Anda di halaman 1dari 66

MODUL XII

KEGIATAN BELAJAR KE-1


PEMBUKTIAN

TIM PENYUSUN

DEPARTEMEN HUKUM ACARA


FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS HASANUDDIN
TAHUN 2020

i
PRAKATA

Perkenankanlah pada kesempatan ini, kami mengucapkan Puji Syukur


Kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan modul ini. Modul ini disusun sebagai panduan bagi
peserta Mata Kuliah Hukum Acara Perdata dan Praktik Peradilan Perdata untuk
memahami hal-hal yang terkait dengan teori dan tahapan-tahapan dalam
praktik peradilan perdata secara komprehensif. Kami berharap modul ini dapat
memperkaya hasanah ilmu pengetahuan peserta kuliah dalam penerapan
hukum acara perdata di masyarakat.

Ucapan terima kasih kepada Pimpinan Fakultas Hukum Unhas,


Pimpinan Departemen yang telah mensupport dalam penyusunan modul
sebagai bahan ajar perkuliahan. Terkhusus kepada Tim Pengampu Mata Kuliah
Hukum Acara Perdata dan Praktik Peradilan Perdata disampaikan terima kasih
atas kerjasamanya dalam merampungkan penyusunan modul ini.

Kami menyadari bahwa dalam modul ini masih terdapat banyak


kekurangan sehingga kami senantiasa mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dalam penyempurnaan modul ini. Semoga modul ini dapat
menjadi referensi dan menambah wawasan mahasiswa dan para pembaca.

Ttd,

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman
PRAKATA ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) .................................. iv
MODUL XII PEMBUKTIAN ....................................................................... 1
KEGIATAN BELAJAR KE-1: PEMBUKTIAN BAGIAN I ......................... 3
A. Deskripsi Singkat ................................................................................ 3
B. Relevansi ............................................................................................ 3
C. Capaian Pembelajaran ....................................................................... 3
1. Uraian ........................................................................................... 3
2. Latihan .......................................................................................... 12
3. Rangkuman .................................................................................. 12
4. Pustaka ........................................................................................ 13
D. Tugas dan Lembar Kerja .................................................................... 13
E. Tes Formatif ........................................................................................ 14
F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut .......................................................... 15

iii
UNIVERSITAS HASANUDDIN,
FAKULTAS HUKUM, Kode
PRODI S1 ILMU HUKUM Dokumen
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER
MATA KULIAH (MK) KODE Rumpun MK BOBOT (sks) SEMESTER Tgl
Penyusunan
HUKUM ACARA PERDATA 320B1174 Hukum Acara T=3 P=1 5 27 Juni 2020
DAN PRAKTIK PERADILAN PERDATA
OTORISASI, Pengembang RPS Koordinator RMK Ketua PRODI
Departemen Hukum Acara.

Dosen Pengampu Mata Kuliah Prof. Dr. Musakkir, S.H., M.H Dr. Maskun S.H., LL.M.
Capaian CPL-PRODI yang dibebankan pada MK
Pembelajaran (CP) CPL1 (S1) Memiliki integritas dan etika profesi hukum berdasarkan nilai-nilai Pancasila
CPL2 (P3) Memiliki pemahaman hukum formil
CPL3 (KU1) Mampu berpikir logis, kritik, dan sistematis
CPL4 (KU3) Mampu bekerjasama secara individu dan kelompok
CPL5 (KK1) Mampu melakukan penelitian hukum untuk mengkonstruksi argumentasi hukum
CPL6 (KK3) Mampu memberikan saran dan solusi atau penyelesaian hukum yang baik
Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)
CPMK Mampu mengemukakan konsep, melakukan penelusuran, identifikasi, argumentasi hukum, dan praktek hukum acara
perdata dengan mengkorelasikan hukum perdata materil sehingga menghasilkan saran dan solusi atau penyelesaian
hukum yang baik.
CPL  Sub-CPMK
CPL-1 - Pembukaan matakuliah, mengetahui dan memahami materi pembelajaran serta menyepakati kontrak perkuliahan.
- SubCPMK1 Mampu mengemukakan pengertian dan istilah-istilah hukum acara perdata, hukum perdata formil dan
ruang lingkup hukum acara perdata.
- SubCPMK8 Mampu mendeskripsikan dan menjelaskan Overview Proses Beracara dalam Perkara Perdata
- SubCPMK23 & 24 mampu menginterpretasikan “upaya hukum” dan mampu menjelaskan tentang upaya hukum
terhadap putusan.
CPL-2 - SubCPMK1 Mampu mengemukakan pengertian dan istilah-istilah hukum acara perdata, hukum perdata formil dan
ruang lingkup hukum acara perdata.
- SubCPMK1 Mampu menjabarkan sumber-sumber hukum acara perdata.
- SubCPMK2&3 Mampu menelusuri dan mengemukakan asas-asas hukum yang berlaku dalam Hukum Acara Perdata.
- SubCPMK4 Mampu menentukan dan menjelaskan Pihak-pihak dalam Acara Perdata; Tugas Hakim Perdata Dalam
Lingkungan Peradilan Umum, Peninjauan Kembali, dan Pejabat-pejabat Pada Pengadilan;
- SubCPMK8 Mampu mendeskripsikan dan menjelaskan Overview Proses Beracara dalam Perkara Perdata juga
Kompetensi absolut dan relatif.
- SubCPMK9 Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Pencabutan dan tata cara Perubahan Gugatan serta Putusan
Verstek dan Putusan Gugur.
- SubCPMK 17 mampu mengemukakan prinsip pembuktian dan alat bukti dalam perkara perdata (alat bukti tertulis).
- SubCPMK18 mampu menjelaskan tentang prinsip hukum pembuktian: Pembuktian dengan Saksi, Persangkaan dan
Pengakuan.
- SubCPMK19 mampu untuk menjelaskan tentang proses, prinsip hukum pembuktian dengan sumpah, pemeriksaan
setempat (descente) dan keterangan ahli (axpertice).
- SubCPMK20 mampu menjelaskan pengertian putusan dan kekuatan dari putusan hakim dalam perkara perdata.
- SubCPMK21 mampu mengemukakan tentang anatomi putusan, unsur-unsur pembentuk putusan hakim dan jenis-jenis
putusan dalam perkara perdata.
- SubCPMK22 mampu untuk mendefinisikan Putusan dan pelaksanaannya, Hakekat Pelaksanaan Putusan, Jenis-jenis
Pelaksanaan Putusan, Syarat-syarat dan Pelaksanaan Eksekusi serta Hambatan-hambatan dalam Eksekus
- SubCPMK23 mampu untuk mengemukakan Pelaksanaan putusan dan tindakan hukum yang berkaitan dengan
pelaksanaan putusan tersebut serta mampu memberikan solusi hukum atas hambatan pelaksnaan kasus putusan
pengadilan.
- SubCPMK24 & 25 mampu menginterpretasikan “upaya hukum” dan mampu menjelaskan tentang upaya hukum
terhadap putusan.
- SubCPMK26 mampu untuk mengemukakan tentang pengertian surat kuasa , sifat dan karakteristik surat kuasa, jenis-
jenis surat kuasa, syarat-syarat pemberian kuasa, hak dan kewajiban pemberi, penerima kuasa serta berakhirnya
kuasa
CPL-3 - SubCPMK5&6 Mampu mengemukakan, dasar timbulnya gugatan, syarat-syarat gugatan, tata cara pengajuan, gugatan,
jenis-jenis tuntutan, kompetensi pengadilan dan menerangkan makna dan tujuan dari upaya Intervensi termasuk pihak
yang terlibat dalam intervensi.
- SubCPMK7 Mampu mengemukakan dan melakukan telaah terkait: Tuntutan hak; Pihak-pihak dalam perkara; dan
Penggabungan tuntutan.
- SubCPMK20 mampu menjelaskan pengertian putusan dan kekuatan dari putusan hakim dalam perkara perdata.
vi
- SubCPMK21 mampu mengemukakan tentang anatomi putusan, unsur-unsur pembentuk putusan hakim dan jenis-
jenis putusan dalam perkara perdata.
- SubCPMK22 mampu untuk mendefinisikan Putusan dan pelaksanaannya, Hakekat Pelaksanaan Putusan, Jenis-jenis
Pelaksanaan Putusan, Syarat-syarat dan Pelaksanaan Eksekusi serta Hambatan-hambatan dalam Eksekusi.
- SubCPMK23 mampu untuk mengemukakan Pelaksanaan putusan dan tindakan hukum yang berkaitan dengan
pelaksanaan putusan tersebut serta mampu memberikan solusi hukum atas hambatan pelaksanaan kasus putusan
pengadilan.
- SubCPMK24 & 25 mampu menginterpretasikan “upaya hukum” dan mampu menjelaskan tentang upaya hukum
terhadap putusan.
- SubCPMK26 mampu untuk mengemukakan tentang pengertian surat kuasa , sifat dan karakteristik surat kuasa, jenis-
jenis surat kuasa, syarat-syarat pemberian kuasa, hak dan kewajiban pemberi, penerima kuasa serta berakhirnya
kuasa
- Mampu menguraikan makna upaya-upaya menjamin hak dari para pihak dalam peradilan perdata (Sita Jaminan).
CPL-4 - SubCPMK 14-15 Mampu menjelaskan tahapan pembuktian, tata cara pengajuan alat bukti dan prinsip hukum dalam
pembuktian perkara perdata: mengenai alat bukti, beban pembuktian dan nilai pembuktian.
- SubCPMK 12 Mampu mengemukakan pengertian penyitaan, tahapan/prosedur penyitaan, jenis-jenis penyitaan,
barang atau benda yang dapat di sita dan akibat hukum (konsekuensi juridisnya)
- SubCPMK19 Mahasiswa mampu untuk menjelaskan tentang proses, prinsip hukum pembuktian dengan sumpah,
pemeriksaan setempat (descente) dan keterangan ahli (axpertice)
- SubCPMK27 Mampu mempraktikkan pembuatan Gugatan dan Pemeriksaan Perkara dengan Barang Sitaan dan juga
Gugatan Konvensi dan Rekonvensi di Laboratorium Moot Court.
CPL- 5 - SubCPMK7 Mampu mengemukakan dan melakukan telaah terkait: Tuntutan hak; Pihak-pihak dalam perkara; dan
Penggabungan tuntutan.
- SubCPMK9 Mampu menjelaskan tahapan, tata cara Pencabutan dan Perubahan Gugatan serta Putusan Verstek dan
Putusan Gugur
- SubCPMK10 Mampu menentukan dan menjelaskan Tahap-Tahap Pemeriksaan Perkara.
- SubCPMK 11 mampu memahami dan menjelaskan Gugatan Konvensi dan Gugatan Rekonvensi.
- SubCPMK 17 mampu mengemukakan prinsip pembuktian dan alat bukti dalam perkara perdata (alat bukti tertulis)
- SubCPMK18 mampu menjelaskan tentang prinsip hukum pembuktian: Pembuktian dengan Saksi, Persangkaan dan
Pengakuan
- SubCPMK20 mampu menjelaskan pengertian putusan dan kekuatan dari putusan hakim dalam perkara perdata.
CPL- 6 - SubCPMK13 Mampu menyusun dan mencontohkan bagaimana Jawaban, Eksepsi, Replik, dan Duplik juga Gugatan
vii
Rekonvensi
- Sub CPMK14-15 Mampu menjelaskan tahapan pembuktian, tata cara pengajuan alat bukti dan prinsip hukum dalam
pembuktian perkara perdata: mengenai alat bukti, beban pembuktian dan nilai pembuktian.
- SubCPMK 17 mampu mengemukakan prinsip pembuktian dan alat bukti dalam perkara perdata (alat bukti tertulis)
- SubCPMK18 mampu menjelaskan tentang prinsip hukum pembuktian: Pembuktian dengan Saksi, Persangkaan dan
Pengakuan
- SubCPMK22 mampu untuk mengemukakan Pelaksanaan putusan dan tindakan hukum yang berkaitan dengan
pelaksanaan putusan tersebut serta mampu memberikan solusi hukum atas hambatan pelaksanaan kasus putusan
pengadilan.
- SubCPMK27 mampu mempraktikkan Pembuatan Gugatan dan Pemeriksaan Perkara dengan Barang Sitaan dan juga
Gugatan Konvensi dan Rekonvensi di Laboratorium Moot Court.
- SubCPMK28 Mampu mempraktikkan Jawaban Eksepsi, Replik, Duplik atas Gugatan di Laboratorium Moot Court.
- SubCPMK29 Mampu mempraktikkan tahapan beracara pada tahap Pembuktian Bagian I sampai IV di Laboratorium
Moot Court (pengajuan alat bukti, tatacara dan prosedurnya).
- SubCPMK 30 & 31 Mampu mempraktikkan tahapan beracara pada tahap Putusan di Laboratorium Moot Court
(penyusunan dan pembacaan putusan)
Deskripsi Singkat Matakuliah ini membahas tentang pengertian, sumber hukum acara perdata, jenis dan susunan badan peradilan di Indonesia,
MK kompetensi pengadilan, asas-asas hukum acara perdata, penuntutan hak, tata cara berperkara di pengadilan, upaya hukum, dan
pelaksanaan putusan. Selain itu, mata kuliah ini juga memberikan gambaran bagaimana cara menyusun gugatan, jawaban, replik,
duplik, dan putusan melalui praktek peradilan perdata dalam Moot Court (Laboratorium Hukum).
Bahan Kajian / 1. Pengantar dan Ruang lingkup Materi Hukum Acara Perdata; Pengertian Hukum Acara, Hukum Perdata Formal dan Hukum Acara
Materi Perdata; dan Sumber-sumber Hukum Acara Perdata;
Pembelajaran 2. Asas-asas Hukum Acara Perdata;
3. Pihak-pihak dalam Acara Perdata; Tugas Hakim Perdata Dalam Lingkungan Peradilan Umum, Peninjauan Kembali, dan Pejabat-
pejabat Pada Pengadilan;
4. Timbulnya Gugatan, Syarat-syarat Gugatan, dan Tata Cara Pengajuan Gugatan;
5. Jenis-Jenis Tuntutan, Kompetensi Pengadilan, dan Intervensi;
6. Tuntutan hak, pihak-pihak dalam perkara, penggabungan tuntutan;
7. Overview Proses Beracara dalam Perkara Perdata;
8. Pencabutan dan Perubahan Gugatan; Putusan Verstek dan Putusan Gugur;
9. Tahap-Tahap Pemeriksaan Perkara;
10. Gugatan Konvensi dan Gugatan Rekonvensi;
viii
11. Penyitaan, Tata Cara Penyitaan, Jenis-jenis Penyitaan, Barang atau benda yang dapat disita dan konsekuensi juridisnya;
12. Jawaban, Eksepsi, Replik, Duplik;
13. Ujian Tengah Semester
14. Pembuktian Bagian I : Yang Harus Diketahui Hakim, Yang dimaksudkan dengan membuktikan, tujuan pembuktian, hukum
pembuktian positif, apa yang harus dibuktikan, siapa yang harus membuktikan, penilaian pembuktian, beban pembuktian, dan
teori beban pembuktian.
15. Pembuktian Bagian II (Alat Bukti Tertulis);
16. Pembuktian Bagian III : Pembuktian dengan Saksi, Persangkaan, dan Pengakuan;
17. Pembuktian Bagian IV : Sumpah, Pemeriksaan Setempat (descente), dan Keterangan Ahli (Axpertice);
18. Putusan: Definisi Putusan, Kekuatan Putusan (mengikat, pembuktian, dan eksekutorial); Susunan dan Isi Putusan (kepala
putusan, identitas para pihak, perimbangan, amar); serta Jenis-Jenis Putusan;
19. Pelaksanaan Putusan: Hakekat Pelaksanaan Putusan, Jenis-jenis Pelaksanaan Putusan, Syarat-syarat dan Pelaksanaan Eksekusi,
Hambatan-hambatan dalam Eksekusi, Apa Saja yang Dapat Dilaksanakan?, Apa Saja yang Dapat Disita, Perlawanan Terhadap Sita
Eksekutorial, Penyanderaan, dan Penjualan;
20. Upaya Hukum: Perlawanan (verzet), Banding, Prorogari, Kasasi, Peninjauan kembali, dan Perlawanan Pihak Ketiga;
21. Surat Kuasa: Pengertian, Sifat Perjanjian Kuasa, Berakhirnya Kuasa, Kesepakatan Kuasa Mutlak, Jenis-jenis Kuasa, Kuasa Menurut
Hukum, dan Bentuk Kuasa di pengadilan.
22. Praktik Pembuatan Gugatan dan Pemeriksaan Perkara dengan Barang Sitaan dan juga Gugatan Konvensi dan Rekonvensi di
Laboratorium Moot Court;
23. Praktik Jawaban Eksepsi, Replik, Duplik atas Gugatan di Laboratorium Moot Court;
24. Praktik Pembuktian Bagian I sampai IV di Laboratorium Moot Court;
25. Praktik Putusan di Laboratorium Moot Court;
26. Ujian Akhir Semester.
Pustaka Utama :
1. Buku Ajar Hukum Acara Perdata, 2014, Penyusun Tim Pengajar Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin. (PU-1)
2. Achmad Ali, Wiwie Heryani, 2015, Asas-Asas Hukum Pembuktian Perdata, Jakarta: Prenadamedia Group. (PU-2)
3. Abdulkadir Muhammad, 2000, Hukum Acara Perdata, Bandung: PT.Citra Aditya Bakti. (PU-3)
4. M. Yahya Harahap, 2017, Hukum Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian dan Putusan
Pengadilan, Jakarta: Sinar Grafika. (PU-4)
5. Retno Wulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, 2005, Hukum Perdata Dalam Teori dan Praktek, Mandar Maju: Bandung.
(PU-5)
6. Riduan Syahrani, 2004, Buku Materi Dasar Hukum Acara Perdata, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. (PU-6)
ix
7. Sudikno Mertokusumo, 1999, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta: Liberty. (PU-7)
8. Subekti, 1977, Hukum Acara Perdata, Jakarta: Bina Cipta. (PU-8)
9. HIR dan Rbg.
Pendukung :
1. Badriyah Harun, 2010, Tata Cara Menghadapi Gugatan, Pustaka Yustisia:Yogyakarta. (PP-1)
2. Bambang Sugeng, A.S dan Sujayadi, 2011, Hukum Acara Perdata & Dokumen Litigasi Perkara Perdata, Jakarta: Kencana
Prenada Media Grup. (PP-2)
3. Darwan Prinst, 2002, Strategi Meyusun dan Menangani Gugatan Perdata, Citra Aditya Bakti, Bandung:Citra Aditya Bakti. (PP-3)
4. Djamanat Samosir, 2012, Hukum Acara Perdata, Tahap-Tahap Penyelesaian Perkara, Bandung:Nuansa Aulia. (PP-4)
5. Efa Laela Fakhriah, 2009, Bukti Elektronik dalam Pembuktian Perdata, Alumni. (PP-5)
6. M. Yahya Harahap, 2008, Kekuasaan Mahkamah Agung; Pemeriksaan Kasasi dan Peninjauan Kembali Perkara Perdata,
Jakarta:Sinar Grafika. (PP-6)
7. R. Soeroso, 1994, Praktik Hukum Acara Perdata : Tata Cara dan Proses Persidangan, Jakarta:Sinar Grafika. (PP-7)
8. --------------, 2014, Hukum acara Perdata Lengkap dan Praktis, Jakarta:Sinar Grafika. (PP-8)
9. R. Soepomo, 1994, Hukum Acara Perdata di Pengadilan Negeri, Pradnya Parmita. (PP-9)
10. Jurnal dan Yurisprudensi. (PP-10)
Dosen Pengampu 1. Prof. Dr. Musakkir, S.H., M.H.
2. Prof. Dr. A. Suriyaman Mustari Pide, S.H., M.H.
3. Prof. Dr. Soekarno Aburaera, S.H., M.H.
4. Dr. Muh. Basri, S.H., M.H.
5. Dr. Hasbir, S.H., M.H.
6. Dr. H. Mustafa Bola, S.H., M.H.
7. Dr. Ratnawati, S.H., M.H.
8. Dr. A. Tenri Famauri, SH., M.H.
9. Achmad., S.H., M.H.
10. Dr. Muh. Ilham Arisaputra, S.H., M.H.
11. Dr. Aswan, S.H., M.H.
12. Ismail Alrip, S.H., M.Kn.
13. Amaliyah, S.H., M.H.
14. Fitri Pratiwi Rasyid, S.H., M.H.
15. A. Kurniawati, S.H., M.H.
16. A. Suci Wahyuni, S.H., M.Kn.
x
Matakuliah syarat Hukum Perdata
Bentuk Pembelajaran,
Sub-CPMK Metode Pembelajaran,
Penilaian Materi Bobot
Pertemuan (Kemampuan Penugasan Mahasiswa,
Pembelajaran Penilaian
Ke- akhir tiap [ Estimasi Waktu]
[ Pustaka ] (%)
tahapan belajar) Indikator Kriteria & Bentuk Luring Daring (Online)
(Offline)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. - Mahasiswa - Ketepatan dalam Bentuk Tes: BP : BP: Kuliah Pertemuan I 2%
dapat menjelaskan Kuis Kuliah 2x 4x 50’ (menit) 1. Pengantar,
mengemukaka pengertian, ruang (Lisan/ Tulisan) 2x 4x 50’ Manajemen
n pengantar lingkup dan (menit) Kelas & Kontrak
dan ruang istilah-istilah Kriteria: MP: Perkuliahan,
lingkup materi dalam hukum 2= jika Metode - Tatap Maya Ruang lingkup
hukum acara perdata formil mengemukakan Perkuliahan: - Diskusi Materi Hukum
perdata; dan hukum acara pengertian hukum  Tatap interaktif. Acara Perdata
- Mahasiswa perdata; acara perdata dengan Muka 2. Pengertian
dapat - Ketepatan dalan tepat, mengemukakan  Ceramah Belajar Mandiri: a. Hukum
menjelaskan menjabarkan sumber-sumber 2x4x 60’ (menit) Perdata
pengertian sumber-sumber hukum acara perdata  Mahasiswa Formal
a. Hukum hukum acara dengan tepat. mengunduh bahan b. Hukum Acara
Perdata perdata yang 1= Jika materi, bahan ajar Perdata
Formal menjadi pedoman mengemukakan pada Aplikasi 3. Sumber-sumber
b. Hukum pelaksanaan jawaban tetapi tidak SIKOLA Unhas pada Hukum Acara
Acara hukum acara di tuntas dan kurang laur pembelajaran Perdata
Perdata peradilan perdata. tepat Pertemuan 1 .
- Mahasiswa Pustaka:
dapat Penugasan Terstruktur 1. PU-2 (Achmad
menjelaskan (PT): Ali, Wiwie
sumber- 2x4x 60’ (menit) Heryani), Hal. 1-
sumber  Mahasiswa memilih 14.
Hukum Acara salah satu 2. PU-3 (Abdulkadir
xi
Perdata pendapat pakar Muhammad),
yang paling tepat Hal. 15-18.
menjelaskan 3. PU-5 (Retno
pengertian Hukum Wulan Sutantio
Acara Perdata & Iskandar O),
dengan menuliskan Hal. 1-9.
argumentasinya. 4. PU-6 (Riduan
Tugas ini dapat Syahrani), Hal. 1-
didiskusikan 13.
bersama dengan 5. PU-7 (Sudikno
peserta kuliah yang Mertokusumo),
lain dengan catatan Hal. 1-10.
bahwa peserta 6. PU-8 (Subekti
kuliah telah (1977: 8)
menyelesaikan
tugasnya secara
mandiri.
2-3 Mahasiswa - Ketepatan dalam Bentuk tes: BP : BP: Asas-asas Hukum 3%
mampu mengidentifikasi Tes/ Non Tes Kuliah Kuliah Acara Perdata:
menelusuri dan asas-asas hukum 4x 4x 50’ 4x 4x 50’ (menit) a. Hakim Bersifat
mengemukakan acara perdata; Jika ada Tes dlam Menunggu;
asas-asas hukum - Ketepatan dan bentuk: Metode MP: b. Hakim Pasif;
yang berlaku ketuntasan dalam Kuis (Lisan),Tertulis Perkuliahan: Tatap Maya c. Sifat Terbukanya
dalam Hukum mengemukakan  Tatap Persidang.
asas hukum acara Muka Belajar Mandiri: d. Mendengar
perdata pada Membuat review  Interactive 4x4x 60’(menit) Kedua Belah
pertemuan ke-2 ini. tentang 2 asas hukum Learning  Mahasiswa Pihak
- Kemampuan acara perdata yang Methode mengunduh bahan e. Tidak ada
memberikan merupakan materi materi, bahan ajar Keharusan
argumentasi hukum pertemuan ini pada Aplikasi Mewakilkan
terhadap isu hukum kemudian kemukakan SIKOLA Unhas, alur f. Putusan Harus
praktek peradilan argumentasi hukum pembelajaran Disertai Alasan-
xii
perdata dengan mahasiswa. Pertemuan 2 & alasan
mengaitkan dengan selanjutnya untuk g. Beracara
asas hukum acara Kriteria penilaian: pertemuan 3. Dikenakan Biaya
perdata yang 3= mengemukakan h. Bebas Dari
dikemukakan. argumentasi hukum Penugasan Terstruktur Campur Tangan;
terkait 2 asas hukum (PT)
acara perdata secara 4x4x 60’ (menit) Lanjutan Asas-Asas
tepat dan mampu  Mahasiswa memilih Hukum Acara
memberikan contoh salah satu asas Perdata:
terkait asas hukum ( hukum acara i. Asas Badan
baik itu isu hukum perdata dengan Peradilan
atau masalah hukum) memberikan Negara
2= mengemukakan 1 contoh kasus. Kasus j. Asas
asas hukum acara dapat dalam Obyektivitas
perdata dan bentuk ilustrasi. k. Lingkungan
argumentasi hukum Tugas ini dapat Peradilan
didiskusikan l. Asas Sederhana,
bersama dengan Cepat dan Biaya
peserta kuliah yang Ringan’
lain dengan catatan m. Pemeriksaan
bahwa peserta Dalam Dua
kuliah telah Tingkat;
menyelesaikan n. M.A. Puncak
tugasnya secara Peradilan
mandiri. o. Asas Demi
Keadilan
Berdasarkan Ke
Tuhanan Yang
Maha Esa.
p. Susunan
Persidangan:
Majelis.
xiii
q. Hak Menguji
Telah Dikenal

Pustaka :
1. PU-2 (Achmad
Ali, Wiwie
Heryani), Hal.61-
67.
2. PU-6 (Riduan
Syahrani), Hal.
19-24.
3. PU-7 (Sudikno
Mertokusumo),
Hal. 10-27
4 1. Mahasiswa - Ketepatan dan Bentuk Tes: BP : BP: Kuliah Pihak-pihak dalam 2%
mampu ketuntasan dalam Kuis ( Lisan atau Kuliah 2x 4x 50’ Hukum Acara
menentukan menjelaskan pihak- Tertulis) 2x 4x 50’ Perdata
pihak-pihak pihak dalam MP: 1. Hakim dalam
dalam hukum praktek peradilan Metode Tatap Maya Lingkungan
acara perdata perdata; Perkuliahan: Peradilan Umum
2. Mahasiswa - Ketepatan dalam Kriteria Penilaian:  Tatap Belajar Mandiri: (Peradilan
dapat menerangkan 2= menjawab soal Muka 2x4x 60’ Perdata)
menjelaskan: terkait: dengan tepat,  Diskusi  Mahasiswa 2. Peninjauan
 Tugas Hakim kewenangan, tugas, sesuaidan tuntas; Interaktif mengunduh bahan Kembali
Perdata kedudukan, hak dan 1= menjawab hanya  Interactive materi, bahan ajar 3. Pejabat-pejabat
Dalam kewajiban sebagian dan kurang Learning: pada Aplikasi Pada Pengadilan
Lingkungan organisasi dalam tepat. Small Grup SIKOLA Unhas, alur
Peradilan lembaga peradilan Discussion pembelajaran
Umum perdata (Ketua Pertemuan 4. Pustaka :
 Peninjauan Pengadilan, Hakim, 1. PU-5 (Retno
Kembali Panitera) Penugasan Terstruktur Wulan Sutantio
 Pejabat- (PT) & Iskandar O),
xiv
pejabat Pada 2x4x 60’ Hal.18-21.
Pengadilan  Mahasiswa diminta 2. PU-7 (Sudikno
untuk membuat Mertokusumo),
skema Lembaga Hal. 28-37.
peradilan yang
menunjukkan
struktur lembaga
peradilan perdata,
dengan bagan yang
jelas , interaktif,
mudah dipahami
dengan
menambahkan teks
untuk
menerangkan
kesimpulan tentang
bagan susunan
lembaga peradilan
dan organisasi
peradilan perdata.
5-6 Mahasisawa - Ketepatan dalam Bentuk Tes: BP : BP: Timbulnya Gugatan, 3%
mengemukakan, mengemukakan Kuis, review Kuliah Kuliah Syarat-syarat
dasar timbulnya tahapan (dalam bentuk lisan 4x 4x 50’ 4x 4x 50’ Gugatan, Tata Cara
gugatan, syarat- “intervensi” dan maupun tulisan). Pengajuan Gugatan
syarat gugatan, tujuannya serta MP:
tata cara pihak terlibat. Kriteria Penilaian: Metode - Tatap Maya Lanjutan :
pengajuan, - Ketepatan dalam 3= menjawab seluruh Perkuliahan: - Diskusi interaktif Jenis-Jenis Tuntutan,
gugatan, jenis- mengemukakan soal dengan tepat dan  Tatap Kompetensi
jenis tuntutan, dan menentukan tuntas, Muka Belajar Mandiri: Pengadilan, dan
kompetensi sebab timbulnya 2= menjawab soal  Ceramah 4x4x 60’ Intervensi
pengadilan dan gugatan. sebahagian dengan  Diskusi  Mahasiswa
menerangkan - Ketepatan tepat. Interaktif mengunduh bahan
xv
makna dan tujuan mengemukakan 1= menjawab soal materi, bahan ajar Pustaka:
dari upaya syarat-syarat kurang tepat. pada Aplikasi 1. PU-4 (M Yahya
Intervensi pengajuan gugatan. SIKOLA Unhas, alur Harahap),
termasuk pihak - Ketepatan dalam pembelajaran Hal.29-30,
yang terlibat mengemukakan Pertemuan 5 dan Hal.48-53,
dalam intervensi tata cara pengajuan selanjutnya untuk Hal.146-160,
gugatan; pertemuan 6. Hal.185-189.
- Ketepatan dalam 2. PU-5 (Retno
memklasifikasikan Penugasan Terstruktur Wulan Sutantio
jenis-jenis tuntutan. (PT) & Iskandar O),
- Ketepatan dalam 4x4x 60’ Hal.10, Hal.15-
mengemukakan  Mahasiswa mencari 17, Hal.50-57.
dan menentukan 1 contoh gugatan, 3. PU-7 (Sudikno
upaya hukum yang kemudian Mertokusumo),
dapat dilakukan menganalisis Hal.38-52,
para pihak untuk gugatan tersebut Hal.59-62,
menjamin hak. sebagaimana teori- Hal.77-79.
teori yang telah 4. PP-2 (Bambang
dipelajari dalam Sugeng A.S &
modul. Tugas ini Sujayadi),
dikerjakan secara Hal.23-30.
mandiri oleh 5. PP-4 (Djamanat
masing-masing Samosir), Hal.41-
peserta dan akan 118, Hal.155-
dibahas pada 156.
pertemuan dikelas
maupun via daring.
7 Mahasiswa - Ketepatan dalam Bentuk Tes; BP : BP: Kuliah 1. Tuntutan Hak; 2%
mampu menjabarkan yang Kuis, review Kuliah 2x 4x 50’ 2. Pihak-pihak
mengemukakan dimaksud dengan pertemuan (Lisan atau 2x 4x 50’ dalam Perkara;
dan melakukan tuntutan hak tulisan) MP: 3. Penggabungan
telaah terkait : (disertai contoh); Tatap Maya Tuntutan;
xvi
a. Tuntutan hak; - Ketepatan Kriteria penilaian: Metode
b. Pihak-pihak menunjukkan Perkuliahan: Belajar Mandiri:
dalam perkara; kedudukan para 2= menjawab dengan  Tatap 2x4x 60’ Pustaka:
c. Penggabungan pihak dalam tepat dan sesuai Muka  Mahasiswa 1. PU-4 (M Yahya
tuntutan perkara perdata; substansi ssoal yang  Interactive mengunduh bahan Harahap),
- Ketepatan dalam diberi. Learning materi, bahan ajar Hal.108-145.
menganalisis faktor- 1= menjawab soal pada Aplikasi 2. PU-5 (Retno
faktor yang dapat kurang tepat dan tidak SIKOLA Unhas, alur Wulan Sutantio
“penggabungan tuntas. pembelajaran & Iskandar O),
gugatan” Pertemuan 7. Hal. 18-21,
Hal.54-57.
Penugasan Terstruktur 3. PU-7 (Sudikno
(PT) Mertokusumo),
2x4x60’ (menit) Hal.38-61.
membuat contoh 4. PP-4 (Djamanat
kasus ataupun Samosir),
berdasarkan kasus Hal.147-150.
kongkrit berdasar
putusan peradilan
perdata, menetapkan
tuntutan-tuntutan
para pihak, lalu
membuat pula suatu
tuntutan yang berisi
tentang permohonan
hak dan yang berisi
gugatan
Tugas dapat
dikerjakan secara
individual, maupun
berdiskusi bersama
teman. File tugas
xvii
diunggah dalam Ms
Word (format file:
NamaNIM_TugasMod
ul7, diunggah dalam
alur pembelajaran
SIKOLA Unhas.
8 Mahasiswa - Ketepatan dan Bentuk Tes: BP : BP: Kuliah Overview Proses 2%
mampu kesesuaian dalam Kuis, review, (Lisan/ Kuliah 2x 4x 50’ Beracara dalam
mendeskripsikan mengemukakan Tulisan) 2x 4x 50’ Perkara Perdata;
dan proses beracara MP:
mengemukakan dalam perkara Tatap Maya Pustaka:
Overview Proses perdata. Kriteria penilaian: Metode 1. PU-5 (Retno
Beracara dalam - Ketuntasan dalam 2 = mampu menjawab Perkuliahan: Belajar Mandiri: Wulan Sutantio
Perkara Perdata menunjukkan dengan tepat sesuai  Tatap 2x4x 60’ & Iskandar O),
perbedaan soal, substansi dan Muka.  Mahasiswa Hal.11.
kompetensi absolut keteraturan dalam  Interactive mengunduh bahan 2. PU-7 (Sudikno
dan kompetensi menguraikan learning materi, bahan ajar Mertokusumo),
relatif dengan jawaban. (Small pada Aplikasi Hal 62-67.
disertai contoh 1= mampu menjawab Group SIKOLA Unhas, alur
kasus, analogi soal tetapi masih Discussion) pembelajaran
kasus. minim substansi dan Pertemuan 8.
analisis Penugasan Terstruktur
(PT)
2x4x60’ (menit)
 Mahasiswa akan
dibagi secara
berkelompok dan
membuat poster
yang
menggambarkan
overview dalam
beracara perkara
xviii
perdata dari tahap
awal sampai akhir.
Tugas yang
dikerjakan tersebut
akan dibahas pada
pertemuan di kelas
ataupun via daring.
9 Mahasiswa - Ketepatan dan Bentuk Tes; BP : BP: Kuliah 1. Pencabutan dan 3%
mampu kesesuaian dalam Kuis, Review Kuliah 2x 4x 60’ Perubahan
menjelaskan mengemukakan pertemuan ( Lisan, Gugatan;
tentang argumentasi tertulis) 2x 4x 50’ MP:
Pencabutan dan tentang Metode - Tatap Maya
tata cara pencabutan dan Kriteria Penilaian: Perkuliahan: - Interactive Learning 2. Putusan Verstek
Perubahan perubahan gugatan 3= menjawab soal  Tatap dan Putusan
Gugatan serta (syarat dan dengan, tepat sesuai Muka Belajar Mandiri: Gugur.
Putusan Verstek prosedur) substansi dan  Interactive 2x4x 60’
dan Putusan - Ketuntasan dan menyeluruh, Learning  Mahasiswa
Gugur dan kejelasan 2= menjawab soal mengunduh bahan Pustaka:
menafsirkan cukup tepat tapi tidak materi, bahan ajar 1. PU-1 (Buku Ajar
putusan verstek da menyeluruh, pada Aplikasi Hukum Acara
putusan gugur 1= menjawab soal SIKOLA Unhas, alur Perdata), Hal.
tetapi kurang tepat. pembelajaran 11, Hal.29.
Pertemuan 9. 2. PU-3 (Abdulkadir
Muhammad),
Penugasan Terstruktur Hal. 37, Hal. 85.
(PT): 3. PU-4 (M Yahya
2x4x 60” Harahap),
 Pada tugas ini Hal.29, Hal.81-
mahasiwa atau 107, Hal.442-
peserta mata 480.
kuliah diharapkan 4. PU-7 (Sudikno
dapat membuat Mertokusumo),
xix
surat pencabutan Hal.80-86.
gugatan dan 5. PP-5 (Efa LAela
perubahan Fakhriah), Hal.
gugatan , serta 159.
membuat resume 6. PP-7
tentang putusan (R.Soeroso,1994)
gugur dan putusan , Hal 37.
verstek. 7. PP-9
 Tugas ini akan (R.Soepomo),
dikerjakan secara Hal.37, Hal.48.
mandiri oleh
masing-masing
peserta mata
kuliah dan akan
dibahs pada
pertemuan di kelas
ataupun via daring.
10 Mahasiswa - Ketepatan dalam Bentuk Tes: BP : BP: Kuliah Tahap-Tahap 2%
mengemukaka menguraikan alur Kuis, Review Kuliah 2x 4x 60’ Pemeriksaan
n dan (frame work) Pertemuan ( Lisan 2x 4x 50’ Perkara.
menetapkan tahapan atau tertulis) MP:
alur Tahap- pemeriksaan Metode - Tatap Maya
Tahap Perkara. Perkuliahan: - Interactive Learning
Pemeriksaan - Kemampuan dalam  Tatap
Perkara mengemukakan Muka Belajar Mandiri: Pustaka:
tahapan-tahapan Kriteria penilaian:  Interactive 2x4x 60’ 1. PU-4 (M Yahya
dalam pemeriksaan 2= menjawab soal Learning  Mahasiswa Harahap),
perkara dengan, tepat sesuai (Case mengunduh bahan Hal.265-281.
substansi dan Study, materi, bahan ajar 2. PU-5 (Retno
menyeluruh, Problem pada Aplikasi Wulan Sutantio
1,5= menjawab soal analysed) SIKOLA Unhas, alur & Iskandar O),
cukup tepat tapi tidak pembelajaran Hal.95-96.
xx
menyeluruh, Pertemuan 10. 3. PU-7 (Sudikno
1= menjawab soal Mertokusumo),
tetapi kurang tepat. Penugasan Terstruktur Hal.77-79,
(PT) Hal.102-104.
 Pada tugas 4. PP-2 (Bambang
ini mahasiswa Sugeng A.S &
peserta mata Sujayadi),
kuliah diminta Hal.45-53.
untuk membuat 5. PP-4 (Djamanat
resume tentang Samosir),
tahapan- Hal.157-158.
tahapan
pemeriksaan
pada
persidangan
perdata.
Setelah itu
mahasiswa
peserta mata
kuliah
membuat akta
perdamaian
dalam proses
perkara
perdata. Tugas
ini dikerjakan
secara
berkelompok
dimana 1 (satu)
kelompok
terdiri dari 4
(empat) orang.
xxi
Tugas akan
dibahas pada
pertemuan di
kelas atau
secara daring

11 Mahasiswa dapat - Ketepatan dalam Bentuk Tes: BP : BP: Kuliah Gugatan Konvensi 2%
memahami dan menguraikan alur Kuis, Review Kuliah 2x 4x 60’ dan Gugatan
menjelaskan (frame work): Pertemuan ( Lisan 2x 4x 50’ Rekonvensi
Gugatan Konvensi - Gugatan konvensi atau tertulis) MP:
dan Gugatan - Gugatan - Tatap Maya Pustaka:
Rekonvensi rekonvensi; Metode - Interactive Learning 1. PU-4 (M Yahya
Perkuliahan: Harahap),
 Tatap Belajar Mandiri: Hal.537-565.
Kriteria penilaian: Muka 2x4x 60’ 2. PU-7 (Sudikno
2= menjawab soal  Interactive Mahasiswa Mertokusumo),
dengan, tepat sesuai Learning mengunduh bahan Hal. Hal.98-102.
substansi dan (Case materi, bahan ajar 3. PP-2 (Bambang
menyeluruh, Study, pada Aplikasi SIKOLA Sugeng A.S &
1,5= menjawab soal Problem Unhas, alur Sujayadi),,
cukup tepat tapi tidak analysed) pembelajaran Hal.57-61.
menyeluruh, Pertemuan 11.
1= menjawab soal
tetapi kurang tepat. Penugasan Terstruktur
(PT)
 Mahasiswa
membuat masing-
masing satu surat
gugatan konvensi
dan surat gugatan
rekonvensi dengan
memperhatikan
xxii
teori-teori baik
secara umum
maupun secara
khusus tentang
surat gugatan.
Memperhatikan
unsur identitas
para pihak, posita,
dan petitum dalam
surat gugatan
tersebut. Tugas ini
merupakan tugas
perorangan, yang
kemudian akan
dibahas bersama di
dalam kelas.
12 Mahasiswa - Ketepatan dalam Bentuk Tes: BP : BP: Kuliah Penyitaan, Tata Cara 2%
mampu mengemukakan Kuis, Review Kuliah 2x 4x 60’ Penyitaan, Jenis-
mengemukaka pengertian Pertemuan ( Lisan 2x 4x 50’ jenis Penyitaan;
n pengertian penyitaan. atau tertulis) Barang atau benda
penyitaan, - Ketepatan dan Metode MP: yang dapat disita
tahapan / kesesuaian dalam Perkuliahan: - Tatap Maya dan Konsekuensi
prosedur membedakan dan  Tatap - Interactive juridisnya
penyitaan, mengklasifikasikan Muka Learning
jenis-jenis jenis-jenis  Interact
penyitaan, penyitaan, Kriteria penilaian: ive Belajar Mandiri: Pustaka:
barang atau - Ketepatan dalam 2= menjawab soal Learnin 2x4x 60’ 1. PU-4 (M Yahya
benda yang menerangkan dengan, tepat sesuai g (Case  Mahasiswa Harahap),
dapat di barang (benda) substansi dan Study, mengunduh bahan Hal.337-441.
sitadan akibat yang dapat disita menyeluruh, Proble materi, bahan ajar 2. PU-5 (Retno
hukum - Ketepatan dan 1,5= menjawab soal m pada Aplikasi Wulan Sutantio
(konsekuensi kejelasan dalam cukup tepat tapi tidak analyse SIKOLA Unhas, alur & Iskandar O),
xxiii
juridisnya). memberikan menyeluruh, d) pembelajaran Hal.97-108.
argumentasi 1= menjawab soal Pertemuan 12. 3. PU-7 (Sudikno
tentang tetapi kurang tepat. Mertokusumo),
konsekuensi juridis Penugasan Terstruktur Hal.67-76.
terjadinya (PT) 4. PP-2 (Bambang
penyitaan.  Mahasiswa mencari Sugeng A.S &
satu surat gugatan Sujayadi),
yang di dalamnya Hal.77-82.
terdapat suatu 5. PP-4 (Djamanat
permohonan Samosir),
penyitaan. Hal.126-142.
1.Menganalisis
permohonan sita
(beslag) tersbut
berdasarkan teori
yang ada tentang
sita. 2.Menjelaskan
macam sita yang
diajukan dalam
surat gugatan
tersebut dan
berikan
pendapat/penilaian
apa sesuai atau
tidak dengan teori
yang ada. Tugas ini
merupakan tugas
perorangan yang
kemudian akan
dibahas bersama di
dalam kelas.
13 Mahasiswa - ketepatan, Bentuk Tes: BP : BP: Jawaban: Eksepsi, 2%
xxiv
mampu kejelasan dan Kuis, Review Kuliah Kuliah Sangkalan, Replik,
menyusun kesesuaian dalam Pertemuan (Lisan atau 2x 4x 50’ 2x 4x 50’ dan Duplik;
dan penyusunan tertulis).
mencontohka jawaban gugatan, Metode MP:
n bagaimana ekspesi, replik, dan Perkuliahan: -Tatap Maya
Jawaban duplik.  Tatap -Interactive Learning Pustaka:
berupa Muka 1. PU-1 (Buku Ajar
Eksepsi,  Interact Belajar Mandiri: Hukum Acara
Sangkalan Kriteria penilaian: ive 2x4x 50’ Perdata), Hal.
Replik, dan 2= menjawab soal Learnin Mahasiswa 11, Hal.29.
Duplik. dengan, tepat sesuai g mengunduh bahan 2. PU-3 (Abdulkadir
substansi dan materi, bahan ajar Muhammad),
menyeluruh, pada Aplikasi Hal. 37, Hal. 85.
1,5= menjawab soal SIKOLA Unhas, alur 3. PU-4 (M Yahya
cukup tepat tapi tidak pembelajaran Harahap),
menyeluruh, Pertemuan 13. Hal.481-536.
1= menjawab soal 4. PU-7 (Sudikno
tetapi kurang tepat. Penugasan Terstruktur Mertokusumo),
(PT) Hal.95-97,
 Mahasiswa Hal.102-104.
diharapkan 5. PP-5 (Efa Laela
membuat jawaban Fakhriah), Hal.
yang langsung 159.
menggabungkan 6. PP-7 (R.Soeroso),
eksepsi dan Hal.41.
sangkalan. Tugas ini 7. PP-9
dapat didiskusikan (R.Soepomo),
bersama dengan Hal 37, Hal. 48.
peserta kuliah yang
lain dengan catatan
bahwa peserta
kuliah telah
xxv
menyelesaikan
tugasnya secara
mandiri.
14 - 15 - Mampu - Ketepatan dan Bentuk Tes: BP : BP: Kuliah Pembuktian Bagian I 3%
menjelaskan kesesuaian dalam Kuis, Review Kuliah 2x 4x 50’ a. Yang Harus
tahapan mengemukakan Pertemuan (Lisan atau 2x 4x 50’ Diketahui Hakim;
pembuktian, makna prinsip tertulis) MP: b. Yang
tata cara hukum pembuktian Metode Tatap Maya dimaksudkan
pengajuan alat perkara perdata: Perkuliahan: dengan
bukti dan - Hukum Pembuktian  Tatap Belajar Mandiri: membuktikan
prinsip hukum Positif; Muka 2x4x 60’ c. Tujuan
dalam - Apa yang Harus  Interact  Mahasiswa Pembuktian
pembuktian Dibuktikan; Kriteria penilaian: ive membaca bahan d. Hukum
perkara - Siapa yang Harus 3= menjawab soal Learnin bacaan yang diberi Pembuktian
perdata: Membuktikan dengan, tepat sesuai g dan dapat diunduh Positif;
mengenai alat - Penilaian substansi dan pada alur e. Apa yang Harus
bukti, beban Pembuktian; menyeluruh, pembelajaran Dibuktikan;
pembuktian - Beban Alat Bukti; 2= menjawab soal SIKOLA Pertemuan f. Siapa yang Harus
dan nilai - Kemampuan dalam cukup tepat tapi tidak 15. Membuktikan
pembuktian. mengkategorikan menyeluruh,
alat bukti dengan 1= menjawab soal Pertemuan ke-15
 Mahasisw beban pembuktian tetapi kurang tepat. Penugasan Terstruktur g. Penilaian
a dapat dan penilaian (PT) Pembuktian
memaham pembuktian.  Peserta mata kuliah h. Beban
i diminta untuk Pembuktian
Pembuktia membuat makalah i. Teori Beban
n Bagian I yang menguraikan Pembuktian
 Mahasisw mengenai:
a mampu 1. Hakikat dan
menjelask urgensi
an pembuktian Pustaka:
tahapan 2. Kedudukan 1. PU-2 (Achmad
xxvi
pembuktia surat dalam Ali, Wiwie
n, tata sistem Heryani), Hal.15-
cara pembuktian 60, Hal.99-116.
pengajuan 3. Sistem 2. PU-3 (Abdulkadir
alat bukti pembuktian Muhammad),
dan terbalik 2012, Hal. 125-
prinsip 4. Sifat dan nilai 158.
hukum dari setiap alat 3. PU-4 (M Yahya
dalam bukti Harahap),
pembuktia Tugas ini dikerjakan Hal.566-627.
n perkara secara mandiri oleh 4. PU-7 (Sudikno
perdata: masing-masing peserta Mertokusumo),
 Yang mata kuliah dan akan Hal.105-118.
Harus dibahas pada 5. PP-2 (Bambang
Diketahui pertemuan di kelas Sugeng A.S &
Hakim ataupun via daring. Sujayadi), hal.
 Membukti 65-76.
kan 6. PP-3 (Darwan
 Apakah Prints), Hal. 176-
Yang 197.
Dimaksudk 7. PP-8
an dengan (R.Soepomo),
Membukti Hal. 95-133.
kan?
 Apakah
Tujuan
Daripada
Pembuktia
n
 Hukum
Pembuktia
n Positif;
xxvii
 Apa yang
Harus
Dibuktikan
;
 Siapa yang
Harus
Membukti
kan
 Penilaian
Pembuktia
n
 Beban Alat
Bukti

16 UJIAN TENGAH SEMSETER 10 %

17 Mahasiswa - Ketepatan dalam Bentuk Tes: Bentuk BP: Kuliah Pembuktian Bagian 3%
mampu menentukan Kuis, Review Perkuliahan 2x 4x 60’ II (Alat Bukti
mengemukakan konsep pembuktian Pertemuan (Lisan atau (BP): Tertulis)
prinsip dalam perkara tertulis) MP:
pembuktian dan perdata dan Kuliah d. Tatap Maya Pustaka:
alat bukti dalam mengkorelasikan e. Interactive 1. PU-2 (Achmad
perkara perdata dengan keutamaan 2x 4x 50’ learning Ali, Wiwie
(alat bukti alat bukti tertulis. Heryani), Hal.90-
tertulis) Metode 92.
Kriteria penilaian: Perkuliahan: Belajar Mandiri: 2. PU-4 (M Yahya
3= menjawab soal 2x4x 60’ Harahap),
dengan, tepat sesuai  Tatap  Mahasiswa Hal.633-700.
substansi dan Muka membaca bahan 3. PU-5 (Retno
menyeluruh,  Interac bacaan yang diberi Wulan Sutantio
2= menjawab soal tive dan dapat diunduh & Iskandar O),
xxviii
cukup tepat tapi tidak Learnin pada alur Hal.63-69.
menyeluruh, g pembelajaran 4. PU-7 (Sudikno
1= menjawab soal SIKOLA Pertemuan Mertokusumo),
tetapi kurang tepat. ke 17 Hal.120-134.

Penugasan Terstruktur
(PT)
 Mahasiswa mencari
putusan pengadilan
yang menggunakan
alat bukti tertulis
(akta otentik dan
surat dibawah
tangan) di dalam
proses
pembuktiannya.
Setelah
mendapatkan
putusan yang
dimaksud, peserta
mata kuliah diminta
untuk membuat
suatu analisa
mengenai
pertimbangan
hukum hakim
dalam memutus
perkara tersebut
berdasarkan alat
bukti tertulis itu.
Tugas ini dikerjakan
secara
xxix
berkelompok oleh
peserta mata kuliah
dimana dalam 1
(satu) kelompok
ditentukan terdiri
atas 3 atau 4 orang.
Tugas yang
dikerjakan tersebut
akan dibahas pada
pertemuan dikelas
ataupun via daring.
18 Mahasiswa - Ketepatan dan Bentuk Tes: Bentuk BP: Kuliah Pembuktian Bagian 3%
mampu kesesuaian Kuis, Review Perkuliahan 2x 4x 50’ III
menjelaskan mengemukakan Pertemuan ( Lisan (BP): Kuliah a. Pembuktian
tentang prinsip tentang prinsip atau tertulis) 2x 4x 50’ MP: dengan Saksi
hukum pembuktian dengan Tatap Maya b. Persangkaan
pembuktian: kesaksian, Metode c. Pengakuan
a. Pembuktian persangkaan dan Perkuliahan: Belajar Mandiri:
dengan Saksi pengakuan 2x4x 60’
b. Persangkaan berdasarkan  Tatap  Mahasiswa mencari Pustaka:
c. Pengakuan sumber hukum Kriteria penilaian: Muka membaca bahan 1. PU-2 (Achmad
acara perdata dan 3= menjawab soal  Interact bacaan yang diberi Ali, Wiwie
asas-asas hukum dengan, tepat sesuai ive dan dapat diunduh Heryani), Hal.92-
acara perdata substansi dan Learnin pada alur 95.
menyeluruh, g. pembelajaran 2. PU-4 (M Yahya
2= menjawab soal SIKOLA Pertemuan Harahap), Hal.
cukup tepat tapi tidak ke 18 701-831.
menyeluruh, 3. PU-5 (Retno
1= menjawab soal Penugasan Terstruktur Wulan Sutantio
tetapi kurang tepat. (PT) & Iskandar O),
Hal.70-84.
 Mahasiswa diminta 4. PU-7 (Sudikno
xxx
untuk mencari Mertokusumo),
putusan pengadilan Hal.135-154.
yang menggunakan
saksi dan
persangkaan atau
pengakuan di dalam
proses
pembuktiannya.
Setelah
mendapatkan
putusan yang
dimaksud, peserta
mata kuliah diminta
untuk membuat
suatu analisa
mengenai
pertimbangan
hukum hakim
dalam memutus
perkara tersebut
berdasarkan alat
bukti saksi dan
persangkaan atau
pengakuan.
Tugas ini dikerjakan
secara
berkelompok oleh
peserta mata kuliah
dimana dalam 1
(satu) kelompok
ditentukan terdiri
atas 3 atau 4 orang.
xxxi
Tugas yang
dikerjakan tersebut
akan dibahas pada
pertemuan dikelas
ataupun via daring.
19 Mahasiswa - Ketepatan dan Bentuk Tes: Bentuk BP: Kuliah Pembuktian Bagian 3%
mampu untuk kesesuaian Kuis, Review Perkuliahan 2x 4x 50’ IV
menjelaskan mengemukakan Pertemuan ( Lisan (BP): 1. Sumpah;
tentang proses, tentang prinsip atau tertulis) Kuliah MP: 2. Pemeriksaan
prinsip hukum pembuktian 2x 4x 50’ Tatap Maya Setempat
pembuktian dengan: (Descente);
dengan sumpah, - Sumpah, Metode Belajar Mandiri: 3. Keterangan
pemeriksaan - acara pemeriksaan Kriteria penilaian: Perkuliahan: 2x4x 60’ Ahli
setempat setempat 3= menjawab soal  Mahasiswa (Axpertice).
(descente) dan (descente) dan dengan, tepat sesuai  Tatap Muka membaca bahan
keterangan ahli - keterangan ahli substansi dan  Interactive bacaan yang diberi
(axpertice) menyeluruh, Learning dan dapat diunduh Pustaka:
2= menjawab soal (Small pada alur 4. PU-2
cukup tepat tapi tidak Group pembelajaran (Achmad Ali,
menyeluruh, Discussion/ SIKOLA Pertemuan Wiwie
1= menjawab soal Contextual 19. Heryani),
tetapi kurang tepat. Learning) Hal.96-98.
5. PU-3
Penugasan Terstruktur (Abdulkadir
(PT) Muhammad)
2x4x60 , Hal. 137-
 Mahasiswa mencari 143.
satu yurisprudensi 6. PU-4 (M
yang telah Yahya
memutus perkara Harahap),
berdasarkan Hal. 832-887.
sumpah pemutus, 7. PU-6 (Riduan
xxxii
sumpah pelengkap, Syahrani),
dan sumpah Hal. 90-124.
penaksiran. 8. PU-7
Tugas ini dapat (Sudikno
didiskusikan Mertokusum
bersama dengan o), Hal.155-
peserta kuliah yang 164.
lain dengan catatan
bahwa peserta
kuliah telah
menyelesaikan
tugasnya secara
mandiri. Tugas ini
juga dapat dibahas
pada pertemuan di
dalam kelas.

20 Mahasiswa - Kejelasan makna Bentuk Tes: Bentuk BP: Kuliah Putusan 3%


mampu putusan hakim Kuis, Review Perkuliahan 2x 4x 50’ a. Definisi Putusan
menjelaskan - Ketepatan dalam Pertemuan ( Lisan (BP): b. Kekuatan
pengertian mengemukakan atau tertulis) Kuliah MP: Putusan:
putusan dan dan menunjukkan 2x 4x 50’ Tatap Maya 1. Kekuatan
kekuatan dari kekuatan suatu Mengikat
putusan hakim putusan hakim Metode Belajar Mandiri: 2. Kekuatan
dalam perkara yakni, kekuatan Kriteria penilaian: Perkuliahan: 2x4x 60’ Pembuktian
perdata. mengikat, kekuatan 3= menjawab soal  Mahasiswa 3. Kekuatan
pembuktian dan dengan, tepat sesuai  Tatap Muka membaca bahan Eksekutorial
kekuatan substansi dan  Interactive bacaan yang diberi
eksekutorial. menyeluruh, Learning dan dapat diunduh Pustaka:
2= menjawab soal (Small pada alur 1. PU-3 (Abdulkadir
cukup tepat tapi tidak Group pembelajaran Muhammad),
menyeluruh, Discussion/ SIKOLA Pertemuan Hal. 157-163.
xxxiii
1= menjawab soal Contextual ke 20. 2. PU-4 (M Yahya
tetapi kurang tepat. Learning) Harahap), Hal.
Penugasan Terstruktur 888-897.
(PT) 3. PU-7 (Sudikno
 Pada tugas I, Mertokusumo),
peserta kuliah Hal 174-183.
diminta untuk
mencari satu (1)
putusan kasus
perdata.
Kemudian
peserta kuliah
menganalisis
jenis kekuatan
apa yang
terdapat dalam
putusan kasus
tersebut. Tugas
ini dikerjakan
secara mandiri
oleh masing-
masing peserta
dan akan
dibahas pada
pertemuan
dikelas maupun
via daring.
 Pada tugas II,
peserta kuliah
diminta untuk
mencari satu (1)
putusan kasus
xxxiv
berupa putusan
Condemnatoir .
Kemudian
peserta kuliah
menganalisis
putusan kasus
yang telah
didapatkannya
tersebut. Tugas
ini dikerjakan
secara mandiri
oleh masing-
masing peserta
dan akan
dibahas pada
pertemuan
dikelas maupun
via daring.

21 Mahasiswa - Kemampuan Bentuk Tes: Bentuk BP: Kuliah c. Susunan dan Isi 3%
mampu mahasiswa dalam Kuis, Review Perkuliahan 2x 4x 50’ Putusan
mengemukakan mengemukakan Pertemuan ( Lisan (BP): 1. Kepala Putusan;
tentang anatomi anatomi putusan atau tertulis) MP: 2. Identitas Para
putusan, unsur- hakim Kuliah Tatap Maya Pihak;
unsur pembentuk - Kemampuan dalam 3. Pertimbangan;
putusan hakim menganalogikan 2x 4x 50’ Belajar Mandiri: 4. Amar
dan jenis-jenis unsur-unsur Kriteria penilaian: 2x4x 60’
putusan dalam pembentuk putusan 3= menjawab soal Metode  Mahasiswa d. Jenis-Jenis
perkara perdata hakim. dengan, tepat sesuai Perkuliahan: membaca bahan Putusan
- Ketepatan dalam substansi dan bacaan yang diberi
membedakan jenis- menyeluruh,  Tatap dan dapat diunduh
jenis putusan hakim 2= menjawab soal Muka pada alur Pustaka:
xxxv
dalam perkara cukup tepat tapi tidak  Interact pembelajaran 1. PU-4 (M Yahya
perdata menyeluruh, ive SIKOLA Pertemuan Harahap), Hal.
- Kemampuan dalam 1= menjawab soal Learnin ke 21. 898-911.
menganalisis tetapi kurang tepat. g 2. PU-5 (Retno
kesesuaian Penugasan Terstruktur Wulan Sutantio
putusan-putusan (PT) & Iskandar O),
hakim dengan 2x4x 60’ Hal.109-118.
konsep putusan 3. PU-7 (Sudikno
yang telah  Mahasiswa diminta Mertokusumo),
dikuliahkan (sesuai untuk mencari 1 Hal.184-194.
sumber hukum dan contoh putusan 4. PP-2 (Bambang
asas-asas hukum kemudian Sugeng A.S &
acara perdata) membertikan Sujayadi),
keterangan pada Hal.83-88.
putusan tersebut 5. PP-4 (Djamanat
berdasarkan Samosir),
sistematika susunan Hal.269-301.
da nisi yang harus
ada dalam sebuah
putusan dan
menuliskan jenis
putusan yang dikaji.
22 Mahasiswa - Ketepatan dalam Bentuk Tes: Bentuk P: Kuliah Pelaksanaan 3%
mampu untuk mengemukakan Kuis, Review Perkuliahan 2x 4x 50’ Putusan:
mendefinisikan hakikat putusa Pertemuan ( Lisan (BP): a. Hakekat
Putusan dan hakim dalam atau tertulis) MP: Pelaksanaan
pelaksanaannya, perkara perdata. Kuliah Tatap Maya Putusan;
Hakekat - Kejelasan dalam b. Jenis-jenis
Pelaksanaan menguraikan 2x 4x 50’ Belajar Mandiri: Pelaksanaan
Putusan, Jenis- hakikat Kriteria penilaian: 2x4x 60’ Putusan;
jenis Pelaksanaan pelaksanaan 3= menjawab soal Metode  Mahasiswa c. Syarat-syarat dan
Putusan, Syarat- putusan. dengan, tepat sesuai Perkuliahan: membaca bahan Pelaksanaan
xxxvi
syarat dan - Ketepatan dalam substansi dan bacaan yang diberi Eksekusi;
Pelaksanaan menguraikan menyeluruh,  Tatap dan dapat diunduh d. Hambatan-
Eksekusi serta syarat-syarat 2= menjawab soal Muka; pada alur hambatan dalam
Hambatan- pelaksanaan cukup tepat tapi tidak  Interact pembelajaran Eksekusi
hambatan dalam putusan. menyeluruh, ive SIKOLA Pertemuan
Eksekusi - Ketepatan dalam 1= menjawab soal Learnin 25
membedakan tetapi kurang tepat. g
jenis-jenis
pelaksanaan Penugasan Terstruktur PUSTAKA:
putusan. (PT): 1. PU-3 (Abdulkadir
- Ketepatan dalam Pada tugas ini, Muhammad),
mengkorelasikan peserta mata kuliah Hal.160-180,
prinsip hukum diminta untuk Hal.214-234.
pelaksanaan mencari 1 (satu) 2. PU-5 (Retno
putusan dengan kasus yang di Wulan Sutantio
hambatan yang dalamnya terdapat & Iskandar O),
menjadi masalah pelaksanaan eksekusi. Hal.119-141.
hukum di Uraikanlah kronologis 3. PU-6 (Riduan
masyarakat dalam kasus tersebut SYahrani),
pelaksanaan kemudian analisis Hal.125-178.
putusan kategori pelaksanaan 4. PU-7 (Sudikno
(ekseskusi putusan apa, Mertokusumo),
putusan) bagaimana Hal. 209-220.
- Ketepatan pelaksanaan 5. PU-8 (Subekti),
menentukan faktor- eksekusinya, dan hal- Hal.124-129.
faktor yang menjadi hal apa yang menjadi 6. PP-6 (M Yahya
hambatan eksekusi hambatan atau Harahap, 2008),
putusan kendala dalam BAB 14.
pengadilan. melakukan eksekusi.
Dalam konteks ini,
peserta mata kuliah
diminta untuk
xxxvii
menunjukkan
pemahaman dari
materi yang telah
dijelaskan di atas.
Tugas ini dikerjakan
secara berkelompok
oleh peserta mata
kuliah dimana dalam
1 (satu) kelompok
ditentukan terdiri
atas 5 orang. Tugas
yang dikerjakan
tersebut akan dibahas
pada pertemuan
dikelas ataupun via
daring.

23 Mahasiswa - Ketepatan dalam Bentuk Tes: Bentuk BP: Kuliah e. Apa Saja yang 3%
mampu untuk mengemukakan Kuis, Review Perkuliahan 2x 4x 50’ Dapat
mengemukakan prinsip pelaksanaan Pertemuan ( Lisan (BP): Dilaksanakan?
Pelaksanaan putusan. atau tertulis) Kuliah MP: f. Apa Saja yang
putusan dan - Kejelasan dalam 2x 4x 50’ Tatap Maya Dapat Disita
tindakan hukum menjabarkan hasil g. Perlawanan
yang berkaitan penelusuran studi Metode Belajar Mandiri: Terhadap Sita
dengan kasus, menjadi Kriteria penilaian: 3= Perkuliahan: 2x4x 60’ Eksekutorial
pelaksanaan permasalahan menjawab soal  Mahasiswa h. Penyanderaan
putusan tersebut hukum terkait dengan, tepat sesuai  Tatap membaca bahan i. Penjualan
serta mampu pelaksanaan substansi dan Muka; bacaan yang diberi
memberikan putusan pengadilan menyeluruh, Interactive dan dapat diunduh Pustaka:
solusi hukum atas dalam perkara 2= menjawab soal Learning pada alur 1. PU-5 (Retno
hambatan perdata. cukup tepat tapi tidak pembelajaran Wulan Sutantio
xxxviii
pelaksanaan menyeluruh, SIKOLA Pertemuan & Iskandar O),
kasus putusan 1= menjawab soal 25. Hal.174-192.
pengadilan tetapi kurang tepat. 2. PU-7 (Sudikno
Penugasan Terstruktur Mertokusumo),
(PT): Hal.219-224.
Pada tugas ini, peserta 3. PP-6 (M Yahya
mata kuliah diminta Harahap, 2008),
untuk mencari 1 BAB 8.
contoh pelaksanaan
putusan sita
eksekutorial. Setelah
mendapatkan putusan
yang dimaksud,
peserta mata kuliah
diminta untuk
membuat suatu analisa
mengenai mekanisme
pelaksanaan sita dan
bentuk perlawanan
yang dapat dilakukan
terhadap sita tersebut.
Dalam konteks ini,
peserta mata kuliah
diminta untuk
menunjukkan:
1. Ketepatan
dalam mengemukakan
prinsip pelaksanan
putusan.
2. Kejelasan dalam
menjabarkan hasil
penelusuran
xxxix
pelaksanaan putusan
terkait sita
eksekutorial.
Tugas ini dikerjakan
secara berkelompok
oleh peserta mata
kuliah dimana dalam 1
(satu) kelompok
ditentukan terdiri atas
4 orang. Tugas yang
dikerjakan tersebut
akan dibahas pada
pertemuan dikelas
ataupun via daring
24-25 Mahasiswa - Ketepatan dalam Bentuk Tes: Bentuk P: Kuliah Upaya Hukum 3%
mampu menjelaskan Kuis, Review Perkuliahan 4x 4x 50’ Terhadap putusan
menginterpretasik tentang upaya Pertemuan ( Lisan (BP): MP: 1. Perlawanan
an “upaya hukum terhadap atau tertulis) Kuliah Tatap Maya (verzet)
hukum” dan putusan; 4x 4x 50’ 2. Banding
mampu - Kejelasan dan Belajar Mandiri: 3. Prorogari
menjelaskan kesesuaian dalam Metode 4x4x 60’ 4. Kasasi
tentang upaya menentukan Kriteria penilaian: Perkuliahan:  Mahasiswa
hukum terhadap penggunaan bentuk 3= menjawab soal membaca bahan Lanjutan Upaya
putusan upaya hukum/ dengan, tepat sesuai  Tatap bacaan yang diberi Hukum terhadap
perlawanan substansi dan Muka dan dapat diunduh putusan
terhadap putusan. menyeluruh,  Interact pada alur 5. Peninjauan
2= menjawab soal ive pembelajaran kembali
cukup tepat tapi tidak learnin SIKOLA Pertemuan 6. Perlawanan
menyeluruh, g 23 danpertemuan Pihak Ketiga
1= menjawab soal 24.
tetapi kurang tepat. Pustaka:
Penugasan Terstruktur 1. PU-5 (Retno
xl
(PT): Wulan Sutantio
 Pada tugas I, & Iskandar O),
peserta kuliah Hal.142-173.
diminta untuk 2. PU-7 (Sudikno
mencari satu (1) Mertokusumo),
putusan kasus Hal.195-208.
berupa putusan 3. PP-2 (Bambang
perlawanan Sugeng A.S &
(Verzet). Sujayadi),
Kemudian Hal.89.
peserta kuliah 4. PP-4 (Djamanat
menganalisis Samosir),
masing-masing Hal.302-324.
mengenai
putusan-
putusan kasus
yang telah
didapatkannya
tersebut. Tugas
ini dikerjakan
secara mandiri
oleh masing-
masing peserta
dan akan
dibahas pada
pertemuan
dikelas maupun
via daring
 Pada tugas II,
peserta kuliah
diminta untuk
menganalisis
xli
putusan
peninjauan
kembali pada
kasus posisi
sebagaimana
telah diuraikan
pada
penjelasan di
atas. Tugas ini
dikerjakan
secara mandiri
oleh masing-
masing peserta
dan akan
dibahas pada
pertemuan
dikelas maupun
via daring

26 Mahasiswa - Ketepatan dalam Bentuk Tes: Bentuk BP: Kuliah Surat Kuasa 3%
mampu untuk mengemukakan Kuis, Review Perkuliahan 2x 4x 50’ 1. Pengertian Surat
mengemukakan pengertian, sifat Pertemuan ( Lisan (BP): Kuasa secara
tentang dan karakterisktik atau tertulis) Kuliah MP: Umum
pengertian surat surat kuasa, 2x 4x 50’ Tatap Maya 2. Sifat Perjanjian
kuasa , sifat dan - Ketepatan dan Kuasa:
karakteristik surat kesesuaian dalam Metode Belajar Mandiri: a. Penerima
kuasa, jenis-jenis membedakan jenis- Kriteria penilaian: Perkuliahan: 2x4x 60’ Kuasa
surat kuasa, jenis surat kuasa, 3= menjawab soal  Mahasiswa sebagai
syarat-syarat - Ketepatan dan dengan, tepat sesuai  Tatap membaca bahan Wakil
pemberian kuasa, kesesuaian dalam substansi dan Muka bacaan yang diberi Pemberi
hak dan mengemukakan menyeluruh, Interactive dan dapat diunduh Kuasa
kewajiban syarat-syarat 2= menjawab soal Learning pada alur b. Pemberian
xlii
pemberi, pemberian kuasa, cukup tepat tapi tidak pembelajaran Kuasa
penerima kuasa - Ketepatan dan menyeluruh, SIKOLA Pertemuan Bersifat
serta berakhirnya kesesuaian dalam 1= menjawab soal ke 22. Konsensual
kuasa mengemukakan hak tetapi kurang tepat. c. Berkarakter
dan kewajiban Penugasan Terstruktur Garansi-
pihak dalam surat (PT) Kontrak
kuasa. 2x4x 60’ 3. Berakhirnya
- Ketepatan dan Kuasa
kesesuaian dalam Mahasiswa diminta a. Pemberi
mengemukakan untuk membuat Kuasa
bentuk kuasa rekonstruksi menarik
menurut hukum pemberian kuasa secara
(undang-undang), berdasarkan salah satu sepihak
kuasa-kuasa di jenis jenis surat kuasa b. Salah satu
depan sidang yang telah dibahas, pihak
pengadilan. kemudian membuat meninggal
- Ketepatan dalam surat kuasa. c. Penerima
mengemukakan Kuasa
dasar hukum dan melepas
argumentasi kuasa
tentang 4. Kesepakatan
berakhirnya Kuasa Mutlak
pemberian kuasa. 5. Jenis-jenis
Kuasa:
a. Kuasa Umum
b. Kuasa
Khusus
c. Kuasa
Istimewa
d. Kuasa
Perantara
6. Kuasa Menurut
xliii
Hukum
(Pemberian
Kuasa tanpa
surat kuasa)
a. Orang tua
terhadap
anak yang
belum
dewasa
b. Wali
terhadap
anak di
bawah
perwalian
c. Kurator atas
kurandus
d. BHP sebagai
Kurator
Kepailitan
e. Direksi atau
Pengurus
Badan
Hukum
f. Direksi
Perusahaan
Perseroan
g. Pimpinan
Perwakilan
Perusahaan
Asing
h. Pimpinan
Cabang
xliv
Perusahaan
Domestik
7. Bentuk Kuasa di
Depan
Pengadilan
a. Kuasa secara
lisan
b. Kuasa yang
ditunjuk
dalam surat
gugatan
c. Surat Kuasa
Khusus:
1). Syarat
dan
Formulasi
Surat kuasa
Khusus
2). Bentuk
Formil Surat
kuasa Khusus

Pustaka:
1. PU-4 (M Yahya
Harahap), Hal. 1-
28.
2. PU-3 (Abdulkadir
Muhammad),
Hal. 78-88.
3. PU-5 (Retno
Wulan Sutantio
& Iskandar O),
xlv
Hal.210-224.
4. PU-6 (Riduan
SYahrani), Hal.
207-213.
5. HIR dan Rbg.
27 Mahasiswa - Ketepatan dan Bentuk Tes: Bentuk Bentuk Perkuliahan Praktik Pembuatan 3%
mampu kejelasan gugatan Kuis, Review Perkuliahan (BP): Gugatan dan
mempraktikkan yang dibuat dan Pertemuan ( Lisan (BP): Praktek Peradilan Pemeriksaan
Pembuatan memenuhi anatomi atau tertulis) Praktek 2x 170’ (menit) Perkara dengan
Gugatan dan gugatan, unsur- Peradilan Barang Sitaan dan
Pemeriksaan unsur gugata dan 2x 170’ juga Gugatan
Perkara dengan substansi yang jelas (menit) Konvensi dan
Barang Sitaan dan terkait isi gugatan. Kriteria penilaian: Rekonvensi di
juga Gugatan - Ketepatan dalam 3= menjawab soal Laboratorium Moot
Konvensi dan mensimulasikan dengan, tepat sesuai Court
Rekonvensi di pemeriksaan substansi dan
Laboratorium perkara. menyeluruh, Pustaka:
Moot Court - Ketepatan dalam 2= menjawab soal 1. PU-3 (Abdulkadir
penyusunan dan cukup tepat tapi tidak Muhammad),
simulasi pemasukan menyeluruh, Hal.37-40,
gugatan konvensi 1= menjawab soal Hal.60-62,
dan rekonvesi tetapi kurang tepat. Hal.112-106.
2. PU-4 (M Yahya
Harahap),
Hal.29-30,
Hal.48-53,
Hal.146-160,
Hal.185-189,
Hal.337-441,
Hal.537-565,
3. PU-5 (Retno
Wulan Sutantio
xlvi
& Iskandar O),
Hal.10, Hal.15-
17, Hal.50-57,
Hal.97-108,
Hal.227.
4. PU-7 (Sudikno
Mertokusumo),
Hal.38-52,
Hal.59-62,
Hal.67-76,
Hal.77-82,
Hal.98-102.
5. PP-2 (Bambang
Sugeng A.S &
Sujayadi),
Hal.23-30,
Hal.57-61,
Hal.77-82.
6. PP-4 (Djamanat
Samosir), Hal.41-
118, Hal.126-
142, Hal.155-
156.
28 Mahasiswa - Ketepatan dalam Bentuk Tes: Bentuk Bentuk Perkuliahan Praktik Jawaban, 3%
mampu menyusun dan Kuis, Review Perkuliahan (BP): Eksepsi, Bantahan,
mempraktikkan membuat jawaban Pertemuan (Lisan atau (BP): Praktek Peradilan Replik, Duplik di
Jawaban, Eksepsi, Eksepsi, Replik, tertulis) Praktek 2x 170’ (menit) Laboratorium Moot
Bantahan, Replik, Duplik atas Peradilan Court
Duplik di gugatan. 2x170’ menit
Laboratorium - Ketepatan dan Kriteria penilaian: Pustaka:
Moot Court kejelasan dalam 3= menjawab soal 1. PU-1 (Bahan Ajar
mensimulasikan dengan, tepat sesuai Hukum Acara
xlvii
tahap peradilan substansi dan Perdata), Hal.
tersebut. menyeluruh, 11, Hal.29.
2= menjawab soal 2. PU-3 (Abdulkadir
cukup tepat tapi tidak Muhammad),
menyeluruh, Hal. 37, Hal. 85,
1= menjawab soal Hal.108-112.
tetapi kurang tepat. 3. PU-4 (M Yahya
Harahap),
Hal.481-536.
4. PU-5 (Retno
Wulan Sutantio
& Iskandar O),
Hal.229-230.
5. PU-7 (Sudikno
Mertokusumo),
, Hal.95-97,
Hal.102-104.
6. PP-5 (Efa Laela
Fakhriah), Hal.
159.
7. PP-7 (R.Soeroso),
Hal.41.
8. PP-9
(R.Soepomo),
Hal 37, Hal. 48.
29 Mahasiswa - Ketepatan dan Bentuk Tes: Bentuk Bentuk Perkuliahan Praktik Pembuktian 3%
mampu kejelasan dalam Kuis, Review Perkuliahan (BP): Bagian I dan II di
mempraktikkan mensimulasikan Pertemuan ( Lisan (BP): Laboratorium Moot
tahapan beracara tahapan beracara atau tertulis) Praktek Peradilan Court
pada tahap “pembuktian” Praktek 2x 170’ (menit)
Pembuktian bagian I dan II. Peradilan Pustaka:
Bagian I dan II di Kriteria penilaian: 2 x 170’ 1. PU-2 (Achmad
xlviii
Laboratorium 3= menjawab soal (menit) Ali, Wiwie
Moot Court dengan, tepat sesuai Heryani), Hal.15-
substansi dan 60, Hal.90-92,
menyeluruh, Hal.99-116.
2= menjawab soal 2. PU-3 (Abdulkadir
cukup tepat tapi tidak Muhammad),
menyeluruh, 2012, Hal. 125-
1= menjawab soal 158.
tetapi kurang tepat. 3. PU-4 (M Yahya
Harahap),
Hal.566-627,
Hal.633-700.
4. PU-5 (Retno
Wulan Sutantio
& Iskandar O),
Hal.63-69.
5. PU-7 (Sudikno
Mertokusumo),
Hal. 105-134.
6. PP-2 (Bambang
Sugeng A.S &
Sujayadi), Hal.
65-76.
7. PP-3 (Darwan
Prinst), Hal. 176-
197.
8. PP-8 (R.Soeroso,
2014), Hal. 95-
133.
30 Mahasiswa Ketepatan dan Bentuk Tes: Bentuk Bentuk Perkuliahan Praktik Pembuktian 3%
mampu kejelasan dalam Kuis, Review Perkuliahan (BP): Bagian III dan IV di
mempraktikkan mensimulasikan Pertemuan ( Lisan (BP): Praktek Peradilan Laboratorium Moot
xlix
tahapan beracara tahapan beracara atau tertulis) 2 x 170’ (menit) Court
pada tahap “pembuktian” bagian Praktek
Pembuktian III & IV. Kriteria penilaian: Peradilan Pustaka:
Bagian III dan IV di 3= menjawab soal 2 x 170’ 1. PU-2
Laboratorium dengan, tepat sesuai (menit) (Achmad Ali,
Moot Court substansi dan Wiwie
menyeluruh, Heryani),
2= menjawab soal Hal.92-98,
cukup tepat tapi tidak Hal. 117-122,
menyeluruh, 2. PU-3
1= menjawab soal (Abdulkadir
tetapi kurang tepat. Muhammad)
, Hal. 137-
143, Hal.
156-159.
3. PU-4 (M
Yahya
Harahap),
Hal.633-887.
4. PU-5 (Retno
Wulan
Sutantio &
Iskandar O),
Hal.70-94.
5. PU-6 (Riduan
Syahrani),
Hal.120-124.
6. PU-7
(Sudikno
Mertokusum
o), Hal.135-
164.
l
31 Mahasiswa - Ketepatan dan Bentuk Tes: Bentuk Bentuk Perkuliahan Praktik Putusan di 3%
mampu kejelasan dalam Kuis, Review Perkuliahan (BP): Laboratorium
mempraktikkan menyusun/ Pertemuan ( Lisan (BP): Praktek Peradilan Hukum
tahapan beracara membuat putusan atau tertulis) Praktek 2 x 170’ (menit)
pada tahap sesuai anatomi Peradilan Pustaka:
Praktik Putusan di putusan. 2 x 170’ 1. PU-3 (Abdulkadir
Laboratorium - Kejelasan dalam (menit) Muhammad),
Hukum mensimulasikan Kriteria penilaian: Hal.157-173,
beracara pada 3= menjawab soal Hal.160-180,
tahap putusan dengan, tepat sesuai Hal.214-234.
substansi dan 2. PU-4 (M Yahya
menyeluruh, Harahap),
2= menjawab soal Hal.888-998.
cukup tepat tapi tidak 3. PU-5 (Retno
menyeluruh, Wulan Sutantio
1= menjawab soal & Iskandar O),
tetapi kurang tepat. Hal. 109-141,
Hal.174-192.
4. PU-6 (Riduan
SYahrani), Hal.
125-178.
5. PU-7 (Sudikno
Mertokusumo),
Hal.174-183,
Hal.184-194, Hal.
165-224.
6. PU-8 (Subekti),
Hal.124-129.
7. PP-2 (Bambang
Sugeng A.S &
Sujayadi),
li
Hal.83-88.
8. PP-4 (Djamanat
Samosir),
Hal.269-301.
9. PP-6 (M Yahya
Harahap, 2008),
BAB 8, BAB 14.

32 Ujian Akhir Semester 20%

lii
MODUL XII
PEMBUKTIAN

Modul ini akan mengantar peserta kuliah memperoleh pengetahuan


tentang proses pembuktian dalam hukum acara perdata. Dalam modul ini, akan
dipaparkan mengenai tahapan pembuktian, tata cara pengajuan alat bukti, dan
prinsip hukum dalam pembuktian perkara perdata. Di samping itu, akan
diuraikan pula mengenai alat bukti, beban pembuktian, dan nilai pembuktian.
Sebelum itu, akan diuraikan secara umum tentang apakah yang dimaksudkan
dengan membuktikan dan tujuan daripada pembuktian.
Dalam mempelajari modul ini, peserta matakuliah diharapkan membaca
tahap demi tahap yang disajikan dalam modul ini mengingat mata kuliah ini
adalah mata kuliah praktikum sehingga pada saat memperagakannya teori ini
mahasiswa nantinya tidak mengalami kebingungan. Pada modul ini, peserta
kuliah akan menyelesaikan dua kegiatan belajar, yaitu kegiatan belajar untuk
mendalami teori dan kegiatan belajar untuk memperoleh keterampilan yang
mana dalam hal ini teori dan keterampilan terkait proses pembuktian di
pengadilan dalam hukum acara perdata. Untuk mendapatkan capaian
pembelajaran yang optimal, peserta kuliah diharapkan mengikuti tahapan
berikut dalam mempelajaran modul ini.
1. Bacalah bagian urain dari setiap Kegiatan Belajar. Tahapan ini diperlukan
agar peserta kuliah mendapat informasi dari setiap tahapan.
2. Setelah itu, peserta kuliah membaca kembali bagian uraian sambil
mempraktekkan sendiri setiap langkah-langkahnya.
3. Kerjakanlah latihan sesuai instruksi yang telah disediakan.
4. Bacalah Rangkuman yang disediakan untuk memberikan ringkasan tentang
aspek-aspek esensial dari setiap Kegiatan Belajar. Namun Anda juga
diminta untuk membuat rangkuman yang menurut Anda merupakan inti dari
kegiatan belajar tersebut.
5. Kerjakan Tes Formatif yang disediakan untuk mengecek seberapa jauh
Anda mencapai tujuan pembelajaran setiap kegiatan belajar tanpa melihat
rambu-rambu jawaban yang disediakan.

1
6. Bila Anda merasa telah menjawab Tes Formatif dengan baik, bandingkanlah
jawaban Anda tersebut dengan rambu-rambu jawaban yang disediakan. Bila
nilai Anda ternyata telah mencapai tingkat penguasaan sama atau lebih
besar dari 80% setelah dihitung, Anda dipersilakan meneruskan ke kegiatan
belajar berikutnya.

2
KEGIATAN BELAJAR KE-1
PEMBUKTIAN BAGIAN I

A. Deskripsi Singkat
Pada bagian ini akan diuraikan secara umum mengenai apa yang harus
diketahui hakim, yang dimaksudkan dengan membuktikan, tujuan
pembuktian, dan hukum pembuktian positif. Di samping itu, akan diuraikan
pula mengenai apa saja yang harus dibuktikan dan siapa yang harus
membuktikan dalam hukum acara perdata.

B. Relevansi
Materi dalam kegiatan belajar ini merupakan bentuk penerapan teori-teori
atau materi yang telah disajikan sebelumnya. Materi ini merupakan
kelanjutan dari mata kuliah Hukum Perdata. Mata kuliah tersebut
merupakan hukum materilnya sehingga dibutuhkan Mata Kuliah Hukum
Acara Perdata sebagai mata kuliah praktikum yang merupakan hukum
formil sehingga mahasiswa dapat menerapkan materi yang telah diberikan
secara umum pada mata kuliah sebelumnya.
Secara spesifik, materi mengenai pembuktian dalam Hukum Acara Perdata
memiliki relevansi dalam mata kuliah ini oleh karena salah satu tahapan
yang harus dilalui dalam proses beracara di pengadian untuk perkara
perdata adalah proses pembuktian. Untuk itu, peserta kuliah diharapkan
dapat mempelajari kegiatan belajar 1 ini dengan baik sesuai tahapan yang
telah disiapkan. Pengetahuan dan keterampilan ini sangat dibutuhkan
dalam kehidupan sehari-hari.

C. Capaian Pembelajaran
1. Uraian
Dalam proses beracara perdata, tentu melewati tahap-tahap
sebagaimana yang telah digariskan di dalam HIR/RBg. Dari bebagai
rangkaian proses tersebut ada yang sangat vital yang dapat menentukan
kalah atau menangnya para pihak, yaitu pembuktian. Pembuktian ini adalah

3
memberikan keterangan kepada hakim akan kebenaran peristiwa yang
menjadi dasar guagatan/bantahan dengan alat-alat bukti yang tersedia.
Perlu diperhatikan lagi bahwasanya hukum pembuktian dalam hukum acara
perdata menduduki tempat yang amat penting. Secara formal, hukum
pembuktian mengatur cara bagaimana mengadakan pembuktian seperti
terdapat di dalam HIR/RBg. Hukum pembuktian secara yuridis, mengajukan
fakta-fakta menurut hukum yang cukup untuk memberikan kepastian
kepada hakim tentang suatu peristiwa atau hubungan hukum.
Dasar pembuktian ini adalah Pasal 163 HIR/ 283 Rbg yang
menjelaskan bahwa “Barang siapa menyatakan mempunyai sesuatu hak
atau mengemukakan suatu perbuatan untuk meneguhkan haknya itu, atau
untuk membantah hak orang lain haruslah membuktikan adanya hak itu
atau adanya perbuatan itu”. Dari bunyi Pasal tersebut diketahui bahwa
pihak yang menyatakan bahwa ia mempunyai suatu hak, melakukan suatu
perbuatan atau menerangkan adanya suatu peristiwa, maka ia harus
membuktikan adanya hak itu. Dengan kata lain bahwa beban pembuktian
dalam perkara perdata ada pada kedua belah pihak, baik penggugat
maupun tergugat.
Pengertian pembuktian sangat beragam, setiap ahli hukum memiliki
definisi masing-masing mengenai pembuktian. Banyak ahli hukum yang
mendefinisikan pembuktian ini melalui makna kata membuktikan.
Membuktikan menurut Sudikno Mertokusumo disebut dalam arti yuridis
yaitu memberi dasar-dasar yang cukup kepada hakim yang memeriksa
perkara yang bersangkutan guna memberi kepastian tentang kebenaran
peristiwa yang diajukan. Lain halnya dengan definisi membuktikan yang
diungkapkan oleh Subekti. Subekti menyatakan bahwa membuktikan
adalah meyakinkan hakim tentang kebenaran dalil atau dalil-dalil yang
dikemukakan dalam suatu persengketaan.
Selanjutnya Yahya Harahap memberikan pengertian pembuktian
dalam dalam pengertian yang luas dan sempit. Dalam arti luas, pembuktian
adalah kemampuan Penggugat atau Tergugat memanfaatkan hukum
pembuktian untuk mendukung dan membenarkan hubungan hukum dan

4
peristiwa-peristiwa yang didalilkan atau dibantahkan dalam hubungan
hukum yang diperkarakan. Sedangkan dalam arti sempit, pembuktian
hanya diperlukan sepanjang mengenai hal-hal yang dibantah atau hal yang
masih disengketakan atau hanya sepanjang yang menjadi perselisihan di
antara pihak-pihak yang berperkara.
Pembuktian menurut istilah bahasa arab berasal dari kata
“albayyinah” yang artinya sesuatu yang menjelasakan. Sedangkan secara
terminologis, pembuktian berarti memberi keterangan dengan dalil yang
meyakinkan.
Berdasarkan definisi para ahli hukum tersebut, membuktikan dapat
dinyatakan sebagai proses menjelaskan kedudukan hukum para pihak yang
sebenarnya dan didasarkan pada dalil-dalil yang dikemukakan para pihak,
sehingga pada akhirnya hakim akan mengambil kesimpulan siapa yang
benar dan siapa yang salah. Subekti menjelaskan bahwa pengertian dari
“membuktikan” ialah meyakinkan Hakim tentang kebenaran dalil atau dalil-
dalil yang dikemukakan dalam suatu persengketaan. Dengan demikian,
nampaklah bahwa pembuktian itu hanyalah diperlukan dalam berperkara di
muka Hakim atau Pengadilan.
Sudikno Mertukusumo menjelaskan bahwa membuktikan memiliki
beberapa pengertian, yaitu:
a. Dalam arti logis, membuktikan adalah memberikan kepastian yang
bersifat mutlak karena berlaku bagi setiap orang dan tidak
memungkinkan adanya bukti lawan;
b. Dalam arti konvensional, pembuktian ialah memberikan kepastian yang
bersifat nisbi atau relatif; dan
c. Dalam arti yuridis, membuktikan ialah memberi dasar- dasar yang
cukup kepada hakim yang memeriksa perkara yang bersangkutan guna
memberi kepastian tentang kebenaran peristiwa yanng diajukan.
Sudikno Mertukusumo memandang pembuktian sebagai alat untuk
memperoleh sebuah kepastian, baik itu kepastian yang bersifat nisbi/relatif
maupun kepastian yang bersifat mutlak.

5
Apabila sebelumnya telah diuraikan mengenai definisi membuktikan,
maka selanjutnya yang disebut sebagai pembuktian adalah usaha para
pihak yang berkepentingan untuk mengemukakan kepada hakim sebanyak
mungkin hal-hal yang berkenaan dengan suatu perkara. Hal ini bertujuan
agar hal-hal tersebut dapat digunakan oleh hakim sebagai bahan
pertimbangan untuk memberi keputusan mengenai perkara tersebut. Para
pihak mengemukakan hal-hal yang berkenaan dengan suatu perkara yang
disengketakan agar dapat dijadikan pertimbangan hakim dalam memutus
perkara tersebut melalui bukti-bukti dan alat-alat bukti yang diajukan di
muka persidangan. Bukti adalah sesuatu yang dapat meyakinkan akan
kebenaran suatu dalil atau pendirian, sedangkan alat bukti adalah segala
sesuatu yang menurut undang-undang dapat dipakai untuk membuktikan.
Proses pembuktian ini juga sangat terkait dengan hal apa yang
harus dibuktikan dan hal apa saja yang tidak harus dibuktikan. Dahulu ada
ajaran hukum yang mengatakan bahwa yang dibuktikan itu hanyalah
kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa saja. Dengan terbuktinya
kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa tersebut dapat diambil
kesimpulan adanya hak milik, piutang, hak waris, dan sebagainya. Dengan
demikian, yang harus dibuktikan di muka persidangan adalah fakta-fakta
atau peristiwa-peristiwa untuk membenarkan adanya suatu hak. Namun
demikian sekarang ini anggapan tersebut telah ditinggalkan karena tidak
hanya peristiwa atau fakta-fakta yang dapat dilihat oleh panca indera saja
yang harus dibuktikan, tetapi juga peristiwa yang tidak dapat dilihat oleh
panca indera juga harus dibuktikan. Hal ini disebutkan dalam Pasal 163
HIR yang menyebutkan bahwa “Barangsiapa, yang mengatakan ia
mempunyai hak, atau ia menyebutkan suatu perbuatan untuk menguatkan
haknya itu, atau untuk membantah hak orang lain, maka orang itu harus
membuktikan adanya hak itu atau adanya kejadian itu”.
Kemudian ketentuan Pasal 1865 KUHPerdata menjelaskan bahwa
“Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak atau
guna meneguhkan haknya sendiri maupun membantah suatu hak orang
lain, menunjuk pada suatu peristiwa, diwajibkan membuktikan adanya hak

6
atau peristiwa tersebut”. Ketentuan ini mengisyaratkan bahwa yang harus
dibuktikan di muka sidang tidak hanya peristiwa-peristiwa atau kejadian-
kejadian saja, tetapi juga suatu hak. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa yang harus dibuktikan itu merupakan suatu hak dan peristiwa,
dan/atau kebenaran hak dan/atau peristiwa yang disangkal kebenarannya
oleh pihak lain. Apabila seseorang mengemukakan haknya sedangkan
pihak lainnya tidak menyangkalnya, maka orang yang mengemukakan hak
tersebut tidak perlu membuktikan haknya tersebut.
Pada proses pembuktian ini, selain harus membuktikan sesuatu hal,
ada pula hal-hal yang tidak perlu dibuktikan. Menurut Sudikno
Mertokusumo, dalam beberapa hal ada peristiwa yang tidak perlu
dibuktikan atau diketahui oleh hakim, yang disebabkan karena:
a. Peristiwanya memang dianggap tidak perlu diketahui atau dianggap
tidak mungkin diketahui oleh hakim, yaitu:
 Dalam hal jatuhnya putusan verstek. Putusan verstek dapat
dijatuhkan dalam hal tergugat atau para tergugat dan/atau kuasanya
tidak datang pada hari sidang pertama yang telah ditentukan, petitum
gugatan tidak melawan hak, dan petitum gugatan beralasan.
Keadaan ini yang disyaratkan oleh Pasal 125 ayat (1) HIR.
 Dalam hal tergugat mengakui gugatan penggugat, maka peristiwa
yang menjadi sengketa yang diakui itu dianggap telah terbukti,
karena pengakuan merupakan alat bukti sehingga tidak memerlukan
pembuktian lebih lanjut.
 Dengan telah dilakukannya sumpah decisioir, sumpah yang bersifat
menentukan, maka peristiwa yang menjadi sengketa, yang
dimintakan sumpah dianggap terbukti dan tidak memerlukan
pembuktian lebih lanjut.
 Telah menjadi pendapat umum, bahwa dalam hal bantahan kurang
cukup atau dalam hal diajukan referte, maka pembuktian tidak
diperlukan dan hakim tidak boleh membebani para pihak dengan
pembuktian.

7
b. Hakim secara ex officio dianggap mengenal peristiwanya, sehingga
tidak perlu dibuktikan lebih lanjut, yaitu;
 Peristiwa notoir, yaitu kejadian atau keadaan yang dianggap harus
diketahui oleh orang orang berpendidikan dan mengenal jamannya,
tanpa mengadakan penelitian lebih lanjut atau peristiwa yang
diketahui oleh umum dan tidak perlu dibuktikan lebih lanjut.
Contohnya tanggal 17 Agustus 1945 adalah tanggal diproklamirkan
Negara Republik Indonesia.
 Peristiwa-peristiwa yang terjadi di persidangan di muka hakim yang
memeriksa perkara. Kejadian prosesuil ini dianggap diketahui oleh
hakim, sehingga tidak perlu dibuktikan lebih lanjut. Contohnya
tergugat tidak datang, tergugat mengakui gugatan, dan sebagainya.
c. Pengetahuan tentang pengalaman, yang berarti bahwa pengetahuan
tentang pengalaman ini merupakan kesimpulan berdasarkan pada
pengetahuan umum. Pengetahuan tentang pengalaman ini tidak
termasuk hukum, karena tidak bersifat normatif, tetapi merupakan
pengalaman semata. Contohnya kapal terbang lebih cepat jalannya
daripada sepeda motor, api itu panas, benda yang berat apabila
dilemparkan ke atas akan jatuh ke bawah, dan lain sebagainya.
Dengan demikian, berdasarkan uraian-uraian sebelumnya dapat
dinyatakan bahwa proses pembuktian merupakan upaya yang sangat
penting dalam proses penyelesaian suatu sengketa dan sebagai bahan
pertimbangan hakim dalam memutus perkara tersebut. Sebagai upaya
untuk membuktikan dalil-dalil para pihak, tentunya diperlukan bukti-bukti
dan alat-alat bukti yang dapat memperkuat dalil-dalil tersebut. Selain itu
pada proses pembuktian tidak semua hal harus dibuktikan karena ada
beberapa hal yang tidak perlu dibuktikan lebih lanjut oleh para pihak.
Dalam Hukum Acara Perdata, tujuan pembuktian adalah untuk
menyelesaikan persengketaan antara pihak yang berperkara. Harus diingat
bahwa proses perdata adalah proses penyelesaian persengketaan antara
dua pihak. Berbeda dengan proses pidana dimana tidak terdapat
persengketaan antara jaksa dan terdakwa. Karena itulah selaras dengan

8
tujuan hukum pada hakikatnya, maka dengan pembuktian dalam proses
perdata bertujuan untuk menyelesaikan persengketaan antara pihak yang
berperkara dengan jalan yang seadil-adilnya dengan memberi kepastian
hukum baik bagi pihak yang berperkara maupun terhadap masyarakat pada
umumnya dengan tidak melupakan kemanfaatan putusan hakim itu
terhadap masyarakat pada umumnya. Penggugat yang menuntut hak wajib
membuktikan adanya hak itu atau peristiwa yang menimbulkan hak
tersebut. Sedangkan tergugat yang membantah adanya hak orang lain
(penggugat) wajib membuktikan peristiwa yang menghapuskan atau
membantah hak penggugat tersebut.
Menurut Mukti Arto, hal yang harus dibuktikan adalah kejadian atau
hak yang belum jelas atau yang menjadi sengketa dan juga relevan dengan
pokok perkara. Tentang hukumnya tidak perlu untuk dibuktikan, karena
hakim yang akan menetapkan hukumnya. Kemudian menurut Abdul
Manan, peristiwa-peristiwa yang harus dibuktikan di muka sidang
pengadilan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang disengketakan, sebab
pembuktian merupakan cara untuk menyelesaikan sengketa.
b. Peristiwa tesebut harus dapat diukur, terikat dengan ruang dan waktu.
c. Peristiwa tersebut harus berkaitan dengan hak yang disengketakan,
yaitu peristiwa yang menjadi sumber hak yang disengketakan.
d. Peristiwa tersebut efektif untuk dibuktikan, yang merupakan salah satu
rangkaian peristiwa itu.
e. Peristiwa tersebut tidak dilarang oleh hukum dan kesusilaan.
Terdapat beberapa teori dalam sistem pembuktian sebagaimana
diuraikan oleh Waluyadi, yakni:
a. Conviction-in Time Sistem pembuktian conviction-in time menentukan
salah tidaknya seorang terdakwa, semata-mata ditentukan oleh
penilaian keyakinan hakim. Keyakinan hakim yang menentukan
keterbuktian kesalahan terdakwa, yakni dari mana hakim menarik dan
menyimpulkan keyakinannya, tidak menjadi masalah dalam sistem ini.
Keyakinan boleh diambil dan disimpulkan hakim dari alat-alat bukti

9
yang diperiksanya dalam sidang pengadilan. Bisa juga hasil
pemeriksaan alat-alat bukti itu diabaikan hakim, dan langsung menarik
keyakinan dari keterangan atau pengakuan terdakwa;
b. Conviction-Raisonee Sistem conviction-raisonee pun, keyakinan hakim
tetap memegang peranan penting dalam menentukan salah tidaknya
terdakwa. Akan tetapi, pada sistem ini, faktor keyakinan hakim dibatasi.
Jika dalam sistem pembuktian conviction-in time peran keyakinan
hakim leluasa tanpa batas maka pada sistem conviction-raisonee,
keyakinan hakim harus didukung dengan “alasanalasan yang jelas.
Hakim harus mendasarkan putusan-putusannya terhadap seorang
terdakwa berdasarkan alasan (reasoning). Oleh karena itu putusan juga
bedasarkan alasan yang dapat diterima oleh akal (reasonable). Hakim
wajib menguraikan dan menjelaskan alasan-alasan apa yang
mendasari keyakinannya atas kesalahan terdakwa. Sistem atau teori
pembuktian ini disebut juga pembuktian bebas karena hakim bebas
untuk menyebut alasan- alasan keyakinannya (vrijs bewijstheorie).
c. Pembuktian menurut undang-undang secara positif (positief wettelijke
stelsel) Sistem ini berpedoman pada prinsip pembuktian dengan alat-
alat bukti yang ditentukan undang- undang, yakni untuk membuktikan
salah atau tidaknya terdakwa semata-mata digantungkan kepada alat-
alat bukti yang sah. Terpenuhinya syarat dan ketentuan pembuktian
menurut undang-undang, sudah cukup menentukan kesalahan
terdakwa tanpa mempersoalkan keyakinan hakim, yakni apakah hakim
yakin atau tidak tentang kesalahan terdakwa, bukan menjadi masalah.
Sistem pembuktian ini lebih dekat kepada prinsip penghukuman
berdasar hukum. Artinya penjatuhan hukuman terhadap seseorang,
semata-mata tidak diletakkan di bawah kewenangan hakim, tetapi
diatas kewenangan undang-undang yang berlandaskan asas: seorang
terdakwa baru dapat dihukum dan dipidana jika apa yang didakwakan
kepadanya benar-benar terbukti berdasarkan cara dan alat-alat bukti
yang sah menurut undang-undang. Sistem ini disebut teori pembuktian
formal (foemele bewijstheorie).

10
d. Pembuktian menurut undang-undang secara negative (negatief
wettelijke stelsel) Sistem pembuktian menurut undang-undang secara
negatif merupakan teori antara sistem pembuktian menurut undang-
undang secara positif dengan sistem pembuktian menurut keyakinan
atau conviction-in time. Sistem ini memadukan unsur objektif dan
subjektif dalam menentukan salah atau tidaknya terdakwa, tidak ada
yang paling dominan diantara kedua unsur tersebut. Terdakwa dapat
dinyatakan bersalah apabila kesalahan yang didakwakan kepadanya
dapat dibuktikan dengan cara dan dengan alat-alat bukti yang sah
menurut undang-undang serta sekaligus keterbuktian kesalahan itu
dibarengi dengan keyakinan hakim.
Dari keempat jenis pembuktian tersebut di atas, yang paling sering
digunakan dalam sistem peradilan di Indonesia ialah sistem pembuktian
menurut undang-undang secara negatif atau yang biasa disebut dengan
negatief wettelijke stelsel. Sistem pembuktian menurut undang-undang
secara negatif merupakan keseimbangan antara kedua sistem yang saling
bertolak belakang secara ekstrem. Dari keseimbangan menurut undang-
undang secara negative "menggabungkan" ke dalam dirinya secara terpadu
sistem pembuktian menurut keyakinan dengan sistem pembuktian menurut
undang-undang secara positif. Dari penggabungan kedua sistem tersebut
terwujudlah sistem pembuktian menurut undang-undang secara negatif.
Bertitik-tolak dari uraian di atas, untuk menentukan salah atau
tidaknya seorang terdakwa menurut sistem pembuktian undang-undang
secara negatif, terdapat 2 (dua) komponen:
a) Pembuktian harus dilakukan menurut cara dan dengan alat-alat bukti
yang sah menurut undang-undang.
b) Keyakinan hakim yang juga harus didasarkan atas cara dan dengan
alat-alat bukti yang sah menurut undang-undang.
Asas Negatief Wettelijk Stelsel ini diatur juga dalam Pasal 6 ayat (2)
Undang- Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.
Berdasarkan rumusan Pasal 294 ayat (1) RIB dapat diberikan pengertian

11
bahwa sistem negatif menurut Undang-Undang tersebut di atas,
mempunyai maksud sebagai berikut:
a) Untuk mempermasalahkan seorang terdakwa (tertuduh) diperlukan
suatu minimum pembuktian, yang ditetapkan dalam undang-undang.
b) Namun demikian, biarpun bukti bertumpuk-tumpuk, melebihi minimum
yang ditetapkan dalam undang-undang, jikalau hakim tidak
berkeyakinan tentang kesalahan terdakwa, ia tidak boleh
mempermasalahkan dan menghukum terdakwa tersebut.
Berdasarkan sistem yang telah diuraikan di atas, yang pada akhirnya
menentukan nasibnya si terdakwa adalah keyakinan Hakim. Dalam konteks
hukum, arti penting pembuktian adalah mencari kebenaran suatu peristiwa
hukum. Peristiwa hukum adalah peristiwa yang mempunyai akibat hukum.
Dalam konteks hukum pidana, pembuktian merupakan inti persidangan
perkara pidana karena yang dicari dalam hukum pidana adalah kebenaran
materiil. Kendatipun demikian, pembuktian dalam perkara pidana sudah
dimulai sejak tahap penyelidikan. Karena untuk mencari dan menemukan
peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna dapat atau tidaknya
dilakukan penyelidikan, pada tahap ini sudah terjadi pembuktian dengan
tindakan penyidik mencari barang bukti, maksudnya guna membuat terang
suatu tindak pidana serta menentukan atau menemukan siapa yang
menjadi pelaku atau tersangkanya.

2. Latihan
Dalam latihan ini, peserta kuliah diharapkan menjawab kedua soal
berikut ini. Setelah menjawab, peserta kuliah diharapkan dapat
menelusuri jawabannya pada bagian uraian.
Pertama, apakah yang dimaksud dengan pembuktian dan apa tujuan
dari pembuktian dalam hukum acara perdata?
Kedua, dalam hukum acara perdata apa yang harus dibuktikan dan
siapa yang dibebankan kewajiban untuk membuktikan?
3. Rangkuman
Secara singkat dapat dijelaskan bahwa membuktikan dapat dinyatakan
sebagai proses menjelaskan kedudukan hukum para pihak yang

12
sebenarnya dan didasarkan pada dalil-dalil yang dikemukakan para
pihak, sehingga pada akhirnya hakim akan mengambil kesimpulan
siapa yang benar dan siapa yang salah. Pembuktian itu sendiri adalah
usaha para pihak yang berkepentingan untuk mengemukakan kepada
hakim sebanyak mungkin hal-hal yang berkenaan dengan suatu
perkara. Hal ini bertujuan agar hal-hal tersebut dapat digunakan oleh
hakim sebagai bahan pertimbangan untuk memberi keputusan
mengenai perkara tersebut. Proses pembuktian ini juga sangat terkait
dengan hal apa yang harus dibuktikan dan hal apa saja yang tidak
harus dibuktikan. Dengan terbuktinya kejadian-kejadian atau peristiwa-
peristiwa tersebut dapat diambil kesimpulan adanya hak milik, piutang,
hak waris, dan sebagainya. Dengan demikian, yang harus dibuktikan di
muka persidangan adalah fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa untuk
membenarkan adanya suatu hak. Pada proses pembuktian ini, selain
harus membuktikan sesuatu hal, ada pula hal-hal yang tidak perlu
dibuktikan.

4. Pustaka
1. Abdulkadir Muhammad. 2012. Hukum Acara Perdata Indonesia.
Bandung: Citra Aditya Bakti.
2. Bambang Sugeng AS dan Sujayadi. 2012. Pengantar Hukum Acara
Perdata dan Contoh Dokumen Litigasi. Bandung: Kencana.
3. Darwan Prinst. 2002. Strategi Meyusun dan Menangani Gugatan
Perdata. Bandung: Citra Aditya Bakti.
4. Gemala Dewi. 2006. Hukum Acara Perdata Pengadilan Agama di
Indonesia. Jakarta: Kencana.
5. R. Soeroso. 2014. Hukum acara Perdata Lengkap dan Praktis.
Jakarta: Sinar Grafika.

D. Tugas dan Lembar Kerja


Pada tugas ini, peserta mata kuliah diminta untuk dapat membuat tulisan
berupa paper yang menguraikan mengenai “Hakikat dan Urgensi
Pembuktian Dalam Hukum Acara Perdata”. Dalam uraian ini, peserta mata

13
kuliah diminta untuk membuat matriks pengaturan pembuktian dalam
hukum acara perdata, baik yang diatur dalam HIR dan RBG maupun
ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku di
Indonesia serta menguraikan pula bagaimana idealnya hukum positif
Indonesia mengatur mengenai pembuktian ini. Tugas ini dikerjakan secara
mandiri oleh masing-masing peserta mata kuliah dan akan dibahas pada
pertemuan dikelas ataupun via daring.

E. Tes Formatif
Silahkan dipilih antara “Benar” atau “Salah” setiap pernyataan-pernyataan
berikut:
1. Dalam Hukum Acara Perdata, pembuktian merupakan salah satu
tahapan persidangan yang cukup penting untuk menemukan kebenaran
materil atas suatu perkara perdata.
a. Benar
b. Salah
2. Hakim memutus perkara tidak berdasar pada proses pembuktian,
namun hanya berdasar pada dalil-dalil para pihak yang disampaikan
dalam tahap jawab menjawab.
a. Benar
b. Salah
3. Siapa yang mendalilkan, maka ia yang wajib membuktikan
a. Benar
b. Salah
4. Suatu peristiwa yang telah diketahui dan dikenali oleh Hakim tidak perlu
dibuktikan lebih lanjut
a. Benar
b. Salah
5. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di persidangan di muka hakim yang
memeriksa perkara tetap harus dibuktikan oleh para pihak
a. Benar
b. Salah

14
F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Bila Anda merasa telah menjawab tes formatif dengan baik, bandingkanlah
jawaban Anda tersebut dengan rambu-rambu jawaban yang disediakan.
Jika hasil perhitungan menunjukkan anda telah mencapai tingkat
penguasaan sama atau lebih besar dari 80%, Anda dipersilakan untuk
meneruskan ke kegiatan belajar berikutnya.
Untuk mengetahui persentase penguasaan materi pada kegaitan belajar 1
ini, anda cukup menghitung menggunakan rumus berikut:
Jumlah Jawaban
x 100%
Benar
Jumlah Seluruh Soal

15

Anda mungkin juga menyukai