Anda di halaman 1dari 2

Nama: Aura Nur Maulida

NIM: B011181305
Mata Kuliah: Perancangan Kontrak
Kelas: A

Tugas Modul VII:


Pada tugas ini peserta kuliah atau mahasiswa diharapkan dapat mengerjakan satu dari dua tugas
berikut:
2. Peserta kuliah diharapkan dapat menganalisis contoh kasus yang ada dalam kontrak
bisnis untuk mempertajam teori dan praktik.

Kasus:
Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Kontrak Bisnis Antara Biro Perjalanan Wisata “Goh”
Dengan Jayakarta Hotel Di Legian Bali.
Kontrak bisnis yang disepakati antara Biro Perjalanan Wisata “Goh” dengan Jayakarta
Hotel yang terletak di Legian Bali ini dituangkan dalam perjanjian tertulis dalam bentuk kontrak
bisnis. Inti dari kontrak tersebut adalah penentuan harga sewa kamar, waktu pembayaran, waktu
kedatangan dan keberangkatan. Seiring berjalannya waktu, Biro Perjalanan Wisata “Goh” tidak
melaksanakan kewajibannya yaitu membayar uang sewa kamar tepat pada waktunya, yang
mengakibatkan pihak Hotel Jayakarta mengalami kerugian. Dalam Kontrak Bisnis tersebut, Biro
Perjalanan Wisata “Goh” menyewa kamar hotel selama dua minggu untuk tamunya sebanyak 15
kamar, kemudian pihak hotel pun menyediakan kamar yang dipesan tersebut. Dalam perjanjian
telah ditentukan hari dan tanggal pembayaran, kedatangan serta keberangkatan tamu dari Biro
Perjalanan Wisata “Goh”. Klausula yang dilanggar oleh Biro Perjalanan Wisata “Goh” yaitu dalam
melaksanakan kewajiban membayar uang sewa kamar pada tanggal 2 Januari 2013 serta berjanji
membawa tamu yang telah memesan kamar hotel. Lalu, Biro Perjalanan Wisata “Goh” belum juga
membayar uang sewa kamar selama 3 hari, mulai saat itulah pihak Hotel Jayakarta Legian Bali
menegur pihak Biro Perjalanan Wisata “Goh” agar segera melunasi pembayaran, serta meminta
ganti rugi.
Pihak hotel telah menentukan sanksi berupa dikenakannya kewajiban untuk membayar
denda sebesar 10%-15% dari total pembayaran untuk setiap hari keterlambatan (sesuai isi
perjanjian).

Analisis:
Problematika yang timbul antara Biro Perjalanan Wisata “Goh” dengan pihak Hotel
Jayakarta adalah Biro Perjalanan Wisata “Goh” tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana telah
dituangkan dalam kontrak yang mereka sepakati, tidak dipenuhinya kewajiban ini dikarenakan ada
unsur salah padanya, yakni tercantum pada ketentuan Pasal 1236 dan Pasal 1243 BW/KUHPer
yang menyatakan bahwa:
Pasal 1236
“Si berutang adalah wajib memberikan ganti biaya, rugi dan bunga kepada si berpiutang, apabila
ia telah membawa dirinya dalam keadaan tak mampu untuk menyerahkan kebendaannya, atau
telah tidak merawat sepatutnya guna menyelamatkannya.”
Pasal 1243
“Penggantian biaya, rugi dan bunga karena tak dipenuhinya suatu perikatan, barulah mulai
diwajibkan. Apabila si berutang, setelah dinyatakan lalai memenuhi perikatannya, tetap
melalaikannya. Atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dibuatnya. Hanya dapat diberikan atau
dibuat dalam tenggang waktu yang telah dilampaukannya.”

Pada intinya bahwa dalam hal debitur (dalam hal ini Biro Perjalanan Wisata “Goh”) lalai
untuk memenuhi perikatannya, maka pihak kreditur berhak untuk menuntut penggantian kerugian,
yang berupa ongkos-ongkos, kerugian dan bunga atas dasar keterlambatan prestasi harus didahului
dengan somasi.

Upaya penyelesaian permasalahan hukum akibat Wanprestasi yang dilakukan Biro


Perjalanan Wisata “Goh” Dengan Jayakarta Hotel Legian Bali dalam Kontrak Bisnis nya telah
diatur upaya penyelesaian jika sewaktu-waktu terjadi sengketa, yakni melalui jalur non litigasi.
Artinya penyelesaian ini berpedoman pada ketentuan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999
tentang Arbitrase dan Alternatif Pilihan Penyelesaian Sengketa ada 5 (lima) macam penyelesaian
sengketa, yaitu Konsultasi, Negosiasi, Mediasi, Konsiliasi, dan Arbitrase.

Ternyata upaya non litigasi yang dilakukan oleh para pihak yakni Negosiasi. Hal ini
dibuktikan bahwa Direktur Biro Perjalanan Wisata “Goh” berusaha datang menemui manajemen
hotel untuk menjelaskan kondisi yang sebenarnya. Setelah melakukan perundingan dan negosiasi
yang cukup alot dengan pihak hotel, maka hasil perundingan tersebut maka disepakati bahwa Biro
Perjalanan Wisata “Goh” harus tetap mengganti kerugian atas pembatalan tersebut sebesar 3
malam saja dari harga sewa kamar yang telah disepakati dalam kontrak, serta mengganti kerugian
sebesar 50% saja dari keuntungan yang akan didapat dan kamar yang telah dipesan akan disewakan
kepada wisatawan lainnya.

Kesepakatan penyelesaian negosiasi ini dibenarkan pada Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa: “Penyelesaian sengketa atau beda pendapat
melalui alternatif penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diselesaikan dalam
pertemuan langsung oleh para pihak dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari dan hasilnya
dituangkan dalam suatu kesepakatan tertulis”. Kekuatan hukum proses penyelesaian secara
negosiasi terdapat dalam Pasal 1320 BW/KUHPer yang menentukan syarat sahnya perjanjian
yakni ‘sepakat’ jadi kesepakatan para pihak akan selalu menjadi dasar dalam melakukan sebuah
perjanjian atau kontrak. Proses negosiasi ini pun didasarkan atas itikad baik para pihak, bahkan
tidak memperumit proses penyelesaian yang diteruskan ke jalur litigasi, karena akan dibutuhkan
biaya, tenaga, dan waktu untuk hal tersebut.

Anda mungkin juga menyukai