Anda di halaman 1dari 9

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Kasus Perbankan

BAB III ANALISA

3.1. Analisa Kasus Perbankan

3.2. Penyelesaian

3.3. Solusi

BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kasus Bank BRI merupakan contoh konkrit yang amat penting untuk diketahui agar
kemudian dapat menjadi suatu acuan bagi kita untuk bisa memahami dan mendalami
pengetahuan mengenai kondisi kesehatan suatu bank.

Pada hakikatnya bank dikatakan sehat apabila mampu melakukan kegiatan operasional
perbankan secara normal mampu memenuhi segala kewajibannya dengan baik dengan
cara-cara yang sesuai peraturan perbankan yang berlaku.

Bank dikatakan sehat apabila bisa melakukan dengan baik kegiatan operasional
perbankannya meliputi :

1) Kemampuan menghimpun dana baik dari masyarakat, lembaga lain, maupun dari
modal sendiri

2) Kemampuan mengolah dana

3) Kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat

4) Kemampuan memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan, pemilik modal, dan


pihak lain

5) Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku.

Apabila ada dari kegiatan operasional di atas tidak dapat dilaksanakan oleh bank, maka
dengan demikian suatu bank bisa dikatakan “ sakit (tidak sehat) “.

Menurut Kasmir Sendiri kesehatan suatu bank dapat dianalisis dengan menilai aspek
CAMELS ( Capital, Assets, Management, Earning, Liquidity, dan Sensitivity).

 Aspek Permodalan ( Capital )

Dalam hal ini yang dinilai adalah permodalan yang di dasarkan kepada kewajiban
penyediaan modal minimum bank.

 Aspek Kualitas Aset (Assets)

Yaitu menilai jenis-jenis asset yang dimiliki oleh bank.

2
 Aspek Kualitas Menejemen (Management)

Kualitas manajemen dapat di lihat dari kualitas manusianya dalam bekerja

 Aspek Earning

Suatu bank dapat dikatakan likuid apabila bank yang bersangkutan dapat membayar
semua hutangnya.

 Aspek Likuiditas (Liquidity)

Merupakan ukuran kemampuan bank dalam meningkatkan labanya.

 Aspek Sensitivitas (Sensitivity)

Perbankan harus sensitive terhadap resiko, ini penting untuk tujuan memperoleh laba
dan pada akhirnya kesehatan bank dapat terjamin.

BAB II

3
PEMBAHASAN

2.1. Kasus Perbankan

Kasus Emas Palsu, BRI Ajukan Banding

Kamis, 3 Oktober 2013 | 17:10 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) di hukum


membayar ganti rugi kepada salah satu nasabahnya, Ratna Dewi sebesar Rp 37 miliar.
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan memutuskan BRI terbukti melakukan perbuatan
melawan hukum atas sengketa jaminan kredit berupa logam mulia 59 Kilogram.

Putusan yang dibacakan oleh Ketua Majelis Hakim Suprapto, Rabu (2/10) itu
memerintahkan membayar ganti rugi materiil sebesar Rp31.860.000 dan imateriil sebesar
Rp5 miliar. Selain itu, pengadilan memerintahkan BRI harus menunda pelaksanaan proses
kredit termasuk pembayaran angsuran, bunga dan segala yang berkaitan pelaksanaan dari
Akta Perjanjian Suplesi dan Perjanjian Jangka Waktu Kredit Modal Kerja, Akta Nomor 42
tertanggal 27 Juli 2012 dan Akta Jaminan gadai Nomor 43 tanggal 27 Juli 2012. Atas
putusan ini, BRI langsung menyatakan banding ke Pengadilan Tinggi DKI Jakarta. "Kami
bersama tim kuasa hukum akan memanfaatkan upaya hukum yang tersedia dalam hal ini
mengajukan banding," kata corporate secretary BRI, Muhammad Ali, Kamis (3/10/2013).

Ali menegaskan pihaknya akan memanfaatkan waktu semaksimal mungkin untuk


menyusun memori banding. "Kami punya waktu pengajuan selama 14 hari. Ini kita
manfaatkan untuk menyusun pertimbangan," ujarnya. Sementara itu, Partahi Sihombing
selaku kuasa hukum Ratna Dewi mengaku menghormati langkah hukum BRI. Pihaknya
pun sudah siap meladeni upaya banding BRI. "Kami akan sampaikan kontra memori
banding," katanya. Meski demikian, Partahi menilai upaya banding ini tidak lain langkah
BRI untuk menunda-nunda putusan. Padahal, BRI sudah terbukti melakukan perbuatan
melawan hukum. "Sudah jangan lama-lama, walaupun putusan ini di tingkat pertama,"
jelasnya. Selain itu, putusan perdata ini memperkuat proses pidana yang menyeret beberapa
pimpinan BRI sehubungan perubahan fisik emas milik Ratna Dewi. "Ini berhubungan nama
baik BRI. Emasnya berubah menjadi emas palsu," katanya. Sebelumnya, nasabah Ratna
Dewi mengajukan gugatan perdata terhadap BRI ke PN Jakarta Selatan dengan Nomor
Perkara : 187/Pdt.G/2013/PN.Jkt.Sel. Pihaknya menyeret kantor pusat BRI selaku tergugat
I dan BRI Wilayah II Jakarta selaku tergugat 2.

Awalnya Ratna Dewi yang menginvestasikan logam mulia seberat 59 kilogram senilai
Rp32 miliar dalam bentuk "safety box" sebagai jaminan gadai pinjaman pada BRI. Ratna
4
Dewi berencana memindahkan kreditnya ke bank lain, namun pimpinan BRI Wilayah 2
Jakarta mempertahankan dan menyuruh mengajukan permohonan kredit tambahan. BRI
menyetujui permohonan kredit tambahan yang diajukan Ratna Dewi dengan syarat
menambah jaminan logam mulia. Awalnya, pemeriksaan penambahan jaminan logam mulia
tidak bermasalah. Selanjutnya, BRI memeriksa kembali emas milik Ratna Dewi saat status
jaminannya menjadi gadai atau logam mulia itu dalam penguasaan BRI.

Ratna Dewi menolak akad kredit tambahan yang telah disetujui karena jaminan logam
mulianya berubah fisik dan tidak sesuai sertifikat. Akibat perubahan fisik logam mulia itu,
Ratna Dewi mengajukan gugatan perdata dan melaporkan beberapa pimpinan Kantor BRI
Wilayah II Jakarta, karena dugaan tindak pidana penggelapan emas seberat 59 Kg ke Polda
Metro Jaya.

Penyidik Polda Metro Jaya telah menetapkan tersangka terhadap mantan Wakil
Pimpinan Wilayah BRI Jakarta Selatan, RA, mantan Staf Keuangan Kanwil BRI Jakarta
Selatan, AM dan mantan Kepala Bagian Administrasi Kredit, RTA. Kemudian, polisi
menetapkan kembali tiga tersangka lainnya, yakni mantan Pimpinan Wilayah BRI Jakarta
Selatan berinisial ALR, Wakil Pimpinan Wilayah BRI Jakarta Selatan, ADU dan mantan
pejabat lainnya, BRO. (Yudho Winarto)

Para tersangka dikenakan Pasal 374 KUHP tentang penggelapan dan Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dengan ancaman hukuman penjara maksimal 10
tahun.

Sumber : Kontan

5
BAB III

ANALISA

3.1. Analisis Kasus Perbankan

Kasus yang terjadi ini dimulai saat bank BRI menerima barang dari Ratna Dewi yaitu
berupa Emas Batangan, bank seharusnya dapat mengulik terlebih dahulu apakah memang benar
barang tersebut milik nasabah tersebut dan melakukan pengecekan ulang terkait pekerjaan
nasabah sehingga ia dapat memiliki sejumlah Emas. Pimpinan Bank juga tidak boleh menahan
terlalu lama jika keinginan nasabah berubah untuk melakukan pemindahan barang kepada Bank
lain, karena sesuai prosedur nasabah dapat melakukan pemindahan barang atau uangnya di Bank
tersebut kepada Bank lain. Pihak Bank BRI pun harus bisa bijak dalam menggunakan barang
tersebut dan memang disimpan dengan benar sehingga kejadian Emas yang berubah ini tidak
terjadi, bagaimana bisa Emas yang dititipkan nasabah tiba-tiba berubah menjadi Emas Palsu jika
tidak ada keaman yang baik? Nasabah yang notabene ingin barang berharganya aman akan
percaya kepada Pihak bank karena Bank adalah salah satu tempat penyimpanan yang terjamin,
namun Pihak Bank yang dititipkan melakukan kecurangan dari awal melakukan surat palsu
untuk nasabah.

3.2. Penyelesaian

Cara terbaik untuk menyimpan sejumlah barang berharga yaitu dengan cara menyewa
SDB (safety deposit box). Hampir setiap bank memiliki fasilitas ini bagi nasabah untuk
menyimpan barang-barang berharga, termasuk emas dan surat wasiat.

Bank umumnya memiliki fasilitas keamanan superketat untuk jasa penyewaan SDB.
Untuk membuka brankas, bank memberlakukan syarat berlapis. Berikut ini prosedur-
prosedur pengamanan standar yang diberikan bank terhadap safety deposit box:

1) Ketika akan membuka safety deposit box, pemilik brankas harus mampu menunjukkan
identitas lengkap sebagai bukti pemilik.

2) Ruang tempat menyimpan kotak-kotak itu dilengkapi kamera closed-circuit (CCTV)


yang selalu mengintai gerak-gerik pengunjung maupun petugas jaga.

3) Bank hanya menyediakan dua kunci. Kunci master dipegang bank, dan satu kunci
dipegang nasabah. Kotak hanya bisa dibuka kalau kedua kunci itu dimasukkan
bersama-sama ke lubang kunci. Kotak tidak akan terbuka jika hanya menggunakan satu
kunci.

4) Setelah brankas dibuka, petugas bank akan langsung meninggalkan nasabah sendirian.

6
5) Brankas yang disediakan bank tersebut tahan congkelan dan tahan api, sehingga aman
dari mating dan kebakaran.

SDB adalah cara penyimpanan yang paling aman. Terkadang ada beberapa kasus
dimana nasabah mengaku kebobolan benda-benda berharga yang telah disimpan di SDB.
Kemungkinan itu selalu saja terjadi. Sistem keamanan seketat apa pun pasti akan jebol
kalau si maling bekerjasama dengan orang dalam.

Untuk lebih meminimalisasi resiko pembobolan SDB atau hal-hal yang mungkin tidak
diinginkan, ada baiknya kita:

 Membaca dengan seksama syarat dan ketentuan yang berlaku terhadap SDB yang kita
sewa. Hal ini untuk mempersiapkan mental jikalau hal-hal yang tidak diinginkan
terjadi.

 Mengamati kunci yang diberikan, jika memungkinkan mintalah kunci SDB yang
(nampak) baru untuk lebih meminimalisasi resiko kemungkinan kunci telah
mengalami penggandaan.

 Jika memungkinkan lagi, pilihlah SDB pada posisi tengah, sejajar dengan badan kita.
Hal ini selain memudahkan kita menggapainya, tidak perlu jongkok ataupun
jinjit/menggunakan tangga, juga untuk meminimalisasi resiko semisal terjadi bencana
kebakaran.

3.3. Solusi

Pilihlah bank yang reputasinya bagus. Pilihlah bank yang tidak memiliki track record
kebobolan. Untuk pengamanan berlapis, gunakanlah jasa asuransi. Sehingga kalau terjadi
apa yang tidak diinginkan, kita tidak kehilangan seluruh aset yang ada di dalam kotak
penyimpanan tersebut.

7
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa menyimpan barang – barang
berharga di bank melalui safe deposit box tidak selamanya aman dan terhindar dari
pembobolan. Pembobolan dapat dilakukan melalui interenal maupun eksterenal. Dalam
kasuk diatas pembobolan atau penggelapan dilakukan oleh orang dalam yakni pegawai
bank BRI. Sebagai nasabah perlu mewaspadai dan memilih bank yang reputasinya bagus
dan bank yang dapat dipercaya.

DAFTAR PUSTAKA
8
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/10/03/1710370/Kasus.Emas.Palsu.BRI.Ajukan.Ba
nding

http://www.harianterbit.com/2013/01/09/6-tersangka-pembobol-bank-bri-cab-jkt-ke-penuntutan/

http://id.wikipedia.org/wiki/Kotak_simpanan

http://emasbatangan99.wordpress.com/tag/safety-deposit-box/

Anda mungkin juga menyukai