َم ْن َش ۤا َء َفْلَيْك ُفْۚر ِاَّنٓا َاْعَتْدَنا ِللّٰظ ِلِم ْيَن
َناًر ۙا َاَح اَط ِبِهْم ُس َر اِد ُقَهۗا َو ِاْن َّيْسَتِغ ْيُثْو ا ُيَغ اُثْو ا ِبَم ۤا ٍء َك اْلُم ْهِل َيْش ِوى اْلُوُجْو َۗه ِبْئَس
٢٩ الَّش َر اُۗب َو َس ۤا َء ْت ُم ْر َتَفًقا
“Dan katakanlah (Muhammad), “kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu,
Barang siapa menghendaki (Kafir) biarlah dia kafir”. Sesungguhnya kami telah
menyediakan neraka bagi orang zalim, yang gejolaknya mengepung mereka. Jika
mereka meminta pertolongan (minum), mereka akan diberi air seperti besi yang
mendidih yang menghanguskan wajah. (itulah) minuman yang paling buruk dan
tempat istirahat yang paling jelek”. (QS. Al-Kahf 18: Ayat 29).
ٓاَل ِاْك َر ا ِفى الِّدْيِۗن َقْد َّتَبَّيَن الُّر ْش ُد ِم َن اْلَغ ِّۚي َف ْن َّيْكُفْر الَّطاُغ ْو ِت َو ُيْؤ ِم ْۢن
ِب َم َه
ِباِهّٰلل َفَقِد اْسَتْمَس َك ِباْلُعْر َو ِة اْلُو ْثٰق ى اَل اْنِفَص اَم َلَهۗا َو ُهّٰللا َسِم ْيٌع َع ِلْيٌم
“Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya
telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat.
Barang siapa ingkar kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh,
dia telah berpegang teguh pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus.
Allah Maha Mendengar, Maha mengetahui”.
2. Q.S. Ali-Imran: 20
َفِإْن َح ٓاُّج وَك َفُقْل َأْس َلْم ُت َو ْج ِهَى ِهَّلِل َو َمِن ٱَّتَبَع ِن ۗ َو ُقل ِّلَّلِذ يَن ُأوُتو۟ا ٱْلِكَٰت َب
ۗ َو ٱُأْلِّم ِّيۦَن َء َأْس َلْم ُتْم ۚ َفِإْن َأْس َلُم و۟ا َفَقِد ٱْهَتَد و۟ا ۖ َّو ِإن َتَو َّلْو ۟ا َفِإَّنَم ا َع َلْيَك ٱْلَبَٰل ُغ
َو ٱُهَّلل َبِص يٌۢر ِبٱْلِع َباِد
3. Q.S. Ali-Imran: 32
ُقْل َاِط ْيُعوا َهّٰللا َو الَّر ُسْو َل ۚ َفِاْن َتَو َّلْو ا َفِاَّن َهّٰللا اَل ُيِح ُّب اْلٰك ِفِرْيَن
1. Q.S. Asy-Syura: 38
َو اَّلِذ ْيَن اْسَتَج اُبْو ا ِلَر ِّبِهْم َو َاَقاُم وا الَّص ٰل وَۖة َو َاْم ُر ُهْم ُش ْو ٰر ى َبْيَنُهْۖم َو ِمَّم ا
َر َز ْقٰن ُهْم ُيْنِفُقْو َۚن
۠ا
َقاَل َم ا َم َنَع َك َأاَّل َتْس ُجَد ِإْذ َأَم ْر ُتَك ۖ َقاَل َأَن َخ ْيٌر ِّم ْنُه َخ َلْقَتِنى ِم ن َّناٍر
) َقاَل َفٱْهِبْط ِم ْنَها َفَم ا َيُك وُن َلَك َأن َتَتَك َّبَر ِفيَها12( َو َخ َلْقَت ۥُه ِم ن ِط يٍن
)14( ) َقاَل َأنِظ ْر ِنٓى ِإَلٰى َيْو ِم ُيْبَع ُثوَن13( َفٱْخ ُرْج ِإَّنَك ِم َن ٱلَّٰص ِغ ِريَن
) َقاَل َفِبَم ٓا َأْغ َو ْيَتِنى َأَلْقُعَد َّن َلُهْم ِص َٰر َطَك15( َقاَل ِإَّنَك ِم َن ٱْلُم نَظِريَن
) ُثَّم َل َء اِتَيَّنُهم ِّم ۢن َبْيِن َأْيِد يِهْم َو ِم ْن َخ ْلِفِهْم َو َع ْن َأْيَٰم ِنِهْم16( ٱْلُم ْسَتِقيَم
)17( َو َع ن َش َم ٓاِئِلِهْم ۖ َو اَل َتِج ُد َأْك َثَر ُهْم َٰش ِكِريَن
اْلٰو ِلٰد ُت ُيْر ِض ْع َن َاْو اَل َد ُهَّن َح ْو َلْي َك اِم َلْي ِل ْن َاَر اَد َاْن ُّيِتَّم الَّر َض اَع َۗة
ِن َم ِن َو
َو َع َلى اْلَم ْو ُلْو ِد َلٗه ِر ْز ُقُهَّن َو ِكْس َو ُتُهَّن ِباْلَم ْع ُرْو ِۗف اَل ُتَك َّلُف َنْفٌس ِااَّل
ُو ْس َعَهۚا اَل ُتَض ۤا َّر َو اِلَد ٌة ِبَو َلِد َها َو اَل َم ْو ُلْو ٌد َّلٗه ِبَو َلِدٖه َو َع َلى اْلَو اِرِث ِم ْثُل
ٰذ ِلَۚك َفِاْن َاَر اَد ا ِفَص ااًل َع ْن َتَر اٍض ِّم ْنُهَم ا َو َتَش اُو ٍر َفاَل ُج َناَح َع َلْيِهَم ۗا َو ِاْن
َاَر ْد ُّتْم َاْن َتْسَتْر ِض ُع ْٓو ا َاْو اَل َد ُك ْم َفاَل ُج َناَح َع َلْيُك ْم ِاَذ ا َس َّلْم ُتْم َّم ٓا ٰا َتْيُتْم
ِباْلَم ْع ُرْو ِۗف َو اَّتُقوا َهّٰللا َو اْع َلُم ْٓو ا َاَّن َهّٰللا ِبَم ا َتْع َم ُلْو َن َبِص ْيٌر
1. Q.S. Al-Baqarah:109
َو َّد َك ِثْيٌر ِّم ْن َاْهِل اْلِكٰت ِب َلْو َيُر ُّد ْو َنُك ْم ِّم ْۢن َبْع ِد ِاْيَم اِنُك ْم ُك َّفاًر ۚا َح َس ًدا ِّم ْن
ِع ْنِد َاْنُفِس ِهْم ِّم ْۢن َبْع ِد َم ا َتَبَّيَن َلُهُم اْلَح ُّق ۚ َفاْع ُفْو ا َو اْص َفُحْو ا َح ّٰت ى َيْأِتَي ُهّٰللا
ِبَاْم ِرٖه ۗ ِاَّن َهّٰللا َع ٰل ى ُك ِّل َش ْي ٍء َقِد ْيٌر
"Sebahagian besar ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat
mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, Karena dengki
yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran.
Maka ma'afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan
perintah-Nya. Sesungguhnya Allah maha kuasa atas segala sesuatu."
َيْس َٔـُلْو َنَك َع ِن الَّش ْهِر اْلَح َر اِم ِقَتاٍل ِفْيِۗه ُقْل ِقَتاٌل ِفْيِه َك ِبْيٌۗر َو َص ٌّد َع ْن َس ِبْيِل ِهّٰللا
َو ُك ْفٌۢر ِبٖه َو اْلَم ْس ِج ِد اْلَح َر اِم َو ِاْخ َر اُج َاْهِلٖه ِم ْنُه َاْك َبُر ِع ْنَد ِۚهّٰللا َو اْلِفْتَنُة َاْك َبُر ِم َن
اْلَقْتِۗل َو اَل َيَز اُلْو َن ُيَقاِتُلْو َنُك ْم َح ّٰت ى َيُر ُّد ْو ُك ْم َع ْن ِد ْيِنُك ْم ِاِن اْسَتَطاُع ْو ۗا َو َم ْن
ٰۤل
َّيْر َتِد ْد ِم ْنُك ْم َع ْن ِد ْيِنٖه َفَيُم ْت َو ُهَو َك اِفٌر َفُاو ِٕىَك َح ِبَطْت َاْع َم اُلُهْم ِفى الُّد ْنَيا
ٰۤل
َو اٰاْل ِخ َر ِۚة َو ُاو ِٕىَك َاْص ٰح ُب الَّناِۚر ُهْم ِفْيَها ٰخ ِلُد ْو َن
PENUTUP
Kesimpulan
Kebebasan didalam Al-qur’an itu ada tiga, yaitu kebebasan dalam beragama,
dan kebebasan dalam berpendapat. Kebebasan juga dapat diartikan dengan
terbebasnya seseorang dari dominasi dan jebakan materi-kebendaan. Dengan dzawq-
nya, ia mampu menyaksikan hakekat kebenaran (mukâsyafah/ ketersingkapan). Atau
dari teologi Islam, seseorang akan mendapatkan bahasan tentang kebebasan
berkehendak (free will anda free act) sebagai lawan dari predestinasi (taqdir).
DAFTAR PUSTAKA
Khursid Ahmad; Isma’il Al-Faruqi, Isma’il, dan Muhammad Rasyidi, Dakwah Islam dan
Misi Kristen: Sebuah Dialog Internasional, (Bandung: Risalah, 1984), Edisi ke 1.
Al-Maraghi, Ahmad Musthafa, KitabTafsir Al-Maraghi, (Mesir: Daar Al-fikri, cet. ke-I, 1365
H./1946 M.)
Kementrian agama RI, Al- Qur’an Dan Tafsirnya, (Jakarta: Widya cahaya, 2011)