MAKALAH
AYAT – AYAT
AYAT TENTANG KONSUMSI
Disusun Oleh :
2019
A. PENDAHULUAN
Aktivitas ekonomi yang paling utama adalah konsumsi. Setiap makhluk
hidup pasti melakukan konsumsi termasuk manusia. Manusia yang sering disebut
sebagai makhluk sosial yang memang tidak dapat dipungkiri selalu membutuhkan
orang lain dalam kehidupannya. Selain itu, manusia juga disebut makhluk materi
yang membutuhkan hal-hal di luar tubunya untuk menunjang kehidupannya. Oleh
karena itu manusia melakukan kegiatan-kegiatan untuk menghabiskan barang dan
jasa guna memenuhi kebutuhan hidup. Konsumsi dalam ekonomi Islam adalah
upaya memenuhi kebutuhan baik jasmani maupun rohani sehingga mampu
memaksimalkan fungsi kemanusiaannya sebagai hamba Allah SWT untuk
mendapatkan kesejahteraan atau kebahagiaan di dunia dan akhirat . Dalam
melakukan konsumsi maka
ma ka perilaku konsumen terutama Muslim harus di
masa mendatang. Bahkan konsumsi sangat sensitif untuk dibahas, karena banyak
perbedaan di antara beberapa daerah. Sedangkan untuk beberapa hukum yang ada
dapat dipakai sebagai pedoman kehidupan sehari-hari. Apa yang dikaruniakan
Allah kepada manusia sungguh banyak dan tidak terhitung. Allah sudah
memberikan batasan apa yang perlu dikonsumsi dan yang tidak boleh dikonsumsi
oleh manusia.
B. PEMBAHASAN
1. Ayat-Ayat Tentang Konsumsi
a. Surat An-Nahl Ayat 114
ون ه
Artinya: “Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah
diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-
Nya saja menyembah.”
Tafsir surat An- Nahl ayat 114 yakni makanlah makanan yang halal dan
baik yang Allah ciptakan bagi kalian, dan tinggalkanlah makanan yang buruk
yaitu makanan yang Allah haramkan atas kalian seperti bangkai dan darah. Dan
ketahuilah hak dari kenikmatan itu (yakni rasa syukur). Dan tidaklah kamu
menyembah selain-Nya.
Artinya: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa
yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan,
karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”
bagimu.”
Tafsir surat Al-Baqarah ayat 168, yaitu segala apa saja yang akan
dikonsumsi sudahlah mendapatkan standar kelayakan dari Allah swt. Standar itu
adalah halal dan baik, apapun yang hendak orang beriman konsumsi baik itu
makanan, minuman, pakaian, ataupun kendaraan haruslah berstatus halal dan baik.
Dikatakan halal apabila cara memperoleh dan wujud barangnya dibenarkan oleh
syariat. Misalnya: gula, dari segi barang adalah barang yang dihalalkan syariat
namun bisa jadi haram jika cara memperolehnya dengan cara mencuri. Dan
khamer (miras) adalah barang yang sifatnya haram meski khamer itu dibeli
dengan uang yang halal maka khamer itu akan tetap haram. Kemudian yang
Tafsir surat An-Nisa ayat 29, yakni yang dimaksud orang-orang beriman
pada ayat ini adalah orang yang mau sadar, mau tunduk, mau berubah, serta yang
mau mengikuti aturan. Kalau kita mengaku beriman, maka kita harus yakin
dengan kebenaran sistem perekonomian Islam. Seperti yang kita ketahui, pada
umumnya harta itu didapatkan dengan transaksi jual beli (perdagangan) yang di
dalamnya terjadi transaksi timbal balik. Selama transaksi tersebut dilakukan
sesuai aturan syar`i, maka hukumnya halal. Dan dalam jual beli itu harus dilandasi
dengan keikhlasan dan keridhoan, artinya tidak boleh ada kedhaliman, penipuan,
pemaksaan dan hal-hal lain yang merugikan kedua
kedua pihak.
maknanya lebih luas dari sekedar utility atau kepuasan dalam terminologi
ekonomi konvensional. Maslahah merupakan sifat atau kemampuan barang dan
jasa yang mendukung elemen-elemen dan tujuan-tujuan dasar dari kehidupan
manusia di muka bumi ini.
Menurut Imam Al-Ghazali mengatakan ada lima kebutuhan dasar yang
sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan kesejahteraan masyarakat, yaitu:
a. Kehidupan atau jiwa (al nafs),
b. Properti atau harta (al-mal),
c. Keyakinan (al-din),
harus sesuai dengan aturan dan hukum agama, serta menjunjung tinggi kepantasan
atau kebaikan. Islam memiliki berbagai ketentuan mengenai beda yang boleh
dikonsumsi dan tidak boleh dikonsumsi. Sebagaimana firman Allah SWT dalam
al-Qur’an
al-Qur’an Surat al-Baqarah:173
al-Baqarah:173
ل أ و
واْ اْ م ح
ا م وا
tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa
baginya. Sesungguhnya
Sesungguhnya Allah
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Pen yayang.”
2. Prinsip Kebersihan
Bersih dalam arti sempit adalah bebas dari kotoran atau penyakit yang
dapat merusak fisik dan mental manusia, misalnnya: makanan harus baik dan
cocok untuk dimakan, tidak kotor, ataupun menjijikkan sehingga merusak selera.
Sementara dalam arti luas adalah bebas dari segala sesuatu yang diberkahi Allah.
Tentu saja benda yang dikonsumsi memiliki manfaat bukan kemubadziran atau
bahkan merusak.
اف ا وا واش وج ل َ وا ز آدم خ
فف ب ا
ون ْ ي ا ا وا ح د اْ ص
akan dikonsumsi, misalnya apakah merupakan sesuatu barang yang halal atau
haram baik ditinjau dari
dari zat, proses, maupun tujuannya. (c) Prinsip ‘amaliyah,
yaitu seseorang dituntut untuk menjalankan apa yang sudah diketahui, maka dia
akan mengkonsumsi hanya yang halal serta menjauhi yang haram dan syubhat.
2. Prinsip kuantitas; yaitu sesuai dengan batas-batas kuantitas yang
telah dijelaskan dalam syariat Islam. Salah satu bentuk prinsip kuantitas ini adalah
kesederhanaan, yaitu mengkonsumsi secara proporsional tanpa menghamburkan
harta, bermewah-mewah, mubadzir, namun tidak juga pelit. Menyesuaikan antara
pemasukan dan pengeluaran. Selain itu, bentuk prinsip kuantitas lainnya adalah
menabung dan investasi, artinya tidak semua kekayaan digunakan untuk konsumsi
tapi juga disimpan untuk kepentingan pengembangan kekayaan itu sendiri.
3. Prinsip prioritas; yaitu memperhatikan urutan kepentingan yang
harus diprioritaskan agar tidak terjadi kemudharatan, yaitu: (1) primer, adalah
konsumsi dasar yang harus terpenuhi agar manusia dapat hidup dan menegakkan
kemaslahatan dirinya dunia dan agamanya serta orang terdekatnya, seperti
makanan pokok; (2) sekunder, yaitu konsumsi untuk menambah/meningkatkan
tingkat kualitas hidup yang lebih baik, jika tidak terpenuhi maka manusia akan
mengalami kesusahan; (3) tersier, yaitu konsumsi pelengkap manusia.
4. Prinsip sosial; yaitu memperhatikan lingkungan sosial di sekitarnya
sehingga tercipta keharmonisan hidup dalam masyarakat, di antaranya: (1)
kepentingan umat, yaitu saling menanggung dan menolong sehingga Islam
mewajibkan zakat bagi yang mampu juga menganjurkan shadaqah, infaq, dan
wakaf; (2) keteladanan, yaitu memberikan contoh yang baik dalam berkonsumsi
baik dalam keluarga atau masyarakat; dan (3) tidak membahayakan/merugikan
dirinya sendiri dan orang lain dalam mengkonsumsi sehingga tidak menimbulkan
kemudharatan seperti mabuk-mabukan, merokok, dan sebagainya.
5. Kaidah lingkungan; yaitu dalam mengkonsumsi harus sesuai
dengan kondisi potensi daya dukung sumber daya alam dan keberlanjutannya atau
tidak merusak lingkungan. Seorang muslim dalam penggunaan penghasilannya
memiliki dua sisi, yaitu pertama untuk memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya
konsumsi juga memiliki pengertian yang sama, tetapi memiliki perbedaan dalam
setiap yang mencangkup masalah
masal ah ekonomi Islam. Perbedaan antara konsumsi
islam dengan konvensional terletak pada tujuan pencapaian dari konsumsi itu
sendiri. Orang yang menggunakan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya disebut konsumen. Perilaku konsumen adalah keinginan konsumen
dalam melakukan konsumsi, untuk memaksimalkan kepuasannya. Konsumsi
memiliki peran yang sangat besar dalam perekonomian, karena tidak ada
kehidupan bagi manusia tanpa adanya kegiatan konsumsi. Dengan kata lain
kegiatan ekonomi dapat mengarahkan kepada pemenuhan tuntutan konsumsi bagi
Sedangkan dalam bentuk praktek, ekonomi islam telah berkembang dalam bentuk
lembaga perbankan dan juga lembaga-lembaga islam non bank lainya. Artinya
penduduk Indonesia sudah mulai menumbuhkan kesadaran mengenai keunggulan
dari sistem ekonomi Islam dan cara pikirnya yang berorientasi kepada maslahah.
Dalam perdaganganpun kini juga semakin maju, di Indonesia sedang populer saat
ini adalah jual beli online, pada masa Rasulullah belum ada yang dinamakan jual
beli online, hal ini membuktikan bahwa adanya kemajuan cara berpikirnya.
Meskipun begitu Islam tidak melarang atau mengharamkan jual beli online
tersebut, asalkan tidak melanggar syariat Islam dan sesuai dengan nilai-nilai
Islam.
D. KESIMPULAN
Konsumsi dalam ekonomi Islam adalah upaya memenuhi kebutuhan baik
jasmani maupun rohani sehingga mampu memaksimalkan fungsi kemanusiaannya
dengan aturan islam dan juga harus dilandasi dengan keikhlasan serta keridhoan
dan tidak diperbolehkan adanya kedhaliman, penipuan, pemaksaan, ataupun hal-
hal yang bisa merugikan kedua pihak.
Sebagai seorang muslim kita harus pandai-pandai dalam mengkonsumsi
suatu barang. Selain itu kita juga harus memperhatikan perilaku kita sebagai
konsumen yang islami. Agar kita dapat mengkonsumsi barang yang halal lagi baik
yang sesuai dengan perintah Allah SWT dan tentunya dengan mengkonsumsi
barang yang halal ini kita dapat memaksimalkan ibadah kita kepada Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
http://ngaji-tafsir-al-quran.blogspot.com/2012/11/tafsir-qs-al-baqarah-168-tidak-
cukup.html?m=1 . Muhammad Fachmmi Hidayat. Tafsir QS. Al-Baqarah
https://tafsirweb.com/4462-surat-an-nahl-ayat-114.html
https://tafsirweb.com/650-surat-al-baqarah-ayat-168.html