MATARAM NO : 128/Pdt.G/2022/PTA.MTR
TENTANG PERBANKAN SYARIAH
Dosen Pengajar :
Dr. Habib Adjie, S.H., M.Hum.
Disusun Oleh :
AISYAH JULIVIANI ISMANTO (12222009)
LINA KAMILAH TSANI (12222012)
DEWI KURNIAWATI (122220)
PRAMITASARI (122220)
FATKHIYATUS SA’ADAH (122220)
VERA SARTIKA (12222035)
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
mata kuliah Akta Perbankan Syariah dengan baik dan tepat waktu.
Tak ada gading yang tak retak, dan tidak ada manusia yang sempurna.
Apabila dalam penulisan tugas ini masih terdapat kekurangan kami sangat terbuka
untuk menerima kritik dan saran yang membangun, agar kami dapat memperbaiki
segala kekurangan dalam karya tulis kami ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak
yang terkait dan membantu dalam penulisan karya kami. Dan semoga karya kami ini
dapat bermanfaat untuk banyak orang.
Penulis
2
DAFTAR ISI
1. COVER ………………………………………………………………… 1
2. KATA PENGANTAR ………………………………………………… 2
3. DAFTAR ISI …………………………..………………………………. 3
4. BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang …. ………………………...…………………………... 4
Rumusan Masalah ……………………………………………………… 5
5. BAB II PEMBAHASAN
A. Pelanggaran Rahasia Bank Sebagai Perbuatan Melawan
Hukum ………………………………………………….…………. 6
B. Studi Kasus Pelanggaran Kerahasiaan Perbankan berdasarkan
Putusan Pengadilan Nomor: 57/PDT/2012/PT.Sby …………......... 8
C. Pelanggaran Rahasia Perbankan Sebagai Tindak Pidana …………. 11
D. Studi Kasus Pelanggaran Kerahasiaan Perbankan berdasarkan
Putusan Pengadilan Nomor: 324/Pid.B/2016/PN.Tjk ….…………. 15
6. PENUTUP …………………………………………………………….. 18
7. DAFTAR PUSTAKA ………………………………………..……….. 20
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana yang menjadi dasar pertimbangan Pengadilan Tinggi Agama
terhadap eksekusi Hak Tanggungan hakim Mahkamah Agung dalam
memutus sengketa Perbankan Syariah nomor : 128/Pdt.G/2022/PTA.MTR.?
2.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
4) Masalah yang menyangkut jangka waktu kewajiban merahasiakan itu bagi
pengurus dan pegawai bank. Apakah rahasia bank masih tetap berlaku
apabila seorang pengurus atau pegawai bank tidak lagi bekerja pada bank
yang bersangkutan.
5) Masalah mengenai sikap apa yang seharusnya diambil bila terdapat
benturan antara kepentingan nasabah secara individual dan kepentingan
masyarakat luas berkaitan dengan berlakunya rahasia bank tersebut.
6) Masalah dalam hal terjadi keadaan dimana demi melindungi kepentingan
bank, justru kepentingan bank itu hanya mungkin terlindungi apabila bank
mengungkapkan keterangan mengenai keadaan keuangan nasabah pada
bank yang bersangkutan dan identitas nasabahnya.
7) Masalah yang apabila dalam hal-hal tertentu rahasia bank boleh
diungkapkan sebagai pengecualian.
8) Masalah yang menyangkut otoritas yang berwenang memberikan izin
pengecualian tersebut.
9) Masalah yang menyangkut persetujuan nasabah.
Apabila ada perjanjian antara bank dengan nasabah, maka rahasia bank
bersifat kontraktual. Sehingga apabila bank memberikan keterangan tentang
keadaan uang nasabahnya, bank dapat digugat oleh nasabahnya berdasarkan
alasan wanprestasi (cidera janji). Sebaliknya, meskipun tidak ada perjanjian
antara bank dan nasabah, namun bank tetap berkewajiban untuk
mempertahankan rahasia bank berdasarkan peraturan perundang-undangan atau
2
Djumhana, Muhammad. Asas-Asas Hukum Perbankan Indonesia, h. 273.
6
konsep hukum lainnya, seperti konsep perbuatan melawan hukum. Artinya
dalam hal bank memberikan keterangan tentang nasabahnya yang merugikan
nasabah, bank dapat dituntut oleh nasabahnya dengan alasan perbuatan melawan
hukum.3
Dari segi perdata, pelaku pelanggaran dituntut ganti rugi atas alasan
perbuatan melawan hukum karena telah melanggar ketentuan Pasal 40. Atas
pelanggarannya, pelaku pelanggaran diancam dengan ganti rugi sesuai dengan
Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata). Meskipun
atas pelanggaran Pasal 40 pelaku telah dijatuhi hukuman pidana, namun hal
tersebut tidak mengurangi hak bagi pihak korban untuk menuntut ganti rugi
perdata. Pembukaan rahasia bank seseorang selama melanggar undang-undang
(violation a statitory) juga melanggar hak nasabah (violation of a right) yang
dapat mendatangkan kerugian kepada nasabah.4
3
Husein, Yunus. Rahasia Bank dan Penegakan Hukum, h. 61.
4
Sarapi, Nancy. (2013), Usaha Bank Menjaga Rahasia Bank Dalam Rangka Perlindungan Terhadap
Nasabah. LEX ET SOCIETATIS, 1 (4): 57-65, h. 64.
7
September 2010 Penggugat mengajukan gugatan kepada Bank BCA Cabang
Borobudur Malang.
2) Pada tanggal 1 April 2008, Penggugat memperoleh fasilitas kredit dari Bank
BCA tersebut berdasarkan Perubahan Perjanjian Kredit atas nama Penggugat
dan CV Mahkota Teratai Indah Jaya. Namun, pada tanggal 19 Juni 2008,
rekening-rekening atas Penggugat dan CV Mahkota Teratai Indah Jaya
tersebut diletakkan sita marital oleh Pengadilan Negeri Kepanjen.
3) Peletakan sita marital tersebut tanpa menggunakan metode delegasi dari
Pengadilan Negeri Kepanjen ke Pengadilan Negeri Malang, padahal kantor
BCA Cabang Borobudur Malang terletak di wilayah hukum Pengadilan
Malang. Ternyata juru sita dari Pengadilan Negeri Kepanjen telah datang ke
kantor Bank BCA Cabang Borobudur Malang dan melakukan sita marital
terhadap rekening milik Henry Sugiarto yang ada di Bank BCA Cabang
Borobudur Malang tersebut.
4) Pihak juru sita Pengadilan Negeri Kepanjen ternyata telah mengetahui nomor
rekening Henry Sugiarto berkat informasi yang diberikan oleh Harjito Sigit
selaku Wakil Kepala Cabang Bank BCA Cabang Borobudur Malang.
Disinilah letak pelanggaran prinsip kerahasiaan bank dengan dasar perbuatan
melawan hukum.
8
2) Untuk penyelesaian piutang bank yang sudah diserahkan kepada badan
Urusan Piutang dan Lelang Negara/Panitia Urusan Piutang Negara dapat
diberikan pengecualian kepada pejabat Badan Urusan Piutang dan Lelang
Negara/Panitia urusan Piutang Negara (Pasal 41A);
3) Untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana dapat diberikan
pengecualian kepada polisi, jaksa atau hakim (Pasal 42);
4) Dalam perkara perdata antara bank dengan nasabahnya dapat diberikan
pengecualian (Pasal 43);
5) Dalam rangka tukar-menukar informasi di antara bank kepada bank lain
dapat diberikan pengecualian (Pasal 44);
6) Atas persetujuan, permintaan kuasa dari Nasabah Penyimpan secara tertulis
dapat diberikan pengecualian (Pasal 44 A Ayat (1)); dan
7) Ahli waris yang sah dari nasabah penyimpan dalam hal nasabah penyimpan
telah meninggal dunia (Pasal 44A Ayat (2).
9
Undang-Undang menentukan bahwa bank dapat mengungkapkan
simpanan nasabah jika dalam hal bersengketa dalam perkara perdata dengan
nasabah. Tetapi dalam kasusnya, bank bukan menghadapi nasabah sebagai
lawan, tetapi menghadapi pihak ketiga yang bukan nasabah. Apabila bank
didatangi oleh juru sita dalam rangka pelaksanaan peletakan sita marital
sebagaimana pada kasus di atas, bank juga tidak dimungkinkan oleh Undang-
Undang untuk mengungkapkan identitas nasabah yang ada di bank tersebut.
Dalam hal pengungkapan rahasia, jalan satu-satunya yang dapat ditempuh oleh
bank adalah meminta persetujuan dari nasabah terlebih dahulu. Tetapi memang,
belum tentu nasabah bersedia memberikan persetujuannya.
1. Pidana penajara minimal 2 (dua) tahun dan maksiamal 4 (empat) tahun serta
dendaminimal 10 milyar rupiah dan maksimal 200 milyar rupiah. Pidana ini
diancam terhadap barang siapa yang tanpa membawa perintah tertulis atau
izin dari pimpinan BankIndonesia sebagaimana dimaksud dalam pasal 41,
pasal 41 A , dan pasal 42, dengansengaja memaksa bank atau pihak
10
terafiliasi untuk memeberikan keterangansebagaimana dimaksud dalam
pasal 40 UU Perbankan;
2. Pidana penajara minimal 2 (dua) tahun dan maksiamal 4 (empat) tahun serta
dendaminimal 4 milyar rupiah dan maksimal 8 milyar rupiah. Pidana
Tersebut diancamterhadap para anggota dewan komisaris, direksi, pegawai
bank, atau pihak terafiliasilainnya yang dengan sengaja memberikan
keterangan yang wajib dirahasiakan menurutPasal 40 UU Perbankan;
3. Pidana penajara minimal 2 (dua) tahun dan maksiamal (tujuh) tahun serta
dendaminimal 4 milyar rupiah dan maksimal 15 milyar rupiah pidana ini
diancam kepadaanggota dewan komisari, direksi, atau pegawai bank yang
dengan sengaja tidakmemberikan keterangan yang wajib
dipenuhisebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 Adan Pasal 44 A UU
Perbankan.
Selain ketiga sanksi pidana tersebut di atas, untuk tiap sanksi pidana,
pihak pimpinan Bank Indonesia selain dapat mencabut izin usaha bank yang
bersangkutan, BankIndonesia dapat menetapkan atau menambah sanksi
administratif sebagai berikut:
1. Denda uang;
2. Teguran tertulis;
3. Penurunan tingkat kesehatan bank;
4. Larangan untuk turut serta dalam kegiatan kliring;
5. Pembekuan kegiatan usaha tertentu, baik untuk kantor cabang tertentu
maupun untuk bank secara keseluruhan;
6. Pemberhentian pengurus bank dan selanjutnya menunjuk dan mengangkat
pengganti sementara sampai rapat umum pemegang saham atau rapat anggota
koperasi mengangkat pengganti yang tetap dengan persetujuan Bank
Indonesia;
7. Pencantuman anggota pengurus, pegawai bank, pemegang saham dalam
daftar orang tercela di bidang perbankan.
11
bank tersebut. Taufik E. L.Rahim menerangkan bahwa dilihat dari segi hakikat
rahasia bank didasarkan kepada empathal, yaitu:
1. Hak setiap orang atau badan untuk tidak mencampuri dalam masalah yang
bersifat pribadi ( personal privacy).
2. Hak yang timbul dari hubungan perikatan antara bank dan nasabahnya wajib
dandengan itikat baik wajib untuk melindungi kepentingan nasabahnya.
3. Bank dalam menghimpun dana dari masyarakat bekerja berdasarkan
kepercayaanmasyarakat dengan demikian pengetahuan bank mengenai
keuangan nasabah tidakdisalahkan dan wajib dijaga oleh bank.
4. Kebiasaan dan kelaziman dalam dunia perbankan.
Secara eksplisit ada dua jenis tindak pidana yang ditentukan oleh Pasal
47 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan atas Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992
tentang Perbankan yang berkaitan dengan perbankan.
1. Pertama, tindak pidana yang dilakukan oleh mereka yang tanpa membawa
perintah atauizin dari Pimpinan Bank Indonesia dengan sengaja memaksa
bank atau pihak yangterafilisi untuk memberikan keterangan yang harus
dirahasiakan oleh bank. Hal ini ditentukan oleh Pasal 47 ayat (1).
2. Kedua, tindak pidana yang dilakukan oleh anggota Dewan Komisaris,
Direksi, PegawaiBank, atau pihak terafiliasi lainnya, yang dengan sengaja
memberikan keterangan yangwajib dirahasiakan oleh bank. Tindak pidana
tersebut ditentukan oleh Pasal 47 ayat (2).
12
(1). Barang siapa tanpa membawa perintah tertulis atau izin dari pemimpin
Bank Indonesiasebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 41 A, dan
Pasal 42, dengan sengajamemaksa bank atau pihak terfiliasi untuk
memberikan keterangan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 40, diancam
dengan pidana penjara sekuran-kurangnya 2 (dua)tahun dan paling lama
4 (empat) tahun serta denda sekurang-kurangnyaRp10.000.000.000,00
(sepuluh miliar rupiah) dan paling banyak Rp200.000.000.000,00(dua
ratus miliar).
(2). Anggota dewan komisaris, direksi, pegawai bank atau pihak teafiliasi
lainnya yangdengan sengaja memberikan keterangan yang wajib
dirahasiakan menurut Pasal 40,diancam dengan pidana sekurang-
kurangnya 2 (dua) tahun dan paling lama 4 (empat)tahun serta denda
sekurang-kurangnya Rp 4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah) dan
paling banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).
13
tentang Perubahan atasUndang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun
1992 tentang Perbankan itumerupakan tindak pidana formal, maka pihak yang
memaksa tersebut dapat saja di tuntutdan dikenai pidana sekalipun tidak sampai
berhasil membuat pihak terafiliasi memberikan keterangan yang diminta itu.
14
Posisi Kasus Pada Putusan No: 324/Pid.B/2016/PN.Tjk atas nama
Terdakwa Wawan Setiawan bin M. Koesen :
Dalam kasus ini, pihak pegawai Bank diadili dengan hukum pidana
karena melakukan tindak pidana “Pegawai Bank sebagai pihak yang terafiliasi
dengan bank dengan sengaja memberikan keterangan yang wajib dirahasiakan”
sebagaimana amar Putusan Pengadilan Negeri Tanjungkarang Nomor
324/Pid.B/2016/PN.Tjk Tanggal 12 Mei 2016.
5
UU Perbankan, Pasal 40 ayat (2).
15
seperti karyawan atau hubungan kerja dalam rangka memberikan pelayanan
jasanya kepada Bank.6
6
Muhammad Djumhana (a), Hukum Perbankan di Indonesia, Cet. V, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,
2006, hlm. 278
16
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
17
adalah kasus Bank BCA yang digugat oleh nasabahnya pada PT Bank BCA Cabang
Borobudur Malang (Putusan Pengadilan Nomor 57/PDT/2012/PT.Sby). Dalam kasus
ini nasabah menggugat bank atas pelanggaran prinsip kerahasiaan dengan dasar
perbuatan melawan hukum. Pemberian informasi yang diberikan oleh pihak Bank
BCA Cabang Borobudur Malang kepada pihak ketiga yang dalam hal ini adalah juru
sita Pengadilan Negeri Kepanjen, telah bertentangan dengan kewajiban hukum bank
dan perintah undang-undang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 Ayat (1)
Undang-Undang Perbankan.
18
DAFTAR PUSTAKA
19