Anda di halaman 1dari 12

 

MAKALAH

AYAT – AYAT
AYAT TENTANG KONSUMSI

DAN KONSEP KONSUMSI DALAM ISLAM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir Ayat Ekonomi

Dosen Pengampu : Muchlis Anshori, S. Th.I., M. Pd.I.

Disusun Oleh :

Rizkhy Riyas F 185221187

Agvilla Pingky W 185221198

Rendy Zakaria P 185221206

Kelas : Akuntansi Syariah 3E

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA

2019
 

A.  PENDAHULUAN 
Aktivitas ekonomi yang paling utama adalah konsumsi. Setiap makhluk
hidup pasti melakukan konsumsi termasuk manusia. Manusia yang sering disebut

sebagai makhluk sosial yang memang tidak dapat dipungkiri selalu membutuhkan
orang lain dalam kehidupannya. Selain itu, manusia juga disebut makhluk materi
yang membutuhkan hal-hal di luar tubunya untuk menunjang kehidupannya. Oleh
karena itu manusia melakukan kegiatan-kegiatan untuk menghabiskan barang dan
 jasa guna memenuhi kebutuhan hidup. Konsumsi dalam ekonomi Islam adalah
upaya memenuhi kebutuhan baik jasmani maupun rohani sehingga mampu
memaksimalkan fungsi kemanusiaannya sebagai hamba Allah SWT untuk
mendapatkan kesejahteraan atau kebahagiaan di dunia dan akhirat . Dalam
melakukan konsumsi maka
ma ka perilaku konsumen terutama Muslim harus di

dasarkan pada Syariah Islam.


Dalam kerangka Islam ada dua tipe pengeluaran yang dilakukan oleh
konsumen muslim yaitu pengeluaran tipe pertama, yang dilakukan seorang
muslim untuk memenuhi kebutuhan duniawinya dan keluarga (pengeluaran
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dunia namun memiliki efek pada pahala di
akhirat) dan pengeluaran tipe kedua yaitu pengeluaran yang dikeluarkan semata – 
semata  –  
mata bermotif mencari akhirat.
Pemanfaatan konsumsi dalam kehidupan sehari-hari merupakan kebutuhan
utama yang harus dipenuhi. Terutama untuk melakukan kehidupan langsung di

masa mendatang. Bahkan konsumsi sangat sensitif untuk dibahas, karena banyak
 perbedaan di antara beberapa daerah. Sedangkan untuk beberapa hukum yang ada
dapat dipakai sebagai pedoman kehidupan sehari-hari. Apa yang dikaruniakan
Allah kepada manusia sungguh banyak dan tidak terhitung. Allah sudah
memberikan batasan apa yang perlu dikonsumsi dan yang tidak boleh dikonsumsi
oleh manusia.
 

B.  PEMBAHASAN
1.  Ayat-Ayat Tentang Konsumsi
a.  Surat An-Nahl Ayat 114

  ‫وا‬‫ واش‬ ‫ ط‬‫ ح‬


 ‫ ن‬
        ‫ رزق‬  ‫ا‬ ‫ف‬
            

‫ون‬ ‫ه‬      

Artinya: “Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah
diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-
 Nya saja menyembah.”

Tafsir surat An- Nahl ayat 114 yakni makanlah makanan yang halal dan
 baik yang Allah ciptakan bagi kalian, dan tinggalkanlah makanan yang buruk
yaitu makanan yang Allah haramkan atas kalian seperti bangkai dan darah. Dan
ketahuilah hak dari kenikmatan itu (yakni rasa syukur). Dan tidaklah kamu
menyembah selain-Nya.

b.  Surat Al-Baqarah Ayat 168

‫ات‬‫ا خ‬ ‫ و‬ ‫ ط‬‫رض ح‬‫ ا‬‫ ف‬  ‫ا‬  ‫س‬‫ا‬


           ‫ ا‬‫ أ‬
           

 ‫و‬   ‫ن‬ْ‫ا‬


 
   ‫ا‬         

Artinya: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa
yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan,
karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”
bagimu.” 
Tafsir surat Al-Baqarah ayat 168, yaitu segala apa saja yang akan
dikonsumsi sudahlah mendapatkan standar kelayakan dari Allah swt. Standar itu
adalah halal dan baik, apapun yang hendak orang beriman konsumsi baik itu
makanan, minuman, pakaian, ataupun kendaraan haruslah berstatus halal dan baik.
Dikatakan halal apabila cara memperoleh dan wujud barangnya dibenarkan oleh
syariat. Misalnya: gula, dari segi barang adalah barang yang dihalalkan syariat
 

namun bisa jadi haram jika cara memperolehnya dengan cara mencuri. Dan
khamer   (miras) adalah barang yang sifatnya haram meski khamer   itu dibeli
dengan uang yang halal maka khamer itu akan tetap haram. Kemudian yang

dikatakan baik atau Tayyiban


Tayyiban adalah
 adalah perkara yang secara akal dan fitrah dianggap
 baik.
c.  Surat An-Nisa Ayat 29 

 ‫أأ‬‫ط‬ َ ْ ‫ا‬‫اأ‬ ‫ا‬َ


‫ا‬ ‫رة‬‫ج‬َ  ‫ا‬‫أ‬
 ‫حح‬َ
﴾٢٩﴿    ‫اأأ‬    

Arinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan


harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
 berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh
dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”
kepadamu. ” 

Tafsir surat An-Nisa ayat 29, yakni yang dimaksud orang-orang beriman
 pada ayat ini adalah orang yang mau sadar, mau tunduk, mau berubah, serta yang
mau mengikuti aturan. Kalau kita mengaku beriman, maka kita harus yakin
dengan kebenaran sistem perekonomian Islam. Seperti yang kita ketahui, pada
umumnya harta itu didapatkan dengan transaksi jual beli (perdagangan) yang di
dalamnya terjadi transaksi timbal balik. Selama transaksi tersebut dilakukan
sesuai aturan syar`i, maka hukumnya halal. Dan dalam jual beli itu harus dilandasi
dengan keikhlasan dan keridhoan, artinya tidak boleh ada kedhaliman, penipuan,
 pemaksaan dan hal-hal lain yang merugikan kedua
kedua pihak.

2.  Konsep Konsumsi Dalam Islam


a.  Pengertia
Pengertian
n Konsumsi Dalam Ekonomi Islam
Dalam pendekatan ekonomi Islam, konsumsi adalah permintaan
sedangkan produksi adalah penawaran atau penyediaan. Perbedaan ilmu
ekonomi konvensional dan ekonomi Islam dalam hal konsumsi terletak pada
 

cara pendekatannya dalam memenuhi kebutuhan seseorang. Islam tidak


mengakui kegemaran materialistis semata-mata dari pola konsumsi
konvensional. Islam adalah agama yang ajarannya mengatur segenap perilaku

manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Demikian pula dalam masalah


konsumsi, Islam mengatur bagaimana manusia dapat melakukan kegiatan-
kegiatan konsumsi yang membawa manusia berguna bagi kemaslahatan
hidupnya.
Seluruh aturan Islam mengenai aktivitas konsumsi terdapat dalam Al-
Qur’an dan As-Sunnah.
As-Sunnah. Perilaku konsumsi yang sesuai dengan ketentuan Al-
Qur’an dan 
dan  As-Sunnah ini akan membawa pelakunya mencapai keberkahan dan
kesejahteraan hidupnya. Syari’at Islam menginginkan manusia mencapai dan
memelihara kesejahteraannya. Imam Shatibi menggunakan istilah maslahah, yang

maknanya lebih luas dari sekedar utility atau kepuasan dalam terminologi
ekonomi konvensional. Maslahah merupakan sifat atau kemampuan barang dan
 jasa yang mendukung elemen-elemen dan tujuan-tujuan dasar dari kehidupan
manusia di muka bumi ini.
Menurut Imam Al-Ghazali mengatakan ada lima kebutuhan dasar yang
sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan kesejahteraan masyarakat, yaitu:
a.  Kehidupan atau jiwa (al nafs),
 b.  Properti atau harta (al-mal),
c.  Keyakinan (al-din),

d.  Intelektual (al-aql),


e.  Keluarga atau keturunan (al-nasl).
Dalam pemenuhan kebutuhan tersebut harus dikerjakan sebagai
religious duty 
duty  atau ibadah, tujuannya bukan hanya kepuasan di dunia saja tetapi
 juga kesejahteraan di akhirat (falah).
b.  Prinsip-Prinsip Konsumsi Dalam Ekonomi Islam
Ada beberapa prinsip seorang muslim berkonsumsi, diantaranya yaitu :
1.  Prinsip Keadilan
Prinsip ini mengandung arti ganda mengenai mencari rizky yang halal

dan tidak dilarang hukumnya. Berkonsumsi tidak boleh menimbulkan kedzaliman,


 

harus sesuai dengan aturan dan hukum agama, serta menjunjung tinggi kepantasan
atau kebaikan. Islam memiliki berbagai ketentuan mengenai beda yang boleh
dikonsumsi dan tidak boleh dikonsumsi. Sebagaimana firman Allah SWT dalam

al-Qur’an
al-Qur’an Surat al-Baqarah:173
al-Baqarah:173
‫ل‬ ‫ أ‬‫ و‬
  ‫ وا‬ْ  ‫ ا‬ْ  ‫م‬ ‫ ح‬
 ‫ ا‬ ‫م و‬‫ا‬
             

   ْ  ‫ ث‬‫د ف‬ ‫غ و‬ ْ  ‫ ا‬‫ ف‬


               ْ  
       

‫ر رحح‬     ‫ن‬         

Artinya: “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai,


darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain
Allah. Tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia

tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa
 baginya. Sesungguhnya
Sesungguhnya Allah
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Pen yayang.”  
2.  Prinsip Kebersihan
Bersih dalam arti sempit adalah bebas dari kotoran atau penyakit yang
dapat merusak fisik dan mental manusia, misalnnya: makanan harus baik dan
cocok untuk dimakan, tidak kotor, ataupun menjijikkan sehingga merusak selera.
Sementara dalam arti luas adalah bebas dari segala sesuatu yang diberkahi Allah.
Tentu saja benda yang dikonsumsi memiliki manfaat bukan kemubadziran atau
 bahkan merusak.

3.  Prinsip Kesederhanaan


Islam menghendaki suatu kuantitas dan kualitas konsumsi yang wajar
 bagi kebutuhan manusia sehingga tercipta pola konsumsi yang efesien dan efektif
secara individual maupun sosial. Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an
al-Qur’an surat
al-A’raaf:31
al-A’raaf:31  

‫ا‬‫ف‬ ‫ا و‬‫ا واش‬ ‫ و‬‫ج‬ ‫ل‬  َ ‫وا ز‬‫ آدم خ‬  
                       

     
‫فف‬ ‫ب ا‬        
 

Artinya: “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap


(memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”
berlebih-lebihan.”  

4.  Prinsip Kemurahan Hati


Allah dengan kemurahan hati-Nya menyediakan makanan dan
minuman untuk manusia. Dengan mentaati ajaran Islam maka tidak ada bahaya
atau dosa ketika mengkonsumsi benda-benda ekonomi yang halal yang disediakan
Allah karena kemurahan-Nya. Selama konsumsi ini merupakan upaya pemenuhan
kebutuhan yang membawa kemanfaatan bagi kehidupan dan peran manusia untuk
meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT, maka Allah akan memberikan
anugerah-Nya bagi manusia. Sebagaimana Allah berfirman dalam al-Qur’an
al- Qur’an surat
al-Maidah: 96

ْ  ‫م‬‫رة وح‬


  
  ‫ و‬ 
 

‫ وط‬ ‫ ا‬ْ ‫ ص‬ ‫ل‬ ‫أح‬ 


                 

‫ون‬ ْ ‫ي‬‫ ا‬    ‫ا‬‫ وا‬  ‫ ح‬‫ د‬  ‫ ا‬ْ ‫ص‬ 
                 

Artinya: “Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang


 berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang
dalam perjalanan; dan diharamkan atasmu (menangkap) binatang buruan darat,
selama kamu dalam ihram. Dan bertakwalah kepada Allah yang kepada-Nya-lah
kamu akan dikumpulkan.”
dikumpulkan.”  

5.  Prinsip Moralitas


Pada akhirnya konsumsi seorang muslim secara keseluruhan harus
dibingkai oleh moralitas yang dikandung dalam Islam sehingga tidak semata-mata
memenuhi segala kebutuhan. Allah memberikan makanan dan minuman untuk
keberlangsungan hidup umat manusia untuk dapat meningkatkan nilai-nilai moral
dan spiritual. Seorang muslim diajarkan untuk menyebut nama Allah sebelum
makan dan menyatakan terimakasih setelah makan. Sebagaimana Allah berfirman
dalam al-Qur’an
al-Qur’an surat al-Baqarah
al-Baqarah : 219

‫س‬ ‫فع‬َ ‫ و‬


     ‫ قل فف‬ْ  ‫ وا‬ ‫ ا‬ ‫ك‬  
 ‫ ث‬
 

           
 

 ‫ ك‬   ‫ن قل ا‬ ‫ذا‬ ‫ك‬ ‫ و‬َ  ‫ أ‬‫و ث‬


                   

‫ون‬   ‫ت‬‫ ا‬ 


               

Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi.


Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi
manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". Dan mereka bertanya
kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih dari keperluan".
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat- Nya
 Nya kepadamu supaya kamu berfikir.”
berfikir.”  
c.  Perilaku Konsumen Dalam Ekonomi Islam
Ciri-ciri perilaku konsumen Muslim, yaitu :
1.  Seorang muslim tidak akan membelanjakan hartanya secara
 belebihan, dan tidak akan membeli barang-barang diluar jangkauan
 penghasilannya
2.  Suatu tingkat kepuasan akan ditentukan oleh kemaslahatan yang
dihasilkan
3.  Seorang muslim tidak akan mengkonsumsi barang-barang yang
sudah jelas keharamannya
4.  Seorang muslim dalam berkonsumsi didasarkan atas pemahaman
 bahwa kebutuhannya sebagai manusia terbatas. Seorang muslim
 pada tingkat wajar dan tidak berlebihan, Tingkat kepuasan
 berkonsumsi sebagai kebutuhan, bukan
bukan sebagai keinginan
5.  Sebagai seorang muslim akan mencapai tingkat kepuasan tergantung
kepada rasa syukurnya.
d.  Prinsip Dasar Perilaku Konsumen Islami
Prinsip dasar perilaku konsumen islami diantaranya :
1.  Prinsip syariah, yaitu menyangkut dasar syariat yang harus
terpenuhi dalam melakukan konsumsi. Prinsip syariah terdiri dari: (a) Prinsip
akidah, yaitu hakikat konsumsi adalah sebagai sarana ketaatan untuk beribadah
sebagai perwujudan keyakinan manusia sebagai makhluk dan khalifah yang
nantinya diminta pertanggungjawaban oleh sang pencipta. (b) Prinsip ilmu, yaitu
seseorang ketika akan mengkonsumsi harus mengetahui ilmu tentang barang yang
 

akan dikonsumsi, misalnya apakah merupakan sesuatu barang yang halal atau
haram baik ditinjau dari
dari zat, proses, maupun tujuannya. (c) Prinsip ‘amaliyah,
yaitu seseorang dituntut untuk menjalankan apa yang sudah diketahui, maka dia

akan mengkonsumsi hanya yang halal serta menjauhi yang haram dan syubhat.
2.  Prinsip kuantitas; yaitu sesuai dengan batas-batas kuantitas yang
telah dijelaskan dalam syariat Islam. Salah satu bentuk prinsip kuantitas ini adalah
kesederhanaan, yaitu mengkonsumsi secara proporsional tanpa menghamburkan
harta, bermewah-mewah, mubadzir, namun tidak juga pelit. Menyesuaikan antara
 pemasukan dan pengeluaran. Selain itu, bentuk prinsip kuantitas lainnya adalah
menabung dan investasi, artinya tidak semua kekayaan digunakan untuk konsumsi
tapi juga disimpan untuk kepentingan pengembangan kekayaan itu sendiri.
3.  Prinsip prioritas; yaitu memperhatikan urutan kepentingan yang

harus diprioritaskan agar tidak terjadi kemudharatan, yaitu: (1) primer, adalah
konsumsi dasar yang harus terpenuhi agar manusia dapat hidup dan menegakkan
kemaslahatan dirinya dunia dan agamanya serta orang terdekatnya, seperti
makanan pokok; (2) sekunder, yaitu konsumsi untuk menambah/meningkatkan
tingkat kualitas hidup yang lebih baik, jika tidak terpenuhi maka manusia akan
mengalami kesusahan; (3) tersier, yaitu konsumsi pelengkap manusia.
4.  Prinsip sosial; yaitu memperhatikan lingkungan sosial di sekitarnya
sehingga tercipta keharmonisan hidup dalam masyarakat, di antaranya: (1)
kepentingan umat, yaitu saling menanggung dan menolong sehingga Islam

mewajibkan zakat bagi yang mampu juga menganjurkan shadaqah, infaq, dan
wakaf; (2) keteladanan, yaitu memberikan contoh yang baik dalam berkonsumsi
 baik dalam keluarga atau masyarakat; dan (3) tidak membahayakan/merugikan
dirinya sendiri dan orang lain dalam mengkonsumsi sehingga tidak menimbulkan
kemudharatan seperti mabuk-mabukan, merokok, dan sebagainya.
5.  Kaidah lingkungan; yaitu dalam mengkonsumsi harus sesuai
dengan kondisi potensi daya dukung sumber daya alam dan keberlanjutannya atau
tidak merusak lingkungan. Seorang muslim dalam penggunaan penghasilannya
memiliki dua sisi, yaitu pertama untuk memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya

dan sebagiannya lagi untuk dibelanjakan di jalan Allah.


 

C.  ANALISIS TEMA


Konsumsi secara umum dapat diartikan sebagai penggunaan barang dan
 jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Di dalam ekonomi islam

konsumsi juga memiliki pengertian yang sama, tetapi memiliki perbedaan dalam
setiap yang mencangkup masalah
masal ah ekonomi Islam. Perbedaan antara konsumsi
islam dengan konvensional terletak pada tujuan pencapaian dari konsumsi itu
sendiri. Orang yang menggunakan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya disebut konsumen. Perilaku konsumen adalah keinginan konsumen
dalam melakukan konsumsi, untuk memaksimalkan kepuasannya. Konsumsi
memiliki peran yang sangat besar dalam perekonomian, karena tidak ada
kehidupan bagi manusia tanpa adanya kegiatan konsumsi. Dengan kata lain
kegiatan ekonomi dapat mengarahkan kepada pemenuhan tuntutan konsumsi bagi

manusia. Sebab, mengabaikan konsumsi berarti mengabaikan kehidupan manusia


terhadap tugasnya. Bagi orang muslim konsumsi memiliki tujuan tersediri yaitu
sebagai sarana beribadah kepada Allah SWT dan mengkonsumsi sesuatu dengan
disertai niat dengan mengaharapkan ridho Allah menjadikan konsumsi bernilai
ibadah sehingga manusia mendapatkan pahala.
Jika kita melihat, perkembangan ekonomi Islam di Indonesia mengalami
kemajuan yang pesat, baik dalam kajian akademis di perguruan tinggi maupun
dalam praktek operasional. Dalam bentuk pengajaran, ekonomi islam telah
dikembangkan di beberapa perguruan tinggi baik negeri maupun swasta.

Sedangkan dalam bentuk praktek, ekonomi islam telah berkembang dalam bentuk
lembaga perbankan dan juga lembaga-lembaga islam non bank lainya. Artinya
 penduduk Indonesia sudah mulai menumbuhkan kesadaran mengenai keunggulan
dari sistem ekonomi Islam dan cara pikirnya yang berorientasi kepada maslahah.
Dalam perdaganganpun kini juga semakin maju, di Indonesia sedang populer saat
ini adalah jual beli online, pada masa Rasulullah belum ada yang dinamakan jual
 beli online, hal ini membuktikan bahwa adanya kemajuan cara berpikirnya.
Meskipun begitu Islam tidak melarang atau mengharamkan jual beli online
tersebut, asalkan tidak melanggar syariat Islam dan sesuai dengan nilai-nilai

Islam.
 

D.  KESIMPULAN
Konsumsi dalam ekonomi Islam adalah upaya memenuhi kebutuhan baik
 jasmani maupun rohani sehingga mampu memaksimalkan fungsi kemanusiaannya

sebagai hamba Allah SWT untuk mendapatkan kesejahteraan atau kebahagiaan di


dunia dan akhirat.
Allah SWT telah menegaskan kepada orang-orang yang beriman pada
surat An-Nahl ayat 114 dan surat Al-Baqarah ayat 168, bahwa Allah SWT
memerintahkan kepada kita untuk senantiasa mengkonsumsi barang-barang yang
halal dan dengan cara memperoleh yang halal pula. Salah satu cara
mengkonsumsi suatu barang biasanya melalui jalan perniagaan (jual beli), dan
 pastinya terdapat hubungan timbal balik, oleh karena itu Allah SWT berfirman
dalam surat An-Nisa ayat 29 yang memerintahkan kita untuk bertransaksi sesuai

dengan aturan islam dan juga harus dilandasi dengan keikhlasan serta keridhoan
dan tidak diperbolehkan adanya kedhaliman, penipuan, pemaksaan, ataupun hal-
hal yang bisa merugikan kedua pihak.
Sebagai seorang muslim kita harus pandai-pandai dalam mengkonsumsi
suatu barang. Selain itu kita juga harus memperhatikan perilaku kita sebagai
konsumen yang islami. Agar kita dapat mengkonsumsi barang yang halal lagi baik
yang sesuai dengan perintah Allah SWT dan tentunya dengan mengkonsumsi
 barang yang halal ini kita dapat memaksimalkan ibadah kita kepada Allah SWT.
 

DAFTAR PUSTAKA

http://ngaji-tafsir-al-quran.blogspot.com/2012/11/tafsir-qs-al-baqarah-168-tidak-
cukup.html?m=1 . Muhammad Fachmmi Hidayat. Tafsir QS. Al-Baqarah

168: Tidak Cukup Hanya HalalI. 2012


https://daruvillaaja.blogspot.com/2017/02/makalah-tafsir-ayat-dan-hadist-
ekonomi.html?m=1. Daru
ekonomi.html?m=1.  Daru Ulum. Makalah
Ulum. Makalah Tafsir Ayat dan Hadist
“Konsumsi”. 2017
 Ekonomi “Konsumsi”

https://tafsirweb.com/4462-surat-an-nahl-ayat-114.html

https://tafsirweb.com/650-surat-al-baqarah-ayat-168.html

Anda mungkin juga menyukai