Assalamualikum warohmatullahi wabarokatuh. Shalom Om Swastiastu Namo Buddhaya,
Salam Kebajikan. Salam ilmu pengetahuan. Yang Saya hormati Bapak Jamaludin, S. Pd dan Ibu Leni Marlina, S. Pd. sebagai guru penguji pada assasmen praktik hari ini, dan teman-teman yang hadir di sini. Pertama-tama, mari kita semua panjatkan rasa syukur kita kepada Allah SWT yang telah memberikan berkah dan rahmatNya yang pada pagi yang cerah ini sehingga kita semua dapat berkumpul dalam keadaan yang sehat. Pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang menanamkan kesadaran diri dalam bertoleransi. Hadirin sekalian, apakah toleransi itu? Toleransi adalah kesediaan untuk menerima kepercayaan dan perilaku yang berbeda dari yang kita punya, yang mungkin tidak kita setujui atau benarkan. Apakah toleransi itu penting? Ya. Kita butuh toleransi di dalam hidup agar kita bisa hidup dengan damai. Sudah menjadi fakta bahwa kita tinggal dalam masyarakat yang anggotanya memiliki latar belakang agama yang berbeda-beda. Saking kental dan eratnya keagamaan di Indonesia, landasan dan hukum di negara ini pun tak luput dari unsur keagamaan. Seperti yang terdapat dalam sila pertama pancasila yaitu “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Apakah teman-teman memiliki saudara atau teman yang berbeda agama? Mungkin saya rasa banyak. Bagaimana perasaan teman-teman mengenal dan dekat dengan orang yang memiliki kepercayaan yang berbeda? Apakah merasa aneh? ingin merasa paling benar? Jika kalian merasakan itu, mungkin kalian belum bisa mendalami arti dan makna dari sikap toleransi itu. Memiliki pandangan yang berbeda itu sah-sah saja akan tetapi, tindakan yang dilakukan setelahnya itu bisa dapat menimbulkan masalah dan pertentangan. Jadi dalam hal ini, akan lebih baik jika setiap orang sadar untuk menanamkan jiwa toleran dalam dirinya. Indonesia sendiri juga tidak hanya mengakui 1 agama saja melainkan 6 agama, yaitu Islam, Katholik, Protestan, Buddha, Konghucu dan Hindu. Perbedaan agama menimbulkan banyak perdebatan. Sebenarnya kita dapat hidup berdampingan dan bersama-sama. Hanya saja, kita masih memerlukan kesadaran bagi setiap orang untuk menerapkan nilai toleransi. Saya yakin, kita sebagai bangsa yang majemuk bisa berjalan berdampingan, tanpa perlu untuk saling membenturkan perbedaan yang ada. Marilah kita memiliki kesadaran atas perbedaan tanpa harus meninggalkan ajaran keagamaan kita. Perbedaan adalah jalan menuju kemuliaan. Perbedaan ini membuat kita berpikir bahwa kita harus memiliki perspektif yang berbeda untuk menemukan solusi yang lebih baik, karena jika Tuhan tidak membuat perbedaan maka kita tidak akan pernah belajar apapun. Tuhan memang satu, kita yang berbeda. Demikian pidato singkat saya, semoga dapat menambah wawasan untuk kita semua. Saya ucapkan terima kasih kepada guru penguji dan teman-teman saya. Mohon maaf jika banyak kekurangan, Wasalamualaikum warohmatullahi wabarokatu.