Pertemuan 3
1. Definisi konsumsi perpektif syariah
2. Kebutuhan dalam perspektif syariah
3. Tujuan konsumsi perspektif syariah
Pertemuan 4
4. Prinsip-prinsip konsumsi perspektif syariah
5. Ayat-ayat konsumsi
6. Rasionalitas konsumen muslim
Pertemuan 5
7. Teori konsumsi perspektif syariah
a. Pendekatan kardinal
b. Pendekatan ordinal
1. DEFINISI KONSUMSI PERSPEKTIF
SYARIAH
• Konsumsi merupakan bagian dari pendapatan yang digunakan
untuk membeli barang dan jasa guna memenuhi kebutuhan hidup
• Konsumsi merupakan perilaku manusia untuk menggunakan dan
memanfaatkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup
• Konsumsi Islami merupakan penggunaan terhadap komoditas yang
baik dan jauh dari yang diharamkan
• kesimpulan :
Konsumsi Islami merupakan perilaku manusia dalam menggunakan
pendapatan untuk membeli barang dan jasa yang baik dan tidak
haram yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
2. KEBUTUHAN PERSPEKTIF
SYARIAH
• Prilaku konsumsi syariah dibangun
atas dasar kebutuhan dan manfaat
atas barang dan jasa.
• Kebutuhan diartikan sebagai sesuatu
yang sifatnya mendesak untuk
dipenuhi.
• Dalam perspektif syariah kebutuhan
ditentukan oleh konsep maslahah, yaitu
tercapainya kesejahteraan (kepuasan)
umat manusia dunia dan akhirat.
• Dalam perspektif syariah kebutuhan
manusia diwakili dari setiap barang dan
jasa yang memiliki maslahah, yaitu
barang dan jasa yang dapat memberikan
manfaat dan berkah.
Arti penting maslahah dalam berbagai
aktivitas ekonomi mikro syariah
1. Konsep maslahah berkaitan dengan
kepuasan dunia akhirat
2. Konsep maslahah menaungi seluruh
aktivitas ekonomi mikro syariah
3. Konsep maslahah bagi individu
konsisten dengan masalah sosial
• Jenis kebutuhan dari perspektif syariah terbagi atas
1. Kebutuhan daruriyah
Sesuatu yang wajib adanya guna menegakan kemaslahatan
manusia
Lingkup : agama, jiwa, akal, kehormatan, harta, keturunan.
Contoh :
Menghukum mati orang-orang yang
mengajarkan ajaran sesat (agama), sehingga dengan adanya
hukum qisas akan memelihara jiwa manusia.
Mewajibkan hukuman atas pemabuk (kehormatan)
mewajibkan hukuman atas zina (memelihara keturunan)
mewajibkan hukuman untuk pencuri (menjaga harta)
2. Kebutuhan hajiyah
Sesuatu yang diperlukan manusia untuk membuat
ringan, lapang, nyaman dalam menanggulangi
kesulitan dan beban hidup sehingga memudahkan
mereka dalam merealisasikan tata cara pergaulan,
perubahan zaman dan menempuh kehidupan.
Contoh :
keringanan tidak puasa saat sakit atau dalam
perjalanan
hukuman denda untuk pembunuhan tidak
sengaja (mengganti qisas)
3. Tahsiniyah
Sesuatu yang diperlukan oleh norma atau
tatanan hidup serta berprilaku menurut
jalan yang lurus (untuk keindahan)
Contoh :
berpakaian yang bersih dan rapi,
seperti berhias saat ke mesjid
menganjurkan banyak melakukan
ibadah sunnah
3. TUJUAN KONSUMSI PERSPEKTIF
SYARIAH
A. Prinsip keadilan
Mengkonsumsi makanan halal serta mencari rezeki dengan cara yang halal
B. Prinsip kebersihan
Mengkonsumsi makanan yang baik dan cocok untuk dimakan , tidak
mengkonsumsi makanan kotor dan menjijikan sehingga merusak selera
C. Prinsip kesederhanaan
Jangan mengkonsumsi komoditi secara berlebihan
D. Prinsip Moralitas
Tidak mengkonsumsi makanan dan minuman yang menimbulkan lebih
banyak bahaya daripada kebaikan.
E. Prinsip Kemurahan hati
Mengkonsumsi makanan dan minuman yang halal. Makanan dan minuman
yang diharamkan akan halal dikonsumsi jika bertujuan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup.
.
5. AYAT-AYAT KONSUMSI
Al Qur’an :
• Memakan makanan halal
Qs . Al Baqarah (2) : 168
Qs. Al Nahl (16) : 114
• Kehalalan binatang ternak :
Qs. Al Maidah (5) : 1
• Binatang diharamkan :
Qs. Al Baqarah (2) : 173
Qs. Al Maidah (5) : 3
Qs. Al An’am (6) : 143
Qs. Al Nahl (16) : 115
Hadist Rasul
Abu Said Al Chodry r.a. berkata : Ketika kami dalam
bepergian bersama Nabi Muhammad SAW, mendadak datang
seseorang berkendaraan, sambil menoleh ke kanan-ke kiri
seolah olah mengharapkan bantuan makanan, maka bersabda
Nabi Muhammad SAW, “ Siapa yang mempunyai kelebihan
kendaraan harus dibantukan pada yang tidak mempunyai
kendaraan. Dan siap yang mempunyai kelebihan bekal harus
dibantukan pada orang yang tidak berbekal.” Kemudian
Rasullullah menyebut berbagai macam jenis kekayaan hingga
kita merasa seseorang tidak berhak memiliki sesuatu yang
lebih dari kebutuhan hajatnya.
6. RASIONALITAS KONSUMEN