Oleh kelompok 4 :
1. Rodotul Muntaha ( 2012112048)
2. Tri Hartanti ( 2012112050)
3. Nur Sita M. ( 2012112071)
Kelas : B
SYARIAH / D3 PERBANKAN
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
( STAIN ) PEKALONGAN
2012
1
BAB I
PENDAHULUAN
Islam adalah agama yang ajarannya mengatur segenap perilaku manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Demikian pula dalam masalah konsumsi, Islam
mengatur bagaimana manusia dapat melakukan kegiatan-kegiatan konsumsi yang
membawa manusia berguna bagi ke-maslahat-an hidupnya. Seluruh aturan Islam
mengenai aktivitas konsumsi di atas terdapat dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Jika
manusia dapat melakukan aktivitas konsumsi sesuai dengan ketentuan al-Qur’an dan
as-Sunnah, maka ia akan menjalankan konsumsi yang jauh dari sifat hina. Perilaku
konsumsi yang sesuai dengan ketentuan al-Qur’an dan as-Sunnah ini akan membawa
pelakunya mencapai keberkahan dan kesejahteraan hidupnya. Sehubungan dengan hal
itu, maka bab ini disusun untuk memberikan batas-batas ketentuan dalam konsumsi
yang dilakukan oleh seorang muslim.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Prinsip Keadilan
2. Prinsip Kebersihan
3. Prinsip Kesederhanaan
5. Prinsip Moralitas1
1
Mannan, Op.Cit, hlm. 45.
3
Syarat ini mengandung arti ganda, baik mengenai mencari rezeki secara halal
dan yang dilarang menurut hukum. Syarat kedua tercantum dalam kitab suci al-Qur’an
maupun as-Sunnah, yaitu: makanan harus baik atau cocok untuk dimakan, tidak kotor
ataupun menjijikan srhingga merusak selera. Oleh karena itu tidak semua yang
diperkenankan boleh dimakan dan diminum dalam semua keadaan. Dari semua yang
diperbolehkan makan dan minumlah yang bersih dan bermanfaat.
Prinsip keempat adalah kemurahan hati, dengan berpegang dan mentaati syariat
Islam dan tidak ada bahaya maupun dosa ketika makan makanan dan minum
minumanyang halal yang disediakan Allah karena kemurahannya. Selama maksudnya
adalah untuk kelangsungan hidup dan kesehatan yang lebih baik dengan tujuan
menunaikan perintah Allah dengan keimanan yang kuat dalam tuntunannya, dan
perbuatan adil yang sesuai dengan itu, dengan menjamin persesuaian bagi semua
perintah-Nya.
Tubuh kita membutuhkan energi yang cukup untuk melakukan berbagai macam
aktifitas. Salah satu sumber energi yang paling banyak berasal dari makanan.
Makanan yang kita konsumsi hendaknya bermanfaat bagi tubuh kita. Ketika islam
melarang sesuatu, termasuk melarang suatu makanan untuk dikonsumsi, maka di balik
pelarangan itu ada dampak negatif bagi tubuh manusia. Sebaliknya, jika islam
membolehkan sesuatu atau menyuruh sesuatu, termasuk mengkonsumsi makanan
tertentu, maka di balik perintah itu ada sisi maslahat yang bisa diambil. Terkadang
2
Q.S.:7:31.
4
manfaat itu bisa dirasakan langsung dan terkadang dibutuhkan waktu untuk
menelitinya terlebih dahulu.
Pada prinsipnya semua makanan dan minuman yang asd di dunia ini halal
semua untuk dimakan dan diminum kecuali ada larangan dari Allah yaitu yang
terdapat dalam Al Qur’an dan yang terdapat dalam hadist Nabi Muhammad SAW. Tiap
benda di permukaan bumi menurut hukum asalnya adalah halal kecuali kalau ada
larangan secara syar’i. Dalam sebuah hadist Rosulullah SAW pernah ditanyapara
sahabat tentang hukum minyak sapi (samin), keju, kulit binatangbeserta bulunya untuk
perhiasan maupun untuk tempat duduk.
Segala jenis makanan apa saja yang ada di dunia halal untuk dimakan kecuali
ada larangan dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW untuk dimakan. Agama
Islam menganjurkan kepada pemeluknya untuk memakan makanan yang halal dan
baik. Makanan “halal” maksudnya makanan yang diperoleh dari usaha yang diridhai
Allah. Sedangkan makanan yang baik adalah yang bermanfaat bagi tubuh, atau
makanan bergizi.
Makanan yang enak dan lezat belum tentu baik untuk tubuh, dan boleh jadi
makanan tersebut berbahaya bagi kesehatan. Selanjutnya makanan yang tidak halal
bisa mengganggu kesehatan rohani. Daging yang tumbuh dari makanan haram, akan
dibakar di hari kiamat dengan api neraka. Makanan halal dari segi jenis ada tiga : (1)
Berupa hewan yang ada di darat maupun di laut, seperti kelinci, ayam, kambing, sapi,
burung, ikan. (2) Berupa nabati (tumbuhan) seperti padi, buah-buahan, sayur-sayuran
dan lain-lain. (3) Berupa hasil bumi yang lain seperti garam semua. Makanan yang
halal dari usaha yang diperolehnya, yaitu :
5
1). Halal makanan dari hasil bekerja yang diperoleh dari usaha yang lain
seperti bekerja sebagai buruh, petani, pegawai, tukang, sopir, dll.
2). Halal makanan dari mengemis yang diberikan secara ikhlas, namun
pekerjaan itu halal , tetapi dibenci Allah seperti pengamen.
3). Halal makanan dari hasil sedekah, zakat, infak, hadiah, tasyakuran,
walimah, warisan, wasiat, dll
4). Halal makanan dari rampasan perang yaitu makanan yang didapat dalam
peperangan (ghoniyah).
Segala jenis minuman apa saja yang ada di dunia ini halal untuk diminum
kecuali ada larangan yang mengharamkan dari Allah dan Nabi Muhammad SAW.
Minuman halal menurut jenisnya ada tiga, yaitu :
a. Halal minuman yang dihasilkan oleh hewani seperti susu sapi, madu,
minyak samin, dll.
b. Halal minuman yang dihasilkan oleh tumbuhan seperti jice wortel, juice
jeruk, juice anggur, juice tomat, juice avokad, dll.
Makanan dan minuman yang halalan thoyyibah atau halal dan baik serta
bergizi tentu sangat berguna bagi kita, baik untuk kebutuhan jasmani dan rohani.
Apabila makanan dan minuman yang didapatkan dari hasil yang halal tentu sangat
berguna untuk diri kita dan keluarga kita. Hasil dari makanan minuman yang halal
sangat membawa berkah, barakah bukan bererti jumlahnya banyak, meskipun sedikit,
namun uang itu cukup untuk mencukupi kebutuhan sahari-hari dan juga bergizi tinggi.
6
Bermanfaat bagi pertumbuhan tubuh dan perkembangan otak. Lain halnya dengan
hasil dan jenis barang yang memang haram, meskipun banyak sekali, tapi tidak
barokah, maka Allah menyulitkan baginya rahmat sehingga uangnnya terbuang banyak
hingga habis dalam waktu singkat.
5). Tercermin kepribadian yang jujur dalam hidupnya dan sikap apa adanya,
“Dan makanlah makan yang halal lagi bik dari apa yang Allah telah telah
berikan rezekinya kepadmu bertaqwalah pada Allah yang kamu beriman pada-
Nya.”(QS. Al Maidah : 88)”.
“Dia telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagian menjadi
minuman dan sebagainnya (menyuburkannya) tumbuhan-tumbuhan yang ada
(tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu.”(QS.An Nahl : 10)”.
7
“Maka makanlah rezeki yang halal lagi suci yang telah diberikan Allah pada
kamu…”(QS. An Nahl :114)
Banyak terjadi salah sangka dari masyarakat bahwa menjari rezeki yang haram
saja sulit, apalagi yang halal. Hal itu malah memicu banyak kesalahapahaman tentang
halal dan haram suatu rezeki. Akhirnya, banyak masyarakat menghalalkan segala cara
untuk mencari rezeki, padahal belum tentu halal. Kita sebagai orang bertaqwa
hendaknya menghindari hal itu dengan banyak mempelajari Al Qur’an dan Hadist
tentang pengertian halal dan haram.
a). Haram aini, ditinjau dari sifat benda seperti daging babi, darang, dan bangkai.
Haram karena sifat tersebut, ada tiga :
1). Berupa hewani yaitu haramnya suatu makanan yang berasal dari hewan
seperti daging babi, anjing, ulat, buaya, darah hewan itu, nanah dll.
2). Berupa nabati (tumbuhan), yaitu haramnya suatu makanan yang berasal dari
tumbuhan seperti kecubung, ganja, buah, serta daun beracun. Minuman
buah aren, candu, morfin, air tape yang telah bertuak berasalkan ubi,
anggur yang menjadi tuak dan jenis lainnya yang dimakan banyak
kerugiannya.
8
3). Benda yang berasal dari perut bumi, apabila dimakan orang tersebut, akan
mati atau membahayakan dirinya, seperti timah, gas bumi. Solar,
bensin, minyak tanah, dan lainnya.
b). Haram sababi, ditinjau dari hasil usaha yang tidak dihalalkan olah agama. Haram
sababi banyak macamnya, yaitu :
1). Makanan haram yang diperoleh dari usaha dengan cara dhalim, seperti
mencuri, korupsi, menipu, merampok, dll.
2). Makanan haram yang diperoleh dari hasil judi, undian harapan, taruhan,
menang togel, dll.
3). Hasil haram karena menjual makanan dan minuman haram seperti daging
babi, , miras, kemudian dibelikan makanan dan minuman.
4). Hasil haram karena telah membungakan dengan riba, yaitu menggandakan
uang.
5). Hasil memakan harta anak yatim dengan boros / tidak benar.
Pada prinsipnya segala minuman apa saja halal untuk diminum selama tidak
ada ayat Al Qur”an dan Hadist yang mengharamkannya. Bila haram, namun masih
dikonsumsi dan dilakukan, maka niscaya tidak barokah, malah membuat penyakit di
badan.
9
a). Berupa hewani yang haramnya suatu minuman dari hewan, seperti darah sapi,
darah kerbau, bahkan darah untuk obat seperti darah ular, darah anjing, dan
lain-lain.
b). Berupa nabati atau tumbuhan seperti tuak dari buah aren, candu, morfin, air tape
bertuak dari bahan ubi, anggur telah bertuak, dan lain sebagainya.
c). Berupa berasal dari perut bumi yaitu : haram diminum sepeti solar, bensin,
spiritus, dan lainnya yang membahayakan.
Makanan dan minuman haram, selain dilarang oleh Allah, juga mengandung
lebih banyak mudlarat (kejelekan) daripada kebaikannya. Hasil haram meskipun
banyak, namun tidak barokah atau cepat habis dibandingkan yang halal dan barokah.
Dan juga makan haram merugikan orang lain yang tidak mengetahui hasil dari
perbuatan haram itu. Sehingga teman, kerabat iktu terkena getahnya. Dan juga yang
mencari rezeki haram tidak tenang dalam hidupnya apalagi dalam jumlah bayak dan
besar karena takut diketahui dan mencemarkan nama baiknya dan keluarga sanak
familinya.
1). Doa yang dilakukan oleh pengkonsumsi makanan dan minuman haram, tidak
mustajabah (maqbul).
3). Rezeki yang haram tidak barokah dan hidupnnya tidak tenang.
10
4). Nama baik, kepercaan, dan martabatnya jatuh bila ketahuan.
4
Drs.Muhammad, M.Ag, Ekonomi Mikro dalam Perspektif Islam, 2004, hl, 178-180.
12
Sedangkan menurut islam, perilaku konsumen muslim adalah segala tindakan yang
diupayakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan cara yang disyariatkan oleh
agama islam berdasarkan Al-Quran dan Al Hadist.
Teori perilaku konsumen dalam system kapitalis sudah melampaui dua tahap.
Teori pertama berkaitan dengan teori marginalis, yang berdasarkan teori tersebut
pemanfaatan konsumen secara tegas dapat diukur dalam satuan-satuan pokok.
Konsumen mencapai keseimbanganya ketika dia memaksimalkan pemanfaatanya
sesuai dengan keterbatasan penghasilan, yakni: ketika rasio-rasio pemanfaatan-
pemanfaatan marginal dari berbagai komoditas sama dengan rasio-rasio harga-harga
uangnya masing-masing. Tahap kedua yang lebih modern mengatur kemungkinan
diukurnya dan koordinalitas pemanfaatan itu. Namun berbagai kondisi yang sekarang
13
menjadi kesamaan antara tarif marginal substitusinya, yakni garis miring dari kurva
tetap dan rasio-rasio harga uang, yakni garis miring dari keterbatasan penghasilan itu.
BAB III
PENUTUP
14
Perilaku Konsumen adalah tingkah laku dari konsumen, dimana mereka dapat
mengilustrasikan pencarian untuk membeli, menggunakan, mengevaluasi dan
memperbaiki suatu produk dan jasa mereka.
DAFTAR PUSTAKA
15