Anda di halaman 1dari 4

Konsep Konsumsi Dalam Sistem Ekonomi Islam

A. Pengertian Konsumsi Dalam Islam

Konsep konsumsi dalam ekonomi islam merupakan sesuatu yang perlu kita terapkan
dalam kehidupan sehari-hari, terutama bagi masyarakat yang beragama Islam. Dalam
mengonsumsi sesuatu kita wajib mementingkan halal dan haram nya terutama dalam suatu
produk yang akan masuk ke dalam tubuh kita. Dalam ilmu ekonomi, konsumsi yaitu
membelikan sebagian dari harta kita untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti makanan,
pakaian, kesehatan, dan kebutuhan penting lainnya.

Seiring dengan proses produksi dan distribusi, konsumsi adalah salah satu dari tiga
ekonomi dasar. Konsumsi biasanya diartikan sebagai tindakan mengurangi atau
mengkonsumsi manfaat ekonomi dari suatu objek, misalnya makanan, pakaian, dan barang
lainnya. Dalam konsumsi, seseorang atau rumah tangga berusaha memaksimalkan utilitas
atau kegunaan agar dapat mencapai tujuannya. Oleh karena itu konsumsi merupakan suatu
hal yang sangat penting dan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia.

Konsumsi biasanya didefinisikan sebagai penggunaan barang dan jasa untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Dalam ekonomi Islam konsumsi memiliki arti yang sama, tetapi ada
perbedaan dalam segala hal di sekitarnya. Perbedaan utama dari konsumsi
ekonomi konvensional dengan konsumsi dalam ekonomi islam terletak pada tujuan
pencapaian konsumsi itu sendiri, sarana untuk mencapainya harus sesuai dengan pedoman
Syariah Islam.

B. Tujuan Konsumsi Islam


Tujuan utama konsumsi bagi umat Islam ialah sebagai bentuk beribadah kepada Allah
SWT. Dapat pula sebagai pemenuhan kebutuhan jasmani dan rohani secara optimal. Untuk
itu umat Islam hanya sebagai perantara untuk menambah kekuatan dalam mentaati perintah
Allah. Seorang muslim yang baik juga tidak akan merugikan dirinya sendiri baik dalam hal
konsumsi maupun lainnya. Oleh karena itu, konsumsi Islam harus menjadikannya
ingat kepada yang Maha Kuasa yang memberikan rezeki, tidak sombong, tidak memasukkan
sesuatu yang najis ke dalam mulutnya, dan tidak melakukan pekerjaan haram untuk
memuaskan konsumsinya sendiri.  Konsumsi Islam mencegah seseorang untuk menjadi
egois, sehingga seorang Muslim membelanjakan hartanya pada kerabat terdekat (sebaik-baik
infak), yang miskin dan membutuhkan, untuk lebih dekat dengan penciptanya. 
Seorang muslim tidak merugikan dirinya sendiri di dunia dan juga akhirat, karena hal itu
memungkinkannya untuk mencapai dan memenuhi konsumsinya secara tidak terbatas,
menyibukkannya dalam mencari dan menikmati kesenangan dunia sehingga ia melalaikan
pekerjaan utamanya untuk mencari ridho Allah SWT. Seperti yang dicantumkan pada surat
Al-Ahfaq ayat 20 yang artinya:

C. Sumber Nilai Konsumsi Dalam Islam


Dalam hal konsumsi kita sebagai umat Islam harus tahu bahwa terdapat sumber-sumber
nilai konsumsi di dalam Al-Qur’an dan Hadist yang dimana konsep konsumsi dalam Islam
harus didasarkan pada Syariah Islam. Berikut ini sumber nilai konsumsi dalam Al-Qur’an
dan hadist:
1. Al Qur’an surat Al-Maidah (87-88)
2. Al Qur’an surat al Isra’ ayat 28
3. Hadist

Berdasarkan ayat Al-Qur'an dan Hadits di atas dapat dijelaskan bahwa barang atau jasa
yang halal, bermanfaat, baik, ekonomis dan tidak berlebihan dikonsumsi. Tujuan konsumsi
dalam Islam adalah untuk memaksimalkan maslahah (kebaikan) dan bukan untuk
memaksimalkan kepuasan seperti dalam ekonomi konvensional. Utility adalah kepuasan
seseorang yang mungkin bertentangan dengan kepentingan lainya.

D. Etika Konsumsi Dalam Ekonomi Islam


Dalam mengonsumsi sesuatu kita harus memetingkan etika sebagai seorang muslim yang
baik. Berikut ini beberapa prinsip yang harus kita terapkan dalam hal konsumsi:
1. Prinsip Keadilan
Konsumsi tidak boleh menimbulkan kezaliman, harus ada dalam koridor kaidah
atau hukum agama dan menjunjung tinggi kesusilaan atau kebaikan. Dalam Islam,
terdapat aturan yang berbeda mengenai barang ekonomi yang boleh dikonsumsi dan yang
tidak boleh dikonsumsi. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Quran Surat al-
Baqarah:
2. Prinsip Kebersihan

Bersih dalam arti lebih singkat ialah tidak mengandung najis atau penyakit yang


dapat merugikan badan dan jiwa manusia, sedangkan dalam arti luas adalah bebas dari
segala yang menjadi ridho Allah. Barang yang dikonsumsi tentu saja bermanfaat, tidak
terbuang percuma atau bahkan rusak. Sunnah Nabi SAW juga mengatakan bahwa
kebersihan dalam segala hal adalah setengah dari "Iman". Salman meriwayatkan bahwa
Rasulullah SAW berkata:

3. Prinsip Kesederhanaan
Allah membenci perilaku berlebihan (Israf) dan itu adalah penyebab berbagai
kerusakan di muka bumi. Sikap berlebihan ini menyiratkan lebih dari kebutuhan rasional
dan cenderung mengikuti nafsu atau sebaliknya, terlalu pelit untuk benar-benar menyiksa
diri sendiri. Islam mensyaratkan konsumsi kuantitas dan kualitas yang memadai untuk
kebutuhan umatnya agar tercipta model konsumsi yang konsisten efektif secara
individual dan sosial. Sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur'an surat al-A'raaf:  

4. Prinsip Kemurahan Hati

Jika seseorang mengikuti ajaran Islam, tidak ada bahaya atau dosa dalam
mengkonsumsi barang halal yang telah disediakan Allah atas rahmat-Nya. Karena Islam
adalah agama yang sangat mendukung nilai-nilai sosial, selama konsumsi ini merupakan
upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, dan peran
manusia adalah untuk meningkatkan takwa kepada Allah SWT, Allah akan memberikan
rahmat-Nya kepada manusia. Sebagaimana Allah berfirman dalam al-Qur’an surat al-
Maidah:

5. Prinsip Moralitas
Pada akhirnya, semua konsumsi muslim harus menyesuaikan dengan moralitas
Islam sehingga tidak sekedar memenuhi kebutuhan setiap orang. Aspek moralitas sangat
penting untuk penunjang kehidupan kita sebagai muslim yang baik dan harus tetap patuh
pada norma yang berlaku saat ini.

Anda mungkin juga menyukai