Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Konsumsi dan Perilaku Konsumen


Disusun guna memenuhi tugas :

Mata Kuliah : Ekonomi Islam


Dosen Pengampu : Ahmad Syukron, M. EI

Oleh kelompok 4 :
1. Rodotul Muntaha ( 2012112048)
2. Tri Hartanti ( 2012112050)
3. Nur Sita M. ( 2012112071)

Kelas : B

SYARIAH / D3 PERBANKAN
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
( STAIN ) PEKALONGAN
2012
1
BAB I

PENDAHULUAN

Islam adalah agama yang ajarannya mengatur segenap perilaku manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Demikian pula dalam masalah konsumsi, Islam
mengatur bagaimana manusia dapat melakukan kegiatan-kegiatan konsumsi yang
membawa manusia berguna bagi ke-maslahat-an hidupnya. Seluruh aturan Islam
mengenai aktivitas konsumsi di atas terdapat dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Jika
manusia dapat melakukan aktivitas konsumsi sesuai dengan ketentuan al-Qur’an dan
as-Sunnah, maka ia akan menjalankan konsumsi yang jauh dari sifat hina. Perilaku
konsumsi yang sesuai dengan ketentuan al-Qur’an dan as-Sunnah ini akan membawa
pelakunya mencapai keberkahan dan kesejahteraan hidupnya. Sehubungan dengan hal
itu, maka bab ini disusun untuk memberikan batas-batas ketentuan dalam konsumsi
yang dilakukan oleh seorang muslim.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Prinsip konsumsi dalam Islam

Konsumsi adalah permintaan sedangkan produksi adalah penyediaan.


Kebutuhan konsumen yang kini dan yang telah diperhitungkan sebelumnya merupakan
insentif pokok bagi kegiatan-kegiatan ekonominya sendiri. Mereka mungkin tidak
hanya menyerap pendapatannya tetapi juga memberi insentif untuk meningkatkannya.
Hal ini berarti bahwa pembicaraan mengenai konsumsi adalah penting dan hanya para
ahli ekonomi yang mempertunjukkan kemampuannya untuk memahami dan
menjelaskan prinsip produksi dan konsumen. Mereka dapat dianggap kompeten untuk
mengembangkan hukum-hukum, nilai, dan distribusi atau hampir setiap cabang lain
dari subjek tersebut. Perbedaan antara ekonomi modern dan ekonomi Islam dalam hal
konsumsi terletak pada cara pendekatannya dalam memenuhi kebutuhan seseorang.

Islam tidak mengakui kegemaran materialistis semata-mata dan pola konsumsi


modern. Islam berusaha mengurangi kebutuhan material manusia yang luar biasa
sekarang ini. Untuk menghasilkan energi manusia akan selalu mengejar cita-cita
spiritualnya. Menurut Mannan bahwa perintah Islam mengenai konsumsi dikendalikan
oleh lima prinsip, yaitu:

1. Prinsip Keadilan

2. Prinsip Kebersihan

3. Prinsip Kesederhanaan

4. Prinsip Kemurahan Hati

5. Prinsip Moralitas1
1
Mannan, Op.Cit, hlm. 45.
3
Syarat ini mengandung arti ganda, baik mengenai mencari rezeki secara halal
dan yang dilarang menurut hukum. Syarat kedua tercantum dalam kitab suci al-Qur’an
maupun as-Sunnah, yaitu: makanan harus baik atau cocok untuk dimakan, tidak kotor
ataupun menjijikan srhingga merusak selera. Oleh karena itu tidak semua yang
diperkenankan boleh dimakan dan diminum dalam semua keadaan. Dari semua yang
diperbolehkan makan dan minumlah yang bersih dan bermanfaat.

Prinsip ketiga yang mengatur perilaku manusia mengenai makanan dan


minuman adalah sikap yang tidak berlebihan yang berarti janganlah makan secara
berlebihan.2 Arti penting ayat ini adalah kenyataan kurang makan dapat
mempengaruhi pembangunan jiwa dan tubuh, demikian pula bila perut diisi secara
berlebihan tentu akan ada pengaruhnya pada pencernaan (perut). Praktek
memantangkan jenis makan tertentu, dengan tegas tidak diperbolehkan dalam Islam.

Prinsip keempat adalah kemurahan hati, dengan berpegang dan mentaati syariat
Islam dan tidak ada bahaya maupun dosa ketika makan makanan dan minum
minumanyang halal yang disediakan Allah karena kemurahannya. Selama maksudnya
adalah untuk kelangsungan hidup dan kesehatan yang lebih baik dengan tujuan
menunaikan perintah Allah dengan keimanan yang kuat dalam tuntunannya, dan
perbuatan adil yang sesuai dengan itu, dengan menjamin persesuaian bagi semua
perintah-Nya.

B. Ketentuan Islam Mengenai Makanan

Tubuh kita membutuhkan energi yang cukup untuk melakukan berbagai macam
aktifitas. Salah satu sumber energi yang paling banyak berasal dari makanan.
Makanan yang kita konsumsi hendaknya bermanfaat bagi tubuh kita. Ketika islam
melarang sesuatu, termasuk melarang suatu makanan untuk dikonsumsi, maka di balik
pelarangan itu ada dampak negatif bagi tubuh manusia. Sebaliknya, jika islam
membolehkan sesuatu atau menyuruh sesuatu, termasuk mengkonsumsi makanan
tertentu, maka di balik perintah itu ada sisi maslahat yang bisa diambil. Terkadang

2
Q.S.:7:31.
4
manfaat itu bisa dirasakan langsung dan terkadang dibutuhkan waktu untuk
menelitinya terlebih dahulu.

A) Pengertian Makanan dan Minuman Halal

Pada prinsipnya semua makanan dan minuman yang asd di dunia ini halal
semua untuk dimakan dan diminum kecuali ada larangan dari Allah yaitu yang
terdapat dalam Al Qur’an dan yang terdapat dalam hadist Nabi Muhammad SAW. Tiap
benda di permukaan bumi menurut hukum asalnya adalah halal kecuali kalau ada
larangan secara syar’i. Dalam sebuah hadist Rosulullah SAW pernah ditanyapara
sahabat tentang hukum minyak sapi (samin), keju, kulit binatangbeserta bulunya untuk
perhiasan maupun untuk tempat duduk.

1). Makanan Yang Dihalalkan Allah SWT

Segala jenis makanan apa saja yang ada di dunia halal untuk dimakan kecuali
ada larangan dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW untuk dimakan. Agama
Islam menganjurkan kepada pemeluknya untuk memakan makanan yang halal dan
baik. Makanan “halal” maksudnya makanan yang diperoleh dari usaha yang diridhai
Allah. Sedangkan makanan yang baik adalah yang bermanfaat bagi tubuh, atau
makanan bergizi.

Makanan yang enak dan lezat belum tentu baik untuk tubuh, dan boleh jadi
makanan tersebut berbahaya bagi kesehatan. Selanjutnya makanan yang tidak halal
bisa mengganggu kesehatan rohani. Daging yang tumbuh dari makanan haram, akan
dibakar di hari kiamat dengan api neraka. Makanan halal dari segi jenis ada tiga : (1)
Berupa hewan yang ada di darat maupun di laut, seperti kelinci, ayam, kambing, sapi,
burung, ikan. (2) Berupa nabati (tumbuhan) seperti padi, buah-buahan, sayur-sayuran
dan lain-lain. (3) Berupa hasil bumi yang lain seperti garam semua. Makanan yang
halal dari usaha yang diperolehnya, yaitu :

5
1). Halal makanan dari hasil bekerja yang diperoleh dari usaha yang lain
seperti bekerja sebagai buruh, petani, pegawai, tukang, sopir, dll.

2). Halal makanan dari mengemis yang diberikan secara ikhlas, namun
pekerjaan itu halal , tetapi dibenci Allah seperti pengamen.

3). Halal makanan dari hasil sedekah, zakat, infak, hadiah, tasyakuran,
walimah, warisan, wasiat, dll

4). Halal makanan dari rampasan perang yaitu makanan yang didapat dalam
peperangan (ghoniyah).

2). Minuman Yang Dihalalkan

Segala jenis minuman apa saja yang ada di dunia ini halal untuk diminum
kecuali ada larangan yang mengharamkan dari Allah dan Nabi Muhammad SAW.
Minuman halal menurut jenisnya ada tiga, yaitu :

a. Halal minuman yang dihasilkan oleh hewani seperti susu sapi, madu,
minyak samin, dll.
b. Halal minuman yang dihasilkan oleh tumbuhan seperti jice wortel, juice
jeruk, juice anggur, juice tomat, juice avokad, dll.

B). Manfaat Makanan Dan Minuman Dihalalkan

Makanan dan minuman yang halalan thoyyibah atau halal dan baik serta
bergizi tentu sangat berguna bagi kita, baik untuk kebutuhan jasmani dan rohani.
Apabila makanan dan minuman yang didapatkan dari hasil yang halal tentu sangat
berguna untuk diri kita dan keluarga kita. Hasil dari makanan minuman yang halal
sangat membawa berkah, barakah bukan bererti jumlahnya banyak, meskipun sedikit,
namun uang itu cukup untuk mencukupi kebutuhan sahari-hari dan juga bergizi tinggi.
6
Bermanfaat bagi pertumbuhan tubuh dan perkembangan otak. Lain halnya dengan
hasil dan jenis barang yang memang haram, meskipun banyak sekali, tapi tidak
barokah, maka Allah menyulitkan baginya rahmat sehingga uangnnya terbuang banyak
hingga habis dalam waktu singkat.

Diantara beberapa manfaat menggunakan makanan dan minuman halal, yaitu :

1). Membawa ketenangan hidup dalam kegiatan sehari-hari,

2). dapat menjaga kesehatan jasmani dan rohani,

3). Mendapat perlindungan dari Allah SWT,

4). Mendapatkan iman dan ketaqwaan kepada Allah SWT,

5). Tercermin kepribadian yang jujur dalam hidupnya dan sikap apa adanya,

6). Rezeki yang diperolehnya membawa barokah dunia akhirat.

C). Dalil Naqli tentang Makanan dan Minuman Halal.

“Dan makanlah makan yang halal lagi bik dari apa yang Allah telah telah
berikan rezekinya kepadmu bertaqwalah pada Allah yang kamu beriman pada-
Nya.”(QS. Al Maidah : 88)”.

“Dia telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagian menjadi
minuman dan sebagainnya (menyuburkannya) tumbuhan-tumbuhan yang ada
(tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu.”(QS.An Nahl : 10)”.

7
“Maka makanlah rezeki yang halal lagi suci yang telah diberikan Allah pada
kamu…”(QS. An Nahl :114)

D). Pengertian Makanan dan Minuman Haram

Banyak terjadi salah sangka dari masyarakat bahwa menjari rezeki yang haram
saja sulit, apalagi yang halal. Hal itu malah memicu banyak kesalahapahaman tentang
halal dan haram suatu rezeki. Akhirnya, banyak masyarakat menghalalkan segala cara
untuk mencari rezeki, padahal belum tentu halal. Kita sebagai orang bertaqwa
hendaknya menghindari hal itu dengan banyak mempelajari Al Qur’an dan Hadist
tentang pengertian halal dan haram.

1). Makanan Yang Diharamkan

Makanan yang diharamkan agama, yaitu makanan dan minuman yang


diharamkan di dalam Al Qur’an dan Al Hadist, bila tidak terdapat petunjuk yang
melarang, berarti halal.

Haramnya makanan secara garis besar dapat dibagi dua macam :

a). Haram aini, ditinjau dari sifat benda seperti daging babi, darang, dan bangkai.
Haram karena sifat tersebut, ada tiga :

1). Berupa hewani yaitu haramnya suatu makanan yang berasal dari hewan
seperti daging babi, anjing, ulat, buaya, darah hewan itu, nanah dll.

2). Berupa nabati (tumbuhan), yaitu haramnya suatu makanan yang berasal dari
tumbuhan seperti kecubung, ganja, buah, serta daun beracun. Minuman
buah aren, candu, morfin, air tape yang telah bertuak berasalkan ubi,
anggur yang menjadi tuak dan jenis lainnya yang dimakan banyak
kerugiannya.

8
3). Benda yang berasal dari perut bumi, apabila dimakan orang tersebut, akan
mati atau membahayakan dirinya, seperti timah, gas bumi. Solar,
bensin, minyak tanah, dan lainnya.

b). Haram sababi, ditinjau dari hasil usaha yang tidak dihalalkan olah agama. Haram
sababi banyak macamnya, yaitu :

1). Makanan haram yang diperoleh dari usaha dengan cara dhalim, seperti
mencuri, korupsi, menipu, merampok, dll.

2). Makanan haram yang diperoleh dari hasil judi, undian harapan, taruhan,
menang togel, dll.

3). Hasil haram karena menjual makanan dan minuman haram seperti daging
babi, , miras, kemudian dibelikan makanan dan minuman.

4). Hasil haram karena telah membungakan dengan riba, yaitu menggandakan
uang.

5). Hasil memakan harta anak yatim dengan boros / tidak benar.

2). Minuman Yang Diharamkan

Pada prinsipnya segala minuman apa saja halal untuk diminum selama tidak
ada ayat Al Qur”an dan Hadist yang mengharamkannya. Bila haram, namun masih
dikonsumsi dan dilakukan, maka niscaya tidak barokah, malah membuat penyakit di
badan.

Minuman yang haram secara garis besar, yakni :

9
a). Berupa hewani yang haramnya suatu minuman dari hewan, seperti darah sapi,
darah kerbau, bahkan darah untuk obat seperti darah ular, darah anjing, dan
lain-lain.

b). Berupa nabati atau tumbuhan seperti tuak dari buah aren, candu, morfin, air tape
bertuak dari bahan ubi, anggur telah bertuak, dan lain sebagainya.

c). Berupa berasal dari perut bumi yaitu : haram diminum sepeti solar, bensin,
spiritus, dan lainnya yang membahayakan.

E). Mudlarat Makanan dan Minuman Haram

Makanan dan minuman haram, selain dilarang oleh Allah, juga mengandung
lebih banyak mudlarat (kejelekan) daripada kebaikannya. Hasil haram meskipun
banyak, namun tidak barokah atau cepat habis dibandingkan yang halal dan barokah.

Dan juga makan haram merugikan orang lain yang tidak mengetahui hasil dari
perbuatan haram itu. Sehingga teman, kerabat iktu terkena getahnya. Dan juga yang
mencari rezeki haram tidak tenang dalam hidupnya apalagi dalam jumlah bayak dan
besar karena takut diketahui dan mencemarkan nama baiknya dan keluarga sanak
familinya.

Ada beberapa mudlarat lainnya, yaitu :

1). Doa yang dilakukan oleh pengkonsumsi makanan dan minuman haram, tidak
mustajabah (maqbul).

2). Uangnya banyak, namun tidak barokah, diakibatkan karena syetan


mengarahkannya kepada kemaksiatan dengan uang itu.

3). Rezeki yang haram tidak barokah dan hidupnnya tidak tenang.

10
4). Nama baik, kepercaan, dan martabatnya jatuh bila ketahuan.

5). Berdosa, karena telaha malanggar aturan Allah

6). Merusak secara jasmani dan rohani kita.3

C. Kebutuhan dan Urutan Prioritas dalam Islam

Untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia sebagai makhluk individu, telah


disediakan AllahSwt, beragam benda yang dapat memenuhi kebutuhannya. Dalam
rangka pemenuhan kebutuhan yang beragam tersebut, tidak mungkin dapat diproduksi
sendiri oleh individu yang bersangkutan. Dengan kata lain, ia harus bekerja sama
dengan orang lain. Hal itu bisa dilakukan, tentunya harus didukung oleh suasana yang
tentram. Ketentraman akan dapat dicapai apabila keseimbangan kehidupan di dalam
masyarakat tercapai. Untuk mencapai keseimbangan hidup di dalam masyarakat
diperlukan aturan-aturan yang dapat mempertemukan kepentingan individu dengan
kepentingan masyarakat.
Kegiatan ekonomi Islam tidak semata-mata bersifat materi saja, namun juga
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup seseorang secara sederhana. Rakus
terhadap kekayaan dan sikap yang mementingkan materi belaka, sangat dicela.
Walaupun di dalam syari’at Islam diakui adanya hak-hak yang bersifat perorangan
terhadap suatu benda, bukan berarti atas sesuatu benda yang dimilikinya itu,
seseorang dapat berbuat sewenang-wenang.
Dengan demikian dapat disebutkan bahwa sistem ekonomi Islam adalah sistem
ekonomi yang dilaksanakan dalam praktek (penerapan ilmu ekonomi) dalam
kehidupan sehari-hari baik bagi individu, keluarga, kelompok masyarakat maupun
pemerintah/ penguasa dan pemanfaatan barang dan jasa menurut atuan Islam.Prioritas
konsumsi Islam mengajarkan bahwa manusia selama hidupnya akan mengalami
tahapan-tahapan dalam kehidupan. Secara umum tahapan kehidupan dapat
dikelompokkan menjadi dua tahapan yaitu dunia dan akhirat. Oleh karena itu, Islam
mengajarkan kepada umatnya untuk selalu mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
3
firmanazka.blogspot.com/.../hukum-islam-tentang-makanan-dan-min...
11
Hal ini berarti pada saat seseorang melakukan konsumsi harus memiliki nilai dunia
dan akhirat. Dengan demikian, maka yang lebih diutamakan adalah konsumsi untuk
dunia atau konsumsi untuk akhirat.
Secara sosiologis, manusia merupakan makhluk yang memiliki aspek pribadi
dan aspek sosial. Aspek-aspek ini juga mendapatkan perhatian, sehingga dalam
kehidupannya tidak terjadi ketimpangan, baik secara pribadi maupun secara sosial.
Sebagai makhluk pribadi dan sosial, maka manusia juga memiliki sasaran konsumsi
dengan prioritas sebagai berikut.
1. Konsumsi untuk dirinya sendiri dan keluarga.
2. Tabungan.
3. Investasi.
4. Konsumsi untuk sebagai tanggung jawab sosial (zakat dan konsumsi sosial
lainnya).4

D.Hakekat Perilaku Konsumen

Pada dasarnya perilaku seorang konsumen menurut Islam harus mencerminkan


hubungan dirinya dengan Allah swt (hablu minallah) dan manusia (hablu minannas).
Setiap pergerakan seorang konsumen muslim, yang berbentuk belanja sehari-hari,
tidak lain adalah manifestasi dzikir atas nama Allah. Dengan demikian, jalan yang
dipilih adalah jalan yang dibatasi Allah dengan tidak memilih barang haram, tidak
kikir, dan tidak tamak supaya bisa selamat hidup di dunia maupun di akhirat.

Hakekat perilaku masing-masing individu sangatlah berbeda. Tentunya hal ini


berkaitan dengan karakteristik masing-masing individu. Setiap individu mempunyai
karakter pribadi yang berbeda dengan individu lain. Perilaku konsumen pada
hakekatnya adalah tingkah laku para konsumen dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

4
Drs.Muhammad, M.Ag, Ekonomi Mikro dalam Perspektif Islam, 2004, hl, 178-180.
12
Sedangkan menurut islam, perilaku konsumen muslim adalah segala tindakan yang
diupayakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan cara yang disyariatkan oleh
agama islam berdasarkan Al-Quran dan Al Hadist.

Dalam bidang konsumsi, islam tidak menganjurkan pemenuhan keinginan yang


tidak terbatas. Secara hirarkisnya,kebutuhan manusia meliputi ; keperluan, kesenangan
dan kemewahan. Dalam pemenuhan kebutuhan manusia, Islam menyarankan agar
bertindak di tengah-tengah (moderity) dan sederhana (simplicity). Banyak norma
penting yang berkaitan dengan larangan bagi konsumen, diantaranya adalah ishraf dan
tabdzir, juga norma yang berkaitan dengan anjuran untuk melakukan infak.Ishraf
berarti mengeluarkan pembelanjaan yang tidak memiliki manfaat dan dilarang menurut
hukum islam.

1. Pengertian Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen adalah kecenderungan konsumen dalam melakukan


konsumsi, untuk memaksimalkan kepuasanya. Sebelum membahas lebih lanjut
mengenai teori perilaku konsumen ini perlu difahami asumsi berikut :

1. Konsumen (individual) adalah rasional dalam memutuskan pilihan


konsumsinya.
2. Konsumen mempunyai banyak pilihan/alternative konsumsi
3. Konsumen mempunyai pilihan (preferensi) sendiri atau free choice.

Teori perilaku konsumen dalam system kapitalis sudah melampaui dua tahap.
Teori pertama berkaitan dengan teori marginalis, yang berdasarkan teori tersebut
pemanfaatan konsumen secara tegas dapat diukur dalam satuan-satuan pokok.
Konsumen mencapai keseimbanganya ketika dia memaksimalkan pemanfaatanya
sesuai dengan keterbatasan penghasilan, yakni: ketika rasio-rasio pemanfaatan-
pemanfaatan marginal dari berbagai komoditas sama dengan rasio-rasio harga-harga
uangnya masing-masing. Tahap kedua yang lebih modern mengatur kemungkinan
diukurnya dan koordinalitas pemanfaatan itu. Namun berbagai kondisi yang sekarang
13
menjadi kesamaan antara tarif marginal substitusinya, yakni  garis miring dari kurva
tetap dan rasio-rasio harga uang, yakni garis miring dari keterbatasan penghasilan itu.

BAB III

PENUTUP

Perilaku konsumen adalah kecenderungan konsumen dalam melakukan


konsumsi, untuk memaksimalkan kepuasanya. Prinsip Dasar Konsumsi  anugrah-
anugrah Allah itu semua milik manusia dan suasana yang menyebabkan sebagian
diantara anugrah-anugrah itu berada ditangan orang-orang tertentu tidak berarti bahwa
mereka dapat memanfaatkan anugrah-anugrah itu untuk mereka sendiri, sedangkan
orang lain tidak memiliki bagianya sehingga banyak diantara anugrah-anugrah yang
diberikan Allah kepada umat manusia itu masih berhak mereka miliki walaupun
mereka tidak memperolehnya.

14
Perilaku Konsumen adalah tingkah laku dari konsumen, dimana mereka dapat
mengilustrasikan pencarian untuk membeli, menggunakan, mengevaluasi dan
memperbaiki suatu produk dan jasa mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Muhammad. 2004. Ekonomi Mikro Dalam Perspektif Islam. Yogyakarta:


BPFF Yogyakarta.

http://firmanazka.blogspot.com. Di akses pada tanggal 7 Oktober 2012


pukul 16.00.

15

Anda mungkin juga menyukai