Anda di halaman 1dari 6

PENGANTAR EKONOMI ISLAM

ETIKA KONSUMSI
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pengantar Ekonomi islam kelas D1

Oleh : Kelompok 6

M. Syafril Hidayatullah 042111433092


Aura Permata Putri 042111433078
Aisawa Oktira Ramadhani 042111433094
Orifhatin Sulthan Jabbari 042111433097
Febriana Putri Nur Aziizah 042111433102

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

2022
PERILAKU KONSUMSI DI MASYARAKAT
● Motif perilaku konsumsi di masyarakat
Motif perilaku konsumsi dipengaruhi latar belakang seperti pengetahuan dan
wawasan, lingkungan dan sosial budaya, ekonomi dan kepribadian(psikologis). Orang yang
memiliki wawasan luas akan beda perilaku konsumsinya dengan orang yang berwawasan
sempit. Orang yang hidup di lingkungan maju dan modern akan beda motif perilaku
konsumsinya dengan orang yang hidup di linkungan terbelakang dan tradisional. Dalam
prespektif agama islam dalam surat al-A’raf ayat 31-32 menyebutkan bahwa motif perilaku
konsumsi seorang muslim bermotifkan tuntutan perintah agama seperti memerintahkan
makan-minum, berpakaian, bersilahturahmi dll.
Dalam ilmu ekonomi konvensional motif perilaku konsumsi dipengaruhi oleh
diri sendiri dari faktor internal dan faktor eksternal dari luar diri manusia. Contoh berasal dari
faktor internal atau diri sendiri seperti keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan
bersifat subjektif sedangkan motif perilaku konsumsi yang berasal dari faktor eksternal
adalah bersifat objektif yang artinya perilaku konsumsi dapat dipengaruhi oleh siapapun.
sehingga dapat diartikan bahwa motif subjektif menggambarkan perilaku ekonomi dan motif
objektif bukan menggambarkan perilaku ekonomi.

● Tujuan perilaku konsumsi masyarakat


Secara garis besar kegiatan aktivitas ekonomi dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan dari tiap individu dan juga merupakan suatu usaha untuk memperbesar
kepemilikan.Dalam aktivitas ekonomi terdapat konsumen yang dimana merupakan
pelaku dari kegiatan aktivitas konsumsi seperti pemakai barang/jasa yang tersedia
dalam masyarakat.Setidaknya ada empat tujuan dari kegiatan konsumsi yang juga
merupakan pola dari pelaku konsumen yaitu :

1. Mengurangi nilai guna barang atau jasa secara bertahap Setiap orang yang
melakukan konsumsi akan mengurangi nilai guna barang atau jasa tersebut
secara bertahap seperti penggunaan barang elektronik atau kendaraan
2. Menghabiskan nilai guna barang sekaligus, yang dimana dapat menghabiskan
nilai guna barang sekaligus.Contohnya , makan dan minum sehari hari
3. Memuaskan kebutuhan secara fisik yang bertujuan untuk mencukupi
kebutuhan mereka secara fisik seperti membeli baju dan celana yang menarik
agak penampilannya lebih baik
4. Memenuhi kebutuhan rohani.Seorang konsumen melakukannya untuk
memberikan kepuasan pada jiwa dan hati.Contohnya membeli kitab agama
untuk kebutuhan religiusitas

Dalam perspektif islam,Konsumsi bukanlah tujuan akhir karna esensi dari


manusia diciptakan adalah untuk beribadah kepada Allah swt.Yang dimana telah
dijelaskan oleh Allah pada surat Adz Dzariyat : 56
َ ‫ت ْال ِج َّن َوااْل ِ ْن‬
‫س اِاَّل لِيَ ْعبُ ُدوْ ِن‬ ُ ‫َو َما َخلَ ْق‬
“Dan Aku tidak menciptakan Jin dan manusia melainkan supaya mereka
beribadah kepada-Ku”
Sedangkan konsumsi bagi manusia sebagai sarana dalam mewujudkan tujuan
dari penciptaan manusia.Tanpa konsumsi yang cukup atau memuaskan akan menjadi
hambatan dalam manusia beribadah ke Allah swt.
Menurut Imam Al Ghazali konsumsi Manusia Bertujuan untuk menciptakan
manusia yang memiliki ketahanan fisik yang sehat dan prima untuk dapat
memaksimalkan menjalankan kewajibannya sebagai hamba kepada Allah swt.
Mengkonsumsi sesuatu dengan niat untuk menambah stamina dalam
menjalankan ibadah kepada Allah, dapat dikatakan sebagai ibadah dan tentunya akan
mendapatkan balasan pahala.Karena aktivitas yang mubah dapat dikatakan ibadah jika
disertai dengan niat beribadah dan mendekatkan diri kepada kepada Allah

ETIKA KONSUMSI DALAM ISLAM


● Motif Internal
Motif internal yang dimaksud adalah motif yang tumbuh dalam diri seorang
muslim dalam bentuk ingin selalu hidup sehat
● Motif Eksternal
Motif eksternal yang dimaksud adalah sebuah motif dari luar diri manusia
dalam bentuk ingin memenuhi kebutuhan kenyamanan dari pelakunya dan
mendapatkan penilaian positif dari publik. Dalam pandangan islam, perilaku
konsumsi mempunyai tujuan yang berbeda dengan tujuan perilaku konsumsi dalam
pandangan ekonomi konvensional yang hanya ingin memenuhi kebutuhan jasmani,
melainkan seharusnya disamping memenuhi kebutuhan jasmani, juga harus
memenuhi kebutuhan batiniyah
Hal ini dapat diuraikan dalam tujuan-tujuan konsumsi dalam pandangan islam
Tujuan Materil
1. Mendatangkan kesehatan fisik. Dalam Q.S Al-a’raf (7) ; 31
2. Menjaga dan menutup aurat
Allah mendatangkan pakaian untuk menutup aurat dan memerintahkan
memakai pakaian yang takwa dan pakaian takwa itulah yang paling baik
Dalam Q.S Al-a’raf ayat 26
‫ت هّٰللا ِ لَ َعلَّهُ ْم‬ َ ِ‫ك َخ ْي ۗ ٌر ٰذل‬
ِ ‫ك ِم ْن ٰا ٰي‬ َ ِ‫اريْ َسوْ ءٰ تِ ُك ْم َو ِر ْي ًش ۗا َولِبَاسُ التَّ ْق ٰوى ٰذل‬ ٰ
ِ ‫ٰيبَنِ ْٓي ا َد َم قَ ْد اَ ْنز َْلنَا َعلَ ْي ُك ْم لِبَاسًا يُّ َو‬
َ‫يَ َّذ َّكرُوْ ن‬
Artinya :
Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya Kami telah menyediakan pakaian untuk
menutupi auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi pakaian takwa, itulah yang
lebih baik. Demikianlah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan
mereka ingat.
3. Memberi kenyamanan hidup
Tujuan Spritual
1. Pembetukan rasa syukur akan karunia Allah
Dalam pandangan konsumen setiap perilaku konsumsi sesungguhnya
merupakan bentuk realisasi rasa syukur kepada Allah
Hal ítu karena tiga faktor ; pertama, dikaruniakan-Nya kemanıpuan untuk mencari
bahan konsumsi seperti makanan; kedua, dikaruniakan-Nya bahan konsumsi yang
melimpah; dan ketiga, energi yang didapat sesudah menkonsumsi berbagai bahan
makanan, semata-mata dipergunakan untuk mempertebal rasa kesyukurannya kepada
Allah, Bahwa seorang konsumen muslim dalam setiap perilaku konsumsinya harus
teresap dalam dirinya milat nilai syukur.
2. Pembentukan ahli ibadah yang bersyukur.
Seorang konsumen muslim yang telah mengonsumsi berbagai barang
konsumsi sekaligus mampu merasakannya sebagai nikmat karunia Allah, akan
berkontribusi besar dalam mengaksesnya untuk senantiasa menunaikan ibadah dengan
berlandaskan atas syukur akan nikmat karumia Allah, Ibadah yang dilakukan
berulang-ulang dengan berdasarkan atas rasa syukur akan nikmat karımia Allah,
secara otomatis akan membentuk pelakunya menjadi ahli ibadah dengan tingkat
kualitas pengamalan ibadah yang paling tinggi nilainya di mata Allah, Allah
mengisyaratkan, bahnwa dalam melakukan ibadah ibadah kepadanya, hendaknya
didasarkan atas rasa syukur akan nikmat karunia Nya, Hal ini ditegaskan Allah dalam
Q.S, al-Baqarah (2):172

PERILAKU KONSUMSI DALAM PANDANGAN ISLAM


Islam mengatur bagaimana perilaku konsumsi yang baik dan membawa kepada
kemaslahatan. Islam mengatur semua masalah hidup manusia melalui Al-qur’an Sunnah dan
Hadits. Juga melalui Ijma’ dan Qiyas, supaya dihindarkan dari perilaku yang hina. Dalam
melakukan perilaku konsumsi, seorang muslim harus melalui beberapa pertimbangan.
Yang pertama manusia tidak sepenuhnya mampu mengatur permasalahan ekonomi
masyarakat dan tidak dapat memaksakan cara pemenuhan hidup orang lain kepada dirinya
atau sebaliknya. Terselenggaranya keberlangsungan hidup manusia diatur oleh Allah SWT
dalam QS Al-Waqiah (56) ayat 68-69.
Kedua, kebutuhan adalah sesuatu yang membentuk pola konsumsi jika ditilik dari
konsep Islam. Dalam QS. Ali-Imran ayat 180 dijelaskan “Dan jangan sekali-kali orang-orang
yang kikir dengan apa yang diberikan Allah kepada mereka dari karunia-Nya mengira bahwa
(kikir) itu baik bagi mereka, padahal (kikir) itu buruk bagi mereka. Apa (harta) yang mereka
kikirkan itu akan dikalungkan (di lehernya) pada hari Kiamat. Milik Allah-lah warisan (apa
yang ada) di langit dan di bumi. Allah Maha Teliti apa yang kamu kerjakan”.
Ketiga, perilaku konsumsi membantu melihat suasana psikologis seseorang. Islam
menjamin terbangunnya pembangunan masyarakat yang adil dan terhindar dari kesenjangan
dan diskriminasi sosial.
Kepuasan seorang muslim tidak didasari atas banyak atau sedikitnya barang yang bisa
dikonsumsi, tetapi karena apa yang dilakukannya sebagai ibadah kepada Allah SWT.

Kepuasan seorang muslim juga bisa diilustrasikan dalam bentuk nilai guna total dan nilai
guna marginal. Dengan adanya hal ini, kepuasan tidak didasaran dengan banyaknya barang
yang dikonsumsi melainkan kemampuan fisik manusia dalam menggunakan barang yang
akan dikonsumsinya dalam kelangsungan hidup. Dengan mengurangi konsumsi barang
sebelum mencapai kepuasan maksimal memuat seorang muslim bisa menjaga konsistensi
kepuasan barang yang diterima secara konstan.
sesuai dengan law of deminishing marginal return, bahwa nilai guna akan semakin turun
apabila barang dikonsumsi secara terus menerus, yang pada akhirnya tambahan nilai guna
akan menjadi negatif dan nilai guna total pun akan menjadi sedikit. dengan demikian seorang
muslim harus memahami dan memaksimalkan nilai guna dan hukum utilitas marginal agar
tidak sia sia dan dimanfaatkan sebaik mungkin

DAFTAR PUSTAKA
Habibullah, E. S. (2018). Etika Konsumsi Dalam Islam. Ad-Deenar: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam,
1(01), 90-102.

Anda mungkin juga menyukai