Anda di halaman 1dari 3

www.kompasiana.

com/kuasulang/prinsip-produksi-dalam-islam_5517

Prinsip Produksi Dalam Islam 21 September 2012 10:04:47 Diperbarui: 25 Juni 2015 00:04:35
Prinsip fundamental ekonomi Islam dalam proses produksi adalah terciptanya kesejahteraan
ekonomi pada diri individu dan juga masyarakat, terutama untuk skala yang lebih luas
menyangkut persoalan moral, pendidikan, agama dan lain sebagainya. Prinsip moral dalam
produksi yang diajarkan oleh Islam antara lain: 1.Berproduksi dalam lingkaran halal Produksi
dalam Islam baik dilaksanakan secara individu maupun kolektif, perseorangan maupun oleh
badan usaha, pengadaan barang maupun jasa harus berpegang pada semua yang dihalalkan oleh
Allah dan tidak melewati batas.Walaupun daerah halal itu luas namun manusia selalu saja
merasa kurang puas dengan yang halal sehingga banyak yang melangar hukum Allah dan tergiur
pada sesuatu yang haram, padahal ini dibenci oleh Allah dan Islam. 2.Dilarang melakukan usaha
produksi yang mengarah kepada kedzaliman Usaha produksi baik yang menghasikan barang
maupun jasa yang mengarah kepada terjadinya unsur kedzaliman pada bidang ekonomi dan
kemasyarakatan sangat ditentang keras oleh ajaran Islam. Seperti halnya riba karena akan
menghilangkan keadilan ekonomi dan berdampak buruk pada perekonomian umat.. Segala
bentuk penimbunan (ikhtikar) dan monopoli terhadap barang kebutuhan masyarakat adalah
haram. Penimbunan menjadikan tingkat produksi berkurang, suplai berkurang dan melonjaknya
harga pasar. Hal ini bisa dicegah dengan campur tangan pemerintah yang harus secara tegas
menghukum para penimbun dan memaksanya untuk menjual barang tersebut sesuai dengan
harga yang adil dan layak. Dalam sejarah Islam pada masa Rasulullah, negara melalui institusi
hisbah memiliki kekuasan untuk mengontrol harga atau menetapkan upah buruh. Campur tangan
pemerintah ini diberlakukan bila terjadi distorsi pasar (dzulm) yang mengakibatkan harga yang
melambung. Rasulullah mengangkat seorang Muhtasib (petugas pengontrol dan pengawas
kegiatan bisnis) yang akan menentukan harga yang adil untuk diterima semua pihak, baik
produsen, distributor dan konsumen. Memberi perlindungan pada kekayaan alam Menjaga
sumber daya alam juga sangat penting karena alam adalah karunia Allah yang wajib disyukuri
dengan menjaga sumber daya alam dari polusi, kehancuran dan kerusakan serta pemanfaatan
yang berlebihan. Pemanfaatan sumber daya alam harus diimbangi dengan pemeliharaan
kelestarian dan kontinuitas kelangsungan lingkungan hidup. Dalam perspektif ekonomi, Islam
memandang manusia sebagai berikut: Setiap manusia adalah produsen yang menghasilkan
barang dan jasa yang berkaitan langsung dengan lingkungan hidup.Manusia dididik oleh
lingkungan hidup dan bumi untuk senantiasa mengingat kebesaran Allah yang telah
mendistribusikan rezeki yang adil diantara manusia.Sebagai produsen, maka manusia tidak boleh
melakukan tindakan yang merusak lingkungan hidup Ekonomi dalam Islam menempatkan self
interest (kemaslahatan indivodu) dan sosial interest (kemaslahatan masyarakat luas) sebagai
tujuan dan sistem ekonomi mempunyai prinsip fundamental pada keadilan ekonomi (al-'adalah
al-iqtisadiyah), jaminan sosial (at-takaful al-'ijtima'i) dan pemanfaatan sumber-sumber daya
ekonomi secara efisien. Self interest dalam Islam diperlakukan sebagai kekuatan konstruktif bagi
kesejahteraan kolektif. Keadilan ekonomi memiliki hubungan yang kuat dengan keadilan
produksi. Keadilan produksi mencakup harga yang adil (as-saman al-'adl) dan laba yang adil pula
(al-ajr al-'adl). Produksi dalam Islam merupakan usaha untuk memenuhi baik secara material dan
moral sebagai sarana untuk mencapai tujuan hidup yang hakiki yaitu kebahagiaan dunia akhirat.
Sistem ekonomi Islam sangat mendorong majunya produktifitas dan mengembangkannya baik
dari sisi kualitas maupun kuantitas. Sudut pandang produksi dalam Al-Qur'an diantaranya
terdapat pada surat Al-Mulk ayat 15, Al-Baqarah ayat 22, An-Nahlayat 14, surat Al-jumu'ahayat
9, dan masih banyak lagi. Dalam surat dan ayat-ayat tersebut telah dijelaskan bahwa barangsiapa
yang berjalan di penjuru bumi, bertebaran diatasnya dan mencari karunia Allah, maka pasti ia
akan makan rizqi Allah. Barangsiapa yang duduk dan berpangku tangan tidak mau bekerja dan
berbuat, baik pribadi maupun ummat, maka pasti akan terhalang mendapatkan bagian. Dalam
sunatullah tidak sama antara orang yang duduk berpangku tangan dan orang yang bekerja. Islam
juga tidak membolehkan seseorang hanya mengandalkan pertolongan orang lain, padahal dia
mampu orang yang kuat dan mampu bekerja. Dan sesungguhnya Islam menganggap suci amal
duniawi dan memandangnya sebagai bagian dari ibadah dan dipandang sebagai jihad di jalan
Allah, bila diikuti dengan niat yang benar disertai keikhlasan dan ketaqwaan. Dari adanya
anjuran produksi untuk memperbanyak harta dan menambah sumber penghasilan. Pekerjaan
seseorang yang sesuai dengan ketrampilan yang dimiliki dikategorikan sebagai produksi, begitu
juga kesibukan untuk mengelola sumber penghasilan adalah juga produksi. Produksi dalam Islam
tidak bisa dipisahkan antara dua hal yaitu pemenuhan kebutuhan ekonomi dan sarana beribadah
kepada Allah sehingga semua yang berkaitan dengan produksi haruslah sejalan dengan nilai-nilai
syari'at Islam. Tujuan produksi adalah memenuhi kebutuhan barang dan jasa baik untuk individu
maupun untuk masyarakat. Produsen dalam menjalankan aktifitas ekonomi dengan berproduksi
dituntut untuk tidak hanya mengejar keuntungan pribadi saja akan tetapi juga harus bisa
memenuhi kebutuhan hidup orang banyak dan kesemuanya itu bermuara sebagai jalan untuk
beribadah kepada Allah. Sedangkan dalam ekonomi kapitalis para pelaku ekonomi dan produsen
mengejar keuntungan pribadi tanpa menghiraukan nilai moral yang ada. Islam
mengklasifikasikan komoditi yang dihasilkan oleh proses produksi (barang dan jasa) menjadi
dua bagian besar yaitu: Thayyibat: adalah komoditi yang secara hukum syar'i halal dikonsumsi
dan diproduksiKhabaits: adalah komoditi yang secara hukum syar'i haram dikonsumsi dan
diproduksi Sebagaimana Surat al-'A'raf ayat 157 yang berbunyi: ....‫رم عليهم‬CC‫ل لهم الطيبت ويح‬CC‫ويح‬
‫الخبئث‬... Artinya: …dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi
mereka segala yang buruk…" (al-A'raf: 157). Tantangan berat bagi ekonom muslim dimasa
sekarang adalah banyaknya peluang bisnis yang menjanjikan keuntungan besar justru datang dari
usaha-usaha Khabaits (haram diproduksi, diperdagangkan dan dikonsumsi, contoh; narkoba,
miras). Padahal ekonomi dalam Islam mengajarkan bahwa aktifitas ekonomi haruslah
menghindari hal-hal yang diharamkan supaya individu dan masyarakat terjaga moralnya serta
tercipta keadilan ekonomi mencakup harga dan laba yang adil. Noor Hamidy /kuasulang Abdi
Negara//Untuk MasyarakatSelengkapnya... IKUTI Share 0 0 0 KOMPASIANA ADALAH
MEDIA WARGA, SETIAP KONTEN DIBUAT OLEH DAN MENJADI TANGGUNGJAWAB
PENULIS. LABEL bisnis ekonomi

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/kuasulang/prinsip-produksi-dalam-
islam_5517cfbba333117807b6615b

Anda mungkin juga menyukai