Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

RAHASIA BANK
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Pelajaran Perbankan Dasar (PD)

Guru Mata Pelajaran : Fama Riang Harefa S. E

Oleh Kelompok 3 (Tiga)

1. Ketua : Noverince zega


2. Anggota : Widi a Kristina zega
3. Eko Putra Setia Harefa
4. Berkat Juniman Gea
5. Luver Nado lahagu
6. Kasman lahagu

PROGRAM STUDI AKUTANSI


SMK NEGERI 1 LOTU
TA 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah “Rahasia Bank ” tanpa ada masalah dan tepat pada waktunya akan dikumpulkan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kami sangat menghargai jika para pembaca memberikan kritik dan saran yang
membangun dan dapat menjadi pacuan kami kedepan agar dapat memperbaiki kesalahan
yang ada pada makalah kami ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai selesainya. Semoga Tuhan Yang Maha
Esa senantiasa memberkati segala usaha-usaha kita.

Lotu, 07 Agustus 2022

Penyusun

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Sifat Rahasia Bank................................................................................3


B. Kewajiban Menjaga Rahasia Bank.......................................................5
C. Pembinaan Dan Pengawasan Bank.......................................................8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................................12
B. Saran......................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bank adalah bagian dari sistem keuangan dan sistem pembayaran suatu
negara yang eksistensinya bergantung pada kepercayaan dari para
nasabahnya. Maka dari itu begitu memperoleh izin berdiri dan beroperasi dari
otoritas moneter negara, bank tersebut menjadi "milik" masyarakat.
Eksistensi bank bukan hanya dijaga oleh para pemilik bank dan pengurusnya
saja, melainkan juga dijaga oleh masyarakat nasional dan global.
Kepercayaan masyarakat kepada bank merupakan unsur paling pokok dari
eksistensi suatu bank sehingga terpeliharanya kepercayaan masyarakat
kepada perbankan adalah juga kepentingan masyarakat banyak. Eksistensi
bank menjadi sangat penting, karena kolapsnya bank akan mengakibatkan
domino effect yang dapat mengganggu fungsi sistem keuangan dan sistem
pembayaran pada suatu negara. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap bank,antara lain adalah:

1. Integritas, pengetahuan, dan kemampuan (manajerial dan teknis) pengurus


bank;
2. Kesehatan bank; dan
3. Kerahasiaan bank.

Sebagaimana dikemukakan di atas, kepatuhan bank terhadap kewajiban


rahasia bankmerupakan salah satu kunci menjaga dan meningkatkan tingkat
kepercayaan masyarakatterhadap bank pada khususnya dan perbankan pada
umumnya.Berkaitan dengan permasalahan tersebut, Penulis akan
memaparkan hal-hal yang berkaitan dengan rahasia bank.

1
B. Rumusan Masalah

Pembahasan permasalahan ini dibatasi dengan beberapa rumusan


masalah sebagai berikut :
1. Apakah Sifat Rahasia Bank ?
2. Bagaimanakah Kewajiban Menjaga Rahasia Bank ?
3. Bagaimanakah Pembinaan Dan Pengawasan Bank?

C. Tujuan Penulisan

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, tujuan yang hendak dicapai dalam
penulisan ini adalah:

1. Mengetahui sifat rahasia bank.

2. Mengetahui Kewajiban Menjaga Rahasia Bank.

3. Mengetahui Pembinaan Dan Pengawasan Bank

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Rahasia Bank

Pengertian Rahasia Bank dapat kita temui dalam Pasal 1 angka 28


Undang–undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang–
undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (UU Perbankan):

“Rahasia Bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan


keterangan mengenai nasabah penyimpanan dan simpanannya.”

Prinsip kerahasiaan bank bermula timbul dari tujuan untuk


melindungi kepentingan nasabah bank agar terlindungi kerahasiaan yang
menyangkut keadaan keuangannya dan data pribadi nasabah. Disamping
itu, kerahasiaan bank juga diperuntukan untuk kepentingan bank itu
sendiri, karena bank dapat dipercaya oleh nasabah untuk mengelola
uangnya. Oleh karenanya prinsip kerahasiaan bank merupakan jiwa dari
sistem perbankan.

Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang menjalankan


usahanya berdasarkan kepercayaan dari nasabahnya sehingga bank
dituntut untuk dapat menjaga kerahasiaan atas segala data dan informasi
yang terkait dengan nasabahnya termasuk informasi transaksi keuangan
yang dilakukan nasabahnya.

3
Secara teori ada dua pendapat tentang rahasia bank yaitu :

1. Teori rahasia bank bersifat mutlak, yaitu bank berkewajiban


menyimpan rahasia nasabah yang diketahui oleh bank karena kegiatan
usahanya dalam keadaan apapun. Semua keterangan mengenai
nasabah dan keuangannya yang tercatat di bank wajib dirahasiakan
tanpa pengecualian dan pembatasan dengan alasan apapun dan oleh
siapapun.
2. Teori rahasia bank bersifat nisbi/relatif, yaitu bank diperbolehkan
membuka rahasia nasabahnya untuk suatu kepentingan mendesak,
misalnya demi kepentingan negara atau kepentingan umum.

Teori rahasia bank bersifat nisbi dalam penerapannya akan


berdasarkan pada asas proporsional sebelum membuka informasi rahasia
bank. Asas proporsional menghendaki pertimbangan kepentingan mana
yang lebih berat yaitu tidak membuka rahasia yang berarti menyimpan
rahasia untuk kepentingan terbatas atau membuka rahasia demi
kepentingan negara. Indonesia dalam praktek dan aturan menganut teori
rahasia bank bersifat nisbi hal ini dapat dilihat dalam UU Perbankan
Indonesia yang mengecualikan rahasia bank untuk kepentingan umum
seperti :

a. Perpajakan (Pasal 41 ayat (1));


b. Penyelesaian piutang Bank yang sudah diserahkan kepada Badan
Urusan Piutang dan Lelang Negara/Panitia Urusan Piutang Negara
(Pasal 41A ayat (1));
c. Peradilan dalam perkara pidana (Pasal 42 ayat (1));
d. Perkara perdata antara bank dan nasabahnya (Pasal 43);
e. Tukar menukar informasi antar bank (Pasal 44 ayat (1));
f. Permintaan, persetujuan atau kuasa dari nasabah penyimpan yang
dibuat secara tertulis (Pasal 44A ayat (1));

4
g. Permintaan ahli waris yang sah dari nasabah penyimpan yang telah
meninggal dunia (Pasal 44A ayat 2).

Hal ini sejalan dengan Undang–undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang


Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang
khususnya Pasal 72 ayat (2) yang pada intinya menyatakan untuk
kepentingan pemeriksaan dalam perkara tindak pidana pencucian uang,
penyidik, penuntut umum atau hakim dinisbikan atau dikesampingkan
ketentuan peraturan perundang–undangan yang mengatur rahasia bank dan
transaksi keuangan lainnya. Oleh karenanya, upaya untuk mencegah
dijadikannya bank sebagai sarana pencucian uang sangat dimungkinkan
untuk membuka rahasia bank. Selain itu, pihak bank harus menerapkan
prinsip mengenal nasabah dengan melakukan Customer Due Diligence
(CDD) kepada setiap nasabahnya. CDD adalah kegiatan berupa
identifikasi, verifikasi dan pemantau kesesuaian transaksi dengan profil
nasabah. Oleh karenanya sedini mungkin pihak bank bisa mencegah tindak
pidana pencucian uang yang menggunakan sarana perbankan.

B. Kewajiban Menjaga Rahasia Bank


Ada 5 (lima) alasan yang mendasari kewajiban bank untuk
merahasiakan segala sesuatu tentang nasabah dan simpanannya, antara
lain:
1. Personal privacy;
2. Hak yang timbul dari hubungan perikatan antara bank dan nasabah;
3. Peraturan perundang-undangan yang berlaku;
4. Kebiasaan atau kelaziman dalam dunia perbankan;
5. Karakteristik kegiatan usaha bank sebagai suatu lembaga
kepercayaan yang harus memegang teguh kepercayaan nasabah yang
menyimpan uangnya di bank.

5
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan memberikan
pengecualian kepada pihak-pihak serta untuk kepentingan tertentu
mendapatkan keterangan yang wajib dirahasiakan mengenai nasabah bank,
pihak dan kepentingan itu adalah :
1. Perpajakan
2. Kepentingan penyelesaian piutang Bank
3. Kepentingan peradilan pidana
4. Kepentingan peradilan perdata
5. Keperluan tukar menukar informasi antar bank
6. Penyelesaian kewarisan yang ditunjuk nasabah

Menurut sistem Undang-Undang Perbankan maka sanksi pidana atas


pelanggaran prinsip kerahasiaan bank ini bervariasi. Ada tiga ciri khas
dalam sanksi terhadap pelanggaran rahasia bank dalam Undang-Undang
perbankan ini. Ciri khas dari sanksi pidanaterhadap pelanggaran prinsip
rahasia bank, sebagai berikut:
1. Terdapat ancaman hukuman minimal disamping ancaman hukuman
maksimal;
2. Antara ancaman hukuman penjara dengan hukuman denda bersifat
kumulatif, bukanalternative;
3. Tidak ada korelaasi antara beratringannya ancaman hukuman
penjara deangan hukuman denda.

Adapun ancaman hukuman pidana terhadap pelaku tindak pidana di


bidang perbankan menurut Undang-Undang dapat dibagi dalam 3 kategori
sebagai berikut :

1. Pidana penajara minimal 2 (dua) tahun dan maksiamal 4 (empat)


tahun serta dendaminimal 10 milyar rupiah dan maksimal 200 milyar
rupiah. Pidana ini diancam terhadap barang siapa yang tanpa

6
membawa perintah tertulis atau izin dari pimpinan BankIndonesia
sebagaimana dimaksud dalam pasal 41, pasal 41 A , dan pasal 42,
dengansengaja memaksa bank atau pihak terafiliasi untuk
memeberikan keterangansebagaimana dimaksud dalam pasal 40 UU
Perbankan;
2. Pidana penajara minimal 2 (dua) tahun dan maksiamal 4 (empat)
tahun serta dendaminimal 4 milyar rupiah dan maksimal 8 milyar
rupiah. Pidana Tersebut diancamterhadap para anggota dewan
komisaris, direksi, pegawai bank, atau pihak terafiliasilainnya yang
dengan sengaja memberikan keterangan yang wajib dirahasiakan
menurutPasal 40 UU Perbankan;
3. Pidana penajara minimal 2 (dua) tahun dan maksiamal (tujuh) tahun
serta dendaminimal 4 milyar rupiah dan maksimal 15 milyar rupiah
pidana ini diancam kepadaanggota dewan komisari, direksi, atau
pegawai bank yang dengan sengaja tidak memberikan keterangan
yang wajib dipenuhi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 Adan
Pasal 44 A UU Perbankan. Bahwa selain ketiga sanksi pidana
tersebut di atas, untuk tiap sanksi pidana, pihak pimpinan Bank
Indonesia selain dapat mencabut izin usaha bank yang bersangkutan,
Bank Indonesia dapat menetapkan atau menambah sanksi
administratif sebagai berikut:

1. Denda uang;
2. Teguran tertulis;
3. Penurunan tingkat kesehatan bank;
4. Larangan untuk turut serta dalam kegiatan kliring;
5. Pembekuan kegiatan usaha tertentu, baik untuk kantor cabang
tertentu maupun untuk bank secara keseluruhan;
6. Pemberhentian pengurus bank dan selanjutnya menunjuk dan
mengangkat penggantisementara sampai rapat umum

7
pemegang saham atau rapat anggota koperasimengangkat
pengganti yang tetap dengan persetujuan Bank Indonesia;
7. Pencantuman anggota pengurus, pegawai bank, pemegang
saham dalam daftar orangtercela di bidang perbankan.Tampak
di atas bahwa perlindungan hukum yang diberikan oleh
undang-undangcukup kuat untuk menjaga agar tidak terjadi
pembocoran rahasia bank tersebut. Taufik E. L.Rahim
menerangkan bahwa dilihat dari segi hakikat rahasia bank
didasarkan kepada empathal, yaitu:

a. Hak setiap orang atau badan untuk tidak mencampuri dalam


masalah yang bersifat pribadi (personal privacy).
b. Hak yang timbul dari hubungan perikatan antara bank dan
nasabahnya wajib dandengan itikat baik wajib untuk
melindungi kepentingan nasabahnya.
c. Bank dalam menghimpun dana dari masyarakat bekerja
berdasarkan kepercayaanmasyarakat dengan demikian
pengetahuan bank mengenai keuangan nasabah
tidakdisalahkan dan wajib dijaga oleh bank.
d. Kebiasaan dan kelaziman dalam dunia perbankan.

C. Pembinaan Dan Pengawasan Bank

Pembinaan perbankan adalah sosialisasi yang di lakukan oleh suatu


organisasi untuk mengenalkan dunia perbankan bagi pegawai bank maupun
masyarakat. untuk pegawai bank pembinaan di lakukan untuk mengetahui
tugas-tugas bank dan wewenang bank. Serta pembinaan bagi masyarakat
adalah untuk memberitahu kan produk-produk bank kepada masyarakat.
Pengawasan bank di lakukan oleh badan pengawas BI serta BPK.

8
Dalam rangka menjalankan tugas pengawasan, Bank Indonesia menetapkan
beberapa jenis pengawasan yang didasarkan atas analisis terhadap kondisi suatu bank
tertentu yaitu:

1. Pengawasan Normal (Rutin)


2. Pengawasan Intensif (Intensive Supervision)
3. Pengawasan Khusus (Special Surveillance)

Dalam menjalankan strategi pengawasan tersebut di atas, pendekatan pengawasan


yang dilakukan terbagi atas dua jenis kegiatan yaitu pengawasan tidak langsung (off
site supervision) dan pengawasan langsung (on site examination). Secara ringkas,
pengawasan tidak langsung merupakan tindakan pengawasan dan analisis yang
dilakukan berdasarkan laporan berkala (regulatory reports) yang disampaikan oleh
Bank, informasi dalam bentuk komunikasi lain serta informasi dari pihak lain.
Sementara itu, pengawasan langsung dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan
pada Bank untuk meneliti dan mengevaluasi tingkat kepatuhan Bank terhadap
ketentuan yang berlaku. Termasuk dalam kedua jenis pendekatan pengawasan tersebut
di atas analisis kondisi Bank, saat ini dan diwaktu yang akan datang (forward
looking).

1. Pengawasan Normal

Pengawasan ini dilakukan terhadap Bank yang memenuhi kriteria tidak


memiliki potensi atau tidak membahayakan kelangsungan usahanya. Umumnya,
frekuensi pengawasan dan pemantauan kondisi Bank dilakukan secara normal
sedangkan pemeriksaan terhadap jenis Bank ini dilakukan secara berkala atau
sekurang-kurangnya setahun sekali.

2. Pengawasan Intensif

Pengawasan intensif ini dilakukan Bank yang memenuhi yang memiliki potensi
kesulitan yang dapat membahayakan kelangsungan usahanya. Langkah-langkah yang
dilakukan Bank Indonesia pada Bank dengan status Pengawasan Intensif, antara lain:

1. Meminta Bank untuk melaporkan hal-hal tertentu kepada Bank Indonesia.


2. Melakukan peningkatan frekuensi pengkinian dan penilaian rencana kerja dengan
penyesuaian terhadap sasaran yang akan dicapai.

9
3. Meminta Bank untuk menyusun rencana tindakan sesuai dengan permasalahan
yang dihadapi.
4. Menempatkan pengawas dan atau pemeriksa Bank Indonesia pada Bank, apabila
diperlukan.

Bagi Bank dalam Pengawasan Intensif yang tidak menghasilkan perbaikan


kondisi keuangan dan manajerial dan berdasarkan analisis Bank Indonesia diketahui
bahwa Bank tersebut dapat diklasifikasikan sebagai Bank yang memiliki kesulitan
yang dapat membahayakan kelangsungan usahanya, maka Bank tersebut selanjutnya
ditetapkan sebagai Bank dengan status Pengawasan Khusus. Disamping itu, apabila
diperlukan, intensitas pemeriksaan langsung pada Bank pada umumnya meningkat
terutama dalam rangka memantau perkembangan kinerja berdasarkan komitmen dan
rencana perbaikan yang disampaikan manajemen Bank kepada Bank Indonesia.

3. Pengawasan Khusus

Pengawasan terhadap bank yang dinilai mengalami kesulitan yang


membahayakan kelangsungan usahanya. Terhadap Bank dengan status Pengawasan
Khusus ini maka beberapa tindakan Bank Indonesia yang diambil, antara lain:

1. Memerintahkan Bank dan atau pemegang saham Bank untuk mengajukan rencana
perbaikan permodalan (capital restoration plan) secara tertulis kepada Bank
Indonesia.
2. Memerintahkan Bank untuk memenuhi kewajiban melaksanakan tindakan
perbaikan (mandatory supervisory actions).
3. Memerintahkan Bank dan atau pemegang saham Bank untuk melakukan tindakan
antara lain :
o mengganti dewan komisaris dan atau direksi Bank;
o menghapusbukukan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah yang
tergolong macet dan memperhitungkan kerugian Bank dengan modal Bank;
o melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain;
o menjual Bank kepada pembeli yang bersedia mengambil alih seluruh
kewajiban Bank;
o menyerahkan pengelolaan seluruh atau sebagian kegiatan Bank kepada pihak
lain;

10
o menjual sebagian atau seluruh harta dan atau kewajiban Bank kepada bank
atau pihak lain; dan atau
o membekukan kegiatan usaha tertentu Bank.

Adapun larangan dan pembatasan bagi Bank dalam Pengawasan Khusus, antara lain:

1. Bank dilarang melakukan pembayaran distribusi modal (pembagian deviden atau


pemberian bonus);
2. Bank dilarang melakukan transaksi dengan pihak terkait atau pihak lain yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia;
3. Bank dikenakan pembatasan pertumbuhan aset;
4. Bank dilarang melakukan pembayaran terhadap pinjaman subordinasi;
5. Bank dikenakan pembatasan kompensasi kepada pihak terkait;

Selain tindakan perbaikan Bank yang diwajibkan tersebut, Bank Indonesia juga
Bank yang telah ditetapkan dengan status Bank dalam Pengawasan Khusus pada
homepage Bank Indonesia. Sebaliknya, dalam rangka keseimbangan informasi
kepada publik, maka apabila kondisi Bank membaik dan tidak terkategori sebagai
Bank dalam Pengawasan Khusus, maka Bank Indonesia juga akan
mengumumkannya.

Jangka waktu Bank dengan status Pengawasan Khusus adalah paling lama tiga
bulan bagi Bank yang tidak terdaftar pada Pasar Modal atau enam bulan bagi Bank
yang terdaftar pada Pasar Modal (listed Banks). Jangka waktu tersebut dapat
diperpanjang dan perpanjangan dapat diberikan maksimal satu kali dan paling lama
tiga bulan. Pertimbangan perpanjangan tersebut terutama yang berkaitan dengan
proses hukum yang diperlukan antara lain perubahan anggaran dasar, pengalihan hak
kepemilikan, proses perizinan, dan proses kaji tuntas oleh investor baru (due
diligence).

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengertian Rahasia Bank dapat kita temui dalam Pasal 1 angka 28


Undang–undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang–
undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (UU Perbankan):
“Rahasia Bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan
mengenai nasabah penyimpanan dan simpanannya.”

Secara teori ada dua pendapat tentang rahasia bank yaitu :

1. Teori rahasia bank bersifat mutlak, yaitu bank berkewajiban menyimpan


rahasia nasabah yang diketahui oleh bank karena kegiatan usahanya dalam
keadaan apapun. Semua keterangan mengenai nasabah dan keuangannya
yang tercatat di bank wajib dirahasiakan tanpa pengecualian dan
pembatasan dengan alasan apapun dan oleh siapapun.
2. Teori rahasia bank bersifat nisbi/relatif, yaitu bank diperbolehkan
membuka rahasia nasabahnya untuk suatu kepentingan mendesak,
misalnya demi kepentingan negara atau kepentingan umum.

Dalam rangka menjalankan tugas pengawasan, Bank Indonesia menetapkan


beberapa jenis pengawasan yang didasarkan atas analisis terhadap kondisi suatu bank
tertentu yaitu:

1. Pengawasan Normal (Rutin)


2. Pengawasan Intensif (Intensive Supervision)
3. Pengawasan Khusus (Special Surveillance)

12
B. Saran
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih terdapat
kesalahan dan kekurangan untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat
kami harapkan, agar kedepannya kami bisa lebih baik lagi.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/Pages/Bank-dalam-pengawasan-khusus.aspx

http://e-journal.uajy.ac.id/12293/1/HK111331.pdf

https://www.academia.edu/37978829/RAHASIA_BANK

14

Anda mungkin juga menyukai